Anda di halaman 1dari 16

Keragaman Tegakan Jenis Kayu Agathis Loranthifolia Dengan Pemodelan

Dinamika Struktur Tegakan Hutan Biometrika Hutan

KERAGAMAN TEGAKAN JENIS KAYU AGATHIS LORANTHIFOLIA DENGAN


PEMODELAN DINAMIKA STRUKTUR TEGAKAN HUTAN BIOMETRIKA
HUTAN

(Diversity of Agathis Loranthifolia Wood Stands Using Forest Biometrics Structure


Dynamic Modeling)

Budi Kuncahyo1), Tatang Tiryana2), Teddy Rusolono3) Ernita Rahayu4), Figo Valentino
Indra5), Nadia Syahrani6), Serly Wijayanti7), dan Farrel Ardan8)
1, 2, 3)
Dosen Divisi Perencanaan Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan,
Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor
Jalan Ulin, Kampus IPB Dramaga Bogor Jawa Barat 16680.
Telp:081226123336

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend standing stock dan menentukan model struktur
tegakan berdasarkan kerapatan dan bidang dasar tegakan hutan bekas tebangan pada variasi
kondisi dengan teknik penebangan yang berbeda. Penelitian dilakukan pada bulan November
2022 dan berlokasi di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah model dinamika tegakan hutan pada jenis Agathis
loranthifolia salisb bonita I yang dikelompokan menjadi beberapa kategori komponen sistem
meliputi Statue Variable (Stok), Auxiliary Variable (Peubah Pembantu), Constant (Konstanta),
Driving variable (Peubah Penggerak), Source and Sink Source and Sink, dan Information and
Material Transfer. Data yang digunakan berupa data sekunder pada buku “Tabel Tegakan
Sepuluh Jenis Kayu Industri”. yaitu data potensi tegakan dengan kelas umur per-lima tahun
selama 60 tahun dengan jenis pohon berupa Agathis loranthifolia salisb bonita I. Hasil
penelitian menunjukan bahwa dalam jangka waktu 50 tahun jumlah populasi total (growing
stock) stagnan atau tetap. Hal ini ditunjukan dengan nilai eigen value sebesar 1 sehingga dalam
jangka panjang growing stock dikatakan lestari.
Kata Kunci : standing stock, nilai eigen, stella

I. PENDAHULUAN
Hutan tropika dataran rendah di Asia kontribusi terbesar yaitu tanaman Agathis
Tenggara didominasi oleh famili loranthifolia (lebih dari 25%) sebagai kayu
Araucariaceae (Ashton 1982) sehingga sering komersial hutan alam dengan volume antara 50
disebut sebagai hutan Araucariaceae. Hutan - 100 m/ha terutama untuk wilayah hutan di
Araucariaceae di wilayah Indonesia Kalimantan (Sist et al. 2003). Kayu Damar
merupakan tipe hutan tropis paling produktif (Agathis loranthifolia) merupakan salah satu
berdasarkan nilai getahnya (FAO 2001). Di jenis kayu daun jarum (KDJ) yang tumbuh
Indonesia, famili Araucariaceae mempunyai secara alami di Indonesia. Tanaman ini
Keragaman Tegakan Jenis Kayu Agathis Loranthifolia Dengan Pemodelan
Dinamika Struktur Tegakan Hutan Biometrika Hutan

banyak dijumpai di daerah Sumatera Barat, mempunyai kompleksitas seperti pada hutan
Sumatera Utara, seluruh Kalimantan, Jawa, tropis (Vanclay 2003). Pemodelan dinamika
Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Kayu hutan dalam berbagai studi kuantitatif
Damar ini memiliki berat jenis berkisar antara seringkali dihadapkan pada heterogenitas dan
0.36 - 0.64 (Martawijaya et al. 1986) dan kompleksitas hutan (berupa keragaman tegakan
telah digunakan sebagai komponen alat dan variasi kondisi) dan keterbatasan atau
musik, mebel, pulp dan kertas, serta bahan ketiadaan data yang bersifat jangka panjang
baku industri pesawat ringan (Surjokusumo (Kariuki 2006). Pemantauan dimensi tegakan
1992). hutan alam tanah kering melalui plot-plot
Ragam kondisi hutan primer dan hutan permanen memerlukan jangka waktu
bekas tebangan menunjukkan perbedaan pengukuran yang optimal yaitu 2-3 tahun
struktur, komposisi jenis dan nilai potensi (Suhendang 2007). Pengetahuan model
(Ishida et al. 2005), serta variasi kerapatan struktur tegakan sangat diperlukan untuk
tegakan, laju kematian (mortality) dan laju alih menjamin tingkat keterandalan tertentu dalam
tumbuh (ingrowth) (Lewis et al. 2004). Tingkat pendugaan dimensi tegakan, sehingga dapat
keragaman jenis suatu vegetasi merupakan memberikan efisiensi penerapan yang luas dan
hasil dari proses ekofisiologis yang dinamis akurasi yang tinggi (Prodan 2008). Data
dan korelasi dengan kondisi iklim setempat, mengenai dimensi tegakan sangat berguna
kondisi hara, rentang toleransi jenis, faktor dalam menyusun rencana pengelolaan hutan,
biogeografi atau sebaran jenis dan variasi disamping potensi jenis dan kualitasnya.
kondisi ekologi hutan (Lee 2002). Pemulihan Suhendang (2005) mengemukakan 5 (lima)
pertumbuhan tegakan hutan berjalan seiring kegunaan struktur tegakan hutan, yaitu:
waktu, dengan jangka waktu yang beragam penentuan kerapatan pohon pada berbagai
tergantung pada tingkat kerusakan hutan dan kelas diameter, penentuan luas bidang dasar
daya dukung lingkungannya (Muhdin 2008). tegakan, pengamatan dendrometrik, penentuan
Kondisi hutan alam produksi di Indonesia lebih volume tegakan dan nilai komersil tegakan dan
dari 50% berupa hutan bekas tebangan (Ditjen penentuan biomassa tegakan. Beberapa studi
Planologi Kehutanan, 2011), maka sangat menunjukkan bahwa penggunaan model
penting untuk mengetahui variasi karakteristik struktur tegakan terbukti memberikan efisiensi
tegakan hutan bekas tebangan. metode inventarisasi dibandingkan dengan
Prodan (2008) menyatakan bahwa metode konvensional sensus pendugaan jumlah
karakteristik biometrik hutan merupakan pohon, luas bidang dasar, dan volume tegakan
pendekatan kuantitatif untuk menjelaskan per hektar (Udiansyah 2014). Dalam
proses-proses penting dalam hutan, yang perencanaan pengelolaan hutan, penyusunan
mempelajari sifat-sifat atau ciri-ciri tegakan model-model kuantitatif sebagai diperlukan
hutan dalam ukuran (metrik) suatu dimensi untuk meningkatkan akurasi dan validitas
biologi spesifik sebagai identitas pengenal dalam mencapai pengelolaan hutan yang
yang bersifat kuantitatif (skala rasio dan kontinyu/lestari (Phillips 2002). Struktur
interval). Sebagian besar penelitian awal dalam tegakan merupakan komponen penting dalam
biometrik hutan terutama pemodelan analisis tegakan hutan alam untuk
pertumbuhan hutan ditujukan pada hutan menerangkan dinamika tegakan dalam hutan
tanaman atau hutan temperate, yang tidak tropis (Lewis et al. 2004). Kebutuhan dan peran
Keragaman Tegakan Jenis Kayu Agathis Loranthifolia Dengan Pemodelan
Dinamika Struktur Tegakan Hutan Biometrika Hutan

penting model struktur tegakan dalam tegakan hutan bekas tebangan pada variasi
pengelolaan hutan di masa mendatang kondisi dengan teknik penebangan yang
menuntut perlunya penyediaan perangkat berbeda. Penyusunan model struktur tegakan
kuantitatif yang valid untuk berbagai variasi adalah dalam rangka penyusunan keragaan
kondisi hutan Araucariaceae di Indonesia. karakteristik biometrik hutan Araucariaceae
Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjang praktek pengelolaan hutan
menentukan model struktur tegakan campuran tidak seumur dengan tujuan utama
berdasarkan kerapatan dan bidang dasar menghasilkan kayu secara berkelanjutan.

II. TINJAUAN PUSTAKA Dinamika tersebut dapat mempengaruhi


Hutan merupakan karunia Tuhan produktivitas tegakan. Sementara dalam
Yang Maha Esa sebagai salah satu pengelolaan hutan dengan produksi
kekayaan alam yang sangat penting bagi utamanya adalah Hasil Hutan Kayu, harus
umat manusia. Hutan dengan segala dicapai produksi yang tetap selama daur
ekosistem yang terkandung di dalamnya tahun tegakan tersebut. Pemanenan dapat
merupakan cerminan keunikan alam raya dilakukan secara lestari ketika kondisi
secara universal. Eksistensi hutan growing stock dapat dikendalikan pada
memegang peranan penting dalam menjaga suatu tegakan.
proses kehidupan, dimana tanah yang Pengendalian growing stock dapat
subur, mata air yang jernih, udara yang dilakukan dengan pengendalian terhadap
bersih dan sejuk serta bebas dari komponen dinamika tegakan seperti
pencemaran adalah gambaran nyata tentang ingrowth, upgrowth dan mortalitas.
arti pentingnya hutan bagi makhluk hidup Ingrowth merupakan besarnya
dalam tatanan ruang lingkup yang dinamis tambahan terhadap banyaknya jumlah
dan berkelanjutan (Purnawan 2006). Hal ini pohon per hektar yang masuk ke dalam
didasarkan pada banyaknya manfaat yang diameter terkecil selama periode waktu
diambil dari hutan. Manfaat tersebut dapat tertentu. Nilai laju ingrowth dihitung
dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat sebagai tambahan jumlah pohon yang
nyata (tangible) dan tidak nyata masuk kedalam KD I (diameter 10-19,9
(intangible). Manfaat nyata adalah manfaat cm) dalam satuan hektar. Ingrowth dihitung
hutan yang berbentuk material atau dapat dengan menggunakan rumus:
diraba yang berupa kayu, rotan, getah, dan 𝐼𝐼𝐼𝐼
𝐼= × 100%
lain-lain. Sedangkan manfaat tidak nyata 𝐼𝐼𝐼𝐼
adalah manfaat yang diperoleh dari hutan Keterangan:
yang tidak dapat dinilai oleh sistem pasar I: Laju ingrowth
secara langsung atau berbentuk rij: Jumlah pohon baru yang masuk ke kelas
inmaterial/tidak dapat diraba, seperti diameter i dan pada tahun j
keindahan alam, iklim mikro, hidrologis, Nij: Jumlah pohon pada kelas diameter i
dan lain-lain (Karisma 2010). dan tahun j (Permata 2022).
Klasifikasi kelas bonita pada sistem Upgrowth merupakan besarnya
pemanenan hutan memiliki dinamika tambahan pohon per ha terhadap kelas
seiring dengan pertumbuhan suatu tegakan. diameter tertentu yang berasal dari kelas
Keragaman Tegakan Jenis Kayu Agathis Loranthifolia Dengan Pemodelan
Dinamika Struktur Tegakan Hutan Biometrika Hutan

diameter lebih kecil selama periode waktu dagang dari jenis ini adalah damar minyak.
tertentu. Laju upgrowth diperoleh dari Menurut Martawidjaya (1981) jenis A.
perbandingan jumlah pohon yang naik ke loranthifolia Salisb. umumnya tumbuh di
kelas diameter yang lebih besar dengan dataran tinggi (300-1.200 mdpl) dengan
jumlah pohon pada kelas diameter yang temperatur rata-rata tahunan 25-300 C.
lebih kecil. Upgrowth dihitung dengan Pada dataran rendah, jenis ini ditemukan
menggunakan rumus: pada tanah berbatu, seperti pasir podzolik
𝐼𝐼𝐼𝐼 (pada hutan kerangas), ultra basa, tanah
𝐼𝐼 = × 100%
𝐼𝐼𝐼𝐼 kapur, dan batuan endapan.
Keterangan: Pohon A. loranthifolia berbentuk
Ui: Laju upgrowth pada kelas diameter i monopodial, bulat, lurus, dan panjang
uij: Jumlah pohon yang naik ke kelas menyerupai silinder dan hampir tidak
diameter i dan pada tahun j mempunyai cabang sampai pada ketinggian
Nij: Jumlah pohon pada kelas diameter i mencapai puncak. A. loranthifolia Salisb.
dan tahun j (Permata 2022). dapat mencapai tinggi 55 m dengan panjang
Mortality adalah banyaknya pohon batang bebas cabang 12-25 m, diameter
per hektar yang mati pada setiap kelas dapat mencapai 150 cm atau lebih serta
diameter selama periode waktu tertentu. bentuk batang silindris dan lurus. Tajuk
Besarnya laju mortality diperoleh dari berbentuk kerucut dan hijau dengan
perbandingan jumlah pohon yang mati percabangan mendatar dan melingkari
dengan jumlah pohon tahun sebelumnya. batang. Kulit luar berwarna kelabu sampai
Mortality dihitung dengan menggunakan coklat tua, mengelupas kecil-kecil
rumus: berbentuk bundar atau bulat telur. Pohon
𝐼𝐼𝐼𝐼 tidak berbanir, mengeluarkan getah yang
𝐼𝐼 = × 100%
𝐼𝐼𝐼𝐼 disebut kopal (Martawidjaya et al. 1981).
Keterangan: Menurut Tokede (1989) tingkat
Mi: Laju mortality pada kelas diameter i pertumbuhan A. loranthifolia Salisb. pada
mij: Jumlah pohon yang mati pada kelas umur muda sangat lambat dan kira-kira
diameter i dan tahun j pada umur delapan tahun pertumbuhan
Nij: Jumlah pohon pada kelas diameter i pohonnya mulai cepat, bahkan pohonnya
dan tahun j (Permata 2022). terus bertambah besar hingga umur 80-100
Tanaman Agathis loranthifolia tahun. Pada umur pohon satu tahun tinggi
Salisb. mempunyai nama lokal damar 25 cm, pada umur dua tahun tinggi 60 cm,
merupakan salah satu jenis yang terdapat pada umur empat tahun tinggi 500 cm, dan
dalam hutan di Indonesia. Agathis setelah 40 tahun tinggi pohon dapat
loranthifolia Salisb. termasuk kedalam mencapai 35-38 meter.
famili Araucariaceae yang merupakan satu- III. METODOLOGI PENELITIAN
satunya keluarga dari suku Araucariales a. Waktu dan lokasi penelitian
(Whitmore 1977). Tanaman ini memiliki Penelitian dilakukan pada bulan November
banyak kegunaan, baik dari kayu maupun 2022 dan berlokasi di Fakultas Kehutanan
non kayu seperti bahan baku vinir, kayu dan Lingkungan IPB University.
lapis, pulp, kopal dan sebagainya. Nama b. Alat dan Bahan
Keragaman Tegakan Jenis Kayu Agathis Loranthifolia Dengan Pemodelan
Dinamika Struktur Tegakan Hutan Biometrika Hutan

Alat yang digunakan yaitu alat tulis, a. Statue Variable (Stok), menyatakan
perangkat komputer /laptop yang titik akumulasi dari materi dalam
dilengkapi dengan software, yaitu sebuah sistem .
Microsoft Word, Microsoft Excel dan b. Auxiliary Variable (Peubah
Stella. Bahan yang digunakan adalah data Pembantu), peubah yang
sekunder berupa data inventarisasi tegakan mempengaruhi dan dipengaruhi
tinggal tanaman Agathis loranthifolia oleh model.
salisb bonita I. c. Constant (Konstanta), nilai numerik
c. Prosedur penelitian yang menyatakan sebuah
1. Pengumpulan data karakteristtik yang tidak berubah
Data yang dikumpulkan berupa data atau dianggap tidak berubah dalam
sekunder pada buku “Tabel Tegakan berbagai kondisi selama waktu
Sepuluh Jenis Kayu Industri”. yaitu data simulasi.
potensi tegakan dengan kelas umur per- d. Driving variable (Peubah
lima tahun selama 60 tahun dengan jenis Penggerak), peubah yang
pohon berupa Agathis loranthifolia salisb mempengaruhi model tetapi tidak
bonita I. Pemodelan tegakan jenis Agathis dipengaruhi oleh model.
loranthifolia salisb dilakukan dengan e. Information and Material Transfer,
menggunakan software Stella dengan menyatakan transfer nilai dari suatu
komponen yang diperlukan masing-masing peubah lainnya yang disimbolkan
kelas umur berupa state variable, besarnya dengan garis tunggal dengan ujung
ingrowth, upgrowth, dan mortality sebagai anak panah yang menjelaskan
driving variable . darimana dan kemana transfer nilai
itu dilakukan sedangkan transfer
2. Analisis data materi menunjukkan transfer fisik
Penelitian ini dilakukan untuk atau materi pada model pada
mengembangkan model dinamika tegakan periode waktu tertentu.
hutan pada jenis Agathis loranthifolia f. Source and Sink Source and Sink ,
salisb bonita I. Data yang telah diperoleh menyatakan titik awal dan tujuan
berdasarkan data sekunder yang telah atau buangan dri transfer materi.
disediakkan, dikelompokkan menjadi
beberapa kategori komponen sistem antara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
lain :
Tabel tegakan jenis-jenis kayu yang Dinamika tersebut dapat mempengaruhi
ditanam di Indonesia pada umumnya dan produktivitas tegakan. Sementara dalam
jenis kayu industri pada khususnya pengelolaan hutan dengan produksi
didasarkan pada hasil-hasil pengukuran dan utamanya adalah Hasil Hutan Kayu, harus
observasi dalam petak-petak coba dicapai produksi yang tetap selama daur
pemanenan yang tersebar di Pulau Jawa. tahun tegakan tersebut. Pemanenan dapat
Klasifikasi kelas bonita pada sistem dilakukan secara lestari ketika kondisi
pemanenan hutan memiliki dinamika growing stock dapat dikendalikan pada
seiring dengan pertumbuhan suatu tegakan. suatu tegakan.
Keragaman Tegakan Jenis Kayu Agathis Loranthifolia Dengan Pemodelan
Dinamika Struktur Tegakan Hutan Biometrika Hutan

Pengendalian growing stock dapat rakyat. Batasan model yang digunakan


dilakukan dengan pengendalian terhadap yaitu :
komponen dinamika tegakan seperti 1. Pohon-pohon baru yang masuk ke kelas
ingrowth, upgrowth dan mortalitas. umur awal (recruitment) dan tegakan
Perlunya memprediksi ambang batas tinggal dengan jumlah pohon per hektar
mortalitas akibat gangguan hutan yang pada setiap kelas umur.
dinamis, maksimum tebangan yang dapat 2. Upgrowth yaitu pohon-pohon yang
diizinkan, dan luas hutan minimal yang pindah ke kelas diameter yang lebih besar.
perlu diperhatikan agar tujuan utama 3. Mortality yaitu pohon-pohon yang keluar
tercapai yaitu kelestarian hutan rakyat. kelas diameter karena penjarangan ataupun
Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemodelan hama penyakit dan gangguan lainnya.
untuk memprediksi panenan lestari yang
menyebabkan growing stock tetap di hutan

Tabel 1. Komponen -komponen dinamika tegakan hutan jenis Agathis loranthifolia salisb
bonita 1 di Pulau Jawa yang digunakan untuk simulasi.

Jenis data

Umur 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Jumlah
pohon/ha 3320 1715 1100 775 564 456 396 360 330 320

Rata-rata
diameter 3 8.9 14.4 19.6 25.3 30.2 34.2 37.4 40.3 41.8

- Tabel 2 Jumlah pohon total dan pohon siap tebang hasil simulasi

2,288.3 20,754.9
3
6 5
Years K10 Ktotal

0 320 9,336.00 4 4,181.6 29,816.7


5 5
1 650 11,258.30
5 7,571.5 43,751.8
2 1,238.00 14,901.91 3 5
Keragaman Tegakan Jenis Kayu Agathis Loranthifolia Dengan Pemodelan
Dinamika Struktur Tegakan Hutan Biometrika Hutan

6 13,549. 65,078.0 19 3,088,5 4,123,11


67 2 12.56 8.04

7 23,902. 97,429.7 20 3,819,0 4,919,36


68 8 19.86 5.98

8 41,494. 145,865. 21 4,619,1 5,768,80


67 80 73.33 0.44

9 70,845. 217,151. 22 5,476,9 6,658,65


46 97 19.02 9.67

10 118,692 319,839. 23 6,378,7 7,575,54


.39 53 23.51 2.60

11 194,206 463,973. 24 7,310,3 8,506,07


.65 57 78.27 7.49

12 308,653 660,395. 25 8,257, 9,437,487


.90 00 723.57 .34

13 474,505 919,740. 26 9,207,2 10,358,032.


.34 82 53.66 16

14 704,182 1,251,33 27 10,146, 11,257,323.


.72 3.77 584.46 53

15 1,008,7 1,662,16 28 11,064, 12,126,517.


01.36 5.40 781.42 83

16 1,396,4 2,156,13 29 11,952, 12,958,402.


62.61 3.05 556.52 18

17 1,872,3 2,733,62 30 12,802, 13,747,391.


76.40 1.19 351.11 26

18 2,437,4 3,391,44 31 13,608, 14,489,454.


02.24 5.13 324.80 58
Keragaman Tegakan Jenis Kayu Agathis Loranthifolia Dengan Pemodelan
Dinamika Struktur Tegakan Hutan Biometrika Hutan

14,366,27 19,901,51 20,089,08


32 15,181,993.42 45
2.14 1.30 9.56

15,073,48 15,823,6 20,074,47 20,237,6


33 46
7.65 84.85 7.06 90.26

15,728,59 16,414,3 20,225,40 20,367,0


34 47
7.75 07.72 3.84 31.71

16,331,37 16,954,5 20,356,72 20,479,3


35 48
5.25 62.97 0.84 02.57

16,882,54 17,445,89 20,470,6 20,576,5


36 49
9.13 7.28 65.13 03.96

17,383,61 17,890,33 20,569,2 20,660,4


37 50
9.16 7.27 80.58 52.49

17,836,68 18,290,33 20,654,4 20,732,7


38 51
2.17 8.32 21.28 86.77

18,244,27 18,648,65 20,727,7 20,794,9


39 52
4.63 1.02 58.50 76.25

18,609,23 18,968,20 20,790,7 20,848,3


40 53
3.88 6.12 90.06 31.75

18,934,57 19,252,01 20,844,85 20,894,01


41 54
9.16 8.05 1.27 7.01

19,223,41 19,503,10 20,891,12 20,933,06


42 55
2.16 6.26 6.91 0.56

19,478,83 19,724,43 20,930,66 20,966,36


43 56
6.20 2.85 3.56 7.75

19,703,89 19,918,85 20,964,38 20,994,73


44 57
2.45 4.88 1.96 2.51
Keragaman Tegakan Jenis Kayu Agathis Loranthifolia Dengan Pemodelan
Dinamika Struktur Tegakan Hutan Biometrika Hutan

20,993,08 21,018,84 21,133,11 21,135,84


58 71
9.14 8.61 7.87 0.32

21,017,48 21,039,32 21,135,73 21,138,00


59 72
9.98 0.31 3.83 7.64

21,038,19 21,056,67 21,137,92 21,139,81


60 73
8.18 2.35 0.47 7.97

21,055,74 21,071,35 21,139,74 21,141,32


61 74
6.39 9.09 6.66 8.83

21,070,59 21,083,77 21,141,27 21,142,58


62 75
5.67 2.91 0.52 8.74

21,083,14 21,094,25 21,142,54 21,143,63


63 76
4.01 1.81 1.08 8.55

21,093,73 21,103,08 21,143,599 21,144,512


64
4.14 6.28 77 .61 .64

21,102,66 21,110,52 21,144,480 21,145,239


65
0.48 5.41 78 .84 .87

21,110,17 21,116,78 21,145,213 21,145,844


66
5.43 2.36 79 .92 .51

21,116,49 21,122,03 21,145,823 21,146,346


67
4.89 9.15 80 .33 .86

21,121,80 21,126,45 21,146,329 21,146,763


68
3.19 0.96 81 .58 .96

21,126,25 21,130,14 21,146,749 21,147,110


69
7.39 9.83 82 .87 .05

21,129,99 21,133,24 21,147,098 21,147,397


70
1.13 7.90 83 .57 .04
Keragaman Tegakan Jenis Kayu Agathis Loranthifolia Dengan Pemodelan
Dinamika Struktur Tegakan Hutan Biometrika Hutan

21,147,387 21,147,634 21,148,631 21,148,655


84 .69 .89 96 .02 .77

21,147,627 21,147,831 21,148,655 21,148,675


85 .27 .88 97 .14 .51

21,147,825 21,147,994 21,148,675 21,148,691


86 .68 .96 98 .00 .76

21,147,989 21,148,129 21,148,691 21,148,705


87 .91 .87 99 .34 .13

21,148,125 21,148,241 21,148,704 21,148,716


88 .76 .44 Final .79 .12

21,148,238 21,148,333
89 .09 .64

21,148,330 21,148,409
90 .92 .81

21,148,407 21,148,472
91 .60 .70

21,148,470 21,148,524
92 .90 .60

21,148,523 21,148,567
93 .14 .41

21,148,566 21,148,602
94 .23 .71

21,148,601 21,148,631
95 .75 .81
Keragaman Tegakan Jenis Kayu Agathis Loranthifolia Dengan Pemodelan
Dinamika Struktur Tegakan Hutan Biometrika Hutan

Tabel 3 Data rekapitulasi upgrowth dan yang ditinggal sebelum dan sesudah disimulasikan

Agatis Upgrow
Jumlah Mortality Survival Rate Yg Tinggal
Bonita 1 th

K1 3320 0.5 M1 0.5 P11 0.1 P21 0.4

K2 1715 0.6 M2 0.4 P22 0.1 P23 0.6

K3 1100 0.7 M3 0.3 P33 0.1 P34 0.6

K4 775 0.7 M4 0.3 P44 0.1 P45 0.6

K5 564 0.8 M5 0.2 P55 0.1 P56 0.7

K6 456 0.9 M6 0.1 P66 0.1 P67 0.7

K7 396 0.9 M7 0.1 P77 0.1 P78 0.8

K8 360 0.9 M8 0.1 P88 0.1 P89 0.8

K9 330 1.0 M9 0.0 P99 0.1 P910 0.8

K10 320 0.0 M10 1.0 P1010 0.0 P1011 0.0

K total 9336 7.1 2.9 0 1.0 0 6.1

Berdasarkan Gambar 1, dapat


diketahui bahwa kurva growing stock
sebelum simulasi cenderung naik sampai
jangka waktu 25 tahun dan dalam jangka
waktu setelah 25 tahun sampai 50 tahun dan
cenderung tidak mengalami growing stock
setelah jangka waktu 50 tahun. Hal ini
ditunjukkan oleh kurva growing stok yang
Gambar 1 Kurva Growing Stock berbentuk lonceng kemudian mendatar.
sebelum simulasi
Keragaman Tegakan Jenis Kayu Agathis Loranthifolia Dengan Pemodelan
Dinamika Struktur Tegakan Hutan Biometrika Hutan

stabil atau stagnan. Kestabilan ini


dipengaruhi karena nilai eigen sebesar 1
sehingga ketersediaan tanaman tersebut
dapat dikatakan sudah lestari.

Gambar 2 Kurva Growing stock hasil


simulasi
Berdasarkan Gambar 2, dapat
dilihat bahwa kurva menunjukkan kenaikan
sampai dengan jangka waktu 50 tahun dan
mulai jangka waktu 50 tahun sampai 100
tahun jumlah populasi total (growing stock)
Gambar 4 Kurva Pohon yang ditebang
stagnan atau tetap. Hal ini ditunjukkan
(K10)hasil simulasi
dengan nilai eigen value sebesar 1 sehingga
Bedasarkan Gambar 4. dapat
dalam jangka panjang growing stock
terlihat bahwa kurva pohon yang ditebang
dikatakan lestari. Maka tidak perlu
pada K-10 hasil simulasi menunjukkan
dilakukan simulasi terhadap nilai-nilai laju
grafik yang cenderung sama dengan K-
ingrowth dan laju upgrowth yang dilakukan
Total. Hal ini menunjukkan bahwa tren
dengan software stella.
growing stock pada K-10 sudah stabil
dibandingkan pada K-1 sampai K-9.
Kestabilan ini dipengaruhi karena nilai
eigen sebesar 1 sehingga ketersediaan
tanaman tersebut dapat dikatakan sudah
lestari.

Gambar 3 Kurva K1-K5 hasil K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10


simulasi
Nilai Growing Stock (GS) adalah 0.4 0 0 F5 0 F6 F7 F8 F9 F10
penjumlahan secara keseluruhan dari
jumlah pohon pada masing-masing kelas. 0.5 0.6 0 0 0 0 0 0 0 0
Pada gambar 3 dapat terlihat bahwa
pergerakan dari tahun ke-1 sampai tahun
0 0.6 0.6 0 0 0 0 0 0 0
ke-25 perubahan yang dimiliki cenderung
curam karena merupakan masa pohon
tusam tumbuh sehingga belum stabil 0 0 0.7 0.6 0 0 0 0 0 0

sedangkan pada tahun ke 25 hingga tahun


ke-100 pergerakan growing stock mulai 0 0 0 0.7 0.7 0 0 0 0 0
Keragaman Tegakan Jenis Kayu Agathis Loranthifolia Dengan Pemodelan
Dinamika Struktur Tegakan Hutan Biometrika Hutan

0 0 0 0 0.8 0.7 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0.9 0.8 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0.9 0.8 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0.9 0.8 0

0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Gambar 5 Matriks A Pemodelan tegakan


Agathis loranthifolia salisb bonita I
sebelum simulasi

Berdasarkan Gambar 5.
menunjukkan matriks A Pemodelan
tegakan Agathis loranthifolia salisb bonita
I sebelum dilakukan simulasi. Simulasi
dilakukan menggunakan matric kalkulator
sehingga diperoleh nilai eigen 1. Nilai
eigen sebesar 1 tersebut menunjukkan
bahwa hasil simulasi growing stock akan
stabil.
Keragaman Tegakan Jenis Kayu Agathis Loranthifolia Dengan Pemodelan
Dinamika Struktur Tegakan Hutan Biometrika Hutan

dikendalikan pada suatu tegakan.


Dalam jangka waktu 50 tahun
jumlah populasi total (growing
stock) stagnan dan tetap. Hal ini
ditunjukan dengan nilai eigen value
sebesar 1 sehingga dalam jangka
panjang growing stock dikatakan
lestari.
b. Saran
Pemanenan hasil hutan kayu
harus memperhatikan aspek
kelestarian. Penilaian pemulihan
tegakan setelah penebangan dan
tindakan silvikultur lainnya
berdasarkan dimensi kuantitatif
perlu mempertimbangkan
karakteristik jenis atau kelompok
jenis penyusun tegakan hutan.

Gambar 6 Model Stella tegakan


Agathis loranthifolia salisb bonita I

Pada Gambar 4. merupakan model


stella tegakan Agathis loranthifolia salisb
bonita I. Berdasarkan pemodelan tersebut
selanjutnya dilakukan simulasi growing
stock sampai diperoleh nilai eigen sebesar 1
yang menunjukkan kestabilan.

V. PENUTUP
a. Simpulan
Keberadaan hutan
memegang peranan penting
kehidupan makhluk hidup. Agathis
loranthifolia salisb merupakan
salah satu jenis tanaman yang
bernilai ekonomi tinggi.
Pemanenan tanaman jenis ini dapat
dilakukan secara lestari ketika
kondisi growing stock dapat
Keragaman Tegakan Jenis Kayu Agathis Loranthifolia Dengan Pemodelan
Dinamika Struktur Tegakan Hutan Biometrika Hutan

DAFTAR PUSTAKA comparison when census intervals


Ashton. PS. 1982. Araucariaceae. Flora vary. J Ecol. 9(2):929-944.
Malesiana. 1(9): 237-243. Martawijaya AI, Kartasujana S, Kadir H,
[Ditjen Planologi] Direktorat Jenderal Prawira AS. 1986. Pendugaan
Planologi Kehutanan, Kementerian dimensi tegakan hutan rawa gambut
Kehutanan. 2011. Data dan sekunder berdasarkan struktur
Informasi Pemanfaatan Hutan tegakan di Arboretum Nyaru
Tahun 2011. Ditjen Planologi Menteng Palangkaraya. Jurnal
Kehutanan: Jakarta. Kehutanan Indonesia. 1(5):81-97.
[FAO] Food and Agricultural Organization Martawijaya A. 1981. Atlas Kayu
of the United Nations. 2001. State Indonesia. Jilid 1. Bogor : Lembaga
of The World Forest. Rome: FAO. Penelitian Hutan.
Ishida HT, Hattori Y, Takeda. 2005. Muhdin. 2008. Keragaman Struktur
Comparison of species composition Tegakan Hutan Alam Sekunder. J
and richness between primary and Man Hut Trop. 16(2):81-87.
secondary lucidophyllous forests in Permata FW. 2022. Model dinamika
Two Altitudinal Zones of Tsushima struktur tegakan dan potensi karbon
Island, Japan. Forest Ecol Manag. pada hutan alam bekas tebangan
213:273- 287. Papua [skripsi]. Bogor: Institut
Karisma BM. 2010. Studi pemanfaatan Pertanian Bogor.
sumberdaya hutan oleh masyarakat Phillips MS. 2002. Measuring
desa sekitar hutan dan tata Trees and Forest. Second Edition:
kelolanya (kasus di Desa Malasari CAB International.
Kecamatan Nanggung Kabupaten Purnawan R. 2006. Pemanfaatan
Bogor Propinsi Jawa Barat) sumberdaya hutan sebagai
[skripsi]. Bogor: Institut Pertanian ecoturism berbasis kemasyarakatan.
Bogor. Surili. 2 (3):9- 14.
Kariuki RM. 2006. Modelling growth, Sist, P, R. Fimbel, D. Sheil, R. Nasi and
recruitments and mortality to M.H. Chevallier. 2003. Towards
describe and simulate dynamics of sustainable management of mixed
subtropical rainforests following Dipterocarp forests of South-East
different levels of disturbance. Asia: Moving beyond minimum
FBMIS. 1(2): 22-47. diameter cutting limits. Environ
Lee H.S. 2002. Floristic and structural Conserv. 30(4):364-374.
diversity of mixed Dipterocarp Suhendang E. 2007. Penentuan periode
forest in Lambir Hills National pengukuran optimal untuk petak
Park, Sarawak, Malaysia. J Trop ukur permanen di Hutan Alam
For Sci. 14(3):379-400. Tanah Kering. J Man Hut Trop.
Lewis, S, Phillips, Sheil D, Martínez. 2004. 3(1):1- 12.
Tropical forest tree mortality, Surjokusumo ES. 1992. Penelitian dan
recruitment and turnover rates: Pengembangan Hutan Indonesia
calculation, interpretation and
Keragaman Tegakan Jenis Kayu Agathis Loranthifolia Dengan Pemodelan
Dinamika Struktur Tegakan Hutan Biometrika Hutan

Jilid II. Jakarta: PT. Gramedia LAMPIRAN


Pusaka Utama.
Tokede MJ. 1989. Kualitas tempat tumbuh Pembagian Tugas:
dan volume tegakan Agathis a. Abstrak: Farel Ardan
labillardieri Warb. di Daerah b. Pendahuluan: Ernita Rahayu
Klasaman, Kabupaten Sorong, Irian c. Tinjauan pustaka: Nadia Syaharani
Jaya [tesis]. Bogor: Institut d. Metodologi penelitian: Serly
Pertanian Bogor. Wijayanti
Udiansyah. 2014. Studi efisiensi e. Pengolahan Data: Serly Wijayanti,
penggunaan struktur tegakan dalam Nadia Syaharani
menduga beberapa dimensi f. Hasil pembahasan : Ernita Rahayu,
tegakan. Kalimantan Scientiae. Nadia Syaharani, dan Serly
33(12):67-72. Wijayanti
Vanclay J.K. 2003. Growth modelling and g. Penutup (simpulan dan saran):
yield prediction for sustainable Ernita Rahayu, Farel Ardan, Nadia
forest management. Malaysian Syaharani
Forester. 66(1):58-69. h. Daftar Pustaka: Ernita Rahayu,
Whitmore TC. 1977. A first look at Agathis. Farel Ardan, Nadia Syaharani,
Tropical Forestry Papers No. 11. Serly Wijayanti
Unit of Tropical Silviculture. i. Editor: Ernita Rahayu
Commonwealth Forestry Inst.
University of Oxford.

Anda mungkin juga menyukai