DISUSUN OLEH :
NIM : 18/427408/KT/08720
FAKULTAS KEHUTANAN
YOGYAKARTA
2019
ACARA I
I. TUJUAN
Tujuan praktikum kali ini adalah :
a. Mengetahui prinsip kerja dan cara penggunaan alat-alat ukur kayu
b. Mengukur diameter pohon atau poles yang telah ditentukan dengan menggunakan
beberapa jenis alat ukur dan membandingkan hasilnya
c. Menaksir tinggi pohon atau poles dengan beberapa alat ukur tinggi dan membandingkan
hasilnya
II. DASAR TEORI
Inventarisasi hutan merupakan suatu teknik pengumpulan dan pengevaluasian dari
menyajikan informasi yang terspesifikasi dari suatu areal hutan karena secara umum hutan
merupakan areal yang luas, maka data biasanya di kumpulkan dengan kegiatan sampling
(Murdawa, 1994). Tujuannya adalah mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi
yang digunakan sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis jangka
panjang, jangka menengah dan operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan ke
dalam inventarisasi yang dilaksanakan. Ruang lingkup inventarisasi hutan meliputi survei
mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumberdaya manusia serta kondisi
sosial masyarakat di dalam dan sekitar hutan (Kadri, 1992). Data-data hasil inventarisasi
hutan perlu di analisa sehingga dapat menghasilkan informasi berupa struktur, komposisi dan
potensi tegakan yang dapat digunakan sebagai dasar penyusunan tata hutan dan rencana
pengelolaannya (Putra, 2015).
Pengukuran adalah pengumpulan data dengan pengamatan empiris. Pengukuran juga
merupakan penilaian numerik dari fakta-fakta objek yang hendak diukur dengan satuan
tertentu (Muljono, 1995). Dalam bidang kehutanan terdapat istilah pengukuran diameter dan
pengukuran tinggi suatu pohon pada keadaan tegakan tertentu. Dalam inventarisasi hutan
pengukuran diameter dan tinggi pohon/tegakan yang bersangkutan memenggang peranan
penting dalam menentukan volume pohon/tegakan yang bersangkutan. Alat yang digunakan
untuk mengukur diameter adalah phiband, sedangkan untuk tinggi pohon menggunakan
clinometer (Purnama dkk., 2016).
Pengukuran tinggi pohon yang paling akurat yaitu menggunakan hagameter dan
clinometer karena keduanya menggunakan prinsip trigonometri. Prinsip trigonometri sering
dipakai dalam pengukuran tinggi dan hasilnya lebih cermat dan teliti, namun membutuhkan
waktu yang relatif lama. Pengukuran menggunakan christen hypsometer terkadang memiliki
angka yang jauh berbeda dengan yang lainnya, karena kedua alat tersebut dapat dibuat secara
manual. Kelemahan dari christen hypsometer adalah tidak adanya ketepatan dalam membuat
alat, maka dari itu terdapat data yang terlalu jauh dari hasil yang lainnya (Rahlan, 2004).
Spiegel Relaskop dapat digunakan untuk inventarisasi hutan yakni diameter, tinggi, luas
bidang dasar, dan diameter dengan ketinggian tertentu (Qirom, 2018).
Terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan dalam mengukur tinggi pohon yang
menyebabkan hasilnya tidak sesuai dengan tinggi yang sebenarnya, salah satunya yaitu
ketidak tepatan dalam membidik tajuk pohon. Faktor yang menyebabkan terjadinya
kesalahan-kesalahan dalam pengukuran, antara lain kesalahan dalam melihat puncak pohon,
pohon yang diukur tingginya dalam keadaan tidak tegak, jarak antara pengukuran dan pohon
tidak diatas ataupun karena jarak ukur tidak tepat (Suwardi, 2002).
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Alat pengukur diameter pohon: Alat penaksir tinggi pohon:
• Pita meter • Christen Hypsometer
• kaliper • clinometer
• Diameter tape (phiband) • Haga-altimeter
• Spiegel relaskop • Spiegel relaskop
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Pohon di parkiran Fakultas Kehutanan UGM
2. Tabel Statistika (Tabel t dan Tabel F)
IV. CARA KERJA