Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMANENAN HASIL HUTAN


ACARA VII
KOMPOSISI PERALATAN PEMANENAN

Disusun oleh :
Nama : Yoland Windy Astika
NIM : 19/440049/KT/08934
Shift : Rabu, 15.30 WIB
Coass : Peggy Sukmawati

LABORATORIUM PEMANENAN HASIL HUTAN


DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA VII

KOMPOSISI PERALATAN PEMANENAN

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara ini yaitu :
1. Mampu menentukan kebutuhan alat pada suatu kegiatan pemanenan
2. Mampu menyusun atau merencanakan komposisi alat dan personel yang
sesuai dengan kebutuhan dan target produksi.

II. DASAR TEORI


Perencanaan pemanenan kayu diartikan sebagai perancangan keterlibatan
hutan beserta isinya, manusia/organisasi, peralatan, dan dana untuk memproduksi
kayu secara lestari bagi masyarakat yang membutuhkan dan mendapatkan nilai
tambah baik bagi perusahaan maupun bagi masyarakat lokal, regional dan
nasional pada satu kurun waktu tertentu (Supriyatno dan Haryanto, 2009).
Kegiatan pemanenan hutan mencakup sekitar 50-70% dari total produksi
kayu bulat dan biaya transportasi ke industri. Biaya produksi telah berubah seiring
waktu. Pengetahuantentang biaya ini dapat membantu produsen dan perusahaan
kehutanan menilai manfaat dari berbagai negara dan faktor-faktor yang
memengaruhi biaya. Mekanisasi yang meningkat diperkirakan akan menurunkan
biaya, tetapi sedikit dari data empiris yang ada (Mac Donagh dkk., 2017).
Pada kegiatan pemanenan kayu perlu melakukan penyusunan kebutuhan
peralatan, tenaga kerja dan biaya serta penjadwalannya. Untuk dapat menyusun
kebutuhan peralatan perlu diketahui produksi kayu yang ingin dicapai dan target
volume pekerja serta prouktivitas alat yang digunakan. Setelah jumlah kebutuhan
alat, kemudian ditentukan jumlah operator dan pembantunya yang akan
menangani peralatan tersebut. Di dalam perencanaan yang baik selain julah fisik
kebutuhan peralatan, tenaga kerja dan biaya, perlu pula dibuat arahan jadwal
penyediaannya. Hal ini dimaksudkan agar peralatan, tenaga kerja dan biaya yang
diperlukan dapat tersedia pada waktu yang teah direncanakan. Kehadiran alat-alat
dalam melaksanakan suatu proyek atau kegiatan sangat membantu manusia dalam
mencapai beberapa sasaran :
1. Memperepat proses pelaksanaan pekerjaan terutama pada proyek-proyek
yang mempunyai waktu pelaksanaan sangat ketat
2. Melaksanakan pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan dengan padat karya
atau perlu tenagan yang sangat banyak.
3. Berbagai alasan untuk mencapai efisiensi jumlah tenaga kerja yang banyak
dan faktor-faktor ekonomi yang lain
Namun demikian tidak semua alat-alat tersebut dapat digunakan sesuai
untuk maksud maksud tersebut, akan tetapi harus dipilih yang tepat guna dan
ekonomis dimana alat tersebut harus sesuai dengan kondisi pekerjaan dan mampu
berproduksi tinggi dengan biaya yang relatif lebih rendah (Aryanto, 1996).
Pemilihan komposisi alat merupakan bagian dari perencanaan pemanenan
hasil hutan. Komposisi alat dilihat dari kualitas, kemampuan dan biaya peralatan.
Biaya untuk peralatan panen dihitung berdasarkan jadwal jam mesin (SMH) yang
merupakan waktu sebenarnya ketika mesin ditempatkan ke lapangan. Biaya SMH
mencakup semua variabel (bahan bakar, suku cadang,perbaikan) dan biaya tetap
(pembiayaan, pajak, depresiasi) kecuali upah yang dibayarkan kepada operator.
Biaya lain termasuk mobilisasi mesin, biaya pengiriman untuk traktor dan
peralatan khusus lainnya. Karena pendapatan dari para kontraktor penebangan
berdasarkan pendapatan produk kayu, biaya tenaga kerja tidak langsung, termasuk
asuransi, yang dianggap sebagai tambahanbiaya variabel dan ditetapkan pada 30%
dari biaya tenaga kerja langsung. Tidak selalu, mesin yang lebih besar, lebih
banyak kapasitas produksi, dan lebih sedikit biaya (Buchholz, et.al., 2019).
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting
bagi sebuah perusahaan, karena faktor tenaga kerja ini sangat mempengaruhi
tingkat produktivitas. Mandor adalah selaku manajer pada ine terdepan yang
menentukan dalam pencapaian hasil akhir dari suatu kegiatan. Biasanya 1 mandor
membawahi 6-10 operator kerja. Operator alat berat adalah orang memiliki
keterampilan atau keahlian khusus dalam bidang mengoperasikan alat-alat berat.
Operator alat berat bertuga menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan berat dengan
menggunakan peralatan berat yang tidak bisa dilakukan oleh manusia (Maryudi,
2007).

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
1. Alat tulis
2. Microsoft excel
b. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
1. Data target produksi pada suatu perusahaan
2. Bagan rencana pemanenan menurut waktu dan tempat
3. Data prestasi kerja masing-masing elemen kegiatan pemanenan
4. Data spesifikasi alat-alat pemanenan

IV. CARA KERJA


Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu :

• Data target perusahaan, bagan rencana pemanenan menurut waktu dan


tempat dan prestasi kerja masing- masing elemen kegiatan pemanenan
1 serta data spesifikasi alat pemanenan disiapkan dan dipelajari

• Komposisi peralatan dengan anlisis BEP ditentukan


2

• Prestasi kerja (m3/jam) ditentukan dan biaya tetap serta biaya variabel
3 dihitung

• Kebutuhan alat masing-masing kegiatan dihitung


4 • Organisasi pemanenan ditentukan

• Analisis penentuan komposisi peralatan dan oragnisasi pemanenan


5
Dalam penyusunan komposisi peralatan dan organisasi pemanenan
merupakan 2 hal yang saling berkaitan untuk menentukan tercapainya target
produksi suatu perusahaan. Perhitungan prestasi kerja dari masing-masing
alat untuk menentukan besarnya nilai biaya tetap dan biaya variabelnya.
Analisis Break Even Point digunakan untuk memilih alat yang harga belinya
lebih murah tapi penyelesaian pekerjaannya tidak terlampau cukup jauh
dengan alat yang lebih mahal. Setelah jenis alat sudah dipilih, selanjutnya
adalah penyesuaian jumlah alat dengan waktu dan target produksi yang ingin
dicapai. Setelah jumlah alat diketahui maka banyaknya tenaga pelaksana dan
mandor dapat ditentukan yang masing-masing tugasnya tersusun dalam betuk
struktur organisasi pemanenan itu sendiri. Analisis penyusunan komposisi
alat dan organisasi pemanenan sudah bisa bersinergi atau terjadi ketimpangan
yang cukup signifikan.
V. HASIL DAN PERHITUNGAN
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini terlampir dalam bentuk excel.

Contoh Perhitungan UD Nissan Y2 52 PPN


𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
1. Depresiasi = 𝑙𝑖𝑓𝑒𝑡𝑖𝑚𝑒

= 1.850.000 / 5
= Rp 370.000.000
2. Pajak = 4% x harga perolehan
= 4% x 1.850.000
= Rp 74.000.000
3. Asuransi = 3% x harga perolehan
= 3% x 1.850.000
= Rp 55.500.000
4. TFC = depresiasi + upah tetap operator + upah tetap helper +
pajak + asuransi
= 370.000.000 + 17.100.000 + 13.900.000 + 74.000.000 +
55.500.000
= Rp 530.500.000
5. T kosong = jarak / V kosong
= 36,5 km / 47 km/jam
= 0,78 jam
6. T isi = jarak / V isi
= 36,5 km / 36 km/jam
= 1,01 jam
7. T total = T bm + T kosong + T isi
= 0,7 + 0,78 + 1,01
= 2,49 jam
8. Jumlah trip = 7 / T total
= 7 / 2,49
= 2,81 ~ 3 trip
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎×2×𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 2100×2×36,5
9. BBM + oli samping = 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑟𝑢𝑘 (𝑚3) = = 𝑅𝑝 3739,02
41
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑅𝑝/𝑗𝑎𝑚 4500
10. Pelumas = = 28,71 = 𝑅𝑝 156,72
𝑃𝐾 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑅𝑝/𝑗𝑎𝑚 250.000
11. Spare part = = = 𝑅𝑝 8.706,47
𝑃𝐾 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚 28,71
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑅𝑝/𝑗𝑎𝑚 135.500
12. Ban = = = 𝑅𝑝 4.718,91
𝑃𝐾 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑎𝑚 28,71

13. Upah variabel operator = harga / PK


= 13.500 / 28,71
= Rp 470,15 / m
14. Upah variabel helper = harga / PK
= 6.500 / 28,71
= Rp 226,37 / m
15. TVC = BBM oli + pelumas + spare part + ban + upah
variabel operator + upah variabel helper
= Rp 18.017,63
16. Jumlah alat (N) = target tebangan / (PK/bulan x target waktu)
= 141971,19 / (5025 x 4)
= 7,063243 ~ 8 alat
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum acara ini membahas mengenai komposisi peralatan
pemanenan yang bertujuan untuk menentukan kebutuhan alat pada suatu kegiatan
pemanenan dan menyusun atau merencanakan komposisi alat serta personil yang
sesuai dengan kebutuhan dan target produksi. Pentingnya perhitungan kebutuhan
alat yaitu untuk menetukan tercapainya target waktu penyelesaian suatu produksi.
Sedangkan analisis pemilihan alat bertujuan agar terjaminnya kelancaran
pekerjaan, sehingga selain pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak
terjadi pengeluaran lain untuk biaya tak terduga seperti perbaikan alat yang rusak
berat dan harus memperbaiki dengan biaya yang besar maupun membeli alat yang
baru. Hal tersebut dapat terjadi ketika beban pekerjaan alat melebihi
kemampuan/tenaga alat itu sendiri. Selain itu, volume pekerjaan yang sedikit dan
pemilihan alatnya yang memiliki kapasitas kerja yang besar ataupun jumlahnya
berlebih, maka membutuhkan alokasi dana yang besar baik untuk membeli alat,
perawatan, dan pajak alat yang mana seharusnya bisa diminimalkan.
Salah satu bagian dari sistem pemanenan yaitu perencanaan pemanenan.
Unsur-unsur perencanaan pemanenan yaitu what, when, where, why, who, dan
how. Unsur what berkaitan dengan jenis apa yang akan dipanen pada kawasan
hutan. Unsur when berkaitan dengan waktu dilaksanakannya pemanenan pada tiap
kegiatan, selain itu juga berkaitan dengan musim dilaksanakannya pemanenan.
Unsur where berkaitan dengan lokasi tebangan yang akan dilakukan pemanenan.
Unsur why berkaitan dengan alasan atau dasar pertimbangan dalam susunan
rencana pemanenan. Unsur who berkaitan dengan personal / rancangan organisasi
pemanenan. Yang terakhir yaitu unsur how, memiliki 3 bagian yaitu how to do,
how to pay, dan how to control.
Perencanaan perlu dilakukan untuk meminimalisir biaya pemanenan
karena pada dasarnya kegiatan ini membutuhkan biaya besar dan meminimalisir
biaya pemanenan serta meminimalisir kesalahan pemilihan alat yang
menyebabkan kegiatan menjadi tidak efektif, sehingga pilihan alat yang akan
digunakan sesuai dengan target tebangan dan medan yang dilalui. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam pemilihan alat pemanenan adalah target tebangan,
waktu, biaya, dan ketersediaan tenaga kerja. Semakin besar target tebangan, maka
alat yang digunakan harus semakin besar dayanya sehingga kegiatan pemanenan
dapat berjalan efektif. Waktu dan biaya saling berkaitan dimana semakin banyak
waktu pelaksanaan pemanenan, akan semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan atau pengelola. Jenis alat disesuaikan dengan waktu yang sudah
ditentukan dengan mempertimbangkan target tebangan. Ketersediaan tenaga kerja
juga menjadi syarat penting dalam kegiatan pemanenan dimana dalam pemanenan
membutuhkan jumlah tenaga kerja yang berbeda-beda tergantung dari jenis
kegiatan yang dilakukan.
Menurut (Budiarto, 1997) agar seluruh kegiatan panen berjalan lancar,
maka dibutuhkan pengawasan dan kontrol mandor. Mandor berfungsi sebagai
pengawas dan pengatur pekerja dalam melakukan kegiatan sehingga kegiatan
yang dilakukan dapat menacapai target. Adapun jumlah pengawas dan supervisor
berdasarkan jumah personel sementara pelaksanan. Menurut Gautama (2008)
seorang mandor dapat mengawasi maksimal 10 orang pekerja, maka dari itu untuk
kegiatan penebangan dibutuhkan 4 mandor, penyaradan 4 mandor, pemuatan 1
mandor, pembongkaran 1 mandor dan pengangkutan 2 mandor.
Dari hasil perhitungan alat dan pemilihan alat serta penentuan organisasi
pemanenan menunjukkan bahwa pada kegiatan penebangan membutuhkan alat
tipe Sthil MS 381 sejumlah 17 unit sehingga jumlah personil yang dibutuhkan
yaitu 34 personil dengan komposisi 1 operator dan 1 helper pada masing-masing
alat. Pada kegiatan penyaradan membutuhkan alat traktor sarad dengan tipe 527
sejumlah 18 unit sehingga jumlah personil yang dibutuhkan yaitu 36 personil
dengan komposisi 1 operator dan 1 helper pada masing-masing alat. Pada kegiatan
pemuatan membutuhkan alat tipe Cat 950 H sejumlah 5 unit sehingga jumlah
personil yang dibutuhkan yaitu 10 personil dengan komposisi 1 operator dan 1
helper pada masing-masing alat. Pada kegiatan pembongkaran membutuhkan alat
tipe Cat 980 H sejumlah 5 unit sehingga jumlah personil yang dibutuhkan yaitu
10 personil dengan komposisi 1 operator dan 1 helper pada masing-masing alat.
Serta kegiatan pengangkutan membutuhkan alat tipe UD NISSAN Y2 52 PPN
sejumlah 8 unit sehingga jumlah personil yang dibutuhkan yaitu 16 personil
dengan komposisi 1 operator dan 1 helper pada masing-masing alat. Dari hasil
tersebut menunjukkan bahwa semakin besar prestasi kerja suatu alat makan
banyaknya alat untuk menyelesaikan kegiatan pemanenan semakin sedikit dan
apabila alat untuk menyelesaikan kegiatan pemanenan semakin sedikit dan apabila
alat ditambah jumlahnya maka kegiatan pemanenan akan selesai lebih cepat.
Banyaknya tenaga pelaksana lapangan ditentukan dari banyaknya alat dan jumlah
mandor juga ditentukan dari banyaknya jumlah personil yang harus diawasi dalam
melaksanakan pekerjaan di lapangan apakah sudah sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun atau belum.
Organisasi pemanenan adalah susunan personil atau hierartki di setiap
kegiatan pemanenan. Dimana setiap hierarki memiliki fungsi dan peran yang
saling terkait dari tingkat yang paling menentukan yaitu perencana dan tingkat
yang mutlak ada yaitu pengawas maupun pelaksana. Dalam organisasi pemanenan
yang dibuat, jumlah personil (petugas pelaksana) diperoleh dari sumber yang
mendukung jumlah personil standar dari masing-masing kegiatan pemanenan.
Selanjutnya disesuaikan dengan jumlah alat yang digunakan. Terakhir adalah
penentuan jumlah tenaga pengawas yang disesuaikan dengan total tenaga personil
(tenaga kegiatan).
Peran dari operator adalah menjalankan alat kegaiatan untuk
melaksanakan fungsinya, dimana operator telah penempuh pembelajaran maupun
pelatihan dan telah lolos dari uji profesionalitas. Peran dari helper adalah
membantu mengarahakan kerja operator dalam hal pemilihan proses yang
beresiko rendah (segi keamanan dan produktivitas dan pencatatan volume
pekerjaan dan waktu yang harus serta sudah diselesaikan. Peran dari supervisi
(mandor) yaitu memberikan pedoman teknis yang telah direncanakan kepada
personil dan mengawasi jalannya kegiatan pemanenan serta mengevaluasi
ketidaksesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan di lapangan oleh personil
(tidak menutup kemungkinan perencanaan memerlukan penyesuaian).
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemilihan alat serta penentuan organisasi pemanenan menunjukkan bahwa
pada kegiatan penebangan membutuhkan alat tipe Sthil MS 381 sejumlah 17
unit, kegiatan penyaradan membutuhkan alat traktor sarad dengan tipe 527
sejumlah 18 unit, kegiatan pemuatan membutuhkan alat tipe Cat 950 H
sejumlah 5 unit, kegiatan pembongkaran membutuhkan alat tipe Cat 980 H
sejumlah 5 unit serta kegiatan pengangkutan membutuhkan alat tipe UD
NISSAN Y2 52 PPN sejumlah 8 unit.
2. Dengan jatah tebang 141971.19 m3/th dan target 4 bulan, pada kegiatan
penebangan digunakan alat Stihl MS 381 dengan 1 operator dan 1 helper pada
masing-masing alat. Sehingga personil yang dibutuhkan yaitu 34 personil
dengan 4 mandor. Pada kegiatan penyaradan digunakan alat traktor sarad 527
dengan 1 operator dan 1 helper pada masing-masing alat. Sehingga personil
yang dibutuhkan yaitu 36 personil dengan 4 mandor. Pada kegiatan pemuatan
digunakan alat Cat 950 H dengan 1 operator dan 1 helper pada masing-masing
alat. Sehingga personil yang dibutuhkan yaitu 5 personil dengan 1 mandor.
Pada kegiatan pembongkaran digunakan alat Cat 950 H dengan 1 operator
dan 1 helper pada masing-masing alat. Sehingga personil yang dibutuhkan
yaitu 5 personil dengan 1 mandor. Pada kegiatan pengangkutan digunakan
alat UD NISSAN Y2 52 PPN dengan 1 operator dan 1 helper pada masing-
masing alat. Sehingga personil yang dibutuhkan yaitu 16 personil dengan 2
mandor.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Aryanto. (1996). Pemanenan Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan UGM :
Yogyakarta.
Buchholz, T., Keeton, W. S., & Gunn, J. S. (2019). Economics of integrated
harvests with biomass for energy in non-industrial forests in the northeastern US
forest. Forest Policy and Economics Journal. Vol 109: 102023.
Budiarto. (1997). Pemanenan Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan UGM.
Yogyakarta
Mac Donagh, P., Botta, G., Schlichter, T., & Cubbage, F. (2017). Harvesting
contractor production and costs in forest plantations of Argentina, Brazil, and
Uruguay. International Journal of Forest Engineering. Vol 28(3) : 157-168.
Maryudi, Ahmad. (2007). Ilmu Kerja Hutan. Laboratorium Pemanenan Hasil
Hutan Fakultas Kehutanan UGM : Yogyakarta.
Supriyatno, Nunuk dan Haryanto. (2009). Buku Ajar Pemanenan Hasil Hutan.
Fakultas Kehutanan UGM : Yogyakarta.
IX. LAMPIRAN

Gambar 1. Jurnal oleh Buchholz, T., Keeton, W. S., & Gunn, J. S. (2019).
Gambar 2. Jurnal oleh Mac Donagh, P., Botta, G., Schlichter, T., & Cubbage, F.
(2017).

Anda mungkin juga menyukai