Anda di halaman 1dari 63

ACARA I.

PENYAJIAN STRUKTUR KELAS HUTAN DAN


DISTRIBUSI SPASIAL STRUKUR KELAS HUTAN

Tujuan umum:
• Mahasiswa mampu menyajikan struktur kelas hutan, bonita, KBD dengan menggunakan
pivot table dan Q GIS.

Durasi
• Kelas 1 x 50 menit
• Mandiri kelompok (2 x 50 menit)

Luaran

• Laporan kelompok
• Dikumpulkan pada acara berikutnya dengan format bebas.

Pengantar
Hasil kegiatan perisalahan hutan akan memberikan data dan informasi yang lengkap
tentang kondisi tapak. Blanko isian yang memuat data bervariasi dengan jumlah yang sangat
banyak, membutuhkan alat bantu dalam melakukan analisis kelas hutan. Dalam blanko tersebut
masih meliputi data dari hutan produktif dan hutan tidak produktif (gambar 1). Program Excel
merupakan salah satu alternative dalam mengolah dan menyajikan data hasil perisalahan hutan
dengan fitur Pivot table. Melalui fitur pivot table, mahasiswa dapat menentukan daftar kelas hutan,
perhitungan rata-rata tertimbang bonita, KBD pada kelas hutan produktif. Dengan kecepatan
dalam pengolahan data, memungkinkan mahasiswa dapat memiliki lebih banyak waktu untuk
melakukan Analisa yang mendalam.
TBP

KU I - XII
LDTI
Bukan
Utk Produksi SA/HW
Produktif MT

MR
HL

LJTL

Utk Produksi TKL


TK
kayu Jati
Tidak HAKL
HKL
Untuk Produktif TJBK
Produksi HJBK
HAJBK

HKL-TBJ TKL-TBJ
Bukan TBJ TK-TBJ HAKL-TBJ
Utk Produksi
Kayu Jati TJKL
HJKm TJM
HLT

Gambar 1. Bagan kelas hutan di Perhutani


Alat dan bahan
1. File PDE Getas Ngandong
2. Alat tulis
3. Kalkulator/komputer
4. Software Q GIS

Prosedur kerja
1. Mahasiswa bekerja dalam kelompok yang didampingi oleh seorang mahasiswa
pendamping (co-assisten).
2. Mahasiswa mencermati bahan praktikum berupa PDE 2 Getas Ngandong.
3. Mahasiswa mengolah data dari PDE 2 Getas Ngandong
4. Mahasiswa menyajikan data dari PDE 2 Getas Ngandong
5. Mahasiswa menyajikan distribusi spasial
6. Laporan praktikum dikumpulkan pada acara berikutnya.

Bahan bacaan
Ir. Soedarwono Hardjosoediro. Kelas Hutan. Bagian penerbit Fakultas Kehutanan
UGM.

Simon, H. 2010. Perjalanan Akademik Prof. Ir. Soedarwono Hardjosoediro.


Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Lampiran
A. Prosedur pengolahan dan penyajian data dengan menggunakan Pivot
table
Langkah kerja pengolahan dan penyajian data dengan Pivot table
1. Buka program Excel pada komputer (PC atau laptop)
2. Buka file “(sesuaikan dengan tugas saudara)”
3. Akan terlihat worksheet dari hasil risalah hutan di masing-masing RPH. Dalam
panduan ini akan dicontohkan file “Banglean.xls”.

Pada baris no 1. Merupakan judul kolom yang menjelaskan jenis data yang
diperoleh pada saat kegiatan perisalahan. Dalam contoh diatas (file:
Banglean.xls) diperoleh informasi mengenai anak petak, luas, tahun perisalahan,
jenis tanaman, peninggi, bonita, dll. Sesuaikan lebar dari 32 kolom yang terdapat
pada file praktikum sehingga praktikan dalam memahami data.
4. Tentukan kolom-kolom mana saja yang sesuai untuk dijadikan bahan dalam
penyusunan kelas hutan. Kolom utama yang akan disajikan informasinya adalah
per petak dan anak petak (kolom 1).
5. Data yang tidak mendukung dalam penyusunan kelas hutan dapat diabaikan
terlebih dahulu dengan fitur freeze panes. Aktifkan sel di B2, kemudian pilih
menu view dan sub menu freeze panes. Setelah di klik freeze panes maka
praktikan dapat mencari data yang sesuai dengan mudah tanpa kehilangan
informasi mengenai petak dan anak petak (kolom 1).

6. Amati data dengan cermat, apabila ada data yang “aneh” segera konsultasikan
dengan mahasiswa pembimbing (co-asisten). Apabila data sudah benar, maka
gunakan kolom pencarian (tell me what do you want to do) dan ketik “pivot
table”.
7. Klik pivot table sampai terbuka kolom dialog seperti dibawah ini. Pastikan
semua data masuk dalam “range” yang dapat dilihat dari data dalam tabel sudah
masuk dalam kotak garis terputus-putus. Kemudian klik new worksheet,
dilanjutkan dengan klik OK.
Setelah muncul di worksheet baru, maka tampilan pivot table akan seperti gambar
dibawah ini
8. Simpan sel aktif di “Drop row field here”, kemudian pada bagian kanan
“search” masukan kelas hutan. Kemudian centang kelas hutan, sehingga akan
masuk dalam kolom Rows. Setelah itu, kembali ke “search” dan ketik luas
baku, kemudian centang. Sehingga luas baku akan muncul di kolom value.

Dari tahapan tersebut terlihat bahwa terdapat kelas hutan terdiri dari kelas
hutan produktif dan kelas hutan tidak produktif.
9. Untuk mengetahui distribusi lokasi kelas hutan tersebut berada di petak atau
anak petak, klik dua kali pada bagian KU I, sehingga akan muncul tanda +.
Klik tanda + untuk melihat distribusi dimana saja petak atau anak petak
tersebut.
10. Data kelas hutan dapat juga disajikan dalam bentuk histogram. Langkah
yang perlu praktikan lakukan adalah klik “insert”, kemudian pilih histogram
Tugas
Tampilkan struktur kelas hutan, KBD, dan bonita KPH NGAWI dan
berikan analisis perbandingan hasilnya.
B. Procedures for managing and presenting spatial distribution data
1. Open QGIS. This tutorial uses the latest version, QGIS 3.8.2.

2. The following picture shows several parts of QGIS application.


1
2

6
3

Description:
1. Menu bar
2. Main toolbar area. You can manage toolbar through View → Toolbars
3. Manage Layers Toolbar
4. Browser Panel
5. Layers Panel
6. Map Canvas
7. Status Bar
8. Tool Box
3. Add the spatial data of forest compartments.

Select Add Vector Layer → Vector Dataset(s) → open folder


Exercise 2 → open folder Data → select forest_compartment data. Choose a
data with .shp type. → Open → Add → Close.

Spatial data are formed as vector and raster data model as follows:

(http://gsp.humboldt.edu/OLM_2017/Lessons/GIS/08%20Rasters/R asterToVector.html)

We use the vector model data for entire practicum activities. Vector data model
is typically saved as shapefile (.shp) type data.
4. The data will be showed as follows:

5. Right-click on the layer → Open Attribute Table


6. Load the excel data in QGIS.
Select Add Vector Layer → Vector Dataset(s) → open folder
Exercise 2 → select Evapot data→ Open → Add → Close

7. Join the excel data to shapefile data.


Double-click the forest_compartment layer → select Join → select Add

Vector Join → click data field that will be joined → choose id → OK →


Apply
8. Check the attribute table.

9. Show the data symbology (coloring).


Double-click forest_compartment layer → select Symbology → Define the
column that will be displayed on map e.g. Stand Class (Kelas Hutan) → select
Classified → Deselect all other values (the below part) → Apply → OK
10. Show feature label on map.
Double-click forest_compartment layer → click Label → break down No
labels → select Single labels → select Evapot_Anak_Petak in “Label with”
option → define the text size and font type → Apply → OK
11. Repeat step 9 for displaying Site Index (Bonita) and Productivity of Stand
Class (Produktivitas Kelas Hutan)
12. Produce a Stand Class Map
a. Select Project → Layout Manager → Create → add a print layout title

→ OK
b. Organize the paper size. Click Layout → Page Setup

c. Add map properties e.g. title, legend, north arrow, etc from this layout
toolbar
d. Save the output to JPG/PDF in your folder → Save → Save

e. The result
13. Repeat step 12 to produce Bonita, KBD, dan Struktur Kelas Hutan
Submit your map results to http://bit.ly/PerencanaanSDH2020
ACARA IIA. PENAKSIRAN POTENSI PRODUKSI DAN
PERKIRAAN BESARNYA ETAT HUTAN TANAMAN

Tujuan umum:

• Mahasiswa dapat memahami adanya perkembangan cara penetapan etat berdasarkan


perkembangan struktur tegakannya.
• Mahasiswa dapat memahami dan dapat menghitung etat dari struktur tegakan yang masih
ada hutan alamnya dan yang terdiri dari hutan tanaman semuanya.
• Mahasiswa dapat menganalisis struktur tegakannya serta menganalisis kelemahan dan
kelebihan cara penetapan etatnya.

Durasi
a. Kelas 1 x 50 menit
b. Mandiri kelompok (2 x 50 menit)

Luaran

• Laporan individu
• Dikumpulkan pada acara berikutnya dengan format bebas.

Pengantar
Etat adalah besarnya tebangan maksimum (dinyatakan dalam luas dan volume) pada
suatu unit kawasan hutan yang dikelola berdasarkan asas kelestarian hutan. Agar tidak terjadi
over cutting, maka perhitungan etat hanya dilakukan untuk kelas hutan produktif saja, yaitu
kelas hutan masak tebang (MT), miskin riap (MR), dan kelas umur (KU). Etat baru dapat
ditetapkan setelah potensi produksi (khususnya luas dan volume) unit Kawasan hutan yang
bersangkutan telah diketahui.
Di dalam pengusahaan hutan di Pulau Jawa, ada dua pendekatan penaksiran potensi
produksi, yaitu berdasarkan Instruksi 1938 dan Instruksi 1974. Di bawah ini adalah perbedaan
penaksiran potensi produksi untuk dua pendekatan tersebut:
I. Berdasarkan Instruksi 1938, volume yang ditaksir pada hasil tebangan pada akhir daur.
Disamping itu diterapkan konsep masa benah. Hal ini berkaitan dengan masih adanya hutan
alam jati miskin riap (HAJMR) pada saat itu yang akan diubah menjadi kelas hutan KU.

KU I KU II KU III KU IV KU V KU VI MT

Gambar 1. Penaksiran potensi tegakan pada umur akhir daur (UAD)


Perkembangan struktur hutan jati di Pulau Jawa yang asal mulanya berupa hutan alam
kemudian berangsur-angsur menjadi hutan tanaman, maka penetapan etatnya juga
mengalami perkembangan.
a. Hutan alam seluruhnya
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒉𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒂𝒍𝒂𝒎
𝑬𝒕𝒂𝒕 𝑳𝒖𝒂𝒔 = 𝑬𝒕𝒂𝒕 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 =
𝑫𝒂𝒖𝒓 𝒅𝒂𝒖𝒓

b. Hutan alam tercampur hutan tanaman (sedikit atau separuhnya)


𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇
𝑬𝒕𝒂𝒕 𝑳𝒖𝒂𝒔 =
𝑫𝒂𝒖𝒓
𝑽𝒐𝒍 𝒉𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒂𝒍𝒂𝒎 + 𝑽𝒐𝒍.𝒉𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒏𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒅𝒂𝒖𝒓
𝑬𝒕𝒂𝒕 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 =
𝒅𝒂𝒖𝒓

c. Hutan alam (tinggal sedikit) tercampur hutan tanaman


𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇
𝑬𝒕𝒂𝒕 𝑳𝒖𝒂𝒔 =
𝑫𝒂𝒖𝒓
𝑽𝒐𝒍 𝒉𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒂𝒍𝒂𝒎 + 𝑽𝒐𝒍.𝒉𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒏𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒅𝒂𝒖𝒓
𝑬𝒕𝒂𝒕 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 =
𝒅𝒂𝒖𝒓

Untuk hutan alam digunakan perhitungan masa benah, dengan prosedur sebagai berikut
𝐿𝑢𝑎𝑠 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑎𝑚
𝑴𝒂𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓 𝒆𝒕𝒂𝒕 𝒍𝒖𝒂𝒔 (𝑴𝑩𝑳) =
𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑙𝑢𝑎𝑠

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑎𝑚


𝑴𝒂𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓 𝒆𝒕𝒂𝒕 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 (𝑴𝑩𝑽) =
𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑀𝐵𝐿 + 𝑀𝐵𝑉
𝑴𝒂𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓 𝒆𝒕𝒂𝒕 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒅𝒂𝒏 𝒆𝒕𝒂𝒕 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 (𝑴𝑩𝑳𝑽) =
2

Jadi etat untuk hutan alam berdasar masa benahnya adalah


𝐿𝑢𝑎𝑠 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑎𝑚
𝑬𝒕𝒂𝒕 𝒍𝒖𝒂𝒔 =
𝑀𝐵𝐿𝑉
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑎𝑚
𝑬𝒕𝒂𝒕 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 =
𝑀𝐵𝐿𝑉
d. Hutan tanaman seluruhnya
• Berdasarkan Instruksi 1938
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇
𝑬𝒕𝒂𝒕 𝑳𝒖𝒂𝒔 =
𝑫𝒂𝒖𝒓
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒉𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒏𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒅𝒂𝒖𝒓
𝑬𝒕𝒂𝒕 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 =
𝒅𝒂𝒖𝒓
• Berdasarkan Von Manthel
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇
𝑬𝒕𝒂𝒕 𝑳𝒖𝒂𝒔 =
𝑫𝒂𝒖𝒓
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌
𝑬𝒕𝒂𝒕 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 =
𝟏
𝒅𝒂𝒖𝒓
𝟐
• Berdasarkan Frury (revisi dari rumus Von Manthel)
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇
𝑬𝒕𝒂𝒕 𝑳𝒖𝒂𝒔 =
𝑫𝒂𝒖𝒓
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈 𝒔𝒕𝒐𝒄𝒌
𝑬𝒕𝒂𝒕 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 =
𝒄 𝒙 𝒅𝒂𝒖𝒓
(nilai c = konstanta, yang tidak harus bernilai ½)

II. Berdasarkan Instruksi 1974, volume ditaksir pada hasil tebangan pada umur tebang rata-
rata (UTR). Hal ini karena struktur hutan didominasi oleh kelas umur (KU) muda dan kelas
hutan tidak produktif sehingga apabila ditaksir pada umur akhir daur (UAD) akan
mengakibatkan terjadinya over cutting.
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇
𝑬𝒕𝒂𝒕 𝑳𝒖𝒂𝒔 =
𝑫𝒂𝒖𝒓
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒖𝒎𝒖𝒓 𝒕𝒆𝒃𝒂𝒏𝒈 𝒓𝒂𝒕𝒂 − 𝒓𝒂𝒕𝒂 (𝑼𝑻𝑹)
𝑬𝒕𝒂𝒕 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 =
𝒅𝒂𝒖𝒓
Perhitungan umur tebang rata-rata (UTR)
1
𝑻𝒂𝒌𝒔𝒊𝒓𝒂𝒏 𝑼𝑻𝑹 = 𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 + 𝑑𝑎𝑢𝑟
2
∑(𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠) 1
𝑻𝒂𝒌𝒔𝒊𝒓𝒂𝒏 𝑼𝑻𝑹 = + 𝑑𝑎𝑢𝑟
∑ 𝑙𝑢𝑎𝑠 2

Alat dan bahan


1. File PDE Getas Ngandong
2. Alat tulis
3. Kalkulator/komputer
4. Tabel WvW.

Prosedur kerja
1. Mahasiswa bekerja dalam kelompok yang didampingi oleh seorang mahasiswa
pendamping (co-assisten).
2. Mahasiswa mencermati bahan praktikum berupa PDE 2 Getas Ngandong.
3. Mahasiswa menentukan potensi produksi dengan menggunakan pendekatan potensi saat
ini, umur akhir daur (UAD), dan umur tebang rata-rata (UTR).
4. Mahasiswa menghitung etat untuk kondisi tegakan saat ini, di akhir daur, dan pada umur
tebangan rata-rata.
5. Mahasiswa menganalisa etat pada setiap kondisi tersebut.
6. Laporan praktikum dikumpulkan pada acara berikutnya.

Bahan bacaan
1. Petunjuk pembuatan rencana perusahaan hutan 1938, Bab cara penetapan etat masa benah
2. Peraturan penyusunan rencana pengaturan kelestarian hasil hutan 1974, SK Dirjen
Kehutanan 143/1974.
3. Pengaturan hasil hutan jati, Prof. Soedarwono., 1974.

Lampiran
1. Pendugaan taksiran potensi produksi
a. Dari data PK-2 suatu bagian hutan, pilah masing-masing petak/anak petak berdasarkan
kelas hutannya. Gunakan pivot table untuk membantu penyajian data yang diperlukan!
b. Susunlah ikhtisar struktur kelas hutan (PK-3)!
c. Berdasarkan PK-3, hitunglah potensi produksi berdasarkan Instruksi 1938 dan
Instruksi 1974.
2. Penentuan etat
a. Berdasarkan hasil penaksiran potensi produksi dengan Instruksi 1938, hitunglah etat
luas dan etat volume.
b. Hitung masa benah dan etat masa benah (apabila ada kelas hutan HAJMR).
Berdasarkan hasil penaksiran potensi produksi dengan Instruksi 1974, hitunglah etat luas dan
etat volume pada umur tebang rata-rata
ACARA IIB. PENAKSIRAN ETAT HUTAN TANAMAN
DENGAN MEMASUKAN RESIKO CASUALTY PERCENT

Tujuan umum:

• Mahasiswa dapat memahami adanya perkembangan cara penetapan etat dengan


mempertimbangkan factor resiko (casualty percent/CPC).

Durasi
a. Kelas 1 x 50 menit
b. Mandiri kelompok (2 x 50 menit)

Luaran

• Laporan individu
• Dikumpulkan pada acara berikutnya dengan format bebas.

Pengantar
Penghitungan potensi produksi yang dilaksanakan oleh Perum Perhutani merujuk pada
Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan No. 143/KPTS/DJ/I/1974, dimana taksiran potensi
produksi hutan tanaman didasarkan pada tabel tegakan normal (WvW). Taksiran potensi
produksi dihitung pada umur tebang rata-rata (UTR) berdasarkan hasil risalah hutan. Salah satu
kelemahan dalam penentuan etat dengan Instruksi 74 ini adalah tidak adanya factor koreksi
atau resiko selama daur, dimana tanaman dianggap akan selalu tetap sampai akhir daur
(Rohman, 2008).
Penentuan jatah tebang tahunan (annual allowable cut/AAC) dalam pengaturan hasil di
hutan tanaman jati di Indonesia masih menggunakan pendekatan-pendekatan hasil yang tidak
menurun (non-declining yield) (Rohman, 2008; Rohman et al., 2014). Salah satu metode yang
menerapkan factor resiko adalah metode Brandis. Metode ini diterapkan pada tahun 1856 pada
hutan tanaman jati di Birma. Berdasarkan Rohman (2008), salah satu syarat dalam penerapan
metode Brandis adalah perlu diketahui factor resiko yang menunjukkan persentase jumlah
pohon tiap kelas yang mati, dicuri, atau ditebang untuk penjarangan (casualty percent). Dengan
mengetahui casualty percent, perhitungan etat pada struktur tegakan yang tidak normal
(didominasi tegakan muda) tidak akan over estimate.

Alat dan bahan


1. File PDE Getas Ngandong
2. Alat tulis
3. Kalkulator/komputer
4. Tabel WvW.

Prosedur kerja
1. Mahasiswa bekerja dalam kelompok yang didampingi oleh seorang mahasiswa
pendamping (co-assisten).
2. Mahasiswa mencermati bahan praktikum berupa PDE 2 Getas Ngandong.
3. Mahasiswa menentukan potensi produksi dengan menggunakan umur tebang rata-rata
(UTR).
4. Mahasiswa menghitung etat untuk kondisi tegakan dengan menggunakan pendekatan
casualty percent.
5. Mahasiswa menganalisa etat pada setiap kondisi tanpa CPC (acara 3) dan menggunakan
CPC.
6. Laporan praktikum dikumpulkan pada acara berikutnya.

Bahan bacaan
1. Petunjuk pembuatan rencana perusahaan hutan 1938, Bab cara penetapan etat masa benah
2. Peraturan penyusunan rencana pengaturan kelestarian hasil hutan 1974, SK Dirjen
Kehutanan 143/1974.
3. Pengaturan hasil hutan jati, Prof. Soedarwono., 1974.
4. Rohman. 2008. Cacualty per cent dalam perhitungan etat hutan tanaman jati Perum
Perhutani. Jurnal Manajemen Hutan Tropika 14(2): 54-60.
5. Rohman, Warsito, S.P., Supriyanto, N., Purwanto, R.H., and Atmaji, C. 2014. Evaluation
of annual allowable cut (AAC) determination of teak forest plantations in Perum
Perhutani, Indonesia. Jurnal Manajemen Hutan Tropika 20(3): 195-202.

Lampiran

Cara Menentukan Luas KU Selamat (CPC) sesuai daur


1. Lakukan pengisian besarnya luas kelas hutan produktif pada jangka risalah I, II,
III, dst dari PDE-3 sesuai dengan bagian hutan masing-masing.
2. Hitung perubahan luas (ha) pada masing-masing jangka risalah tiap kelas hutan
dengan skema sebagai berikut

3. Hitung perubahan luas (%)pada masing-masing jangka risalah tiap kelas hutan
dengan rumus sebagai berikut =

4. Hitung nilai rerata asli dan mutlak dengan rumus sebagai berikut
Rerata mutlak = nilai mutlak dari rerata
asli
Rumus excel =ABS(Rerata asli)

5. Hitung nilai C% dimulai dari KU tua ke KU muda dengan rumus sebagai berikut

Perhitungan dimulai dari bawah


6. Hitung luas KU selamat dalam % dimulai dari KU tua ke KU muda dengan rumus
sebagai berikut
= 100 % - C %

7. Hitung luas KU selamat dalam ha dimulai dari KU tua ke KU muda dengan rumus
sebagai berikut
= (Luas % sebelum : 100) x Jangka
Risalah terakhir KU tersebut

Cara Menentukan Taksiran Potensi Produksi CPC (Casuality Per Cent)


1. Input data luas kelas hutan pada tabel sesuai dengan KU selamat.

2. Isikan data rata-rata (umur, bonita, KBD) dan umur akhir daur dari PDE-3 sesuai
dengan bagian hutan masing-masing.
3. Masukkan nilai faktor koreksi sesuai dengan jenis tanaman.

Contoh : Fk Jati = 0,7

4. Lihat nilai VST pada Tabel WvW sesuai dengan umur akhir daur.

5. Lakukan interpolasi untuk memperoleh nilai VST jika UAD tidak tercantum pada
Tabel WvW.

Rumus excel :
X1 Y1 =FORECAST(X3;Y1:Y2;X1;X2)
X2 Y2
X3 dicari

6. Hitung volume tebangan per Ha dan volume tebangan total dengan rumus sebagai
berikut.
7. Tentukan etat CPC berdasarkan luas dan volume.
ACARA III. PENGUJIAN JANGKA WAKTU PENEBANGAN (JWP)
DAN PENYUSUNAN BAGAN TEBANG SELAMA DAUR (BTHSD)

Tujuan umum:
• Mahasiswa dapat melaksanakan pengujian JWP untuk mengetahui perkiraan etat yang
ditetapkan telah benar atau perlu diperbaiki.
• Mahasiswa dapat memahami kepentingan pembuatan bagan tebang habis selama daur
(BTHSD) dan menyajikan bagan tebang habisnya.
• Mahasiswa dapat menyampaikan argumentasi dan pertimbangan yang dipakai dalam
menyusun BTHSD, serta menganalisis kelemahan-kelemahan yang terdapat di dalamnya.

Durasi

a. Kelas 1 x 50 menit
b. Mandiri kelompok (2 x 50 menit)

Luaran

• Laporan individu
• Dikumpulkan pada acara berikutnya dengan format bebas.

Pengantar
Jangka Waktu Penebangan (JWP) adalah waktu (dalam tahun) yang diperlukan untuk
menghabiskan stock tebangan pada suatu unit Kawasan hutan. Dengan demikian, volume
tebangan setiap tahun adalah sebesar etat tebangannya, maka JWP akan sama dengan daur.
Apabila volume tebangan tiap tahun melebihi etat tebangannya (over cutting) maka sebelum
akhir daur, stock tebangan sudah habis (JWP lebih kecil daripada daur).
a. Apabila JWP > daur, artinya etat terlalu kecil
b. Apabila JWP < daur, artinya etat terlalu besar
c. Abaila JWP = daur, artinya etat sudah tepat
Salah satu prinsip pengelolaan hutan adalah jangka waktunua cukup panjang, sehingga
menjadi kewajiban perencana pengelolaan hutan untuk dapat menggambarkan pelaksanaan
pengelolaan hutan jangka Panjang tersebut. Bagan tebang habis selama daur (BTHSD) adalah
salah satu gambaran implikasi pengaturan kelestarian produksi yang direncanakan dalam
jangka Panjang/selama daur.
Alternative penyusunan BTHSD dapat diproyeksikan dari:
a. Pengaturan volume perjangka dibuat tetap, dengan konsekuensi luas tebangan akan
berfluktuasi
b. Pengaturan luas tebangan per jangka (10 tahun) dibuat tetap, dengan konsekuensi volume
tebangan akan berfluktuasi.
c. Pengaturan volume tebangan per jangka dibuat meningkat (progressive), dengan
konsekuensi etat jangka pertama dibawah etat sebenarnya.

Alat dan bahan


1. File PDE Getas Ngandong
2. Alat tulis
3. Kalkulator/komputer
4. Tabel WvW.

Prosedur kerja
1. Mahasiswa bekerja dalam kelompok yang didampingi oleh seorang mahasiswa
pendamping (co-assisten).
2. Mahasiswa mencermati bahan praktikum berupa PDE 2 Getas Ngandong.
3. Mahasiswa mencermati hasil dari praktikum acara 3 tentang pendugaan potensi produksi.
4. Mahasiswa menghitung etat dan jangka waktu penebangan.
5. Mahasiswa merancang bagan tebang habis selama daur.
6. Laporan praktikum dikumpulkan pada acara berikutnya.

Bahan bacaan
1. Peraturan penyusunan rencana pengaturan kelestarian hasil hutan 1974, SK Dirjen
Kehutanan 143/1974.
2. Penyusunan Pengujian Etat Pada Susunan Kelas Hutan Yang Menyimpang, Perum
Perhutani Unit II Jawa Timur.
3. Petunjuk Pembuatan Rencana Perusahaan (Instruksi 1938), Bab Pembuatan Bagan Tebang
Habis Selama Daur.

Lampiran
1. Pengujian jangka waktu penebangan (JWP)
a. Pengujian JWP bertujuan untuk menguji perkiraan besarnya etat sudah tepat atau masih
perlu diperbaiki. Tolok ukur yang digunakan adalah apabila JWP = daur (toleransi 2,5%
dari daur). Setelah JWP = daur, dapat diketahui UTR masing-masing kelas hutan dan
volume masing-masing kelas hutan sebagai UTR sesungguhnya. Apabila UTR masing-
masing kelas hutan telah diketahui, maka dapat dapat diketahui potensi masing-masing
kelas hutan dan total volumenya. Apabila telah diketahui total volumenya, maka dapat
ditetapkan etatnya (etat tahap pertama).
b. Dalam pertemuan acara penaksiran potensi produksi, sudah dihitung potensi produksi
dan besarnya etat (luas dan volume).
c. Gunakan instruksi 1974 untuk menghitung UTR luas dan UTR volume untuk masing-
masing kelas hutan (MR, MT, dan KU).
d. Pengujian JWP masing-masing kelas hutan, dimulai dari kelas hutan yang diprioritaskan
untuk penebangan (miskin riap, masak tebang, kelas umur tua, kelas umur muda).
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛
𝐽𝑊𝑃 =
𝐸𝑡𝑎𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝐿𝑢𝑎𝑠𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛
𝐽𝑊𝑃 =
𝐸𝑡𝑎𝑡 𝐿𝑢𝑎𝑠

e. Hitunglah akumulasi dari semua JWP kelas hutan.


f. Apabila JWP tidak sama dengan daur, maka dilakukan penghitungan kembali JWP tahap
II.
2. Penyusunan Jangka Waktu Penebangan (JWP)
Tahap Pengujian
1. Amati kembali dan gunakan Tabel I’74 pada praktikum sebelumnya.

2. Tentukan JWP untuk pengujian kelas hutan MR (miskin riap)


JWP MR = Volume MR / Etat Volume total MR

3. Pengujian tiap KU
a. Tentukan umur siap tebang (UST) masing-masing kelas hutan.
UST = Rata-rata umur KU yang dicari + JWP MR + JWPV kumulatif dari
KU

sebelumnya

b. Tentukan JWP masing-masing kelas hutan berdasarkan etat luas.


JWPL = Luas KU yang dicari / Etat Luas
c. Tentukan Umur Tebang Rata-rata (UTR) pada masing-masing kelas hutan
berdasarkan etat luas.
UTRL = UST + ½ JWPL KU yang dicari

d. Tentukan volume total masing-masing kelas hutan menurut umur rata-rata


tertimbang (UTRL).
Volume UTRL = Vst (UTRL) * KBD * fk * luas

e. Tentukan JWP masing-masing kelas hutan berdasarkan etat volume.


JWPV = Volume UTRL / Etat Volume

f. Tentukan umur tebang rata-rata (UTR) pada masing-masing kelas hutan


berdasarkan etat volume. UTRV = UST + ½ JWPV

g. Lakukan uji JWP dengan membandingkan antara nilai UTRL dengan nilai UTRV
= |UTRV – UTRL| ≤ 0,175
Note : Jika selisih UTRL dan UTRV ≤ 0,175 maka JWP pada kelas hutan tersebut
dapat digunakan. Namun jika selisihnya > 0,175 maka JWP pada kelas hutan tersebut
berdasarkan etat volume harus direvisi.

4. Pengujian terhadap revisi JWP


a. Hitung volume total pada UTR baru dengan rumus :
Volume UTRV1 = Vst (UTRV) * KBD * fk * Luas KU

b. Tentukan JWP berdasarkan etat volume dengan rumus :


JWPV1 = Volume UTRV1 / Etat Volume

c. Tentukan UTR menurut etat volume


UTRV1 = UST + ½ JWPV1

d. Lakukan uji JWP kembali dengan membandingkan antara UTRV dengan UTRV1
(uji tahap 1)
|UTRV1 – UTRV| ≤ 0,175

Note : Jika selisihnya masih > 0,175, maka JWP pada kelas hutan tersebut
menurut etat volume tahap 1 harus direvisi lagi.
5. Tahap rekapitulasi dan akumulasi JWP
a. Susunlah tabel rekapitulasi berdasarkan hasil uji JWP

b. Buatlah tabel kumulatif JWP berdasarkan penjumlahan dari JWP masing-masing


kelas hutan

Note : JWP perkelas diisi dengan JWP perhitungan terakhir, toleransi = 2,5% * daur

Jika JWP kum diluar toleransi, maka harus dilakukan perhitungan etat revisi :
Etat Revisi = (JWP Kumulatif / Daur) * Etat Volume
1. PENYUSUNAN BAGAN TEBANG HABIS SELAMA DAUR (BTHSD)
a. Berdasarkan hasil penaksiran potensi produksi dengan Instruksi 1938, hitunglah etat
luas dan etat volume.
b. Hitung masa benah dan etat masa benah (apabila ada kelas hutan HAJMR).
a. Berdasarkan hasil penaksiran potensi produksi dengan Instruksi 1974, hitunglah etat
luas dan etat volume pada umur tebang rata-rata

Prosedur kerja
1. Perhatikan daur pada tegakan yang akan dibuat perencanaan BTHSD. Lalu buatlah
jangka penebangan dengan rumus :

∑ Jangka = Daur / 10

Daur 80 tahun

2. Hitung jatah tebangan dalam 1 jangka menurut etat luas dan etat volume
a. Jatah tebangan untuk luas tetap dalam 1 jangka
= Etat luas x 10
b. Jatah tebangan untuk volume tetap dalam 1 jangka
= Etat volume x 10

3. Gunakan data yang telah diuji JWP pada praktikum sebelumnya


4. Susunlah BTHSD sesuai kelas hutan yang tersedia
a. BTHSD dengan luas tetap

Note :

Volume sisa = (luas terpakai / total luas KU tersebut) * Volume total KU tersebut

Luas yang diperbolehkan = Jatah luas penebangan per jangka – jumlah luas KU

Tentukan luas total ATP dan PK KPH tiap jangka :


sebelumnya
Lihat di PDE-3
= PK mandor * ∑RPH dalam 1 KPH *
jangka

Luas total penanaman = Jumlah penebangan + Luas ATP


b. BTHSD dengan volume tetap

Note :

Luas sisa = (volume tertebang / total volume KU tersebut) * Luas total KU tersebut

Volume yang diperbolehkan = Jatah volume penebangan per jangka – jumlah volume KU

sebelumnya

Lihat di PDE-3
= PK mandor * ∑RPH dalam 1 KPH * jangka

Luas total penanaman = Jumlah penebangan + Luas ATP


ACARA IV. PEMBUATAN RENCANA PENGATURAN HASIL
HUTAN TANAMAN SELAMA JANGKA

Tujuan :

1. Dapat memahami proses penyusunan rencana selama jangka (mulai dari PK-10, PK-
11, dan PK-20).
2. Dapat menyusun PK-10 (Rencana Tebangan menurut Waktu dan Tempat) dengan
parameter-parameter yang ada dan dilanjutkan dengan penyusunan PK-11 dan PK-20.

Durasi

• Kelas 1 x 50 menit
• Mandiri kelompok (2 x 50 menit)

Luaran

• Laporan kelompok
• Dikumpulkan pada acara berikutnya dengan format bebas.

Pengantar

Dari Bagan Tebang Habis Selama Daur (BTHSD) dapat diketahui etat tebangan dan
macam kelas hutan yang memenuhi syarat untuk ditebang pada jangka I. Berdasar data BTHSD
tersebut, maka proses berikutnya dalam penyusunan buku RPKH adalah pembuatan Re ncana
Selama Jangka RPKH yang terdiri dari Ikhtisar Rencana Tebangan menurut Waktu dan Tempat
(PK-10), Rencana Teresan (PK-11), dan Rencana Tanaman (PK-20). Rencana-rencana tersebut
menunjukkan secara detail WAKTU dan TEMPAT kegiatan teknik kehutanan (tebangan,
teresan, tanaman & pemeliharaan) dilakukan.

Apabila dilihat berdasarkan fungsi dan kedudukannya, inti penyusunan rencana selama
jangka terletak pada kegiatan penyusunan Ikhtisar Rencana Tebangan menurut Waktu dan
Tempat (PK-10). Hal ini terkait dengan isi PK-10 yang akan menjadi acuan dasar dalam
penyusunan Rencana Teresan (PK-11) dan Rencana Tanaman (PK-20).

a. Rencana Tebangan Menurut Waktu dan Tempat (PK-10)

Mengingat sedemikian pentingnya posisi PK-10 ini dalam penyusunan Rencana Selama
Jangka, maka penyusunan PK-10 harus dilakukan secara cermat, hati-hati, dan
mempertimbangkan banyak faktor/kaidah sehingga PK-10 yang dihasilkan dapat menjamin
tercapainya asas kelestarian hutan dan kelestarian perusahaan. Secara garis besar isi dari PK-
10 (Rencana Tebangan menurut Waktu dan Tempat) adalah sebagai berikut:

1. Luas dan volume tebangan yang akan ditebang selama jangka waktu tertentu (10 tahun, 5
tahun dan tahunan)
2. Urutan tebangan menurut jangka waktu (tahunan) dan tempat (petak)
3. Macam bentuk tebangan yang direncanakan (tebangan A, B, C, D, atau E)
a. Tebangan A: tebangan habis biasa pada kelas hutan produktif (MR, MT dan KU)
b. Tebangan B: tebangan habis lanjutan pada kelas hutan tidak produktif (Ltjl, Tjbk, TK,
dan TKL), dan tebangan pada kelas hutan tak baik untuk tebang habis.
c. Tebangan C: tebangan habis pada hutan-hutan yang dihapuskan dan tidak akan
ditanami lagi.
d. Tebangan D: tebangan pembersihan (pohon tumbang, rebah dll), dan tebangan tak
tersangka (bencana alam).
e. Tebangan E: tebangan pemeliharaan/penjarangan
4. Keterangan/data petak yang akan ditebang meliputi : nomor petak, luas petak dan luas
tebangannya, jenis tegakan, umur, bonita, KBD, kelas hutan, taksiran volume hasil
tebangan, dll.
5. Pembagian ateal tiap pusat tebang (cap centra)
6. Rute jalan angkutan dari petak tebangan menuju tempat penimbunan kayu (TPK) disertai
jarak angkutnya (km).
Dalam penyusunan PK-10, pemilihan lokasi pusat-pusat tebangan dan petak lokasi
tebangan lebih merupakan suatu pekerjaan yang bersifat seni, karena antara orang satu dengan
yang lainnya ada kemungkinan akan terdapat perbedaan sudut pandang dan prioritas. Meskipun
demikian, terdapat beberapa kaidah umum yang perlu ditaati dan hendaknya diperhatikan
dalam penyusunan PK-10, antara lain:

a. Diupayakan besarnya tebangan dapat diatur merata setiap tahun, perpusat tebang terkait
dengan kontinyuitas pekerjaan tebangan dan tanaman, serta ketersediaan tenaga pesanggem.
b. Luas tebangan disesuaikan dengan kemampuan prestasi pen anaman yang berhasil agar
kelestarian sumberdaya hutan tetap terjamin.
c. Diupayakan prioritas tebangan menurut dasar nilai finansial/ekonomi ataupun riapnya
(secara garis besar dimulai dari kelas hutan Miskin Riap Alam – Miskin Riap Tanaman –
Masak Tebang – KU Tua – KU Muda).
d. Untuk kondisi tertentu dimana karena pertimbangan keamanan, dapat dikakukan
penebangan terlebih dahulu.
e. Urutan tahun tebangan memperhatikan efisiensi penggunaan jalan angkutan yang telah ada,
maupun efisiensi investasi pembuatan jalan baru.
f. Penyimpangan terhadap besarnya etat tidak diperkenankan, meskipun terjadi lonjakan
permintaan kayu.
g. Perluasan pusat tebang, dengan memasukkan anak-anak petak tidak produktif yang baik
untuk tebang habis, asal ada jaminan permudaan kembali.
h. Luas total tanaman tiap tahun, hendaknya dikonsultasikan dengan administratur sebagai
pelaksana pekerjaan tanaman, sehubungan dengan kemampuan dan keberhasilan pembuatan
tanaman.
i. Jika total luas dan volume tebangan terpaksa menyimpang dari etat jangkanya, maka
hendaknya disertakan alasan-alasannya.

b. Rencana Teresan (PK-11) dan Rencana Tanaman (PK-20)

Terkait dengan penyusunan PK-11 (Rencan Teresan), hal yang harus diperhatikan
adalah bentuk tebangan yang digunakan dalam penyusunan PK-10. Bentuk tebangan akan
mempengaruhi penyusunan PK 11, hal tersebut dikarenakan terdapat perbedaan perlakuan
antara tebangan produktif dan tebangan tidak produktif. Kegiatan teresan dilakukan hanya
untuk petak-petak RTWT dengan bentuk tebangan A-2, dan biasanya kegiatan teresan
dilakukan pada Et-2 sebelum tahun tebangan berjalan. Sedangkan untuk tebangan B-1 tidak
dilakukan kegiatan teresan karena tebangan B-1 dilakukan pada kelas hutan tidak produktif
dengan “sistem tebang basah”. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa hanya petak dengan
tebangan A-2 saja yang direncanakan untuk diteres dan disusun di PK-11.

Alat dan bahan

1. Blangko Bagan Tebang Habis selama Daur, Rencana Tebangan, Rencana Teresan, Rencana
Tanaman, dan Rencana Pemeliharaan
2. Data shapefile Bagian Hutan skala 1: 10.000; dan data shapefile petak per RPH.
3. Register risalah hutan dan daftar kelas hutan yang telah dibuat sebelumnya.
4. Tabel WvW
5. Software GIS
Prosedur kerja
1. Dari bahan Bagan Tebang Habis selama Daur yang tersedia, buatlah Ikhtisar Rencana
Tebangan menurut Waktu dan Tempat (PK-10) baik untuk bentuk tebangan A, maupun
tebangan B berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang ada. Buatlah petak potensi hutan
menggunakan data shapefile yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan pemilihan lokasi
tebang, penjarangan, dan penanaman.
2. Setelah dihasilkan PK-10, lanjutkan dengan penyusunan PK-11 (Rencana Teresan), dan PK-
20 (Rencana Tanaman).

Daftar Pustaka

1. Peraturan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan, SK Dirjen Kehutanan No. 143/1974,


Bab Penyususnan Rencana Tebangan Menurut Waktu dan Tempat.
2. Pedoman Pembuatan Rencana Perusahaan Hutan jati (Instruksi
1938), Bab Penyususnan Rencana Tebangan Menurut Waktu dan Tempat.
3. Pengaturan Hasil Hutan Jati 1938, Sebuah Interpretasi, Prof Soedarwono H.
ACARA V. PENAKSIRAN POTENSI HUTAN ALAM
SEKUNDER (Log Over Area / LOA)

Tujuan Umum

1. Mahasiswa dapat mempraktikkan proses analisis data hasil kegiatan IHMB pada suatu areal
IUPHHK-HA.
2. Mahasiswa dapat mengetahui asal data potensi produksi dari kegiatan IHMB mulai dari
penyusunan LHC, pengolahan dan analisis data, sampai dengan penyusunan rencana kelola
selama jangka (rencana pemanenan, penanaman, dan pemeliharaan).
3. Mahasiswa mampu menggunakan data struktur tegakan untuk analisis kondisi tegakan dan
prediksi tebangan pada jangka berikutnya.

Durasi

a. Kelas 1 x 50 menit
b. Mandiri kelompok (2 x 50 menit)

Luaran

• Laporan individu
• Dikumpulkan pada acara berikutnya dengan format bebas.

Pengantar

Sebelum berlakunya PP No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan, secara garis besar perencanaan pengusahaan hutan
IUPHHK Luar Jawa dikenal 3 rencana pokok yaitu :

1. Rencana jangka panjang yang meliputi seluruh wilayah/areal kerja suatu HPH, dalam bentuk
Rencana Karya Pengusahaan Hutan (RKPH) yang berlaku selama satu jangka rotasi (35 tahun)
atau satu jangka pengusahaan HPH (20 tahun). Mengingat luasnya wilayah kerja suatu
HPH/IUPHHK biasanya intensitas sampling (IS) yang digunakan dalam penyusunan potensi
produksi RKPH hanya 1 %, dengan didukung data interpretasi foto udara.
2. Rencana jangka menengah dengan lingkup wilayah dalam suatu blok kerja lima tahunan, dalam
bentuk Rencana Karya Lima Tahun (RKL). IS yang digunakan dalam penyusunan potensi
produksi sebesar 15 %.
3. Rencana jangka pendek, dalam bentuk Rencana Karya tahunan sebagai petunjuk kerja yang
akan dilaksanakan unit menejemen (HPH/IUPHHK) dalam jangka waktu setiap tahun.
Mengingat perencanaan pekerjaan tahunan sangat tergantung data p otensi produksi tegakan,
maka IS pada areal kerja RKT sebesar 100 % untuk pohon-pohon berdiameter 50 cm ke atas,
dan 20-49 cm (sebagai pohon inti).

Akan tetapi semenjak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007, saat ini
dalam pengusahaan hutan di luar Jawa hanya mengenal dua rencana pokok pengelolaan hutan yaitu
dokumen Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKU-PHHK) yang berlaku
selama 10 tahun dan Rencana Karya Tahunan Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKT- PHHK) yang
berlaku selama 1 tahun.

Saat ini para pemegang izin Usaha Pemanfaatan hasil Hutan kayu dalam Hutan Alam
(IUPHHK-HA) dan izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman (IUPHHK-
HT) diwajibkan menyusun Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu sepuluh tahunan
(pasal 73 dan &5 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007) yang disusun berdasarkan
inventarisasi berkala sepuluh tahunan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri yaitu
Permenhut P.34/Menhut-II/2007. Berdasarkan pedoman P.34/Menhut- II/2007 tersebut, kegiatan
Inventarisasi Hutan menyeluruh Berkala (IHMB) dilaksanakan setiap 10 tahun sekali dengan
berbasiskan keragaman potensi hutan dan dilaksanakan oleh pemegang IUPHHK -HA dan
IUPHHK-HT pada Hutan Produksi atau suatu KPH, dimana pengambilan petak contoh (sampling
unit) dalam IHMB berbasis petak (seluas ± 100 ha) didasarkan pada kondisi areal yang berhutan
dengan kriteria pengambilan petak ukur sebagai berikut :

a. Pada hutan alam berukuran paling sedikit 0,25 hektar berbentuk empat persegi panjang dengan
lebar 20 meter dan panjang 125 meter.
b. Pada hutan tanaman berukuran paling sedikit 0,02 hektar (jari-jari lingkaran 7,94 meter) untuk
umur 0 – 10 tahun luas 0,04 hektar (jari-jari lingkaran 11,28 meter) untuk umur 11 – 20 tahun,
dan luas 0,1 hektar (jari-jari lingkaran 17,8 meter) untuk umur diatas 20 tahun berbentuk
lingkaran.

Tujuan kegiatan Inventarisasi Hutan menyeluruh Berkala (IHMB) yang dilaksanakan oleh
pemegang izin IUPHHK antara lain :

1. Untuk mengetahui kondisi sediaan tegakan hutan (timber standing stock) secara berkala.
2. Sebagai bahan penyusunan RKUPHHK dalam Hutan Alam dan atau RKUPHHK dalam Hutan
Tanaman atau KPH seluruh tahun.
3. Sebagai bahan pemantauan kecenderungan (trend) kelestarian sediaan tegakan hutan di areal
KPH dan atau IUPHHK-HA atau IUPHHK-HT.

Dalam IHMB, selain dilakukan pengukuran pohon besar juga dilakukan pengukuran pohon
tingkat pancang, tiang, dan pohon kecil. Contoh di IUPHHK-HT , tingkat pancang diukur pada
Petak Ukur (PU) lingkaran dengan jari-jari 2,82 meter, tingkat tiang dengan bentuk Petak Ukur
(PU) bujur sangkar 10 x 10 meter, dan pohon kecil dengan Petak Ukur (PU) bujur sangkar dengan
ukuran 20 x 20 meter. Sedangkan pohon diukur pada Petak Ukur (PU) persegi panjang dengan
ukuran 20 x 125 meter (atau seluas 0,25 ha).

Hasil dari kegiatan IHMB ini kemudian setelah diolah dan dianalisis akan dipergunakan
sebagai bahan untuk penyususnan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKU -
PHHK). Sedangkan untuk penyusunan Rencana Kerja Tahunan Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
(RKT-PHHK) menggunakan hasil kegiatan Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)
Berikut ini adalah ilustrasi pembuatan petak ukur dalam kegiatan IHMB (sesuai
peraturan).

Arah jalur 20 m

125 m

IV

10 m
III
20 m
10 m

II
Titik awal

R2x2m

Gambar 1. Disain plot ukur dengan 4 sub-plot (I-IV)


Ilustrasi pembuatan petak ukur dalam kegiatan IHMB oleh Nengah (2018) dan
dimodifikasi oleh tim Fakultas Kehutanan UGM (2019)
Alat dan bahan:
1. Data hasil Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) 2018 di DML 2, Kalimantan
Tengah
2. Alat tulis
3. GIS software
4. PC

Prosedur Kerja:

1. Dari data hasil kegiatan IHMB yang tersedia baik pada PU-tingkat pancang, tiang, pohon
kecil, dan pohon besar. Hitunglah potensi produksi dari areal hutan IUPHHK yang
bersangkutan untuk beberapa petak.
2. Dari data potensi produksi hasil IHMB di IUPHHK yang bersangkutan, hitunglah AAC-
nya.
3. Kemudian dari hasil perhitungan potensi produksi/volume per petak tersebut, susunlah
rencana kelola hutan (pemanenan, penanaman, dan pemeliharaan) selama 1 jangka (10
tahun mendatang).
4. Analisis kondisi tegakan dari data struktur tegakan yang ada.
Lampiran:
1. Open a GIS software. This tutorial uses ArcMap 10.3
2. Add layer “forest_compartments”
3. Add layer “sample_plots”
4. Activate a Geostatistical Analyst toolbar.
a. Click Customize à Extensions à Checklist the Geostatistical Analyst box à Close
b. Right click on Toolbar Area à Checklist the Geostatistical Analyst
c. Geostatistical Analyst is ready to use
5. Interpolate the volume (ha) value of each plot to the whole area of DML 2
a. Click “Geostatistical Analyst”à Click Geostatistical Wizard à Choose Inverse Distance
Weighting
b. Set the Source Dataset
c. Choose the data field as “Volume_m3_”
d. Click Next à Next à Finish à OK
e. Right click on the interpolation result à Properties à Extent à Set the extent to the
rectangular extent of Compartment_DML à click OK
f. Right click on the interpolation result à Data à Export to Raster à Input the geostatistical
layer (IDW result) à Save the output surface raster à set the output cell size à OK
g. Build raster attribute table
i. Click Arc Toolbox à Data Management Tools à Raster à Raster Dataset à Copy
Raster
ii. In the Copy Raster dialog box, set the Input Raster à save the Output Raster Dataset
à breakdown the Pixel Type option à choose 32_BIT_SIGNED à OK
iii. Move to Raster Properties à Click Build Raster Attribute Table à Input Raster à
OK
iv. Right click on the raster layer à Open attribute table
h. Overlay the raster layer with “effective_area” layer
i. Calculate the total volume per compartment
i. In the Arc Toolbox, click Spatial Analyst Tools à Zonal à Zonal Statistics
ii. In Zonal Statistics box, input feature zone data: choose “effective _area” à choose
Zone field: ID_Petak à input value raster à save the output raster à choose the statistic
type: SUM à OK
iii. Add attribute table for the output raster (similar steps in point “h”). However, in this
step, put number “0” on the background value option.
j. Convert raster to polygon
i. In the Arc Toolbox, choose Conversion Tools à From Raster à Raster to Polygon à
Input raster à Field: Value à Save the output polygon features à Unchecked the
Symplify polygons à OK
k. Remove the background (volume = 0 m2)
i. Click Editor à Start Editing à choose the vector layer à Continue
ii. Click the background features
iii. Click Editor à Stop Editing à Save? Yes
l. Convert polygon to point
i. Click Feature to Point in Arc Toolbox à Input Feature (the output layer from step k)
à save the output layer à checklist in Inside box à OK
ii. Open attribute, the GRIDCODE represent volume total per compartment
m. Join the information from point (the output layer from step j) to effective_area layer.
n. Calculate the AAC (based on area and volume):

AAC Luas =

AAC Volume =

o. Create a harvesting schedule for 10 years of forest management. The table as follows:
1. Rencana tebang

Tahun tebang Kode petak Luas (ha) Total volume Tutupan lahan
(m3)
Tahun 1 A1 150 4000 Secondary forest
A3 150 2000 LOA
D23 200 1000 LOA
Tahun 2 A9 250 3000
C8 300 2500
D45 150 2500
Tahun 10 ……. …….. ……..
Total

Year of Kode petak Area (ha) Volume Total Land Cover


harvesting (ID_Compartment) (m3)
Year 1 A1 150 4000 Secondary forest
A3 150 2000 LOA
D23 200 1000 LOA
Year 2 A9 250 3000
C8 300 2500
D45 150 2500
Year 10 ……. …….. ……..
Total

2. IHMB summary

Tahun Tebangan Luas AAC AAC Selisih Keterangan


aktual Tebangan Volume Luas
aktual Volume Luas Volume Luas

1 7000 500 7500 600 -500 -100 under under


2 8000 700 7500 600 500 200 over over

10 …. …. …. …. …. …. …. ….

Total

Year Actual Area of AAC AAC The Explanation


harvesting Actual Volume Area difference
harvesting
AAC - Actual

Volume Luas Volume Luas

1 7000 500 7500 600 -500 -100 under under


2 8000 700 7500 600 500 200 over over

10 …. …. …. …. …. …. …. ….
Total

p. Consider the harvesting area, based on several parameters e.g. the stand volume, land
use/effective area (the area must be not a protected area), land cover, and accessibility.
ACARA VI. PENYUSUNAN RENCANA KERJA USAHA
HUTAN ALAM SEKUNDER (Log Over Area / LOA)

Tujuan Umum

1. Mahasiswa dapat mempraktikkan proses analisis data hasil kegiatan IHMB pada suatu areal
IUPHHK-HA untuk dasar pembuatan RKUPHHK-HA.
2. Mahasiswa mampu mengetahui proses kegiatan penyusunan RKUPHHK-HA mulai dari
kegiatan Inventarisasi potensi sampai dengan proses penyusunan dokumen RKUPHHK.

Durasi

a. Kelas 1 x 50 menit
b. Mandiri kelompok (2 x 50 menit)

Luaran

• Laporan individu
• Dikumpulkan pada acara berikutnya dengan format bebas.

Pengantar

Hasil pengolahan dan analisis dari kegiatan IHMB akan dipergunakan sebagai bahan
untuk penyususnan Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKU-PHHK).
Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam yang selanjutnya
disingkat RKUPHHK-HA adalah rencana kerja untuk seluruh areal kerja IUPHHK-HA untuk
jangka waktu 10 (sepuluh) tahunan, antara lain memuat aspek kelestarian hutan, kelestarian
usaha, aspek keseimbangan lingkungan dan pembangunan sosial ekonomi masyarakat
setempat.

Usulan RKUPHHK disusun berdasarkan :


a. Peta areal kerja sesuai Keputusan pemberian IUPHHK-HA
b. Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi atau Peta Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi atau Peta TGHK bagi provinsi yang belum ada Peta Penunjukan Kawasan
Hutan dan Perairan Provinsi;
c. Peta Hasil Penafsiran Citra Satelit (skala 1 : 50.000 atau 1 : 100.000) liputan terbaru, paling
lama 2 (dua) tahun terakhir;
d. Hasil Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) yang dilaksanakan sesuai ketentuan
yang berlaku;

Alat dan bahan:

1. Data hasil Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) 2018 di PT Forester,


Kalimantan Tengah
2. Template dokumen RKU
3. Alat tulis
4. GIS software
5. PC

Prosedur Kerja:

1. Hitunglah AAC luas dan volume dari data potensi produksi hasil IHMB di IUPHHK-HA.
2. Susunlah Rencana Kerja Usaha (pemanenan, penanaman, dan pemeliharaan) selama 1
jangka (10 tahun mendatang) untuk IUPHHK-HA tersebut, khususnya Bab III.

Anda mungkin juga menyukai