Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

PERSEMAIAN HUTAN
ACARA I
PENENTUAN LOKASI PENANAMAN

Oleh:
Nama : Muhammad Yusuf Darmawan
NIM : 21/481616/SV/19820
Kelompok : 5B
Coass : Khumrah Intan Purwalina

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PENGELOLAAN HUTAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2022
ACARA I
PENENTUAN LOKASI PENANAMAN
I. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memilih lokasi persemaian dari pertimbangan teknis, fisik
dan tenaga kerja.
2. Mahasiswa mampu memprediksi kapasitas produksi semai.

II. Dasar Teori


Pembangunan Persemaian, yang mencakup kegiatan Pemilihan Lokasi
persemaian, Tata letak persemaian, Persiapan lapangan, Pembuatan areal
naungan, Pembuatan bedeng tabur, bedeng sapih dan tempat pengolahan media
gambut serta areal tempat adaptasi bibit dengan kondisi lapangan (Barkah, 2009).
Bibit yang diproduksi persemaian permanen diharapkan mampu
mengurangi laju lahan kritis sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat.
Selain untuk memproduksi bibit, persemaian permanen memiliki nilai tambah
sebagai sarana pendidikan, penelitian, dan rekreasi. Untuk peningkatan efisiensi
dan efektifitas penyediaan bibit berkualitas, serta penyeragaman pengelolaan
persemaian permanen, maka perlu disusun petunjuk pelaksanaan pembangunan
dan pengelolaan persemaian permanen (Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung, 2019).

III. Alat dan Bahan


1. Roll Meter
2. Kompas
3. Klinometer
4. Tallysheet
IV. Cara Kerja

Menentukan target
lokasi yang akan
Melakukan
dijadikan permeaian Mempersiapkan alat
pengukuran dengan
dengan untuk pengambilan
data jarak, azimuth,
memperlihatkan data
dan kelerengan
aspek fisik, teknis,
dan tenaga kerja

Pengukuran
dilakukan dimulai Data dari hasil
dari titik awal pengukuran diolah
kemudian Menghitung luas menjadi peta atau
mengelilingi setiap persemaian dan luas layout manual pada
samping atau sudut efektif persemaian milimeter block
sesuai layout lokasi menggunakan busur
sampai kembali lagi dan penggaris
ke titik awal

V. Data dan Hasil Pengamatan


(Data ditulis tangan)
VI. Pembahasan
Persemaian adalah tempat untuk memproses benih menjadi bibit/semai
yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal
di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan
merupakan kunci pertama untuk mencapai keberhasilan penanaman hutan (Irawan
et al., 2020). Persemaian adalah tahap awal pertumbuhan tanaman. Persemaian di
perkarangan memiliki banyak keuntungan dibandingkan persemaian basah
(Despita et al., 2017). Kebanyakan persemaian dibuat untuk memproduksi
anakan/semai untuk keperluan khusus karena itu semai-semai harus dari jenis
yang dikehendaki, tersedia pada saat yang tepat misalnya saat musim tanam,
memiliki ukuran yang sesuai dan berbatang kokoh, dan diproduksi sesuai
kebutuhan untuk suatu program penanaman (Pelupessy, 2007).
Membudidayakan tanaman dilakukan dengan memperhatikan seluruh
aspek kultur teknis yang mencakup semua faktor-faktor pertumbuhan tanaman
yang bersifat internal dan eksternal. Memperhatikan setiap aspek dalam budidaya
merupakan tindakan bijaksana karena merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan menyangkut keberhasilan di akhir
budidaya (Susilo et al., 2014). Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan
dalam suatu program penanaman adalah bibit berkualitas. Penyediaan bibit
berkualitas merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam
pengembangan pertanian di masa datang (Sukmadjaja & Mariska, 2003).
Pada kegiatan praktikum ini berlokasi di sekitar gedung Sekolah Vokasi
UGM dimana setiap lokasi sudah sesuai dengan persyaratan atau kriteria.
Pengukuran yang dilakukan meliputi jarak, azimuth, dan kelerengan. Hasil dari
pengamatan lokasi tersebut juga agar praktikan dapat mengetahui luas persemaian
dan luas efektif persemaian. Data hasil perhitungan didapatkan luas persemaian
sebesar 6.500 m2 dengan luas efektif persemaian sebesar 3.900m2 (60%) setelah
melakukan kegiatan pengukuran dilanjut dengan membuat layout peta secara
manual menggunakan kertas milimeterblock dibantu dengan penggaris dan busur.
Skala yang digunakan sebesar 1:500 cm dan dari gambar tersebut dapat diketahui
bahwa penentuan lokasi tersebut agar mempermudah kegiatan persemaian dan
pembibitan pada lokasi terpilih. Sarana dan prasarana yang umumnya tersedia
pada lokasi persemaian adalah kantor, parkiran, rumah penjaga, gudang, tempat
air, mushola, greenhouse/bedeng tabur, bedeng sapih, dan bedeng semai.
Praktikum ini juga tidak hanya melakukan penentuan akan tetapi juga
mengerjakan studi kasus dengan kondisi persemaian yang berbeda-beda dengan
hasil yaitu semai yang harus ditanam sebanyak 937.000 batang, benih yang harus
disiapkan 2.030.539 butir benih (102 kg), semai siap tanam sebanyak 1.157.407
batang, luas bedeng tabur sebesae 2.040 m2, jumlah semai sapih 1.218.324
batang, jumlah bedeng sapih 1.218, jumlah bedeng sapih 12.183 m2, dan luas
persemaian total sebesar 2,371 ha. Lokasi persemaian hendaknya ditetapkan
menurut beberapa pertimbangan, diantaranya dekat dengan areal penanaman,
jaringan jalan transportasi, tenaga kerja, dan bukan areal penggembalaan atau
lahan yang terserang hama dan penyakit, sumber air harus tersedia sepanjang
tahun dengan kualitas yang baik, persemaian hendaknya dibangun pada lahan
datar dengan toleransi kemiringan tidak lebih dari 5%. Jika kemiringan lahan
lebih dari 5% maka perlu dibuat terasering, iklim dan ketinggian tempat harus
diperhatikan, karena setiap jenis yang akan ditanam memerlukan persyaratan
tumbuh tertentu sehubungan dengan iklim dan ketinggian tempat, fasilitas listrik
dan komunikasi diperlukan dalam produksi bibit maupun kegiatan administrasi,
khususnya persemaian permanen (Siregar, 2006).
VII. Kesimpulan
Area untuk memproses benih bisa disebut sebagai persemaian adalah lokasi
yang digunakan untuk memproses benih yang masih belum siap hingga siap saat
ditanam di lapangan. Persemaian memiliki tujuan sebagai area penyiapan bibit
unggul dalam jumlah tertentu dengan tujuan tertentu. Praktikum kali ini
membahas mengenai penentuan lokasi persemaian. Banyak aspek yang
diperhatikan dalam pembuatan persemaian seperti kelerengan kurang dari 5%,
dekat dengan lokasi penanaman, lahan bebas dari konflik izin atau penggunaan,
dekat dengan jalan, dekat dengan sumber air, dan dekat dengan tenaga kerja.
Aspek sarana prasarana juga diperhatikan dalam pembuatannya yaitu bertujuan
sebagai produsen bibit dengan kwantitas dan kualitas yang layak. Pada lokasi
persemaian terdapat sarana dan prasarana seperti kantor, mushola, toilet, parkiran,
rumah penjaga, gudang, tempat air, bedeng tabur/greenhouse, bedeng sapih, dan
bedeng semai.
Studi kasus yang dilakukan juga melakukan perhitungan kegiatan
penanaman. Hasil perhitungan studi kasus yaitu luas lahannya 1000 ha, luas
efektif penanaman 75%, dan jarak tanamnya 4x2 meter. Batang semai yang
dibutuhkan sebanyak kurang lebih 937.000 batang semai yang akan ditanam,
sedangkan semai sapih sebanyak 1.218.323 batang yang ukuran luas persemaian
total sebesar 2.371 hektar.

VIII. Daftar Pustaka

Barkah, B. S. (2009). Pembangunan dan Pengelolaan Persemaian Desa Program


Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Berbasis Masyarakat Di Areal MRPP
Kabupaten Musi Banyuasin. Jakarta: GTZ Dan Kementrian Kehutanan, 19.

Despita, R., Marfuah, C., Salim, A., Majid, F. A., & Mau, A. Q. (2017).
PERTUMBUHAN BENIH PADI CIHERANG PADA BERBAGAI JENIS
MEDIA PERSEMAIAN. In Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan
Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia (Issue April).

Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung.
(2019). PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN
PENGELOLAAN PERSEMAIAN PERMANEN. Peraturan Direktur
Jendral, P. 05(PDASHL), 5.
Irawan, U. S., Arbainsyah, Ramlan, A., Putranto, H., & Afifudin, S. (2020). Buku
Manual Persemaian dan Pembibitan Tanaman Hutan. In Buku (1st ed.).
Operasi Walacea Terpadu.

Pelupessy, L. (2007). Teknik Persemaian. Badan Penerbit Fakultas Pertanian


Universitas Pattimura (Bpfp–Unpatti), 54.

Siregar, I. Z. (2006). Modul Pelatihan Persemaian. ITTO Training Proceedings,


3(May), 19–24.

Sukmadjaja, D., & Mariska, I. (2003). Perbanyakan Bibit Jati Melalui Kultur
Jaringan. Balai Penelitian Bioteknologi Dan Sumberdaya Genetik Pertanian,
12.

Susilo, D. E. Ha., Hertos, M., & Arfianto, F. (2014). STUDI POTENSI


PENYEMAIAN DAN PEMBIBITAN TANAMAN MENGKUDU PADA
BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA TANAM. Jurnal Anterior, 7(1), 2.
LAMPIRAN

Tally Sheet Pengukuran Lapangan

No Azimuth Arah Jarak Datar (JD)

Dokumentasi Pengukuran di lapangan

Anda mungkin juga menyukai