Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

PERENCANAAN SUMBERDAYA HUTAN

ACARA I

PENYAJIAN STRUKTUR KELAS HUTAN DAN DISTRIBUSI SPASIAL


STRUKTUR KELAS HUTAN

Disusun Oleh:

Nama : Nurraihan Pratiwi

NIM : 19/445527/KT/09125

Co-Ass : Vania Dwi Rafifah

Kelompok : 19

Shift : Jumat, 13.00 WIB

LABORATORIUM PERENCANAAN PEMBANGUNAN HUTAN

LABORATORIUM SISTEM INFORMASI SPASIAL DAN PEMETAAN HUTAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021
ACARA I

PENYAJIAN STRUKTUR KELAS HUTAN DAN DISTRIBUSI SPASIAL


STRUKTUR KELAS HUTAN

I. TUJUAN

Tujuan dari praktikum penyajian struktur kelas hutan dan distribusi spasial struktur
kelas hutan ini yaitu agar mahasiswa mampu menyajikan struktur kelas hutan, bonita,
KBD dengan menggunakan pivot table dan QGIS.

II. ALAT DAN BAHAN


A. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Microsoft excel
2. Laptop
3. Software QGIS
B. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. File PDE KPH Ngawi

III. CARA KERJA


Berikut cara kerja praktikum kali ini:

Cermati bahan praktikum berupa PDE KPH Ngawi

Olah data dari PDE KPH Ngawi

Sajikan data dari PDE KPH Ngawi

Sajikan distribusi spasial

Pertama, dicermati terlebih dahulu data PDE KPH Ngawi. Setelah itu, data
diolah menggunakan microsoft excel. Pada data PDE KPH Ngawi pada bagian kelas hutan
dipilih atau difiter kelas hutan produktif berupa MR, MT, dan KU. Lalu data tersebut
diolah dengan bantuan Pivot Table. Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik
untuk struktur kelas hutan produktif, perubahan Bonita, dan perubahan KBD. Selanjutnya,
dari data tersebut, disajikan distribusi spasial berupa peta struktur kelas hutan produktif,
perubahan Bonita, dan perubahan KBD dengan bantuan software QGIS.

IV. DATA (terlampir)


Tabel 1. Struktur Kelas Hutan Produktif KPH Ngawi
Tabel 2. Perubahan Bonita Tegakan Jati KPH Ngawi
Tabel 3. Perubahan KBD Tegakan Jati KPH Ngawi
Grafik 1. Struktur Kelas Hutan Produktif KPH Ngawi
Grafik 2. Perubahan Bonita Tegakan Jati KPH Ngawi
Grafik 3. Perubahan KBD Tegakan Jati KPH Ngawi
Gambar 1. Struktur Kelas Hutan Produktif KPH Ngawi
Gambar 2. Perubahan Bonita Tegakan Jati KPH Ngawi
Gambar 3. Perubahan KBD Tegakan Jati KPH Ngawi

V. PEMBAHASAN
Inventarisasi hutan bisa disebut juga dengan perisalahan hutan dalam lingkup yang
terbatas (risalah hutan/timber cruising). Inventarisasi hutan berarti usaha untuk
menguraikan kuantitas dan kualitas pohon hutan serta berbagai karakteristik areal tanah
tempat tumbuhnya. Sedangkan pengertian risalah hutan adalah suatu kegiatan pencatatan,
pengukuran, dan penandaan pohon dalam areal lahan hutan yang diukur untuk mengetahui
jenis, diameter, jumlah pohon yang akan ditebang dan yang dilindungi, serta pencatata n data
lapangan lainnya. Tujuan dari perisalahan hutan itu sendiri adalah untuk mendapatkan
informasi tentang kondisi hutan termasuk kelas hutan (Supratman, 2016).
Data yang dibutuhkan untuk perisalahan hutan adalah risalah daerah penelitian yang
didapatkan dari hasil penelitian sebelumnya, literatur, laporan dan tulisan dari pihak instansi
terkait dan mencakup letak daerah, kondisi tanah, kondisi geografi, iklim, curah hujan dan
vegetasi (Purnama, Jumani, & Biantary, 2016).
Selain itu, risalah yang juga sangat penting adalah risalah tegakan. Risalah tegakan
berisi struktur tegakan yang berisi tingkat pertumbuhan pohon, penyusunnya, dan dinamika
populasi jenis maupun kelompok populasi jenis. Risalah tegakan juga berisi umur, kerapatan
tegakan, luas bidang dasar, diameter dan tinggi batang (Herianto, 2017).
Risalah tegakan bisa digunakan untuk menyajikan struktur tegakan. Struktur tegakan
adalah sebaran individu tumbuhan dalam lapisan tajuk dan dapat diartikan sebagai sebaran
pohon per satuan luas dalam berbagai kelas diameternya. Dalam suksesi huta n, selalu ada
perubahan struktur tegakan hutan. Perubahan tersebut terjadi karena adanya perbedaan
kemampuan pohon dalam memanfaatkan energi matahari, unsur hara/mineral dan air, serta
sifat kompetisi. Oleh karena itu, susunan pohon di dalam tegakan hutan akan membentuk
sebaran kelas diameter yang bervariasi (Heriyanto & Subiandono, 2016).
Data risalah tegakan juga bermanfaat untuk mengetahui potensi produksi suatu
hutan. Potensi hutan tersebut berisi keadaan hutan, topografi, ik lim serta keadaan
masyarakat yang ada di dalam dan sekitar hutan. Data potensi hutan tersebut berfungsi untuk
dasar dalam menyusun pengelolaan hutan lebih lanjut sesuai dengan kondisi lapangan
(Sukarno, Tirkaamiana, Jumani, & Emawati, 2019).
Pada praktikum kali ini menggunakan data PDE 2/PK2. PK 2 mengandung data yang
digunakan untuk menentukan kelas umur serta kelas hutan produktif atau kelas hutan tidak
produktif. Kelas hutan dibagi sesuai dengan kawasan hutan yang dibagi sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pada pasal 3.
Kawasan hutan dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan fungsinya seperti:
1. Kawasan produksi
2. Kawasan perlindungan
3. Kawasan untuk penggunaan lain
Pertama adalah kawasan produksi. Kawasan produksi ditetapkan pada areal atau
lapangan yang diperuntukkan untuk menghasilkan kayu atau hasil hutan lainnya. Kawasan
produksi terdiri dari:
1. Untuk kelas perusahaan: sesuai untuk pertumbuhan jati dan diperuntukkan untuk
menghasilkan jati secara teratur, dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Kawasan produktif:
- Kelas umur (KU)
- Miskin riap (MR)
- Masak tebang (MT)
b. Kawasan tidak produktif:
- Tanah kosong (TK)
- Tanaman jati bertumbuh kurang (TBK)
- Lapangan tebang habis jangka lampau (LTJL)
2. Bukan untuk kelas perusahaan: tidak sesaui untuk jati
a. Produktif:
- Tanaman kayu lain (TKL)
- Tanaman jenis kayu lain (TJKL)
b. Tidak produktif:
- Tanaman kayu lain rusak (TKLR)
- Tanaman jenis kayu lain rusak (TJKLR)
- Tanah kosong tak baik untuk kelas perusahaan (TKTBKP)
Kedua, ada kawasan perlindungan yang terdiri dari:
1. Kawasan perlindungan setempat (KPS) yang terdiri dari
a. Sempadan sungai
b. Sempadan mata air
2. Hutan alam sekunder, kawasan yang dicadangkan menjadi kawasan perlindungan
habitat satwa liar dan ekologis, terdiri dari:
a. Hutan alam kayu lain (HAKL)
b. Hutan alam kayu lain tak baik untuk jati (HAKLTBJ)
c. Tak baik untuk produksi (TBJ)
d. Kawasan perlindungan khusus (KPKh)
3. Hutan lindung
Ketiga, ada kawasan penggunaan lahan yang terdiri dari
1. Lapangan dengan tujuan istimewa (LDTI)
2. Hutan dengan tujuan khusus (HTKh)
3. Kawasan tenurial (KTn)
Untuk menyajikan data pada perisalahan hutan kali ini, digunakan fitur pivot table
pada Ms. Excel. Data yang disajikan melalui pivot table ini adalah daftar kelas hutan,
perhitungan rata-rata tertimbang bonita, dan KBD pada kelas hutan produktif. Kelebihan
dari penggunaan pivot table ini adalah:
a. Mudah
b. Cepat
c. Efektif karena dapat menyajikan data lebih singkat
d. Mudah dibaca
Sedangkan kekurangan dari pivot table adalah:
a. Jika ada perubahan data pada sumber datanya, data pada pivot table tidak dapat
diperbarui secara otomatis.
Selain untuk mengetahui daftar kelas hutan, pivot table juga berguna untuk
mengetahui pengaruh KBD dan Bonita pada kelas hutan produktif. Bonita adalah kelas
kemampuan tempat tumbuh dalam memberikan hasil bagi suatu jenis tertentu, sedangkan
KBD adalah perbandingan antara luas bidang dasar pohon jenis tertentu di lapangan dengan
ukuran kondisi ideal pada tabel normal jenis pohon tersebut dalam satuan luas per hektar.
Kerapatan Bidang dapat ditaksir melalui luas bidang dasar. Nilai KBD ditentukan peranak
petak dengan membandingkan Luas Bidang Dasar (LBDS) tegakan di lapangan dengan
LBDS tabel normal untuk bonita dan umur yang sama. Struktur tegakan merupakan bentuk
ekofisiologis dari faktor tipe ekosistem sebagai respon dari tingkat gangguan terhadap
tegakan hutan dan lingkungan sekaligus juga menunjukkan tingkat suksesi atau pemulihan
hutan. Sehingga semakin tinggi bonita maka akan semakin tinggi produktivitas tegakan jati.
KBD adalah perbandingan luas bidang dasar di lapangan dengan di dalam tabel normal
untuk bonita dan umur yang sama. Semakin mendekati 1 sebuah nilai KBD maka
menunjukkan produktivitas kelas tegakan yang semakin baik.
Pada praktikum ini didapatkan kelas hutan produktif KU I, KU II, KU III, KU IV,
KU V, KU VI, KU VII, KU VIII, dan MR dengan luas total 4.279,28 Ha dengan luas
terbesar pada KU I. Luasan tersebut berasal dari luas awal ditambah dengan NIM 0,22. Luas
KU I 3.176,66 Ha, luas KU II 657, 86 Ha, luas KU III adalah 307,84 Ha, luas KU IV adalah
35,54 Ha, luas KU V adalah 78,9 Ha, luas KU VI adalah 2,72, luas KU VII adalah 2,92 Ha,
luas KU VIII adalah 6,92 dan luas MR adalah 7,92 Ha. Sedangkan bonita yang didapat
adalah pada KU I terdapat bonita 1,5;2;2,5;3;3,5;4;4,5. Bonita pada KU II adalah
2;2,5;3;3,5;4;4,5;5. Bonita pada KU III adalah 2;2,5;3;3,5;4. KU IV adalah 2,5;3;4. KU V
adalah 2;2,5;3;3,5. KU VI adalah 3. KU VII adalah 2,5. KU VIII adalah 3,5. MR adalah 3,5.
Untuk nilai KBD, digunakan data asli KBD yang telah ditambah NIM 0,022. KBD KU I
adalah 0,624, KBD KU II adalah 0,72, KBD KU III adalah 0,979, KBD KU IV adalah 0,76,
KBD KU V adalah 0,798, KBD KU VI adalah 0,692, KBD KU VII adalah 0,792, KBD KU
VIII adalah 0,752, dan KBD MR adalah 0,492 sehingga didapatkan total KBD sebesar 0,666
dengan KBD terbesar pada KU III.
VI. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah untuk menyajikan data pada
perisalahan hutan kali ini, digunakan fitur pivot table pada Ms. Excel. Data yang disajikan
melalui pivot table ini adalah daftar kelas hutan, perhitungan rata-rata tertimbang bonita,
dan KBD pada kelas hutan produktif. Data yang didapat adalah didapatkan kelas hutan
produktif KU I, KU II, KU III, KU IV, KU V, KU VI, KU VII, KU VIII, dan MR dengan
luas total 4.279,28 Ha. Bonita yang didapat adalah pada KU I terdapat bonita
1,5;2;2,5;3;3,5;4;4,5, bonita pada KU II adalah 2;2,5;3;3,5;4;4,5;5. Bonita pada KU III
adalah 2;2,5;3;3,5;4. KU IV adalah 2,5;3;4. KU V adalah 2;2,5;3;3,5. KU VI adalah 3. KU
VII adalah 2,5. KU VIII adalah 3,5. Sedangkan total KBD pada KU I, KU II, KU III, KU
IV, KU V, KU VI, KU VII, KU VIII, dan MR adalah 0,666 dengan KBD terbesar pada KU
III.
DAFTAR PUSTAKA

Herianto. (2017). Keanekaragaman Jenis dan Struktur Tegakan di Areal Tegakan Tinggal.
Jurnal Ilmiah Pertanian dan Kehutanan Vol. 4 No. 1, 38-46.
Heriyanto, N., & Subiandono, E. (2016). Peran Biomassa Mangrove dalam Menyimpan
Karbon di Kubu Raya, Kalimantan Barat. Jurnal Analisis Kebijakan Vol. 13 No. 1, 1-
12.
Purnama, H., Jumani, & Biantary, M. P. (2016). Inventarisasi Distribusi Tegakan Puspa
(Schima wallichii Korth) pada Berbagai Tipe Kelerengan di Kebun Raya UNMUL
Samarinda (KRUS) Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR Vol. 15 No. 1, 55-
64.
Sukarno, Tirkaamiana, M., Jumani, & Emawati, H. (2019). Potensi Tegakan Tingkat Tiang dan
Pohon di Areal KHDTK Hutan DIklat Loa Haur Kecamatan Loa Janan Kabupaten
Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR Vol. 18 No. 2, 347-
360.
Supratman. (2016). Kemitraan Pengelolaan Hutan Rakyat: Pembelajaran dari Bulukumba,
Sulawesi Selatan. Bogor: Forda Press

Anda mungkin juga menyukai