Oleh
Kelompok 9
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
A. TUJUAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktik umum ini sebagai berikut.
1. Belangko bagan tebang habis selama daur, Rencana tebangan, Rencana
Teresan, Rencana Tanaman, dan Rendana Pemeliharaan.
2. Peta bagian hutan skala 1:10.000 dan data peta per RTH.
3. Kertas warna warni register risalah hutan dan daftar kelas hutan yang telah
dibuat sebelumnya.
Tabel WvW.
C. METODE
Dari bahan bagan tebang habis selama daur yang tersedia, buatlah intisari
rencana tebangan menurut waktu dan tempat (PK-10) baik untuk tebangan A,
maupun tebangan B berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang ada.
D. PEMBAHASAN
Rencana tebangan selama jangka perusahaan yang pertama (jangka ke-1) disusun
dapat diketahui kelas hutan yang direncanakan untuk ditebang habis dalam jangka
produksi rata-rata pertahun. Luas dan volume tebangan tiap tahun agar
jalan angkutan yang ada dan akan dibuat dalam jangka pertama dapat
20. PK 10 dicari dari tahun pertama ke tahun 10 yang dimana dalam mencari nilai
tersebut dengan cara data produktif dan tidak produktif untuk mendapatkan eaktu
yang tepat pada saat penebangan akan dilakukan. PK 11 adalah rencana teresan
2022, 807,576 m³ ditebang pada tahun 2023, 534,135 m³ ditebang pada tahun
2024, 684,95 m³ ditebang pada tahun 2025, 745,310 m³ ditebang pada tahun 2026,
952,178 m³ ditebang pada tahun 2027, 778,977 m³ ditebang pada tahun 2028,
491,315 ditebang pada tahun 2029, 383,726 m³ ditebang pada tahun 2030,
RTWT mengenai tebangan A dan tebangan B pada waktu tertentu. Volume etat
dalam 1 jangka ini adalah 6453,78 m³.Dalam 10 tahun ini tidak mengalami over
E. KESIMPULAN
Aska. 2009. Model lengkung Bentuk Batang Pohon Jati. Jurnal Ilmu
Lingkungan. Vol 3(3), Hal 35.
D. PEMBAHASAN
Rencana selama jangka tebangan dimulai dengan memisahkan produktif dan tidak
produktifnya kayu dan menyusun rencana tebangan selama 10 tahun, kemudian
mencari rencana teresan dan penjarangan. Rencana terasan merupakan rencana
yang dilakukan sebelum hutan jati ditebang untuk diambil hasilnya. Pohon- pohon
jati yang mau ditebang dimatikan dahulu supaya memiliki kayu yang kering.
Proses ini dilakukan untuk mengurangi kadar air kayu secara alami (Chilmi,
2020).
Kegiatan proses untuk menjadikan manfaat kayu jati menjadi tinggi adalah
kegiatan pemanenan hasil hutan. Pemanenan hasil hutan di Perum Perhutani
mempunyai beberapa tahapan yaitu mencakup penyusunan Rencana Teknik
Tahunan (RTT), teresan, penebangan, pembagian batang, penyaradan dan
pengangkutan (Rosadi, 2000).
E. KESIMPULAN
Dykstra, D., Sist, P., & Fimbel, R. 1999. Pedoman Pembalakan Berdampak
Rendah Untuk Hutan Dipterocarpa Lahan Rendah dan Bukit di Indonesia.
Cifor. Bogor.
Pane, A. 2018. Penyusunan Rencana Tebang Habis Menurut Waktu Dan Tempat
Kelas Perusahaan Mahoni Menggunakan Program Linear Di Kph Kedu
Utara, Jawa Tengah (Doctoral Dissertation, Universitas Gadjah Mada).
A. PEMBAHASAN
Berdasarkan syarat kedua diatas setelah dihitung taksiran potensinya dan diuji
kebenaran dan ketepatanya ,kemudian yang harus dilakukan adalah menyususn
rencana selama jangka (PUPHL,2019). Penyususan Rencana Selama Jangka
disusun berdasarkan Bagan Tebang Habis Selama Daur (BTHSD).Dari BTHSD
diketahui etat tebangan dan macam kelas umur yang memenuhi syarat untuk
ditebang pada jangka 1 .Berdasarkan BTHSD maka proses berikutnya adalah
penyusunan buku RPKH adalah Rencana Selama Jangka. RPKH yang terdiri dari
ikhtisar Rencana Tebangan menurut waktu dan tempat (PK-10) dan Rencana
Tanaman (PK-20) ,Rencana Teresan (PK-11),Rencaana pemeliharaan dan
penjarangan (PK-17) .
PK-11 yaitu Rencana selama jangka pasa rencana teresan .Teresan adalah
tebangan yang dilakukan 2 tahun sebelum masa tebang sesungguhnya .Jenis
penebnagan pada PK-11 hanya untuk kelas umur /jenis A2 , karena hanya akan
diteres untuk yang prduktif saja hal ini dilakukan untuk mendapatkan kayu terbaik
saja . Rencana pemeliharaan dan penjarangan atau disebut dengan PK-17
dilakukan pemeliharaan serta penjarangan untuk tetap memlihara tanaman baik
yang sudah ditebnag maupun belum ditebang .Penjarangan dilakukan sebagai
upaya untuk memaksimalkan pertumbuhan sebelum masa penebangan tiba .
Pada kegiatan kali ini yaitu mengenai perencanaan hutan, yang mana perencanaan
adalah proses dasar yan digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan
cakupan pencapaiannya (Hermosila,2006). Kegiatan perancanaan hutan yang kita
lakukan adalah melakukan perhitungan dan penentuan Etat luas, etat volume,
Bagan tebang habis selama daur, Rencana petak tebang, Ikhtisar rencana tebangan
menurut waktu dan tempat, jadwal peneresan dan penanaman kembali, sebelum
melakukan perhitungan lokasi yang kita akan lakukan perencanaan ini yaitu
Perum perhutani unit II jawa timur, Kesatuan pemangkuan hutan Ngawi, bagian
hutan Ngandong masuk wilayah kabupaten blora jawa tengah.
Pada Bagian hutan Getas terdiri dari 5 RPH yaitu Getas, Ngantepan, Plumbon,
Watugudel, dan Ngladok dari data yang telah ada kita melakukan pembagian
kelas hutan baru berdasarka data yang telah ada dari kelas I, II , III sampai VIII
dan MR (Miskin Riap) dan MT (Masa Tebang) dengan masa tebang 40 tahun.
Kemudian dari setiap kelas dihitung luas keseluruhan tiap kelas yang ada di
bagian hutan Getas kemudian mencari rata rata umur, bonita dan kemudian kbd
yang mana nantinya akan dihitung volume tebangan, CPC, dan menentukan etat
luas dan etat volume dari hasil yang kami dapat etat luas bagian hutan Getas ini
yaitu 67,83 dan etat volume nya 3075,91.
E. KESIMPULAN
Agustini K. 2014. Ingrowth dan upgrowth di hutan alam bekas tebangan untuk
jenis komersial. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 68 hlm.
Aswandi. 2011. Model pertumbuhan dan hasil hutan tanaman Eucalyptus grandis
hill exmaiden di aek nauli simalungun sumatera utara. Widyariset. 14(2):
311-322.
Rohman, Sofyan P. Warsito, Ris Hadi Purwanto, & Nunuk Supriyatno. 2013.
Normalitas tegakan berbasis resiko untuk pengaturan kelestarian hasil
hutan tanaman jati di perum perhutani. Jurnal Ilmu Kehutanan. 7(2) : 83-
113.
ROHMI AISAH
B. PEMBAHASAN
Rencana tebangan selama jangka perusahaan yang pertama (jangka ke-1) disusun
kedalam model PDE.10d/h PK.10. berdasarkan bagan tebang habis, langsung
dapat diketahui kelas hutan yang direncanakan untuk ditebang habis dalam jangka
pertama. Penyusunan urutan-urutan penebangan adalah sebagai berikut.
1. Urutan waktu penebangan harus didasarkan kepada luas dan potensi produksi
rata-rata pertahun. Luas dan volume tebangan tiap tahun agar diusahakan merata
setiap tahun dengan mengingatkan kemungkinan rebaisasinya dan fluktuasi
supply.
2. Urutan tempat penebangan harus diarahkan sedapat mungkin untuk
memperoleh bidang penebangan yang terpusat (kap sentra), supaya jalan-jalan
angkutan yang ada dan akan dibuat dalam jangka pertama dapat dipakai seefisien
mungkin (Perum Perhutani, 1974).
E. KESIMPULAN
Aska. 2009. Model lengkung Bentuk Batang Pohon Jati. Jurnal Ilmu Lingkungan.
3 (3) : 35.
Awang, S.A., Santoso, H., Widayanti, W.T., Nugroho, Y., Kustomo, dan
Sapardiono. 2001. Gurat Hutan Rakyat. DEBUT Press. Yogyakarta.
Awang, S.A., Andayani W., Himah, B., Widayanti, W.T., dan Affianto, A. 2002.
Hutan Rakyat: Sosial Ekonomi Pemasaran. BPFE. Yogyakarta.
E. PEMBAHASAN
E. KESIMPULAN
D. PEMBAHASAN
Dalam acara kali ini menghitung rencana selama jangka dengan cara mencari PK
10, PK 11 dan PK 20. PK 10 dicari dari tahun pertama ke tahun 10 yang dimana
dalam mencari nilai tersebut dengan cara data produktif dan tidak produktif untuk
mendapatkan eaktu yang tepat pada saat penebangan akan dilakukan. PK 11
adalah rencana teresan untuk rencana tebangan pada setiap tahunnya dan PK 20
merupakan rencana tebangan setelah penebangan agar dapat dilakukan
perencanaan kembali.
E. KESIMPULAN
Peraturan Pemerintah No. (33). Tahun 1970, tanggal 31 Agustus 1970. Tentang
Perencanaan Hutan. Departemen Kehutanan RI, Jakarta.
D. Pembahasan
Kayu jati merupakan kayu yang sangat disukai untuk bahan bangunan, alat rumah
tangga dan keperluan lainnya. Nilai kayu jati yang tinggi tersebut diperoleh
melalui daur yang panjang. Daur yang digunakan Perum Perhutani berkisar antara
40-90 tahun. Dalam waktu yang panjang tersebut berbagai tantangan dan
gangguan yang dihadapi Perum Perhutani seperti tingkat pencurian kayu yang
tinggi, terjadinya kebakaran dan pembakaran hutan berulang-ulang, bibrikan,
penggembalaan, penyerobotan lahan, serangan hama dan penyakit serta gangguan
lainnya, dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan dan kesehatan jati. Untuk
mewujudkan pengelolaan hutan yang berazaskan kelestarian perlu dilakukan
upaya penanganan yang serius dan terencana yang mencerminkan adanya usaha
untuk mempertahankan sumberdaya hutan secara gigih.
Pada kegiatan kali ini yaitu mengenai perencanaan hutan, yang mana perencanaan
adalah proses dasar yan digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan
cakupan pencapaiannya (Hermosila,2006). Kegiatan perancanaan hutan yang kita
lakukan adalah melakukan perhitungan dan penentuan Etat luas, etat volume,
Bagan tebang habis selama daur, Rencana petak tebang, Ikhtisar rencana tebangan
menurut waktu dan tempat, jadwal peneresan dan penanaman kembali, sebelum
melakukan perhitungan lokasi yang kita akan lakukan perencanaan ini yaitu
Perum perhutani unit II jawa timur, Kesatuan pemangkuan hutan Ngawi, bagian
hutan Ngandong masuk wilayah kabupaten blora jawa tengah.
Berdasarkan data lapangan yang diperoleh pembagian kelas hutan baru berdasarka
data yang telah ada dari kelas I, II , III sampai VIII dan MR (Miskin Riap) dan
MT (Masa Tebang) dengan masa tebang 40 tahun. Kemudian dari setiap kelas
dihitung luas keseluruhan tiap kelas yang ada di bagian hutan Getas kemudian
mencari rata rata umur, bonita dan kemudian kbd yang mana nantinya akan
dihitung volume tebangan, CPC, dan menentukan etat luas dan etat volume dari
hasil yang kami dapat etat luas bagian hutan Getas ini yaitu 67,83 dan etat volume
nya 3075,91.
E. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
PEMBAHASAN
Salah satu bagian dari sistem pengaturan kelestarian tegakan hutan yang belum
mempertimbangkan faktor resiko kerusakan hutan akibat perubahan sosial
tersebut adalah pengaturan pemanenan selama daur. BTHSD sebenarnya
mencerminkan bagaimana struktur luas hutan akan dibentuk pada akhir daur
(jangka panjang). Luas tebangan tiap jangka umumnya dibuat hampir sama
dengan harapan luas tegakan untuk berbagai umur juga akan relatif sama. Struktur
luas tegakan hutan yang akan dibentuk pada akhir daur diharapkan mendekati
keadaan hutan normal (Rohman et al., 2013).
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktik perencanaan dalam jangka adalah sebagai berikut.
1. Proses penyusunan rencana selama jangka dimulai dengan tabel bantu bagi
pohon produktif dan tidak lalu masuk ke PK 10 yang merupakan ikhtisar
rencana tebangan menurut waktu dan tempat. PK 11 rencana teresan, PK 17
rencana penjarangan dan diakhiri dengan PK 20 rencana tanaman yang
dilakukan secara berurutan sesuai dengan alur yang telah ditentukan dengan
pengolahan data yang didapat dari tabel WvW dan Evapot.
2. Dengan PK-10 didapatkan 28 petak rencana tebangan dengan kondisi hutan
produktif dan tidak produktif yang kemudian dilanjutkan dengan PK-11
sebagai rencana teresan dan terakhir PK-20 untuk rencana penanaman.
3. Penentuan penjarangan pada PK-17 dilakukan tanpa melebihi batas normal
yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, S. 2010. Kelestarian Hutan. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 121 halaman
Perencanaan adalah proses dasar yan digunakan untuk memilih tujuan dan
menentukan cakupan pencapaiannya (Hermosila dan Fay, 2006). Kegiatan
perancanaan hutan yang kita lakukan adalah melakukan perhitungan dan
penentuan Etat luas, etat volume, Bagan tebang habis selama daur, Rencana petak
tebang, rencana tebangan menurut waktu dan tempat, jadwal peneresan dan
penanaman kembali. Bagan tebang habis adalah ikhtisar rencanan produksi (luas
dan volume dalam m3 kayu perkakas) selama daur, yang dirinci pada setiap
jangka perusahaan untuk masing-masing kelas hutannya. Volume produksi
didalam bagan tebang habis disusun sedemikian rupa, sehingga jumlah volume
produksi praktis sama disalam setiap jangka. Luas tebangan habis setiap jangka
disesuaikan dengan potensi produksi rata-rata masing-masing kelas hutan (Simon,
1994)
Pengujian jangka waktu penebangan (cutting test time) adalah pengujian terhdap
kelestarian produksi selama daur berdasarkan luas tegakan produksi yang ada
serta besdasarkan potensi produksi dari masing-masing petak. Bilamana dalam
pengujian kumulatif tahun-tahun penebangan selam daur terdapat perbedaan yang
nyata maka etat massa yang tealah didapat dikoreksi dan untuk diuji lagi pada
cutting test time berikutnya sampai perbedaan yang terjadi kurang dari 2 tahun
(Departemen Kehutanan, 1997).
Data BTHSD menunjukkan bahwa laju deforestasi dan tipe kelas hutan tunduk
pada deforestasi pada paruh pertama tahun ini. Berdasarkan data BTHSD, proses
berikut membuat rencana kerja lembur RKPH, yang terdiri dari PK-10 (rencana
waktu dan tempat penebangan), PK-17 (rencana teresan), dan PK-20 (rencana
tanam). Keputusan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1970 tentang Penataan Hutan
dalam Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa Perencanaan Hutan
adalah perencanaan pola peruntukan, penyediaan, pengadaan, dan pemanfaatan
hutan secara lestari serta penyusunan pola kegiatan-kegiatan pelaksanaannya
menurut ruang dan waktu. Pengelolaan hutan memerlukan perencanaan hutan
untuk mencapai pengelolaan hutan yang efektif dan efisien agar dapat
memberikan manfaat yang optimal dan lestari terhadap fungsi hutan. Pasal 3
Keputusan Nomor 44 Tahun 2004 tentang Penataan Hutan menyebutkan bahwa
perencanaan hutan meliputi kegiatan inventarisasi hutan, penebangan kawasan
hutan, pengelolaan kawasan hutan, penetapan kawasan pengelolaan hutan, dan
penyusunan rencana hutan.
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktin kali ini adalah sebagai berikut.
1. Jangka yang diitung dalam rencana selama jangkajangka yaitu dari PK-
10PKjangka, PK-11, PK-17 dan PK-20
2. Penyusunan Ikhtisar Rencana Tebangan menurut Waktu dan Tempat dilakukan
setiap tahun pada jangka pertama berdasarkan etat yang telah ditetapkan.
3. Rencana pemeliharaan dan penjarangan pada PK-17 dilakukan dengan teknik
silvikultur.
DAFTAR PUSTAKA