Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Magang merupakan salah satu,program mata kuliah akademik Fakultas

Pertanian, Universitas Nusa Cendana yang dilaksanakan di luar kampus dan

program mata kuliah ini adalah salah satu syarat yang harus diambil oleh

mahasiswa. Kegiatan magang dimaksudkan agar mahasiswa dapat bekerja dan

memperoleh pengalaman, keterampilan, serta ikut dengan masyarakat dalam

menghadapi setiap masalah yang ada di lapangan khususnya dalam bidang

kehutanan

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah wilayah pengelolaan hutan

sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan

lestari. KPH merupakan suatu sistem yang dapat lebih menjamin terwujudnya

kelestarian fungsi dan manfaat hutan baik dari aspek ekonomi, ekologi maupun

sosial. Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) D.I.Yogyakarta adalah salah

satu KPH yang mengelola serangkaian tujuan yang ditetapkan secara eksplisit

sesuai dengan rencana pengelolaan hutan jangka panjang maupun jangka pendek.

Serangkaian kegiatan diselenggarakan oleh KPH dalam suatu institusi

pengelolaan, meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,

pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan,

perlindungan hutan dan koservasi alam. Selain tata kelola yang baik hal yang

mendukung kegiatan pengelolaan hutan di KPH Yogyakarta adalah kondisi sosial

budaya masyarakat. Kondisi sosial budaya yang mendukung kegiatan pengelolaan

KPH Yogyakarta dapat diketahui melalui kegiatan studi sosial budaya.

1
Studi sosial budaya merupakan kegiatan yang sangat penting untuk di

laksanakan guna mengetahui pola interaksi masyarakat yang tinggal didalam

maupun diluar kawasan hutan di KPH Yogyakarta. Hasil studi sosial budaya dapat

dijadikan sebagai dasar perencanan pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Studi

sosial budaya masyarakat bertujuan untuk merumuskan perencanaan pengelolaan

hutan di KPH Yogyakarta. Data yang di kumpulkan dalam kegiatan meliputi

karakteristik masyarakata didalam dan sekitar Kawasan KPH, aktifitas

masyarakat yang di lakukan di tegakan jati dan juga hubungan masyarakat dengan

Kawasan itu sendiri.

Berdasarkan hasil uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakikan

penulisan laporan magang tentang ”Studi Sosial Budaya Masyarakat Sekitar

Hutan Di RPH Kepek, BDH Playen, Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta”

2
B. Tujuan

Adapun tujuan kegiatan magang di KPH Yogyakarta :

A. Tujuan Umum

a) Mengetahui secara umum bentuk pengelolaan hutan di BKPH

Yogyakarta berupa kerja sama dengan masyarakat dalam pemanfaatan

hutan

b) Meningkatkan wawasan, pengetahuan, pengalaman, kemampuan dan

ketrampilan mahasiswa

c) Menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai keadaan yang

sesungguhnya untuk mempersiapkan diri dalam dunia kerja

d) Menimbah dan meningkatkan kerjasama antara Program Studi

Kehutanan Universitas Nusa Cendana dengan institute pemerintahan

atau swasta dimana mahasiswa di tempatkan

B. Tujuan Khusus

a) Mengetahui karakteristik masyarakat yang berada di dalam dan di luar

Kawasan KPH Yogyakarta BDH Playen, RPH Kepek, Kabupaten

Gunung Kidul

b) Mengetahui interaksi masyarakat dengan KPH Yogyakarta BDH

Playen RPH Kepek Kabupaten Gunung Kidul

c) Mengetahui hubungan masyarakat dengan hutan di RPH Kepek, BDH

Playen, Kabupaten Gunung Kidul DI Yogyakarta

3
C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a. Memperoleh gambaran bagaimana lingkup kerja di bidang pengelolaan

hutan, khususnya di Balai KPH Yogyakarta.

b. Mengaplikasikan ilmu yang di peroleh di bangku kuliah dan mencoba

menemukan pengalaman baru yang belum di peroleh dari Pendidikan

formal

c. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengelolaan hutan

secara langsung serta mendapatkan pengalaman untuk mempersiapkan

diri,sebagai bekal di dunia kerja

2. Bagi Pembaca dan Mahasiswa Kehutanan Lainnya

a. Mendapat informasi tantang karakteristik masyarakat yang berada di

dalam dan di luar Kawasan KPH Yogyakarta BDH Playen, RPH

Kepek, Kabupaten Gunung Kidul

b. Mendapat informasi tantang interaksi masyarakat dengan Kawasan

Hutan KPH Yogyakarta BDH Playen RPH Kepek Kabupaten Gunung

Kidul.

c. Mendapatkan informasi tentang hubungan masyarakat dengan hutan di

RPH Kepek, BDH Playen, Kabupaten Gunung Kidul DI Yogyakarta

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum KPH Yogyakarta

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Yogyakarta mempunyai wilayah

seluas 15.724,50 Ha yang terdiri dari Hutan Produksi seluas 13.411,70 Ha, Hutan

Lindung seluas 2.312,80 Ha. Wilayah hutan KPH Yogyakarta dibagi kedalam tiga

kabupaten yaitu Kabupaten Kulan Progo seluas 856 Ha, Kabupaten Bantul seluas

1.041,20 Ha dan Kabupaten Gunung Kidul seluas 13.826,800 Ha, Berdasarkan

SK.712/Menhut-II/2011 tanggal 20 Desember 2011 (Anonim, 2012)

Gambar 2.1. Peta Operasi KPH Model Yogyakarta

Wilayah hutan Balai KPH Yogyakarta terletak diantara 07º48’4.8”-

08º8’.08’ LS dan 110º04’10.16”-110º42’42.7”.Secara administi, batas wilayah

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di antara 70’53’-80’15’ LS dan

5
1100’5’-1100’48 BT. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki batas wilayah

sebagai berikut: sebelah barat laut berbatasan dengan Kab.Magelang, sebelah

timur berbatasan dengan Kab.Wonogiri, sebelah timur laut berbatasan dengan

Kab.Klaten, sebelah selatan berbatasan dengan samudera Hindia yang mempunyai

Panjang pantai 100 Km dan di sebelah barat berbatasan dengan Kab.Purworejo

(Anonim, 2012)

Jenis penutupan vegetasi yang berada di wilayah hutan yang di kelolah

oleh Balai KPH Yogyakarta sagat beragam yaitu Jati, Kayu Putih, Mahoni,

Akasia, Kesambi, Pinus, Sonokeling, Kemiri, Bambu, Gamelina, Gliricedae,

Murbei dan hutan tanaman campuran. Adapun secara lengkap tutupan vegetasi di

wilayah hutan KPH Yogyakarta (Sukmono, 2014) dapat di lihat pada tabel 2.1

berikut

Tabel 2.1 Tutupan Vegetasi Hutan di Wilaya KPH Yogyakarta

No Jenis Tanaman Luas (Ha) Persentase (%)

1. Jati 6.812,84 45

2. Kayu Putih 4.603,72 31

3. Mahoni 105,20 0,64

4. Acacia auriculiformis 208,95 1,28

5. Acacia catechu 7,8 0,05

6. Pinus 125,10 0,76

7. Kemiri 159,3 0,97

8. Kusambi 17,8 0,11

9. Gamelina 1 0,01

10. Gliricedea 13,5 0,08

6
11. Sonokeling 158,75 0,975

12. Bambu 5 0,03

13. Murbei 4,90 0,03

14. Campuran 801,9 4,90

Secara garis besar jenis tanaman yang ada di Daerah Istimewa Yogyaarta

adalah Krambisol, Grumusol, Regosol, Aluvial, Latosol, Mediteran dan Renzina.

Pada BDH Kulonprogo-Bantul seluruh hutannya seluas 1.897,60 Ha tumbuhan di

atas tanah Latosol sedangkan BDH Panggang seluas 2.232,70 Ha tumbuh di atas

tanah Mediteran. Untuk Playen sebagian berada pada tanah Mediteran seluas

3.586,92 Ha dan sebagian kecil di tanah Latosol seluas 688,68 Ha. BDH

Karangmojol cukup bervariasi tumbuh pada jenis tanah Mediteran dengan luas

3.353,83 Ha, sedangkan sebagian kecil tumbuh di berbagai jenis tanah dengan

luas 186,84 Ha di tanah Aluvial, 133,44 Ha di tanah Grumosol, 65,90 Ha tumbuh

di tana Lutosol, dan 6,39 Ha tumbuh pada tanah Renzina (Anonim, 2012)

Iklim provinsi DIY termasuk dalam daerah tropika musim di pengruhi

oleh hembusan muson barat dan muson timur mengakibatkan musim penghujan

dan musim kemarau yang selisi berganti sepanjang tahun. Kelembaban udara

berkisar antara 65-95%. Pada musim penghujan curah hujan bulan maksimum

dapat mencapai kurang dari 400 mm. Pada musim kemarau curah hujan bulanan

maksimum 100 mm. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.500 hingga 3500 mm.

Umumnya suhu udara dapat mencapai 23,4-31,1ºC (Anonim, 2012).

7
B.Gambaran Umum BDH Playen

Pengelolaan hutan di Daerah Istimewa Yogyakarta di mulai sejak zaman

penjajahan dan telah di lakukan sistem pembagian ke dalam unit-unit pengelolaan

hutan yaitu Bagian Daerah Hutan (BDH) dan Resort Pengelolaan Hutan (RPH).

BDH (Bagian Daerah Hutan) adalah suatu kesatuan pengelolaan hutan di wilyah

yang terdiri dari beberapa RPH (Resort Pengelolaan Hutan) sebagai suatu sistem

yang terstruktur. BDH di kepalai oleh seorang Sinder dan RPH di kepalai oleh

seorang Mantri. Tugas dari kepala BDH atau Sinder adalah sebagai kordinator

pelaksana fungsi teknis tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan

hutan,pemanfaatan hutan, pengguna Kawasan hutan, rehabilitasi hutan dan

relamasi, perlindungan hutan dan konservasi alam. Seiring perkembangan waktu,

dengan adanya penggunaan fungsi atau alih fungsi Kawasan hutan menyebabkan

penataan wilayah dalam suatu BDH dan RPH ini perlu di sempurnakan kembali.

Sejak di bentuknya Balai KPH Yogyakarta pada tahun 2008, pada tahu 2010 Balai

KPH Yogyakarta telah melakukan penyempurnaan pembagian wilayah BDH dan

RPH (Anonim, 2012)

Sesuai dengan keputusan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Provinsi DIY 188/8898 tanggal 30 November 2010 tentang penetapan wilayah

kerja Bagian Daerah Hutan (BDH) dan Resort Pengelolaan Hutan (RPH)

Yogyakarta, bahwa Kawasan hutan negara Balai KPH Yogyakarta seluas

16.358,60 Ha di bagi dalam 5 (lima) wilayah Bagian Daerah Hutan (BDH) dan 25

wilayah Resort Pengelolaan Hutan (RPH). Luas wilayah kerja BDH Playen adalah

seluas 3.641,5 Ha yang terbagi dalam 5 RPH dan 1 hutan penddikan wanagama

8
yang pengelolaannya di serahkan pada Universitas Gajah Mada (UGM), Wilayah

BDH Playen (Anonim, 2012) di sajikan pada tabel 2.2. sebagai berikut :

Tabel 2.2.Wilayah Hutan BDH Playen

No RPH Luas Total (Ha) Keterangan

1. Wonolagi 554,90 Di kelola KPH

2. Kemunung 460,30 Di kelola KPH

3. Gubugrubu 653,20 Di kelola KPH

4. Menggoran 676,60 Di kelola KPH

5. Kepek 696,80 Di kelola KPH

6. Wanagama 599,70 Di kelola UGM

TOTAL 3.641,5 Ha

C. Pengertian Sosial budaya

Sosial berasal dari kata ”socius” yang berarti segala sesuatu yang lahir,

tumbuh dan berkembang dalam kehidupan secara bersama-sama. Sosial dalam arti

masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang bertalian dengan

sistem hidup bersama atau hidup bermasyarakat dari orang atau sekelompok

orang yang didalamnya sudah tercakup struktur, organisasi, nilai-nilai Sosial, dan

aspirasi hidup serta cara mencapainya (Ranjabar, 2006). Sedangkan budaya,

atau kebudayaan adalah cara atau sikap hidup manusia dalam berhubungan

secara timbal balik dengan alam dan lingkungan hidupnya yang didalamnya

sudah tercakup pula segala hasil dari cipta, rasa, karsa, dan karya, baik yang

fisik, material maupun yang psikologis dan spiritual (Ranjabar, 2006).

9
Sosial budaya merupakan konsep untuk menelaah asumsi-asumsi dasar dalam

kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, sistem sosial budaya yaitu merupakan

keseluruhan dari unsur-unsur tata nilai, tata sosial dan tata laku manusia yang saling

berkaitan dan masing-masing unsur bekerja secara mandiri serta bersama-sama satu

sama lain saling mendukung untuk mencapai tujuan hidup manusia dalam

bermasyarakat (Muhammad, 2008 ).

Sosial budaya merupakan segala hal yang dicipta oleh manusia dengan

pemikiran dan budi nuraninya untuk dan atau dalam kehidupan bermasyarakat.

Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya

yang diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat (Ranjabar, 2006).

Masyarakat memiliki warisan-warisan genetik yang berbeda dari jenis

makhluk lainnya. Warisan-warisan genetik memberikan kemampuan kepada

manusia untuk mengembangkan warisan-warisan budaya yang sangat beragam,

yang sejak semula meliputi dimensi-dimensi sosial dan budaya, yang kemudian

membangun sistem sosial-budaya, bagi kelangsungan dan pengembangan

kehidupannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa, sistem sosial budaya merupakan

sistem paduan dari sistem sosial dan sistem budaya sehingga menjadi suatu sistem

kemasyarakatan yang meliputi hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat

menghasilkan dan mengembangkan unsur-unsur budaya, untuk memenuhi

tindakan–tindakan sosial (Archer, 2004).

10
BAB III
METODE PELAKSANAAN MAGANG

A. Waktu Dan Tempat

Kegiatan magang di lakukan di KPH Yogyakarta,BDH Playen RPH

Kepek, Provinsi Jawa Tengah. Di laksanakan pada tanggal 26 Juni sampai tanggal

26 Juli 2019.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan magang yaitu alat tulis menulis, alat

perekam suara, kamera.

C. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan

untuk memperoleh informasi dari Responden.

2. Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data yang di gunakan untuk

mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan dilokasi magang.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Masyarakat Sekitar Hutan Di BDH Playen, KPH Yogyakarta


Wilayah BDH Playen yang memiliki akses yang terbuka dan

berdampingan dengan wilayah Kabupaten Bantul dan Kecamatan Paliyan,

memberikan akses tidak hanya bagi masyarakat sekitar hutan di Kecamatan

Playen melainkan juga masyarakat di Kecamatan Paliyan serta masyarakat di

Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul. Cakupan wilayah BDH Playen yang cukup

tersebar secara luas, memberdayakan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan

hutan sebanyak 5.660 KK baik dalam pengelolaan hutan negara maupun dalam

pemungutan hasil daun kayu putih. Jumlah ini melebihi dari jumlah penduduk

miskin sekitar hutan BDH Playen yaitu hanya 2.595 KK. Hal ini menunjukkan

bahwa akses pengelolaan hutan ternyata tidak hanya menampung bagi masyarakat

miskin tetapi masyarakat yang tergolong mampu pun juga ikut serta dalam

kegiatan pengeloaan hutan. Karakteristik ini sangat menarik, dan berkaitan dengan

budaya masyarakat bahwa proses pemberdayaan masyarakat kehutanan tidak

hanya bagi masyarakat yang tidak mampu.

Jumlah masyarakat dari kecamatan lain yang bekerja di wilayah hutan

BDH Playen 920 KK yang datang dari Kecamatan Paliyan sebanyak 327 KK

dan dari Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul sebanyak 593 orang (khususnya

Desa Jatimulyo dan Dlingo). Peran kehutanan dalam memberdayakan

masyarakat di BDH Playen bagi masyarakat sekitar hutan menopang sebesar

35,37% dari jumlah penduduk sekitar hutan yang ada.

12
B. Karakter Sosial Budaya Masyarakat Sekitar Hutan di BDH Playen,
KPH Yogyakarta

Unsur sosial budaya merupakan salah satu instrument penting dalam

pembangunan, hal ini terkait perencanaan, sasaran dan tercapainya target kinerja

pembangunan. Karakteristik sosial budaya masyarakat di Daerah Istimewa

Yogykarta adalah masyarakat tradisional yang memegang teguh budaya luhur

warisan nenek moyang. Sehingga dalam melaksanakan pembangunan, dan juga

pemanfaatan dalam kawasan hutan masih mengadopsi karakteristik sosial budaya

yang di tinggalkan secara turun temurun oleh nenek moyang.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan beberapa karakteristik dalam hal

sosial budaya yaitu :

a) Umumnya berorientasi maju, kondisi ini tidak terlepas dari peranan

Yogyakarta sebagai pusat pendidikan;

b) Pandangan hidup yang luhur dalam mewujudkan keseimbangan hidup

antara manusia, alam dan lingkungannya

c) Tingkat sosial yang tinggi yang ditunjukkan dengan semangat

kegotongroyongan yang tinggi (Sukmono,2014)

M asyarakat sekitar hutan di wilayah Balai KPH Yogyakarta memiliki

keterkaitan dengan Kawasan hutan sangat baik. Budaya masyarakat dalam

kaitannya dengan tanaman kehutanan diantaranya, masyarakat sangat menyukai

tanaman jati. Penggunaan kayu jati untuk bangunan rumah dan sarana

prasarananya menjadikan lambang strata kehidupan di masyarakat Yogyakarta.

Dalam pemungutan hasil hutan non kayu, pemanfaatan lahan dalam bentuk

13
pesanggem. Pasanggem merupakan istilah yang digunakan dalam pemanfaatan

lahan dengan mengembangkan tanaman semusim dibawah tegakan Jati.

C. Hubungan Masyarakat Dengan Hutan

Keberadaan masyarakat agraris yang hidup turun temurun berada di

sekitar kawasan hutan negara dan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap

sumber daya alam yang ada membuat mau tidak mau mereka memanfaatkan

hutan dalam keseharian hidup mereka. Masyarakat sekitar kawasan hutan

memanfaatkan hutan negara untuk berbagai keperluan guna mencukupi

kebutuhan hidup mereka. Beberapa manfaat hutan bagi masyarakat yaitu sebagai

sumber rumput untuk pakan ternak dan kayu bakar sebagai bahan pembuatan

arang yang dijual di wilayah mereka. Sebagai bahan pembuatan arang adalah

tanaman kayu-kayuan berusia pendek seperti akasia, yang mereka ambil dari

kawasan hutan dan tanaman yang sakit. Rumput yang diambil dari hutan

dipergunakan sebagai pakan ternak (sapi) dan dipergunakan sebagai sumber

pendapatan masyarakat.

Para petani juga memanfaatkan lahan hutan untuk bercocok tanam,

sebagian besar masyarakat di sekitar hutan memanfaatkan lahan hutan negara

sebagai lahan pertanian dengan sistem tumpang sari. Tumpang sari banyak

membantu para petani untuk menambah pendapatan terutama bagi petani yang

tidak memiliki lahan atau petani yang lahan pertaniannya sempit. Pemanfaatan

lahan hutan untuk tumpang sari yang memadukan penanaman palawija atau

tanaman pangan dengan tanaman keras secara bersama-sama juga bermanfaat

untuk konservasi tanah dan air di kawasan hutan. Masyarakat sekitar hutan telah

14
memahami bagaimana mengurangi erosi lahan hutan garapannya dengan

melakukan pengolahan tanah serta pembuatan teras sederhana.

Di samping kegiatan pemanfaatan lahan berupa sistem tumpang sari,

hubungan masyarakat dengan hutan juga diwujudkan melalui program

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM); Adanya program (PHBM) oleh

pemerintah ternyata mampu meningkatkan peran serta masyarakat sekitar hutan

untuk turut serta dalam pelestarian hutan dan dapat memberikan banyak peluang

bagi petani untuk meningkatkan pendapatan dari hasil pertaniannya sekaligus juga

ikut menikmati hasil panen tanaman keras dari hutan negara sesuai kesepakatan

yang berlaku. Ada beberapa trik PHBM yang diterapkan dalam pengelolaan

kawasan hutan Balai KPH Yogyakarta, antara lain yaitu pengembangan kegiatan

PAM swakarsa. Kegiatan PAM swakarsa adalah untuk meningkatkan kesadaran

dan partisipasi aktif masyarakat dalam upaya menjaga kawasan hutan, khususnya

di KPH Yogyakarta. Kegiatan ini di lakukan agar masyarakat memiliki

kemampuan dan pengetahuan tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya. Dari sedikit uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa

masyarakat dan hutan memiliki hubungan yang saling erat dan dapat saling

memberi manfaat. Selain kegiatan PAM swakarsa kegiatan PHBM sendiri

diwujudkan melalui melalui program hutan kemasyarakatan ( HKm ).

Program Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang diberikan pada dasarnya

bertujuan kepada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di

sekitar hutan melalui suatu sistem pengelolaan hutan yang menempatkan

masyarakat desa sebagai pelaku utama, mitra kerja, dan sebagai pihak yang harus

mendapat bagian kesejahteraan yang memadai dari kegiatan pengelolaan hutan.

15
Hutan Kemasyarakatan yang dapat dijadikan sebagai alternatif pemecahan

masalah pengelolaan hutan dan melibatkan masyarakat secara partisipati.

Pemanfaatan kawasan untuk dialokasi sebagai HKm dilakukan pada

kawasan hutan produksi. Dengan kegiatan yang dilakukan berupa pemanfaatan

hasil hutan kayu dan memanfaatkan ruang tumbuh dengan melakukan penanaman

tanaman pertanian atau tanaman semusim.

16
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, antara lain

1. Jumlah masyarakat dari kecamatan lain yang bekerja di wilayah

hutan BDH Playen 920 KK yang datang dari Kecamatan Paliyan

sebanyak 327 KK dan dari Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul

sebanyak 593 orang (khususnya Desa Jatimulyo dan Dlingo).

2. Karakteristik sosial budaya masyarakat berupa warisan yang di

tinggalkan oleh nenek moyang. Karakteristik sosial budaya yang

dianut oleh masyarakat dalam memanfaatkan kawasan hutan berupa

kegiatan pessagem.

3. Hubungan masyarakat dalam kawasan hutan dengan bagimana

masyarakat memanfaatkan lahan hutan untuk bercocok tanam.

Pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat berupa pemanfaatan

dengan sistem tumpang sari dan kegiatan PHBM.

B. SARAN
Kepada masyarakat sekitar hutan di Resort pengelolaan Hutan (RPH)
Kepek untuk lebih memperhatikan hutan dan mengelolanya tetap lestari

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Buku Profil KPH Provinsi DI Yogykarta. Http:


//Kph.menhlk.go.id/index.php?option=com_content&view=articel&id=91:P
rofil –kphp-model-Yogyakarta.

Archer, margaret S. 2004. Culture and agency: The Place Of Culture In Social
Ttheory, Revised Edition. New York and Cambridge: Cambridge University
press.

Ranjabar. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia http ;//ejournal.forda-mof.org. (


20 Juli 2019)

Sukmono, Aji. 2014. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan


Pengelolaan Hutan Produksi ( RPHJP KPHP ) Model Yogyakarta DIY
Tahun 2014 – 2015. https ;//kphjogja.wordpress.com. ( 19 Juli 2019 ).

18

Anda mungkin juga menyukai