Anda di halaman 1dari 20

PENETAPAN TUJUAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN SUAKA

ALAM PERAIRAN WAIGEO SEBELAH BARAT


( Laporan Praktikum Perencanaan Kehutanan)

Oleh

Muhammad Fadhil
1714151009

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Perencanaan Hutan merupakan ilmu terapan yang bersifat interdisiplin. Ilmu

Perencanaan Hutan merupakan cabang dari Ilmu Kehutanan yang membahas

tentang pendayagunaan sumberdaya hutan beserta faktor-faktor pendukungnya.

Pendayagunaan termaksud mempersyaratkan adanya pemahaman yang mendalam

tentang ekosistem hutan serta pemahaman tentang ilmu-ilmu pendukungnya

seperti biologi, ekonomi, ilmu-ilmu sosial serta metode-metode analisis kuantitatif

untuk menganalisis dan mensintesis data dan informasi yang relevan dengan

penyusunan rencana pengelolaan hutan.

Ilmu Perencanaan Hutan dapat didefenisikan sebagai ilmu yang membahas

tentang penerapan konsep dan teori ilmu-ilmu biologi, ekonomi, sosial dan

analisis kuantitatif dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Pengelolaan yang

dimaksudkan harus didasarkan atas hasil analisis yang mendalam terhadap kondisi

biofisik, ekonomi dan kondisi sosial-budaya pada dan di sekitar hutan, dalam

rangka menetapkan hasil berupa barang dan jasa yang akan diperoleh, serta

dampak yang mungkin ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan pengelolaan terhadap

lingkungan, baik terhadap lingkungan biofisik maupun terhadap lingkungan

sosial, ekonomi dan budaya.


Pengelolaan hutan yang optimal, pada hakekatnya, hanya mungkin dilaksanakan

jika didasarkan pada suatu perencanaan yang baik dan benar, sedang perencanaan

yang baik dan benar adalah perencanaan yang dapat mengakomodir dan

merefleksikan potensi atau daya dukung dari sumberdaya hutan yang menjadi

obyek pengelolaan.

Perencanaan kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penentuan kegiatan dan

perangkat yang diperlukan untuk member pedoman dan arah bagi pengurusan

hutan, dalam rangka menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan kehutanan,

yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, secara berkeadilan dan

berkelanjutan.

Tujuan perencanaan kehutanan adalah mewujudkan penyelenggaraan kehutanan

yang efektif dan efisien untuk mencapai manfaat dan fungsi hutan secara optimum

dan lestari

B. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah.

1. Mengetahui dan memahami penetapan tujuan pengelolaan hutan.

2. Menganalisis rencana kegiatan pengelolaan hutan terkait fungsi ekonomi,

ekologi dan sosial budaya.

3. Menganalisis kesesuaian tujuan pengelolaan hutan dengan fungsi penggunaan

hutan, peranan ekologi hutan dan dalam aspek sosial budaya.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Inventarisasi Hutan

Inventarisasi hutan adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan

fakta mengenai sumberdaya hutan untuk rencana pengelolaannya. Tujuannya

adalah mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan

sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis jangka

panjang, jangka menengah dan operasional jangka pendek sesuai dengan

tingkatan dan kedalam inventarisasi yang dilaksanakan. Ruang lingkup

inventarisasi hutan meliputi survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora

dan fauna, sumberdaya manusia serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan

sekitar hutan (Pukkala, 2005).

Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun.

Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim

saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak

berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas. Setiap

pohon mengalami dua bentuk pertumbuhan yang berbeda, yaitu pertumbuhan

vertikal atau tinggi dan pertumbuhan horizontal atau diameter. Pertumbuhan

tinggi dan diameter menyebabkan terjadinya perubahan ukuran dan bentuk pohon

yang pada gilirannya sangat menentukan dalam pendugaan volume pohon


maupun tegakan. Pengembangan metode pendugaan potensi hutan, termasuk di

dalamnya pendugaan model hubungan antara karakteristik individual pohon

seperti tinggi dan diameter telah banyak dilakukan. Berbagai fungsi yang

menyatakan hubungan tinggi dan diameter telah banyak dipelajari dan diteliti

(Andry, 2017).

B. Perencanaan Hutan

Pengertian perencanaan adalah Sebuah proses berkelanjutan yang melibatkan

kebijakan atau pilihan-pilihan mengenai alternatif jalan/cara dalam menggunakan

sumber daya yang tersedia dengan tujuan mencapai cita-cita/sasaran khusus di

masa depan (Heinonen, 2007).

Perencanaan hutan adalah suatu upaya dalam bentuk rencana, dasar acuan dan

pegangan bagi pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rangka mencapai tujuan

pengusahaan hutan yang bertolak dari kenyataan saat ini dan memperhitungkan

pengaruh masalah dan kendala yang memungkinkan terjadi selama proses

mencapai tujuan tersebut (Bettinger, 2004).

Perencanaan dibuat untuk mencapai tujuan pada suatu organisasi. Perencanaan

merupakan suatu kegiatan pendahuluan yang harus dilakukan, sebelum kegiatan

pokok dilaksanakan. Perencanaan diperlukan karena adanya keterbatasan sumber

daya dan sumber dana yang tersedia sehingga tidak menyulitkan dalam

menentukan suatu pilihan kegiatan (Reed, 2010).


Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan

alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan

fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu

rangkaian kegiatan /aktifitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik (material)

maupun nonfisik (mental dan spiritual), dalam rangka mencapai tujuan yang lebih

baik. Sedangkan perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses

penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur di

dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber-sumber daya yang ada

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah

atau daerah dalam jangka waktu tertentu (Purnomo, 2003).

Perencanaan hutan adalah upaya untuk mendayagunakan fungsi hutan dengan

menciptakan kegiatan yang dapat mempengaruhi proses yang sedang berjalan,

atau menciptakan proses baru, agar hutan memberikan sumbangan maksimal

untuk ikut mempengaruhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

(Kusyanto, 2012). Dari definisi ini terdapat tiga kata kunci yaitu fungsi hutan;

mempengaruhi proses; dan kesejahteraan masyarakat. Ini berarti hutan merupakan

bagian dari suatu sistem yang lebih besar sehingga memberikan sumbangan untuk

memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Ohman, 2000).

Pengelolaan hutan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara yang

paling efektif. Oleh karena itu tujuan pengelolaan harus didefinisikan secara jelas,

mencakup proyeksi hasil yang diharapkan, kualitas, komposisi, proyeksi

pendapatan dan biaya dengan kemungkinan metode yang paling efektif dipilih

atau dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut (Labbetubun, 2005).


Sementara sistem informasi adalah kumpulan komponen-komponen yang saling

terintegrasi dimana dapat mengumpulkan, meproses, menyimpan, dan

mendistribusikan informasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan

(Ripanti, 2019).

Dalam proses penetapan hutan, terlebih dahulu dimulai dari proses penetapan

suatu kawasan hutan oleh Pemerintah. Pemerintah yang berwenang melakukan

penetapan hutan adalah Kementerian Kehutanan (atau sekarang disebut

Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup). Sebagai Pemerintah yang

berwenang melakukan pengurusan terhadap hutan, ada empat hal yang dilakukan

yaitu perencanaan kehutanan, pengelolaan kehutanan, penelitian dan sosialisasi,

dan pengawasan. Dikarenakan bahasan kali ini fokus terhadap penetapan hutan,

maka yang hanya dijabarkan lebih lanjut mengenai perencanaan kehutanan saja

(Rahmatullah, 2017).

C. Upaya Pelestarian Hutan

Sumber masalah kerusakan lingkungan terjadi sebagai akibat dilampauinya daya

dukung lingkungan, yaitu tekanan penduduk terhadap lahan yang berlebihan.

Kerusakan klingkungan hanyalah akibat atau gejala saja , karena itu

penanggulangan kerusakan lingkungan itu sendiri hanyalah merupakan

penanggulangan yang sistematis, yaitu penanggulangannya harus dilakukan lebih

mendasar yang berarti menanggulangi penyebab dari kerusakan lingkungan.

Karena itu sebab keruskan lingkungan yang berupa tekanan penduduk terhadap

sumber daya alam yang berlebih harus ditangani (Windiani, 2010).


Keterlibatan para pihak (stakeholders) dalam pengelolaan hutan diperlukan untuk

lebih menjamin tercapainya kepuasan pihak pihak yang berkepentingan pada

tingkat tertentu, khususnya dalam perumusan keseimbangan fungsi-fungsi

ekologi, ekonomi, dan sosial dari ekosistem hutan. Dalam kaitan dengan hal

tersebut, para pihakdapat dilibatkan dalam penentuan tujuan-tujuan yang ingin

dicapai, analisis keadaan,serta pemecahan masalah dan pengembangan upaya-

upaya perbaikan. Tingkat keberhasilan partisipasi para pihak (Kusumaningtyas,

2011).

Dalam rencana pembangunan di perkotaan, khususnya pembangunan

permukiman, perlu dipersiapkan bentuk dan struktur hutan kota dengan strata

banyak sehingga sekaligus dapat menjadi habitat satwa dan sudah ditaman

bersamaan dengan pembangunan. Selain untuk meningkatkan kualitas lingkungan

, bentuk dan struktur hutan kota berstrata banyak dapat mengurangi biaya

pemeliharaan sekaligus dapat menjadi kebun bibit secara alamiah, serta sebagai

pelestarian plasma nutfah (Sundari, 2005).

Kawasan hutan kemasyarakatan memiliki keterbatasan luas lahan sehingga

tanaman yang di tanam pun terbatas, terkadang hanya satu jenis. Tetapi dari

keterbatasan luas lahan tidak mempengaruhi pendapatan dan kinerja pengelolaan

hutan kemasyarakatan. Masyarakat sekitar hutan sangat terbantu dibidang

ekonomi, dimana dari hasil hutan kemasyarakatan kebutuhan hidup dan

pendidikan mereka tercukupi. Hasil darihutan kemasyarakatan masyarakat

biasanya langsung menjualnya ke pasar atau pada pengepul. Awal pembentukan

hutan kemasyarakatan pun masyarakat belum mengelolanya dengan baik dan


sehingga penghasilan masyarakat sangat minim, baik untuk kehidupan masyarakat

hingga pendidikan, namun sekarang sudah sangat terbantu (Sahrul, 2017).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan praktikum ini dilakukan pada hari Kamis, 19 September 2019 pukul

15.00 – 17.00 WIB di D301, Universitas Lampung, Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat tulis dan laptop. Bahan

yang digunakan pada praktikum ini adalah jurnal nasional, jurnal internasional,

prosiding, serta beberapa sumber lain.

C. Cara Kerja

Cara kerja yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Mengeksplorasi dan mengumpulkan referensi dari berbagai sumber.

2. Melakukan analisis pada literature tentang tujuan pengelolaan hutan, rencana

kegiatan terhadap fungsi ekonomi, ekologi, sosial budaya serta kesesuaian

terhadap tujuan pengelolaann hutan.

3. Mengumpulkan informasi, menyusun dan analisis pembahasan sesuai dengan

tujuan praktikum.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Visi dan Misi Cagar Alam Waigeo


No. Tujuan Deskripsi
1. Visi Terwujudnya SAP kepulauan Waigeo sebelah barat sebagai
sumber penghidupan dan kesejahteraan masyarakat dengan
tetap mempertahankan kelestarian sumber daya alam dan
lingkungannya
2. Misi Melakukan pengelolaan SAP kepulauan Waigeo sebelah
barat secara efektif melalui kelembagaan pengelolaan yang
kuat dalam kerangka jejaring KKP Raja Ampat

Tabel 2. Hasil identifikasi rencana kegiatan di Cagar Alam Waigeo.

No. Aspek Deskripsi


1. Ekologi 1. Pengelolaan sumber daya alam kawasan SAP
kepulauan Waigeo sebelah barat melalui perlindungan
dan rehabilitasi serta melalui pemanfaatan sumber
daya secara lestari
2. Monitoring dan evaluasi pemanfaatan sumber daya
serta efektivitas pengelolaan kawasan secara efektif
guna mencapai tujuan dan sasaran dari pengelolaan
kawasan tersebut. Kegiatannya meliputi pemetaan
detail potensi kawasan tiap zona dalam rangka
perlindungan habitat dan populasi ikan.
2. Ekonomi 1. Pengembangan ekonomi masyarakat melalui
pemberian kredit berbunga ringan untuk usaha
perikanan skala kecil dan menengah.
2. Pengembangan kegiatan ekonomi non perikanan,
peningkatan keterampilan pembuatan cindera mata
dari sumber daya laut, peralatan rantai dan lain-lain.
3. Sosial 1. Pembentukan unit organisasi pengelolaan SAP
budaya kepulauan Waigeo sebelah barat serta pembentukan
dan pengembangan kelembagaan kemitraan
pengelolaan jejaring kkp di raja ampat.
2. Pengembangan dan penguatan kelembagaan
masyarakat. Kegiatan yang dilakukan meliputi
pemberdayaan masyarakat dan pelatihan pengelolaan
organisasi.

B. Pembahasan

Tujuan dari pengelolaan SAP Kepulauan Waigeo Sebelah Barat adalah:

1. Membangun dan meningkatkan kapasitas lembaga pengelola dan para pihak

dalam mengelola SAP Kepulauan Waigeo Sebelah Barat.

2. Membangun dan meningkatkan kerjasama dan koordinasi unit pengelola SAP

Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dengan unit pengelola KKPD Raja Ampat,

Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, Pemerintah Propinsi Papua Barat didalam

pengelolaannya maupun pengelolaan jejaring KKP di Raja Ampat umumnya.

3. Mengembangkan dan meningkatkan program dan kegiatan pengelolaan SAP

Kepulauan Waigeo Sebelah Barat meliputi perikanan, pariwisata, pelibatan

dan pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat, monitoring dan

pengawasan.

Program untuk melaksanakan strategi pembangunan dan peningkatan kapasitas

lembaga pengelola dan para pihak sebagai berikut:

a. Pembentukan unit organisasi pengelola SAP Kepulauan Waigeo Sebelah

Barat serta pembentukan dan pengembangan kelembagaan kemitraan

pengelolaan jejaring KKP Raja Ampat.


b. Penguatan kapasitas sumber daya manusia unit organisasi pengelola SAP

Kepulauan Waigeo sebelah Barat.

c. Penguatan kapasitas para pihak terkait pengelolaan SAP Kepulauan Waigeo

Sebelah Barat.

d. Pengembangan dan penguatan kelembagaan masyarakat dan para pihak

lainnya dalam pengelolaan SAP Kepulauan Waigeo Sebelah Barat.

e. Pengembangan kerjasama pengelolaan SAP Kepulauan Waigeo Sebelah Barat

serta jejaring KKP Raja Ampat antar unit organisasi pengelola dengan

pengelola KKP lainnya pada tingkat propinsi, nasional, regional dan dunia

f. Pengembangan dan penguatan kemitraan dalam pengelolaan SAP Kepulauan

Waigeo Sebelah Barat pada berbagai tingkatan pemerintahan.

g. Pembangunan infrastruktur pengelolaan kawasan SAP Kepulauan Waigeo

Sebelah Barat.

h. Pengembangan dan sosialisasi kebijakan dan aturan pengelolaan kawasan SAP

Kepulauan Waigeo Sebelah Barat.

i. Pengembangan sistem pendanaan berkelanjutan untuk pengelolaan SAP

Kepulauan Waigeo Sebelah Barat.

j. Monitoring dan evaluasi kelembagaan pengelolaan kawasan.

Program pengelolaan untuk melaksanakan strategi pengembangan pengelolaan

sumber daya sebagai berikut:

a. Pengelolaan sumber daya alam kawasan SAP Kepulauan Waigeo Sebelah

Barat

b. Pengembangan dan penguatan kelembagaan masyarakat dan para pihak

lainnya dalam pengelolaan SAP Kepulauan Waigeo Sebelah Barat


c. Pengembangan kerjasama pengelolaan SAP Kepulauan Waigeo Sebelah

Baratserta jejaring KKP Raja Ampat antar unit organisasi pengelola dengan

pengelola KKP lainnya pada tingkat propinsi, nasional, regional dan dunia

d. Monitoring dan evaluasi pemanfaatan sumber daya dan evaluasi efektivitas

pengelolaan kawasan

Penguatan Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Pengelolaan sumber daya alam maupun sumber daya sosial, budaya dan

ekonomi di SAP Kepulauan Waigeo Sebelah Barat penting dilakukan untuk

mempertahankan dan meningkatkan status dan fungsinya. Kelestarian

sumber daya alam serta terpeliharanya kondisi sosial, budaya dan ekonomi

masyarakat disekitarnya merupakan tolak ukur keberhasilan pengelolaannya.

Pengelolaan sumber daya seperti ikan penting selain untuk menjamin

kelestariannya, juga menjamin sumber protein dan sumber pendapatan bagi

masyarakat sekitarnya.Pengelolaan terumbu karang penting untuk tetap

mempertahankan Raja Ampat sebagai daya tarik dan tujuan wisata.

Program penguatan kapasitas sumber daya manusia unit organisasi pengelola

dilakukan melalui kegiatan:

1) Pelatihan pengelolaan organisasi

2) Pelatihan perencanaan dan pengelolaan KKP

3) Pelatihan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut terpadu

4) Pelatihan monitoring dan pengawasan

5) Pelatihan pengembangan dan pengelolaan database

6) Pelatihan penyadartahuan dan komunikasi


7) Pelatihan pengembangan pemanfaatan KKP

8) Pelatihan pemberdayaan dan pelibatan masyarakat dan para pihak dalam

pengelolaan KKP

9) Pelatihan resolusi konflik pengelolaan sumber daya alam dan KKP

10) Studi banding atau kunjungan ke KKP lain yang telah dikelola dengan baik

11) Pelatihan penegakan hukum lingkungan

Kegiatan-kegiatan dalam program peningkatan kapasitas para pihak terdiri dari:

1) Pelatihan KKP dan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut

2) Pelatihan monitoring dan pengawasan sumber daya

3) Pelatihan perencanaan dan pengelolaan KKP

4) Pelatihan pengembangan pemanfaatan KKP dan mata pencaharian alternatif.

5) Pelatihan bisnis konservasi

6) Studi banding atau kunjungan KKP lain yang telah dikelola dengan baik

7) Diskusi reguler antara pengelola Sap dengan masyarakat di dalam dan di

sekitar SAP

8) Pelatihan kegiatan pariwisata berkelanjutan

Kegiatan dalam pengembangan dan penguatan kelembagaan masyarakat dan para

pihak sebagai berikut:

1) Koordinasi dan fasilitasi pembentukan forum masyarakat pengelolaan SAP

Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan jejaring KKP Kabupaten Raja Ampat

2) Koordinasi dan fasilitasi pembentukan forum para pihak lainnya seperti forum

swasta pengelola resort dan lainnya


3) Penguatan forum masyarakat pengelolaan SAP Kepulauan Waigeo Sebelah

Barat dan jejaring KKP Raja Ampat 4) Koordinasi dan fasilitasi pertemuan

berkala kelembagaan kemitraan


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Penetepan tujuan pengelolaan hutan berguna untuk memudahkan kita dalam

melakukan pengelolaan hutan supaya lebih jelas pengelolaan ini akan

diarahkan kemana.

2. Rencana kegiatan pengelolaan hutan harus meliputi fungsi ekonomi, ekologi

dan sosial budaya.

3. SAP kepulauan Waigeo sebelah barat adalah sumber penghidupan dan

kesejahteraan masyarakat dengan tetap mempertahankan kelestarian sumber

daya alam dan lingkungannya.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan dalam praktikum ini yaitu agar asisten dosen dalam

menjelaskan materi untuk dapat lebih jelas lagi perihal tentang apa apa saja yang

harus kami cari untuk bahan laporan ini.

.
DAFTAR PUSTAKA

Andry, S., Triana, D., Rivanda. dan Iswoyo, H. 2017. Potensi pengembangan
kawasan moi sebagai rth hutan kota dan kawasan agroeduwisata perkotaan.
Hasanuddin Student Journal. 1(1): 22-33.

Bettinger, P. and Chung, W. 2004. The key literature of, and trends in, forest-level
management planning in North America, 1950–2001. International Forestry
Review journal. 6(1): 40-50.

Heinonen, T. and Pukkala, T. 2007. The use of cellular automaton approach in


forest planning. Canadian Journal of Forest Research. 37(11): 2188-2200.

Kusumaningtyas, R. dan Chofyan, I. 2013. Pengelolaan hutan dalam mengatasi


alih fungsi lahan hutan di wilayah kabupaten subang. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota. 13(2) 1-11.

Kusyanto, M. 2012. Kajian hutan kota dalam pengembangan kota demak. Jurnal
Teknik UNISFAT. 8(1): 53-62.

Labbetubun, M. S., Suhendang, E. dan Darusman, D. 2005. Pengembalian


ekonomi dalam pengelolaan hutan Alam produksi: suatu pendekatan
dinamika sistem. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 11(2): 42-54.

Ohman, K. 2000. Creating continuous areas of old forest in long-term forest


planning. Canadian Journal of Forest Research. 30(11): 1817-1823.

Pukkala, T. and Kurttila, M. 2005. Examining the Performance of Six Heuristic


Optimisation Techniquesin Different Forest Planning Problems. Silva
Fennica journal. 39(1): 67–80.
Purnomo, H. 2003. Model dinamika sistem untuk pengembangan alternatif
kebijakan pengelolaan hutan yang adil dan lestari. Jurnal Manajemen Hutan
Tropika. 9(2) : 45-62.

Rahmatullah., Mappamiring. dan Abdi. 2017. Penetapan batas hutan produksi


terbatas (hpt) di desa turungan baji kecamatan sinjai barat. Jurnal
Administrasi Publik. 3(2): 245-261.

Reed, P. and Brown, G. 2010. Values suitability analysis: a methodology for


identifying and integrating public perceptions of ecosystem values in forest
planning. Journal of Environmental Planning and Management. 46(1): 643-
658.

Ripanti, E. F. 2019. Implementasi ekonomi melingkar pada sistem informasi


pengelolaan hutan mangrove. Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika.
5(2): 249-254.

Sahrul., Markum. dan Setiawan, B. 2017. Persepsi masyarakat pengelola hutan


kemasyarakatandalam pelestarian hutan di desa senggigi kecamatan batu
layar kabupaten lombok barat. Jurnal Perencanaan Kehutanan. 1(1): 271-
296.

Sundari, E. S. 2005. Studi untuk menentukan fungsi hutan kota dalam masalah
lingkungan perkotaan. Jurnal PWK Unisba. 1(1) : 16-27

Windiani. 2010. Strategi pemberdayaan masyarakat di kawasan hutan sebagai


langkah antisipatif dalam penanganan bencana banjir dan tanah longsor di
kabupaten trenggalek. Jurnal Sosial Humaniora. 3(1): 148-161.

.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai