Anda di halaman 1dari 10

w w w .h u k u m on lin e .

com

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 09.1/KPTS-II/2000 TAHUN 2000
TENTANG
KRITERIA DAN STANDAR PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:
a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom, Menteri
Kehutanan perlu menindaklanjuti dengan penetapan Kriteria dan Standar Pengelolaan Hutan
Produksi Secara Lestari.
b. bahwa sehubungan dengan hal tsb butir a, maka dipandang perlu menetapkan Keputusan
Menteri Kehutanan tentang Kriteria dan Standar Pengelolaan Hutan Produksi Secara Lestari.

Mengingat:
1. Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
2. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
3. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
5. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1999 tentang Penguasaan Hutan dan Pemungutan Hasil
Hutan Pada Hutan Produksi;
6. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi Sebagai Daerah Otonom;
7. Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Susunan Organisasi
dan Tata kerja Departemen;
8. Keputusan Presiden No. 234/M Tahun 2000 tentang Pembentukan Kabinet Periode tahun 1999
2004 jo Keputusan Presiden No. 289/M Tahun 2000;
9. Keputusan Menteri Kehutanan No. 485/Kpts-II/1989 tanggal 18 September 1989 tentang Sistem
Silvikultur Pengelolaan Hutan Alam Produksi di Indonesia;
10. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 309/Kpts-II/1999 tanggal 7 Mei 1999
tentang Sistem Silvikultur dan Daur Tanaman Pokok Dalam Pengelolaan Hutan Produksi.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG KRITERIA DAN STANDAR PENGELOLAAN
HUTAN PRODUKSI SECARA LESTARI

1/2
DERMAWAN | DIUNDUH PADA 2 MARET 2021
w w w .h u k u m on lin e .com

PERTAMA:
Kriteria dan Standar Pengelolaan Hutan Produksi Secara Lestari adalah sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.
KEDUA:
Kriteria dan Standar pengelolaan Hutan Produksi Secara Lestari sebagaimana dimaksud dalam diktum
PERTAMA menjadi pedoman bagi Gubernur dan Bupati/Walikota dalam menetapkan Peraturan
Daerah.
KETIGA:
Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Lindung dan Hutan
Produksi diatur dalam keputusan tersendiri.
KEEMPAT:
Pelanggaran terhadap ketentuan pengelolaan hutan produksi secara lestari dapat dikenakan sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
KELIMA:
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 6 November 2000
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
Dr. lr. NUR MAHMUDI ISMA'IL, MSc.

2/2
DERMAWAN | DIUNDUH PADA 2 MARET 2021
Lampiran : KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN
Nomor : 09.1/Kpts-II/2000
Tanggal : 6 Nopember 2000

KRITERIA DAN STANDAR PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI


SECARA LESTARI

No. KRITERIA STANDAR

I. Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan

A. Tata Hutan
1. Kawasan Hutan Produksi dikelola dalam 1.1. Areal KPHP dapat berupa hutan
unit pengelolaan yang merupakan satu alam dan atau hutan tanaman.
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
(KPHP) dengan mempertimbangkan 1.2. Areal KPHP bersifat kompak dan
karakteristik, tipe, fungsi hutan, kondisi layak dikelola secara lestari.
Daerah Aliran Sungai (DAS), Sosial
Ekonomi dan Budaya (Sosekbud) dan 1.3. Areal KPHP bersifat permanen dan
kelembagaan masyarakat setempat seperti di tata batas (batas alam, batas
masyarakat hukum adat, dan masyarakat DAS, batas administrasi pemerin-
setempat lainnya . tahan).

1.4. Luas areal KPHP disesuaikan


dengan tujuan pengelolaan,
pengusahaan dan kelas perusahaan :
a. Untuk KPHP yang terdiri dari
hutan alam berkisar antara
50.000 (lima puluh ribu) hektar
sampai 250.000 (dua ratus lima
puluh ribu) hektar.
b. Untuk KPHP yang terdiri dari
hutan tanaman berkisar antara
1.000 (seribu) hektar sampai
200.000 (dua ratus ribu) hektar.

1.5. KPHP merupakan unit pengelolaan


yang secara ekonomis mandiri dan
dapat dikelola dengan azas manfaat
dan lestari.

2. Kegiatan Tata Hutan meliputi : 2.1. Risalah hutan produksi dilaksana-


a. Risalah hutan produksi. kan untuk memperoleh data fisik
b. Pembagian kawasan hutan ke dalam lapangan dan potensi sumber daya
blok-blok pengelolaan. hutan dengan intensitas cruising 1%
c. Pembagian blok kedalam petak kerja. untuk jangka panjang (dua puluh
d. Pembukaan wilayah dan sarana tahunan), 5% untuk jangka
pengelolaan. menengah (lima tahunan); dan 25%
e. Pengukuran dan Pemetaan. untuk jangka pendek (tahunan).
f. Registrasi.
2.2. Blok pengelolaan hutan merupakan
kumpulan petak-petak kerja dengan
luasan tertentu yang kompak dan
rasional.
DERMAWAN | DIUNDUH PADA 2 MARET 2021
No. KRITERIA STANDAR

2.3. Petak kerja merupakan unit


operasional pengelolaan hutan
terkecil dengan luasan :
a. hutan alam ± 100 ha;
b. hutan tanaman + 25 ha.
Pembuatan batas petak kerja
dilakukan dengan menggunakan
batas alam atau bilamana tidak
terdapat batas alam dapat
menggunakan batas buatan.

2.4. Sebagai pendukung operasional


pengelolaan hutan dilakukan
pembukaan wilayah hutan untuk
keperluan :
a. Jaringan jalan :
1) Jalan induk (main road)
lebar maksimal 12 (dua
belas) meter dengan
panjang sesuai keperluan
atas dasar kajian teknis.
2) Jalan cabang (branch road)
lebar maksimal 8 (delapan)
meter dengan panjang
sesuai keperluan atas dasar
kajian teknis.
3) Di samping jalan utama dan
jalan cabang tersebut butir
1) dan 2) dapat dibuat jalur
tebang bayang selebar
maksimal 10 (sepuluh)
meter kiri dan kanan jalan
utama dan jalan cabang.
b. Base camp :
Base camp-base camp dalam
suatu KPHP harus dibangun
secara permanen atau semi
permanen dan dapat menam-
pung segala kegiatan, perenca-
naan, pelaksanaan pengendalian
dan pengawasan pengelolaan
hutan produksi.
c. Tempat pengumpulan kayu/
hasil hutan (TPn) dengan luas
sesuai kebutuhan berdasarkan
kajian teknis.
d. Tempat penimbunan kayu/hasil
hutan (TPK) dengan luas sesuai
kebutuhan berdasarkan kajian
teknis.
e. Tempat penimbunan kayu di air
(log pond) dengan luas sesuai
kebutuhan berdasarkan kajian
teknis.

DERMAWAN | DIUNDUH PADA 2 MARET 2021


No. KRITERIA STANDAR

f. Persemaian dengan luas sesuai


kebutuhan berdasarkan kajian
teknis.
g. Sarana dan prasarana lainnya
(pos jaga, portal menara
pengawas, embung-embung/
kantong air dan lain-lain).

2.5. Pengukuran dan pemetaan areal


unit KPHP dilaksanakan hingga
mencapai temu gelang, sehingga
dapat diketahui kepastian hukum
mengenai letak, batas dan luas unit
pengelolaan hutan produksi
tersebut.

2.6. Kegiatan registrasi merupakan


pencatatan kegiatan pembagian
blok pengelolaan, perisalahan, dan
pembukaan wilayah hutan.

B. Rencana Pengelolaan Hutan.


1. Rencana pengelolaan hutan yang harus 1.1. Rencana pengelolaan hutan jangka
disusun meliputi : panjang memuat rencana kegiatan
1) Rencana pengelolaan jangka panjang. secara makro meliputi jangka waktu
2) Rencana pengelolaan jangka menengah. berlakunya izin usaha.
3) Rencana pengelolaan jangka pendek.
1.2. Rencana pengelolaan hutan jangka
menengah memuat rencana
kegiatan untuk jangka waktu 5
tahun.

1.3. Rencana pengelolaan hutan jangka


pendek memuat rencana kegiatan
untuk jangka waktu 1 tahun.
2. Rencana pengelolaan jangka panjang dan 2.1. Menteri Kehutanan sesuai kewe-
jangka menengah disusun oleh instansi nangannya menilai dan mengesah-
kehutanan propinsi dan disyahkan oleh kan rencana pengelolaan jangka
Menteri Kehutanan. panjang dan jangka menengah.
Rencana jangka pendek disusun oleh
instansi kehutanan kabupaten/kota dan 2.2. Gubernur sesuai kewenangannya
disyahkan oleh Gubernur. menilai dan mengesahkan rencana
pengelolaan jangka pendek.

II. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan


Kawasan Hutan Produksi

A. Pemanfaatan Hutan Produksi


1. Pemanfaatan hutan produksi berdasarkan 1.1. Standar pengelolaan hutan lestari
kriteria pengelolaan hutan lestari. adalah terjaminnya kontinuitas
produksi hasil hutan dan kelestarian
lingkungan serta kesejahteraan
masyarakat sekitar hutan.
DERMAWAN | DIUNDUH PADA 2 MARET 2021
No. KRITERIA STANDAR

2. Pemanfaatan hutan produksi dilaksanakan 2.1. Pemanfaatan hutan produksi


dengan maksud untuk meningkatkan dilaksanakan dengan standar
pendapatan masyarakat di sekitar hutan, sebagai berikut :
kelestarian lingkungan dan kelestarian a. pemanfaatan kawasan hutan
produksi. tidak mengganggu fungsi
kawasan hutan secara lestari;
b. pemanfaatan jasa lingkungan
tidak melebihi daya dukung
lingkungannya;
c. pemanfaatan hasil hutan tidak
melebihi daya dukung produksi
secara lestari;
d. volume pemungutan hasil
hutan tidak melebihi potensi
hutan.
e. Pemanfaatan hutan secara
bertahap harus dapat
meningkatkan kesejahteraan
dan keberdayaan masyarakat.

B. Penggunaan Kawasan Hutan Produksi

1. Kriteria penggunaan kawasan hutan produksi 1.1. Standar penggunaan kawasan hutan
diatur dengan keputusan tersendiri. produksi diatur dengan keputusan
tersendiri.

III. Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan Produksi

A. Rehabilitasi Hutan Produksi

1. Rehabilitasi hutan produksi dimaksudkan 1.1. Rehabilitasi hutan produksi


untuk memulihkan, mempertahankan, dan diselenggarakan melalui kegiatan
meningkatkan fungsi hutan sehingga daya reboisasi, pemeliharaan, pengayaan
dukung, produktivitas, dan peranannya dalam tanaman atau penerapan teknik
mendukung sistem penyangga kehidupan konservasi tanah secara vegetatif
tetap terjaga. Kegiatan rehabilitasi dilak- dan sipil teknis pada lahan kritis
sanakan melalui pendekatan partisipatif dan tidak produktif.
dalam rangka mengembangkan potensi dan
memberdaya-kan masyarakat. 1.2. Dalam melaksanakan reboisasi
perlu menerapkan sistem silvikultur
yang tepat, dan memilih jenis
tanaman yang sesuai dengan lahan
dan iklim setempat.

1.3. Rehabilitasi pada kawasan hutan


produksi yang sudah tidak
produktif/tanah kosong dengan
sistem silvikultur Tebang Habis
dengan Permudaan Buatan (THPB).

DERMAWAN | DIUNDUH PADA 2 MARET 2021


No. KRITERIA STANDAR

1.4. Pemeliharaan tanaman dan


pemanenan hasil pada butir 1.3
diatas dilaksanakan berdasarkan
ketentuan tentang Hutan Tanaman.

1.5. Pada hutan alam yang dalam pe-


ngelolaannya menggunakan sistem
silvikultur Tebang Pilih Tanam
Indonesia (TPTI), setelah
pelaksanaan Inventarisasi Tegakan
Tinggal (ITT) maka pengayaan
tanaman dilakukan dengan jenis
tanaman unggulan setempat.

1.6. Pemeliharaan tegakan tinggal pada


hutan alam yang dikelola dengan
sistem silvikultur TPTI.
Kegiatannya meliputi : Perapihan,
ITT, Pembebasan I, Pengadaan
Bibit, Pengayaan, Pemeliharaan
Tanaman Pengayaan, Pembebasan
II dan III dan Penjarangan Tegakan
Tinggal serta Perlindungan Hutan.
Pelaksanaannya mengacu pada
ketentuan TPTI yang ada.

1.7. Pada areal bekas tebangan hutan


alam, dalam kegiatan rehabilitasi
dapat menggunakan sistem silvi-
kultur Tebang Pilih Tanam Jalur
(TPTJ).

1.8. Pada areal bekas tebangan hutan


alam, dalam kegiatan rehabilitasi
dapat juga menggunakan multi
sistem silvikultur (kombinasi TPTI,
TPTJ dan THPB).

1.9. Dalam pelaksanaan kegiatan


rehabilitasi, pengayaan dan
pemeliharaan tanaman wajib
melibatkan masyarakat setempat.

DERMAWAN | DIUNDUH PADA 2 MARET 2021


No. KRITERIA STANDAR

B. Reklamasi Hutan Produksi 1.1. Reklamasi hutan produksi


dilaksanakan dengan menggunakan
1. Reklamasi hutan produksi dimaksudkan teknik konservasi tanah dan sistem
untuk memperbaiki atau memulihkan silvikultur yang sesuai dengan
kembali lahan hutan dan vegetasi hutan yang kondisi lahan dari iklim setempat.
rusak agar dapat berfungsi kembali secara Jenis tanaman dipilih berdasarkan
optimal dan lestari. uji kesesuaian lahan.

1.2. Penanganan reklamasi hutan


produksi wajib dilakukan dengan
pendekatan peran aktif masyarakat
setempat.

2. Kegiatan reklamasi meliputi kegiatan inven- 2.1. Pelaksanaan reklamasi hutan


tarisasi lokasi, penetapan lokasi, perencanaan produksi dilakukan melalui :
dan pelaksanaan reklamasi.
a. Inventarisasi lokasi pada
kawasan hutan produksi yang
perlu direklamasi, melalui
kegiatan survei, pengukuran
dan pemetaan;
b. Penetapan lokasi dilakukan
berdasarkan hasil inventarisasi
lokasi yang akan direklamasi.
c. Perencanaan reklamasi
dilakukan berdasarkan hasil
inventarisasi dan kajian sistem
silvikultur serta teknik
konservasi tanah yang sesuai.
d. Pelaksanaan reklamasi wajib
dilakukan secara bertahap
sesuai tahapan kegiatan
penggunaan kawasan hutan
dengan melibatkan peran aktif
masyarakat setempat.

DERMAWAN | DIUNDUH PADA 2 MARET 2021


No. KRITERIA STANDAR

IV. Perlindungan Hutan Produksi 1.1. Perlindungan Hutan Produksi


dilakukan melalui kegiatan :
1. Perlindungan Hutan Produksi dimaksudkan
untuk menjaga hutan, kawasan hutan dan a. Mencegah dan membatasi
lingkungannya agar berfungsi secara optimal dan kerusakan hutan, kawasan hutan
lestari. dan hasil hutan yang disebabkan
oleh perbuatan manusia,
hewan/ternak, kebakaran, daya-
daya alam, hama serta penyakit.

b. Mempertahankan dan menjaga


hak-hak negara, masyarakat dan
perorangan atas hutan, kawasan
hutan, hasil hutan, investasi
serta perangkat yang
berhubungan dengan
pengelolaan hutan produksi.
V. Pengawasan dan Pengendalian Pengelolaan
Hutan Produksi

1. Pengawasan dan pengendalian pengelolaan hutan 1.1. Pengawasan dan pengendalian


produksi dimaksudkan untuk menilai pengelolaan hutan produksi
pelaksanaan pengelolaan hutan produksi dilakukan dengan jalan :
sehingga tujuan pengelolaan hutan produksi yang
lestari dapat tercapai. a. pengawasan dan pengendalian
secara phisik di lapangan
berdasarkan kriteria dan
ketentuan teknis yang berlaku.

b. Pengawasan dan pengendalian


secara administratif dilaku-kan
berdasarkan pengkajian laporan
dari para pelaksana dan
pengaduan dari masyarakat
serta sumber informasi lainnya.

c. Pengawasan dan pengendalian


dilaksanakan secara kontinue
dengan melibatkan peran aktif
masyarakat sekitar hutan dan
stake holders sumber daya
hutan lainnya.

d. Terhadap hasil pengawasan dan


pengendalian pengelolaan
hutan produksi wajib diambil
tindak lanjut berdasarkan
ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku.

DERMAWAN | DIUNDUH PADA 2 MARET 2021


No. KRITERIA STANDAR

2. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib 2.1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah
melakukan pengawasan dan pengendalian Propinsi dan atau Kabupaten/Kota
pengelolaan hutan produksi. sesuai dengan kewenangannya
wajib melaksanakan pengawasan
dan pengendalian pengelolaan
hutan produksi.

3. Masyarakat berperan secara aktif dalam 3.1. Masyarakat dalam arti luas
pengelolaan hutan. (Lembaga Swadaya Masyarakat/
LSM, Pers, Tokoh-tokoh
Masyarakat, Tokoh-tokoh Adat,
perorangan dan perguruan tinggi,
Pemuka Agama dan stake holders
sumber daya hutan lainnya), wajib
aktif memantau dan melaporkan
pelaksanaan pengelolaan hutan
produksi kepada instansi yang
berwenang.

MENTERI KEHUTANAN,

Dr. Ir. NUR MAHMUDI ISMA'IL, MSc.

DERMAWAN | DIUNDUH PADA 2 MARET 2021

Anda mungkin juga menyukai