Anda di halaman 1dari 45

SEJARAH

PENGELOLAAN
HUTAN
Perkembangan Dinamika MH

Kekuasaan, ilmu kehutanan &kekuatan


sosial

Paradigma dan kepentingan


Bentuk Pengelolaan hutan dipisahkan atas
2, yaitu :

A. strategi kehutanan konvensional


(convensional forestry strategy)
B. strategi kehutanan sosial (social
forestry strategy).
Strategi Kehutanan Konvensional

Ciri utama strategi kehutanan


konvensional adalah tujuan
pengelolaan ditetapkan untuk
memproduksi kayu jenis tertentu agar
pengelola hutan dapat memperoleh
keuntungan finansial yang setinggi-
tingginya

strategi kehutanan konvensional


dibedakan antara penebangan hutan
1. Timber extraction
a. T E di lembah Eufrat dan Tigris
. dimulai thn3.500 SM 2.000 SM
masa kerajaan Sumeria
. Dipicu oleh tingginya intensitas
perdagangan kayu
. Dominasi kekuasaan perseorangan
. (1128-1107 SM) kayu perkakas
sudah mulai langka, produksi dalam
negeri menurun.
. Tidak ada permudaan kembali
.
b. T E di Eropa tengah & Barat
abad ke 3 M zaman kekakisaran Romawi
yang menjajah Eropa Tengah & Barat
Dipicu oleh tingginya intensitas
perdagangan kayu
Dominasi kekuasaan perseorangan
Ordonance de Melun 1376 (UU
kehutanan di Perancis) oleh Raja Luis XIV
Sekolah kehutanan
Forest Act oleh kerajaan Ingggris
Akademi kehutanan di Tarrant ,Jerman
c. T E di Indonesia
Di mulai abad ke-8 oleh kerajaan
Mataram Hindu
Kedatangan bangsa Belanda akhir abad
ke-16
Awal abad ke-19 hutan jati alam rusak
akibat VOC
penunjukkan kap persil (petak/blok
tebang)
Kontrak kerja dgn pengusaha Cina
Kerusakan hutan jati
indec

1,0

0,8

0,6

0,4

0,2

1500 1600 1700 1800 1900 2000 th

Proses Kerusakan Hutan Akibat Timber Extraction


di Jawa (800-1800), Diikuti dengan Keberhasilan
Membangun Hutan Tanaman Jati (1883-1960),
Kemudian Rusak Kembali sejak Dasawarsa 1960-
an
c. T E di Indonesia
Luar pulau Jawa :
masuknya investor asing dimulai tahun
1972 dimana persiapan dilakukan sejak
tahun 1967
areal bekas tebangan dijadikan ladang
oleh penduduk lokal dan pendatang
indec

1,0
Llaju permudaan

0,8

0,6
Llaju penebangan
0,4

0,2

1950 1960 1970 1980 1990 2000 th

Proses Kerusakan Hutan Alam di Luar Jawa Karena


Praktik Timber Extraction oleh Pemegang HPH
Perkembangan Penambangan kayu di
Indonesia

Wilayah Konvensional Modern

Jawa Abad ke-8 s/d tahun Tahun 1650


1650 1850
Luar Jawa Tahun 1900 1970 1970 -
sekarang
Tabel 1: Pelaksanaan Ekstraksi Kayu
dan Jangka Waktu Berlakunya di
Beberapa Negara
N Negara Periode Jangka Jenis
o. waktu
1. Mesopotamia 3500 1000 25 abad Oak
2. Eropa SM 1.300 tahun Oak
3. (Romawi) 300 SM 1.100 tahun Jati
4. Jawa 1000 20 tahun Meranti
Luar Jawa 1750 1850
1972 1992
indec

1,0 Llaju permudaan alam

0,8

0,6

Llaju penebangan
0,4

0,2

4000 3000 2000 1000 0 1000 2000 th

Gambar : Proses Kerusakan Hutan Akibat Timber


Extraction di Mesopotamia;
2. Timber Management
Tragedi kerusakan hutan
jerman
Kelestarian hasil (abad ke 9 M)

Pengaturan tebangan

Metode pengaturan hasil&metode permudaan

Pengelolaan hutan modern berasaskan


kelestarian hasil hutan(sustained yield
principles)
Lanjutan...................
Kelestarian hasil

Petunjuk silvikultur (Cotta,1816)


(Anweisung zum Waldbau)

Hutan tanaman monokultur&kelas


perusahaan

Kemudahan pengurusan&hasil seragam,jenis


komersil
indec

Llaju permudaan
1,0

0,8

0,6 Laju
penebangan
0,4

0,2

300SM 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 th

Proses Kerusakan Hutan Akibat Timber


Extraction di Eropa yang Berlanjut dengan
Pembangunan Hutan Tanaman Monokultur
kegiatan timber management ada lima
macam , yaitu:
1.Pembangunan atau penanaman hutan (forest
establishment)
2.Pemeliharaan, penjagaan dan peningkatan
kualitas tanaman hutan (forest culture)
3.Pemanenan (harvesting)
4.Pengolahan hasil hutan (processing), dan
5. Pemasaran hasil hutan (marketing).

Ilmu Utama untuk Mendukung Kegiatan


dalam Paradigma Pengelolaan Hutan
Tanaman
Kegiatan Ilmu
Manajemen Tegakan : Penataan Hutan
1. Pembuatan tanaman Silvika, silvikultur
2. Pemeliharaan Silvikultur
3. Pemanenan Inventarisasi hutan,
Pengaturan hasil hutan,
pembukaan wilayah
hutan, ukur kayu
Manajemen Hasil Hutan :
1. Pengolahan hasil hutan Ilmu kayu, Teknologi hasil
2. pemasaran hutan
Ekonomi, statistika
Ciri-ciri system pengelolaan hutan dari
Jerman tersebut adalah:
Pada umumnya merupakan hutan
tanaman monokultur dengan system
silvikultur tebang habis dan permudaan
buatan.
Karena monokultur, maka untuk
kesederhanaan dalam perencanaan
digunakan konsep Kelas Perusahaan
(Planning unit) yang sekaligus berlaku
sebagai alat pengendali kelestarian
hasil.
Lanjutan.............

Satuan kelas perusahaan adalah unit


perencanaan yang dinamakan Bagian
Hutan,
Untuk pengaturan hasil digunakan
konsep daur tunggal faustmann

daur finansial

berkembang
Keuntungan konsep TM
Perencanaannya sederhana dan oleh
karena itu mudah dan murah.
Pelaksanaan pengelolaan juga lebih
mudah dan biaya yang murah
sehingga diharapkan diperoleh
keuntungan uang yang tinggi.
Konsep kelas perusahaan
menguntungkan bagi pengadaan
bahan baku industry yang pada
waktu itu di Jerman masih terbatas
menggunakan jenis tertentu saja.
Kekurangan konsep TM
rentan terhadap gangguan hama dan
penyakit karena keragaman hayati
menjadi sangat miskin sehingga
ekosistem hutan tidak lagi stabil.
Fungsi perlindungan terhadap lingkungan
berkurang karena penekanan
produktivitas kayu yang setinggi
mungkin.
Produktivitas tidak maksimum.
Perbedaan antara Paradigma
Penambangan Kayu dengan
Pengelolaan Hutan Tanaman Monokultur
Subyek TE TM
Kegiatan 1. Penebangan pohon I. Manajemen Tegakan :
2. Pengolahan 1. Pembangunan hutan
3. Penjualan 2.Pemeliharaan
3.Pemanenan
II. Manajemen hasil hutan
:
4. Pengolahan hasil
hutan
5. Pemasaran
Tujuan Keuntungan finansial Keuntungan finansial
maksimal bagi optimal bagi perusahaan
perusahaan
Asas Belum mengenal Kelestarian hasil hutan
(kayu)
Perencanaan Peranannya cukup Mutlak diperlukan,
penting dengan perspektif satu daur dgn
perspektif tahunan jangka 10 tahun
3. Manajemen sumberdaya Hutan
Diawali oleh kongres kehutanan
Dunia V dengan tema Multiple Use of
Forest & VIII dengan tema Forest for
People
berubahnya konsep TM menjadi
kehutanan konvensional
munculnya istilah Social forestry
(kehutanan sosial)
Forest Resource Management
merupakan pengelolaan hutan yang
titik-beratnya lebih banyak ditujukan
untuk menghasilkan komoditas tertentu
untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, atau untuk memperoleh
keuntungan finansial
Keuntungan Konsep SF :
Tujuan pengelolaan hutan tidak hanya
untuk menghasilkan kayu pertukangan,
melainkan untuk memanfaatkan
sumberdaya kawasan hutan bagi semua
jenis hasil hutan yang dapat dihasilkan di
tempat yang bervariasi menurut lokasi.
Orientasi pengelolaan hutan berubah dari
kepentingan untuk memperoleh
keuntungan financial bagi perusahaan ke
kepentingan dan kebutuhan masyarakat,
khususnya yang bertempat tinggal di
dalam dan sekitar kawasan hutan.
Lanjutan...................
bentuk pengelolaan hutan beragam
sesuai dengan sifat fisik wilayah
mikro dan pengaruh sosial
(management regiems), untuk
memaksimumkan produktivitas tiap
jengkal kawasan hutan
Perbedaan antara Paradigma
Kehutanan Konvensional dengan
Kehutanan Sosial
Subyek TM Social Forestry
strategy
Perencanaan Instruktif Insentif
Tujuan Keuntungan Ikut meningkatkan
maksimum bagi kesejahteraan
perusahaan masyarakat
Sifat pengelolaan Ekstensif (kelas Intensif (MR)
perusahaan)
Jenis Monokultur Polikultur
Hasil Hanya kayu tertentu Berbagai macam
kayu dan non kayu
Daur Tunggal (finansial) Ganda
Masyarakat sekitar Sumbertenaga kerja Merupakan mitra
hutan yang murah kerja
Status kehutanan Sistem yang berdiri Sub-sistem dari
sendiri sistem pembangunan
nasional/wilayah
Keuntungan konsep Management regimes:
Karena polikultur, tegakan lebih tahan
terhadap serangan hama dan penyakit;
Tegakan polikultur berpengaruh lebih
baik terhadap lingkungan, termasuk
aspek hidro-orologi dan kehidupan
satwa;
Hasil yang diperoleh dari hutan akan
semakin beragam (diversifikasi)
sehingga menguntungkan konsumen
maupun produsen.
Kekurangan konsep Management regimes:
Perencanaan dan pelaksanaan
pengelolaan lebih sulit. Setiap daerah
memerlukan rencana tersendiri
disesuaikan dengan kondisi tersebut;
Terkait dengan point (1) diperlukan
kualifkasi tenaga perencana maupun
pengelola yang lebih baik;
Kalau rencana dan pelaksanaan
pengelolaan di lapangan kurang
professional, keuntungan perusahaan
justru menurun.
4. Manajemen Ekosistem
Hutan
Penduduk dan produk teknologi

Fungsi fungsi lindung

Fungsi ekonomi

Manajemen ekosistem hutan (FEM)


Karakteristik Dasar Ekosistem

Struktur:

Hayati (biotic)

Non-hayati (abiotic)

Proses:

Aliran energi

Siklus senyawa (Daur Nitrogen, Sulfur dll)

Berubah:

Dinamis

Suksesi, dll.
Suksesi

Tumbuhan perintis
Cth: lumut dll

Rumput ilalang

Semak belukar

Hutan sekunder

Hutan klimaks
Pengelolaan Ekosistem:

dilakukan dalam suatu kesatuan bentang alam yang


dibatasi oleh batas-batas ekologis, bukan batas-batas
wilayah administrasi pemerintahan atau politik: Daerah
Aliran Sungai (DAS), tipe hutan atau formasi hutan dalam
suatu kesatuan wilayah yang kompak.

berlandaskan pada interaksi (hubungan ketergantungan)


di antara komponen-komponen pembentuk ekosistem
(hayati dan non hayati) dengan komponen-komponen
lingkungannya (hayati dan non hayati).

memperhatikan keseluruhan fungsi ekosistem, mencakup


fungsi- fungsi ekologis, ekonomi dan sosial

mencakup tindakan-tindakan pemulihan, pembinaan,


pelestarian kualitas (kesehatan) ekosistem, serta
pemanfaatannya untuk kepentingan ekonomi dan sosial
secara lestari.
Pengelolaan berbasis ekosistem
menekankan

1. Faktor-faktor ekologi dan manusia merupakan unsur


dasar dalam Pengelolaan Ekosistem.

2. Melestarikan kualitas (kesehatan) ekosistem merupakan


prioritas utama, sedang menyediakan keperluan manusia
dari beranekaragam manfaat serta pilihan-pilihan nilai
ekosistem yang mereka harapkan merupakan prioritas
kedua, dan bukan sebaliknya

3. Pengelolaan ekosistem merupakan tipe pengelolaan


yang meng-integrasikan berbagai disiplin ilmu dan karena
itu sangat diperlukan adanya monitoring terhadap
kontribusi setiap ilmu yang relevan

4. Pengelolaan Ekosistem memerlukan pendekatan yang


bersifat spesifik lokasi melalui proses yang bersifat dinamis
(adaptif), yang menuntut adanya pemahaman yang
mendalam tentang interaksi dan proses ekologi
Ciri-ciri perencanaan hutan
berbasis ekosistem

Menjadikan kesatuan bentang alam ekologis


sebagai kesatuan analisis dalam penetapan
kebutuhan luas kawasan hutan.

Memadukan kepentingan-kepentingan
ekologi, ekonomi dan sosial.

Berperspektif jangka panjang dan


berkelanjutan.

Memadukan ilmu pengetahuan yang cukup


dan tepat dengan kearifan lokal melalui
proses pembelajaran yang bersifat dinamis.

Memperhatikan karakteristik spesifik dan


kepentingan lokal.
1. Menjadikan kesatuan bentang alam
ekologis sebagai kesatuan analisis dalam
penetapan kebutuhan luas kawasan hutan
Agar setiap kawasan hutan dapat
berperan optimal

Penetapan letak dan keterwakilan hutan


konservasi

Penetapan letak dan kecukupan luas hutan


lindung

Kajian MVP
(Minimum Viable Population)
Jumlah populasi terkecil agar masih tetap bisa lestari
Memadukan kepentingan-
kepentingan ekologi, ekonomi dan
sosial

Penetapan keperluan setiap macam fungsi


penggunaan hutan

Kepentingan ekologi

Kepentingan ekonomi

Kepentingan sosial

Penetapan preskripsi pengelolaan hutan


Perlu partisipasi segala pihak
Berperspektif jangka panjang dan
berkelanjutan

a. Kemantapan kawasan hutan

b. Kemantapan keberadaan hutan

c. Kemantapan fungsi ekosistem hutan


Memadukan ilmu pengetahuan dengan
kearifan lokal melalui proses
pembelajaran yang bersifat dinamis

Seringkali ilmu belum mengetahui, namun


masyarakat lokal telah melakukan dan
menggunakannya secara turun temurun.

Kearifan lokal (Local Wisdom)

Hal ini yang membuat mereka bisa bertahan


mengandalkan lingkungan mereka
Memperhatikan karakteristik
spesifik dan kepentingan lokal

Kepentingan lokal ini terutama ditentukan


oleh dua kelompok kepentingan, yaitu :

a. Pemerintah daerah beserta jajarannya
sampai pada tingkat desa untuk kepentingan
pelaksanaan program-program pembangunan
dalam wilayahnya

b. Masyarakat, terutama masyarakat hukum
adat dan masyarakat di sekitar kesatuan
pengelolaan hutan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan hidup mereka
setiap kesatuan pengelolaan hutan
harus berlandaskan

a. Fungsi penggunaan hutan : hutan


konservasi, hutan lindung, hutan produksi,
hutan dengan tujuan khusus

b. Arah pengembangan industri kehutanan


dalam arti luas, termasuk industri pariwisata
alam (ekowisata)

c. Arah pembangunan daerah (provinsi,


kabupaten / kota)

d. Adat istiadat masyarakat dalam setiap


masyarakat hukum adat
Kesatuan wilayah
Kesatuan Keterangan Fungsi ekosistem
Wilayah yang diperhatikan
Ecoregion Kesatuan bentang Pelestarian keanekaragaman
alam, flora fauna dan hayati
tipe ekosistem
DAS Kesatuan bentang alam Pengendalian
yang punya satu siklus air, erosi dan
sistem sungai utama Pemeliharaan kesuburan
tanah

Kesatuan wilayah Kesatuan bentang alam Penyedia hasil hutan


pengembangan berdasarkan sumber
industri kehutanan bahan baku
Kesatuan wilayah Wilayah tempat Pemenuhan kepentingan
masyarakat adat berlakunya norma adat budaya masyarakat
Kesatuan wilayah Provinsi, kab/kota Penyesuaian dengan
administrasi program pembangunan
pemerintahan daerah

Anda mungkin juga menyukai