Anda di halaman 1dari 31

KRITERIA PEMILIHAN JENIS POHON DALAM

PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI


DI INDONESIA
 

I.       PENDAHULUAN

Latar Belakang

 Kawasan hutan di Indonesia memiliki berbagai keunggulan dalam pembangunan hutan tanaman
diantaranya : lokasi Indonesia berada di daerah tropis dimana cahaya matahari sekitar 12 jam dan
tidak terdapat musim dingin; Curah hujan cukup sehingga pertumbuhan pohon dapat dicapai
secara maksimum; tenaga kerja cukup banyak sehingga tidak sulit memperoleh tenaga; lahan
untuk penanaman tersedia cukup luas dimana Kementerian Kehutanan telah mencadangkan
lahan cukup luas untuk pembangunan hutan tanaman.

 Pembangunan hutan tanaman merupakan salah satu program Kementerian Kehutanan yang
sedang digalakkan. Menurut Data Release Ditjen Bina Usaha Kehutanan (2011) jumlah
IUPHHK-HTI sampai Triwulan II tahun 2011 sebanyak 245 unit dengan luas lahan 9.927.792
ha. Pencadangan areal untuk Hutan Tanaman Rakyat (HTR) di 103 kabupaten/kota yang tersebar
di 26 provinsi sampai Triwulan II tahun 2011 seluas 650.662,73 ha.

 Hutan tanaman memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan hutan alam, diantaranya
ialah :

     Produktivitas tegakan tinggi. Dengan jumlah tanaman pada akhir panen 200-400 pohon
per ha dapat dihasilkan kayu 150-250 m3 per hektar melalui teknik Silvikultur Intensif
(SILIN)
     Kayu yang dihasilkan seragam meliputi jenis yang seragam, ukuran kayu pada saat
panen yang relatif sama besarnya sehingga memudahkan untuk bahan baku industri
perkayuan
     Menyediakan lapangan kerja yang cukup banyak mulai dari persiapan lahan,
penanaman pohon, pemeliharaan sampai penebangan. Tenaga kerja yang diserap
khususnya tenaga kasar (buruh) cukup banyak sehingga dapat mengurangi pengangguran
     Dampak pembangunan hutan tanaman baik langsung maupun tidak langsung dapat
menggerakkan perekonomian di suatu lokasi.

Salah satu faktor penting dalam pembangunan hutan tanaman ialah pemilihan jenis pohon yang
akan dikembangkan, sehingga kedepannya kegiatan pembangunan hutan tanaman akan menjadi
tepat guna baik dalam hal pengelolaan maupun pemasaran hasilnya.
 

Tujuan

Tujuan dari dibuatnya tulisan ini adalah untuk memberikan informasi terkait dengan pemilihan
jenis tanaman pokok/ pohon untuk pembangunan hutan tanaman di berbagai lokasi/ daerah di
Indonesia.

II.       KRITERIA PEMILIHAN JENIS

 Hal – hal yang perlu diperhatikan sebelum memilih jenis tanaman pokok/ pohon yang akan
dikembangkan dalam konteks hutan tanaman di Indonesia diantaranya ialah : 1) Tujuan
Penanaman, 2) Kesesuaian Jenis Pohon dan Tapak, 3) Daur panen/ kecepatan tumbuh. Adapun
penjelasannya ialah sebagai berikut :

 Tujuan Penanaman

 Tujuan Pembangunan Hutan Tanaman bervariasi diantaranya untuk menghasilkan :

1. Kayu pertukangan termasuk kayu lapis, kayu gergajian, ukiran dll


2. Kayu serat seperti bahan baku pulp dan kertas
3. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) diantaranya rotan, sagu, penghasil getah, penghasil
buah, penghasil kulit, minyak atsiri dll
4. Kayu energi seperti wood pellet, kayu bakar, arang, arang aktif dll
5. Rehabilitasi lahan kritis seperti padang alang-alang, sempadan sungai dll

Kesesuaian Jenis Pohon dan Tapak

Pembangunan hutan tanaman bertujuan untuk memperoleh hasil sesuai yang diharapkan seperti
produktivitas yang tinggi, tumbuh secara baik dan normal serta daur yang ekonomis. Berkaitan
dengan hal itu jenis pohon yang akan ditanam haruslah sesuai dengan tapak (Species site
matching). Jenis yang tumbuh di rawa tidak cocok bila ditanam dilahan kering. Begitu pula jenis
pohon yang tumbuh di dataran rendah tidak akan tumbuh maksimal bila ditanam di dataran
tinggi. Jenis pohon di daerah tropik umumnya tumbuh kurang baik di daerah temperate. Jenis
pohon yang tumbuh pada daerah-daerah dengan curah hujan tinggi kurang cocok ditanam pada
daerah dengan curah hujan yang rendah.

         Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembangunan hutan tanaman khususnya
kesesuaian jenis dan tapak (site) adalah:
1. Ketinggian diatas permukaan laut atau altitude
2. Curah hujan tahunan dan hari hujan pada lokasi yang akan ditanam haruslah memenuhi
persyaratan tumbuh jenis yang akan ditanam
3. Jenis tanah pada tapak yang akan dibangun hutan tanaman. Sebagai contoh jenis pohon
jati mempunyai kualitas yang baik jika ditanam pada tanah berkapur dengan musim
kemarau dan musim hujan yang jelas misalnya di daerah Cepu (Jawa Tengah).
4. Kebutuhan cahaya (naungan). Jenis-jenis pohon paling tidak terdiri dari jenis yang perlu
cahaya penuh (full light demanders) misalnya Acacia mangium, jenis yang perlu
nanungan pada umur muda misalnya jenis-jenis meranti merah
5. Suhu dan kelembaban di pada lokasi tanaman

Daur dan kecepatan tumbuh

 Kecepatan tumbuh suatu spesies tanaman pokok/ pohon merupakan kriteria penting dalam dasar
pemilihan jenis karena berhubungan dengan kecepatan masa panen atau kelestarian produksi.
Jika dilihat dari kecepatan daur tumbuhnya, spesies tanaman pokok/ pohon dapat dibedakan
menjadi jenis – jenis pertumbuhan cepat (fast growing spesies), jenis – jenis pertumbuhan sedang
dan lambat (moderate and slow growing).

 Jenis-jenis pohon yang dikategorikan kedalam jenis pohon tumbuh cepat umumnya mempunyai
daur tebang atau panen pohon dalam waktu kurang dari 10 tahun. Indonesia memiliki banyak
jenis-jenis pohon asli yang tumbuhnya cepat bahkan sangat cepat bila menggunakan teknik
penanaman yang tepat. Masa panen atau daur tebang jenis pohon tumbuh sedang berkisar antara
10-30 tahun dan jenis pohon tumbuh lambat mempunyai daur tebang lebih dari 30 tahun.
Umumnya kayu pertukangan, kayu untuk mebel dan ukiran termasuk dalam jenis tumbuh sedang
dan lambat.

Tabel 1. Contoh spesies tumbuh cepat, sedang dan lambat

Contoh jenis-jenis pohon Contoh jenis-jenis pohon Contoh jenis pohon


tumbuh cepat – fast tumbuh sedang – moderate tumbuh lambat – slow
Meranti merah Shorea leprosula,
Sengon Falcataria moluccana Ulin Eusideroxylon zwageri
S.parvifolia, S.johorensis
Kapur Dryobalanops lanceolata,
Mangium Acacia mangium Wild Eboni Diospyros celebica
D.aromatica
Ekaliptus Eucalyptus pellita, Pulai Alstonia scholaris,
Jati Tectona grandis L.f
E.urolhylla, E.eurograndis A.sngustiloba
Nyawai Ficus variegata Mahoni Swietenia macrophylla Tembesu Fagraea fragrans
Jabon Anthocephalus cadamba Kayu bawang Disoxylum Sungkai Peronema
molissinum canescens Jack
Bambang lanang Michelia
Manglid Manglietia glauca Bl. Bangkirai Shorea laevis
champaka
Tisuk Hibiscus macrophyllus Sonokeling Dalbergia
Cempaka Elmerillia champaca
Roxb. latifolia
- Jelutung Dyera polyohylla Miq. -
- Mahoni Afrika Khaya anthorheca -
Kayu Afrika Maesopsis eminii
- -
Engl.
- Pinus Pinus merkusii -

Menurut Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (2004) dalam Mile (2007) berbagai
produk dan jasa yang mempunyai nilai komersial untuk pengembangan hutan rakyat
diantaranya :

1. Hasil hutan berupa kayu pertukangan untuk bangunan, mebel, perkakas kerajinan
2. Kayu lapis, pulp dan kertas
3. Hasil hutan bukan kayu yang dihasilkan dari tanaman serbaguna (MPTS) berupa buah-
buahan, biji-bijian, bunga-bungaan, getah-getahan, rotan bamboo, gaharu, damar, minyak
resin , lebah madu dan sutera alam
4. Hasil pertanian berupa buah-buahan, sayur-sayuran umbi-umbian dan bunga-bungaan
5. Hasil tanaman industri berupa tanaman rempah, tanaman obat dan minyak resin serat
6. Jasa lingkungan dari ekosistem hutan yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata
alam, hutan pendidikan dan hutan penelitian

           Winrock International (1992) mengemukakan kriteria umum dalam pemilihan jenis untuk
ditanam yaitu :

1. Mudah beradaptasi terhadap kondisi tanah dan iklim yang ada


2. Tahan terhadap hama dan penyakit
3. Sedikit biaya dan waktu untuk pengolahan
4. Tahan terhadap kekeringan dan tekanan iklim lainnya
5. Toleran terhadap perlakuan pemangkasan dan trubusan
6. Memiliki pertumbuhan awal yang cepat
7. Mempunyai percabangan rendah yang dapat dengan mudah dipotong dengan peralatan
sederhana dan mudah diangkut
8. Mempunyai kadar air kayu yang rendah sehingga mudah dikeringkan
9. Mempunyai kegunaan lain yang dapat menyokong kehidupan petani
10. Mempunyai karakteristik akar yang baik

 
Beberapa persyaratan dalam pemilihan jenis pohon untuk tujuan reboisasi dan pemulihan lahan
terdegradasi dikemukakan oleh Gintings et.al., 1995 sebagai berikut:

1. Mampu tumbuh ditempat terbuka


2. Dapat bersaing dengan alang-alang secara cepat
3. Jenis yang dipilih disenangi oleh masyarakat disekitar
4. Mudah memperoleh biji
5. Mudah bertunas setelah terbakar
6. Dapat bersimbiose dengan jasad renik tanah

Arsyad (1989) dalam Kosasih et.al., (2009) mengemukakan jenis-jenis pohon untuk ditanam
pada lahan-lahan terdegradasi sebaiknya memenuhi kriteria yang berikut:

1. Termasuk dalam kategori jenis cepat tumbuh


2. Dapat menghasilkan serasah yang banyak
3. Memiliki sistem perakaran yang melebar dan kuat
4. Mempunyai nilai ekonomi
5. Mampu memperbaiki tanah misalnya jenis lamtoro
6. Mempunyai tajuk pohon yang lebat.

Pada umumnya, pembangunan Hutan Tanaman Industri di Indonesia masih dibedakan untuk
menjadi bahan baku pulp dan pertukangan. Pohon yang banyak ditanam untuk bahan baku pulp
antara lain : mangium, ekaliptus, krasikarpa; sedangkan untuk kayu pertukangan antara lain
sengon, meranti merah, , pulai , mahoni , kayu bawang, bambang lanang, cempaka, jelutung,
mahoni Afrika, kayu Afrika, ulin, eboni, jati, tembesu, sungkai dan bangkirai.

 III.  JENIS – JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA

 Berikut ini adalah daftar nama-nama kayu atau kelompok kayu menurut nama perdagangannya,
sesuai dengan Lampiran Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 163/Kpts-II/2003 tanggal 26
Mei 2003 tentang Pengelompokan Jenis Kayu Sebagai Dasar Pengenaan Iuran Kehutanan;
Jenis – jenis kayu perdagangan di Indonesia dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
diantaranya  : 1). Kelompok Jenis Meranti/Kelompok Komersial Satu;  2). Kelompok Jenis Kayu
Rimba Campuran/Kelompok Komersial Dua; 3) Kelompok Jenis Kayu Eboni/Kelompok Indah
Satu dan 4) Kelompok Jenis Kayu Indah/Kelompok Indah Dua dengan rincian jenis dijelaskan
pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Daftar Nama Kayu Perdagangan di Indonesia


 

Nama
Nama
No. Perdaga Nama Ilmiah
Daerah
ngan
I.  Kelompok Jenis Meranti/ Kelompok Komersial Satu
Dama
(Sulawes
i), Damar
(Jawa),
Damar
Sigi
1. Agathis (Agathis spp)
(Sumater
a),
Damar
Bindang
(Kaliman
tan)
Damar
Laut,
Semanto
k
(Aceh ),
2. B a l a u (Shorea spp; Parashorea spp)
Selangan
Batu,
Anggela
m,
Amperok
Balau
laut,
Batu
tuyang,
Balau Damar
3. (Shorea spp)
Merah laut
merah,
Putang,
Lempung
abang
4. Bangkira Benuas, (Shorea laevis Ridl); (Shorea laevifolia Endert);
i Balau (Hopea spp); Shorea kunstleri
mata
kucing,
Hulo
dereh,
Keranga
n, Puguh,
Jangkang
putih
5. D a m a r Damar (Araucaria spp)
Durian
burung,
Lahong,
Layung,
Apun,
6. Durian (Durio carinatus Mast); (Durio spp, Coelostegiaspp)
Begurah,
Punggai,
Durian
hantu,
Enggang
Delingse
m, Kayu
batu,
(Homalium tomentosum (Roxb) Benth, Homalium Foetidum (Roxb)
7. G i a Melunas,
Benth)
Kayu
kerbau,
Momala
Resak
batu,
8. G i a m (Cotylelobium spp)
Resak
gunung
Pulai
nasi,
9. Jelutung Pantung (Dyera spp)
gunung,
Melabuai
Kamper,
Ky.
10. K a p u r kayatan, (Dryobalanops spp)
Empedu,
Keladan
Kapur Kapur
11. (Dryobalanops oblongifolia Dyer)
Petanang Guras
12. Kenari Kerantai, (Canarium spp, Dacryodes spp, Trioma spp,Santiria spp)
Ki
tuwak,
Binjau,
Asam-
asam,
Kedondo
ng,
Resung,
Bayung,
Ranggor
ai,
Mertukul
Tempura
n, Lagan,
Merkura
ng,
13. Keruing (Dipterocarpus spp)
Kawang,
Apitong,
Tempuda
u
Kayu
14. K u l i m bawang (Scorodocarpus borneensis Becc)
hutan
15. Malapari Malapari (Pongamia Pinnata (L) Pierre)
Kasai,
Taun,
Kungki,
Hatobu,
K. sapi
(Jawa),
16. Matoa (Pometia spp)
Tawan
(Maluku)
, Ihi
mendek
(Irian
Jaya)
Sintuk,
Sintok
lancing,
17. Medang KitTeja, (Cinnamomum spp)
Ki tuha,
Ki sereh,
Selasihan
Damar
tanduk,
Damar
Shorea acuminatissima Sym, Shorea
Meranti buah,
18. balanocarpoides Sym, Shorea faguetiana Heim,Shorea Scollaris, V.
Kuning Damar
Sloot; Shorea gibbosa Brandis
hitam,
Damar
kelepek
Banio,
Seraya
merah,
Kontoy
bayor,
Campaga
,
(Shorea Palembanica Miq, Shorea lepidota BI,Shorea ovalis BI, Shorea J
Meranti Lempong
19. ohorensis Foxw, Shorea leptoclados Sym, Shorea leprosula Miq)
Merah ,
(ShoreaPlatyclados sloot. Ex foxw.)
Kumban
g, Majau,
Meranti
ketuko,
Ketrahan
, Ketir,
Cupang
20. Meranti Baong, (Shorea Virescens Parijs), Shorea retionodesV.SI), (Shorea Javanica K.
Putih Baung, et. Val), (Shoreabracteolata Dyer), (Shorea ochracea Sym),
Kebaong (Shorealamellata Foxw), (Shorea assamica Dyer),
, (Shoreakoordesii Brandis )
Belobun
go,
Bayong
(Sumater
a,
Kalimant
an),
Damar
kaca,
Damar
kucing,
Kikir,
Udang,
Udang
ulang,
Damar
hutan,
Anggela
m tikus,
Kontoi
tembaga,
Maharam
potong,
Damar
mata
kucing,
Bunyau,
Pongin,
Awan
punuk,
Mehing
(Sumater
a,
Kalimant
an),
Damar
tenang
putih,
Honi
(Maluku)
, Damar
lari-lari,
Temungk
u
(Sulawes
i), Lalari,
Tambia
putih
(Sulawes
i), Hili 
(Maluku)
Ngerawa
n,
Cengal,
Amang
Merawa
21. besi, (Hopea spp); Hopea dyeri; (Hopea sangal Kort)
n
Cengal
balaw,
Emang,
Tekam
Anglai,
Ipil,
Tanduk
(Maluku)
, Kayu
22. Merbau (Intsia spp)
besi
(Papua),
Maharan
(Sumater
a)
23. Mersawa Damar (Anisoptera spp)
kunyit,
Masegar,
Ketimpu
n, Tabok,
Tahan,
Cengal
padi
Suntai,
Balam,
Jongkon
g,
Hangkan
g,
Katingan
, Mayang
24. Nyatoh (Palaquium spp); (Payena spp, Madhuca spp)
batu,
Bunut,
Kedang,
Bakalaun
g,
Ketiau,
Jengkot,
Kolan
Mengkul
ang,
Teraling,
25. Palapi Dungun, Heritiera (Tarrietia spp)
Talutung
, Lesi-
Lesi.
Rempela
s, Ki
jeungkil,
Ki endog
(Sunda),
26. Penjalin (Celtis spp)
Cengkek
(Jawa),
Pusu
(Sumbaw
a)
Kerupuk,
Pasana,
27. Perupuk Aras, (Lophopetalum spp)
Mandala
ksa
Melunak,
Ki
sigeung,
28. Pinang (Pentace spp)
Kelembi
ng, Ki
sinduk
Kayu
gabus,
Rita,
Gitoh,
29 P u l a i Bintau, (Alstonia spp)
Basung,
Pule,
Pulai
miang
Tulasan
(Sumater
Rasamal a), Mala
30. (Altingia excelsa Noronha)
a (Jawa),
Mandung
(Mnkb)
Damar
along,
31. R e s a k (Vatica spp)
Resak
putih
II. Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran/ Kelompok Komersial Dua
Tumu,
Lenggad
ai,
Jangkar,
1. B a k a u Tanjang, (Rhizophora spp dan Bruguiera spp)
Putut,
Busing,
Mata
buaya
Walang,
Wayu,
2. B a y u r (Pterospermum spp)
Balang,
Wadang
Benuang
3. Benuang bini, (Octomeles sumatrana Miq)
Winuang
4. Berumbun Kayu (Adina minutiflora Val); Pertusadina spp
g lobang,
Barumbu
ng, Kayu
gatal
Bunoh,
Nyamplu
5. Bintangur (Calophyllum spp)
ng,
Penaga
Kayu
6. B i p a (Pterygota spp)
wipa
Rayango,
Merang,
7. B o w o i Serianthes minahassae Merr & Perry (Syn Albiziaminahasae Koord)
Terangku
se
8. B u g i s Grepau (Koordersiodendron pinnatum Merr)
Cenge,
9. Cenge (Mastixia tostrata BI)
Cingo
Benuang
10 laki,
Duabanga (Duabanga moluccana BI)
. Takir,
Aras
Ampupu
(Sulawes
i), Aren
11 (Maluku)
Ekaliptus (Eucalyptus spp)
. , Leda,
Tampai,
Kayu
putih
12 Kayu
Gelam (Melaleuca spp)
. putih
Wosen,
13 Klepu
Gempol (Nauclea spp)
. pasir,
Anggrit
14 Teraut,
Gopasa (Vitex spp)
. Laban
Madang
baro,
Gerungga Adat,
15
ng/ Temau, (Cratoxylum spp)
.
Derum Mampat,
Butun,
Kemutul
Kelampa
16 yan,
Jabon (Anthocephalus spp)
. Laran,
Semama
Kelat, Ki
17 Jambu-
tembaga, (Eugenia spp)
. jambu
Jambu
Hapas-
hapas,
18 Kapas-
Tapa- (Exbucklandia populnea R. Brown)
. kapasan
tapa,
Leman
Rengas
sumpung
19 Kayu ,
(Swintonia spp)
. kereta Merpauh
, Bagel
mirah
Papung,
20
Kecapi Kelam, (Sandoricum spp)
.
Sentul
Coco,
Kacemce
21 Kedondon
m, (Spondias spp)
. g Hutan
Leuweun
g
Kepuh,
22 Kelumpan
Kalupat, (Sterculia spp)
. g
Lomes
Merpaya
Kembang
23 ng,
semangko (Scaphium macropodum J. B)
. Kepayan
k
g
Impas,
24 Tualang
Kempas (Koompassia malaccensis Maing)
. ayam,
Hampas
25
Kenanga Kananga (Cananga sp)
.
Kayu
26
Keranji lilin, (Dialium spp)
.
Maranji
27 Ketapang Kalumpit (Terminalia spp)
. , Jelawai,
Jaha,
Klumprit
Seranai,
28 Ketimuna Temirit,
(Timonius spp)
. n Kayu
reen
Kundur,
29 Modjiu,
Lancat (Mastixiodendron spp)
. Raimaga
go
Lompopa
30
Lara ito, Nani, (Metrosideros spp dan Xanthostemon spp)
.
Langera
Merkubu
31 ng,
Mahang (Macaranga spp)
. Mara,
Benua
Manggah
, Huru
32 kacang,
Medang (Litsea firma Hook f; Dehaasia spp)
. Keleban,
Wuru,
Kunyit
Mahabai,
Hakai
rawang,
Empunyi
33 Mempisan t, (Mezzetia parviflora Becc);
. g Jangkang (Xylopia spp);Alphonsea spp; Kandelia candell Druce
,
Banitan,
Pisang-
pisang
Tangkala
k, Au-au,
Ki
mokla,
34 Mendarah Kumpan
Myristica spp, Knema spp
. an g, Ky
luo,
Darah-
darah,
Huru
35 Menjalin Lilin, Ki (Xanthophyllum spp)
endog,
. Segi
landak
Jongkon
36 g,
Mentibu (Dactylocladus stenostachys Oliv)
. Merebun
g
37 Merambu Meramb
(Vernonia arborea Han)
. ng ung
Kayu
38
Punak malaka, (Tetramerista glabra Miq)
.
Cerega
Sinar
telu,
39
Puspa Madang (Schima spp)
.
getah,
Seru
Rengas
40
Rengas tembaga, (Gluta aptera (King) Ding Hou
.
Rangas
Sarangan
41 ,
Saninten (Castanopsis argentea A. DC)
. Kalimoro
t, Ki hiur
Jeungjin
g, Tawa
42
Sengon kase, (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen Syn)
.
Sika
(Maluku)
Waru
43
Sepat gunung, (Berrya cordofolia Roxb)
.
Kalong
Kayu
bulan,
Sendok-
sendok,
44
Sesendok Kayu (Endospermum spp)
.
raja,
Garung,
Kayu
labu
45 Simpur Sempur, (Dillenia spp)
. Segel,
Janti,
Dongi
46 Kalantas,
Surian (Toona sureni Merr)
. Suren
Tomasu,
47 Kulaki,
Tembesu (Fragraea spp)
. Malbira,
Kitandu
Damuli,
48
Tempinis Kayu (Sloetia elongata Kds)
.
besi
Banitan,
Pemelesi
an, Kayu
tinyang,
49
Tepis Kayu (Polyalthia glauca Boerl)
.
bulan,
Banet,
Kayu
kalet
Buku
ongko,
50 Tenggayu
Pejatai, (Parartocarpus spp)
. n
Purut
bulu
Tara,
51 Cempeda
Terap (Artocarpus spp)
. k, Kulur,
Teureup
52 Tumbus,
Terentang (Campnosperma spp)
. Pauh lebi
Pauhan,
Antumbu
53 Terentang
s, (Buchanania spp)
. ayam
Talantan
g
Pinus,
54 Damar
Tusam (Pinus spp)
. batu,
Uyam
55
Utup U t u p (Aromadendron sp)
.
III. Kelompok Jenis Kayu Eboni/ Kelompok Indah Satu
1. Eboni Maitong, (Diospyros celebica Bakh)
Kayu
lotong,
Bergaris
Sora,
Amara
Kayu
hitam,
Eboni
2. Maitem, (Diospyros rumphii Bakh)
Hitam
Kayu
waled
Baniak,
Toli-toli,
Kayu
arang,
(Diospyros spp D. ebenum Koen, D.ferrea Bakh, D. lolin Bakh, D.macro
3. E b o n i Kanara,
phylla BI, D. cauliflora BI, D.areolata King et G)
Gito-
gito,
Bengkoal
, Malam
IV. Kelompok Jenis Kayu Indah/ Kelompok Indah Dua
Pauh
kijang,
1. Bongin Sepah, (Irvingia malayana Oliv)
Kayu
batu
Wungu,
Tekuyun
2. Bungur g, (Lagerstroemia speciosa Pers)
Benger,
Ketangi
Minjaran
, Wasian,
Manglid,
3. Cempaka (Michelia spp, Elmerrillia spp Dandy)
Sitekwok
, Kantil,
Capuka
Kayu
kuning,
4. Cendana (Santalum album L)
Lemo
daru
Dao,
Sengkua
5. D a h u ng, (Dracontomelon spp)
Basuong,
Koili
Juar,
Trenggg
uli,
6. J o h a r (Cassia spp)
Sebusuk,
Bobonde
lan
Kayu
laut,
7. K u k u (Pericopsis mooniana Thw)
Papus,
Nani laut
Kayu
8. Kupang ruan, (Ormosia spp)
Saga
Adina,
9. L a s i (Adinauclea fagifolia Ridsd)
Kilaki
10
Mahoni Mahoni (Swietenia spp)
.
Sampinu
r tali,
Jamuju,
Ki
merah,
Cematan,
11 Alau,
Melur (Dacrydium junghuhnii Miq); (Podocarpus spp); (Dacrydium spp)
. Kayu
embun,
Kayu
cina,
Sandu,
Sampinu
r bunga
Limus
piit,
Ambacan
12 Membaca g, Wani,
(Mangifera spp)
. ng Mempela
m,
Asam.
Mangga
13 Bawang
Mindi (Melia spp)
. kungut
14 Nyireh,
Nyirih (Xylocarpus granatum j. Konig)
. Niri
15 Pasang Mempeni (Quercus spp)
ng,
Baturua,
.
Kasunu,
Triti
Marapat,
16 Perepat
Teruntu (Combretocarpus rotundatus Dans)
. Darat
m batu
Segawe,
17 Raja
Klenderi, (Adenanthera spp)
. Bunga
Saga
Ingas,
Suloh,
18
Rengas Rangas, (Gluta spp); (Melanorrhoea spp)
.
Rengas
burung
Gaharu
buaya,
19 Medang
Ramin (Gonystylus bancanus Kurz)
. keladi,
Keladi,
Miang
20 Sawo Subo, Ki
(Manilkara spp)
. kecik sawo
Kendal,
Klimasad
21
Salimuli a, (Cordia spp)
.
Purnama
sada
Sepetir,
22 Sasumdu
Sindur (Sindora spp)
. r,
Mobingo
Angsana,
23 Sonokemb Linggua,
(Pterocarpus indicus Willd)
. ang Nala,
Candana
Linggota
24 Sonokelin , Sono
(Dalbergia latifolia Roxb)
. g sungu,
Sonobrits
Jati
25 seberang,
Sungkai (Peronema canescens Jack)
. Jati
londo
Sawo
26
Tanjung manuk, (Mimusops elengi L.)
.
Karikis
Kelampa
27 i, Setan,
T a p  o s (Elateriospermum tapos BI)
. Kedui,
Wayang
28 Tinjau Lontar
(Pteleocarpus lampongus Bakh)
. Belukar kuning
29 Sawai,
Torem (Manikara kanosiensis H.j. L. et B. M.)
. Torem
30
Trembesi Ki hujan (Samanea saman Merr)
.
Kayu
31 besi,
Ulin (Eusideroxylon zwageri T.et.b.)
. Bulian,
Kokon
Beru, Ki
32
Weru hiyang, (Albizia procera Benth)
.
Bengkal

Untuk penyebaran jenis, berat jenis, kelas awet dan kelas kuat serta kegunaan kayu – kayu
perdagangan di Indonesia dijelaskan pada Tabel 3. Adapun yang dimaksud Kelas Awet adalah
tingkat kekuatan alami sesuatu jenis kayu terhadap serangan hama dan jamur, dinyatakan dalam
kelas awet I, II, III. Makin besar angka kelasnya makin rendah keawetannya. Sedangkan Kelas
Kuat adalah tingkat ketahanan alami suatu jenis kayu terhadap kekuatan mekanis (beban)
dinyatakan dalam Kelas Kuat I, II, III, IV dan V. Makin besar angka kelasnya makin rendah
kekuatannya.

*) Kolom  kegunaan kayu pada Tabel 3 dibedakan menjadi

1. Bangunan
2. Kayu lapis
3. Mebel
4. Lantai
5. Papan dinding
6. Bantalan
7. Rangka pintu dan jendela
8. Bahan pembungkus
9. Alat olah raga dan music
10. Tiang listrik dan telepon
11. Perkapalan
12. Patung, ukiran & kerajinan tangan
13. Finir mewah
14. Korek api
15. Pulp
16. Alat gambar
17. Potlot
18. Arang
19. Obat-obatan
20. Moulding

Tabel 3. Berat jenis rata-rata, Kelas Awet, Kelas Kuat dan Kegunaan Kayu Perdagangan serta
Penyebarannya di Indonesia

Penyebaran
BJ Kelas Kelas
No. Jenis Kayu Kegunaan *)
Rata2 Awet Kuat
(Pulau)
Sumatera, Jawa,
1 Agathis 0,49 IV III Kalimantan, Sulawesi, 1,2,3,7,8,9,14,15,17
Maluku, Papua
2 Anpupu 0,89 III,I II,I Maluku, Nusa Tenggara 1,4,5,6,10,11
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
3 Bakau 0,94 III I,II 1,15
Maluku, Nusa Tenggara
, Papua
Sumatera, Kalimantan,
4 Balau 0,98 I I,II 1,4,6,10,11
Sulawesi
5 Balsa - V V Jawa 9,12
Sumatera, Jawa,
6 Bayur 0,52 IV II,III Kalimantan, Sulawesi, 1,2,3,7,11,12
Maluku, Nusa Tenggara
7 Bangkirai 0,91 1,II,III I,II Kalimantan 1,2,3,4,6,11
8 Bedaru 1,84 I I Sumatera, Kalimantan 1,3,6,9,11,12
9 Belangeran 0,86 II,I,III I,II Sumatera, Kalimantan 1,3,4,6,7,11
Sumatera, Kalimantan,
10 Benuang 0,33 V IV,V 2,8,14,15
Sulawesi, Maluku,
11 Benuang Laki 0,39 IV,V IV,V Jawa, Kalimantan, 1,2,5,8,11
Sulawesi, Maluku,
Nusa Tenggara , Papua
12 Berumbung 0,85 II II,I Sumatera, Kalimantan 1,3,4,5,9,11,12,20
Sumatera, Jawa,
13 Bintangur 0,78 III II,III Kalimantan, Sulawesi, 1,2,3,4,5,6
Maluku, Nusa Tenggara
14 Bongin 1,82 III I Sumatera, Kalimantan 1,3,4,13
Kalimantan, Sulawesi,
15 Bugis K. 0,88 III,IV II,III 1,3,4,5,6,7,11,20
Maluku, Papua
Sumatera, Jawa,
16 Bungur 0,88 II,III I,II Kalimantan, Sulawesi, 1,3,4,5,6,7,11
Maluku, Nusa Tenggara
Sumatera, Jawa ,
17 Cemara - II,III I,II Sulawesi, Maluku, 1,4,5,6,10,11,18
Nusa Tenggara, Papua
Sumatera, Jawa,
18 Cempaga 0,71 II,III II Kalimantan, Sulawesi, 1,2,3,4,5,6,9,10,11
Maluku, Nusa Tenggara
Sumatera, Jawa,
19 Cempaka - II III,IV Kalimantan, Sulawesi, 1,2,3,4,5,7,9,12,13,16,17,20
Maluku, Papua
20 Cendana 0,84 II II,I Jawa, Nusa Tenggara 12,19
21 Cengal 0,70 II,III II,III Sumatera, Jawa 1,2,3,4,5,6,7,11
Sumatera, Jawa,
22 Dahu 0,58 IV III,IV Kalimantan, Sulawesi, 3,4,5,13
Maluku, Papua
Sumatera, Jawa,
23 Durian 0,64 IV,V II,III Kalimantan, Sulawesi, 1,2,8
Maluku
24 Ebony 1,05 I I Sulawei, Maluku 3,12,13
Sumatera, Jawa,
25 Gadok 0,75 III,II II,III,I Sulawesi, Maluku, 1,4,5,11
Nusa Tenggara, Papua
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
26 Gelam - III II 1,4,5,6,10,11,18
Maluku, Nusa
Tenggara, Papua
Sumatera, Kalimantan,
27 Gerunggang 0,47 IV III,IV 1,2,8
Sulawesi, Maluku
Kalimantan, Sulawesi,
28 Gia 0,91 I,IV I,II 1,4,5,6,10,11
Maluku, Papua
29 Giam 0,99 I I Sumatera, Kalimantan 1,4,6,10,11
30 Gisok 0,83 II,III II,I Sumatera, Kalimantan, 1,2,3,4,5,7,11
Sulawesi, Maluku,
31 Gofasa 0,74 II,III II,III 1,3,4,5,6,7,9,11,12,18,20
Papua
Sumatera, Jawa,
32 Jabon 0,42 V III,IV Kalimantan, Sulawesi, 2,8,14,15
Maluku, Nusa Tenggara
Sumatera, Kalimantan,
33 Jangkang 0,63 IV,V III,II Sulawesi, Maluku, 2,5,7,8,12,20
Papua
Jawa, Sulawesi, Nusa
34 Jati 0,70 I,II II 1,3,4,5,6,10,11,12,13
Tenggara
35 Jelutung 0,40 V III,V Sumatera Kalimantan 2,8,12,16,17,20
36 Jeungjing 0,33 IV,V IV,V Sumatera, Maluku 1,2,8,14,15
37 Jobar 0,84 I,II II,I Sumatera, Jawa 1,3,4,5,12,13,18
Sumatera, Jawa,
38 Kapuk Hutan 0,30 V IV,V Sulawesi, Maluku, 2,8,14,15,20
Nusa Tenggara, Papua
39 Kapur 0,81 II,III II,I Sumatera, Kalimantan 1,2,3,4,5,6,7,11
40 Kedunba 0,84 IV III Sumatera, Kalimantan 1,2,3,4,5,6,7,20
41 Kemenyan 0,57 IV,V III,II Sumatera, Jawa 1,2,5,8,12,14,17,20
Sumatera, Jawa,
42 Kemeri 0,31 V IV,V 2,8,14,15
Sulawesi, Maluku,
43 Kempas 0,95 III,IV I,II Sumatera, Kalimantan 1,2,4,6
Sumatera, Jawa,
44 Kenanga 0,33 V IV,V Sulawesi, Maluku, 2,8,12,14,15,20
Papua
Sumatera, Jawa,
45 Kenari 0,55 IV III Kalimantan, Sulawesi, 1,2,4,5,7
Maluku, Nusa Tenggara
Sumatera, Jawa,
46 Keruing 0,79 III I,II 1,2,4,5,6,11
Kalimantan
Sumatera, Jawa,
47 Keranji 0,98 I I,II 1,2,4,5,6,7,11
Kalimantan
Jawa, Sulawesi,
48 Kesambi 0,01 III I 1,4,5,6,11,18
Maluku, Nusa Tenggara
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
49 Ketapang - III,IV II,III 1,2,3,4,5,7,8,11,14,20
Maluku, Nusa
Tenggara, Papua
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
50 Kolaka 0,96 III I 1,4,5,6,11
Maluku, Nusa
Tenggara, Papua
Sumatera, Kalimantan,
51 Kuku 0,87 II I Sulawesi, Maluku, 3,4,5,11,13
Papua
52 Kulim 0,94 I,II I Sumatera, Kalimantan 1,2,4,6,10,11
Sumatera, Jawa,
53 Kupang - II,IV II,III Kalimantan, Sulawesi, 1,2,3,4,5,7,11,13,20
Maluku
54 Lara 1,15 I I Sulawesi, Maluku 1,4,6,10,11
55 Lasi 0,01 II II Sulawesi, Maluku 1,3,4,5,12,13
56 Leda 0,57 IV,V,II II,IV Sulawesi, Maluku 1,2,5,7,8,10,11,20
Sumatera, Jawa,
57 Mahang - IV,V II,IV 1,2,5,7,8,14,15,20
Kalimantan
58 Mahoni 0,64 III II,III Jawa 1,2,3,4,5,7,11,12
59 Malas K. 1,04 II,III I Sumatera, Kalimantan 1,4,5,6,11,18
Sumatera, Jawa,
60 Matoa 0,77 III,IV II,I,III Sulawesi, Maluku, 1,3,4,7,11
Nusa Tenggara, Papua
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
61 Medang - III,IV II,V 1,2,3,4,5,7,8,11,12,20
Maluku, Nusa
Tenggara, Papua
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
62 Melur 0,52 IV II,IV 1,2,3,4,5,7,9,16,17
Maluku, Nusa
Tenggara, Papua
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
63 Membacang - II,V II,III 2,5,8,12,14,20
Maluku, Nusa
Tenggara, Papua
Sumatera, Jawa,
64 Mendarahan - V II,IV 2,5,7,8,20
Kalimantan
Sumatera, Jawa,
65 Menjalin - V I,III 1,2,5
Kalimantan
Sumatera, Jawa,
66 Mensira 0,61 V II,III Sulawesi, Maluku, 1,2,5,7,20
Nusa Tenggara, Papua
67 Mentibu 0,53 IV,V III Sumatera, Kalimantan 1,2,7,8
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
68 Merambung 0,38 V IV,V 2,8,14,15
Maluku, Nusa
Tenggara, Papua
69 Meranti M. 0,55 III,IV II,IV Sumatera, Kalimantan, 1,2,3,4,5,8,15
Sulawesi, Maluku
Sumatera, Kalimantan,
70 Meranti P. 0,54 III,IV II,IV 1,2,3,4,5,8,15
Sulawesi, Maluku
71 Merawan 0,70 II,III II,III Sumatera, Kalimantan 1,2,3,4,5,6,7,9,11
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
72 Merbau 0,88 I,II I,II 1,4,5,6,10,11
Maluku, Nusa
Tenggara, Papua
73 Merpayang 0,65 V II,III Sumatera, Kalimantan 1,2,3,5,7,8,11,20
74 Mersawa 0,46 IV II,III Sumatera, Kalimantan 1,2,4,5,11
Sumatera, Jawa,
75 Nyatoh 0,67 II,III II,I,II Kalimantan, Sulawesi, 1,2,4,5,7,9,11
Maluku, Papua
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
76 Nyirih - II,III II 1,2,3,4,5,6,7,11,13,18,20
Maluku, Nusa
Tenggara, Papua
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
77 Pasang - II,IV I,III 1,2,3,4,5,6,11,13,18
Maluku, Nusa
Tenggara, Papua
78 Patin K. 0,92 I I,II Sumatera 1,2,3,4,5,6,7,11,12
79 Pelawan - I,II I Sumatera, Kalimantan 1,4,6,10,11,18
80 Perepat Darat 0,76 III II Sumatera, Kalimantan 1,3,4,5,11
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
81 Perepat Laut 0,78 II,III II,I 1,4,5,7,11
Maluku, Nusa
Tenggara, Papua
Sumatera, Kalimantan,
82 Perupuk 0,56 IV,V II,III 1,2,3,8,14,15
Sulawesi
83 Petaling 0,91 I,II I,II Sumatera, Kalimantan 1,4,5,6,9,10,11
84 Petanang 0,75 III II Sumatera 1,4,5,6,11
85 Pilang 0,79 III II Jawa, Nusa Tenggara 1,2,3,4,5
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
86 Pimping - III,IV I,II 1,2,5,6,8,11,14,20
Maluku, Nusa
Tenggara, Papua
87 Pinang K. 0,66 III,IV II,III Sumatera, Kalimantan 1,2,3,4,5,7,11,20
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
88 Pulai 0,46 III,V IV,V 2,8,12,14,15,16,20
Maluku, Nusa
Tenggara, Papua
89 Punak 0,76 III,IV II Sumatera, Kalimantan 1,2,3,4,5,7,11,20
Sumatera, Jawa,
90 Puspa - III II 1,2,4,5,10,11,18
Kalimantan
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
91 Putat - II,III I,II 1,3,4,5,6,7,11,18
Maluku, Nusa
Tenggara, Papua
92 Ramin 0,63 IV II,III Sumatera, Kalimantan 1,2,3,4,5,7,20
93 Rasamala 0,81 II,III II Sumatera, Jawa 1,4,5,7,10,11
Sumatera, Jawa,
94 Rengas 0,69 II II 3,4,5,6,12,13
Kalimantan
Sumatera, Kalimantan,
95 Resak 0,70 III II 1,2,4,6,7,11
Maluku, Papua
Jawa, Maluku, Nusa
96 Salimuli 0,64 I,II II,III 3,4,9,12
Tenggara,
Sumatera, Jawa,
97 Sampang - V III,IV 2,5,7,8,12,14,15,20
Kalimantan
98 Saninten 0,76 III II Sumatera, Jawa 1,4,5,7
Sumatera,
99 Sawokecik 1,03 I I Jawa,Sulawesi, 3,4,5,9,12,13,20
Maluku, Nusa Tenggara
Sendok- Sumatera, Kalimantan,
100 0,45 V III,II 2,5,8,12,14,15,20
sendok Maluku, Papua
Sumatera, Jawa,
101 Simpur - III,V I,III 1,2,3,4,5,11,18
Kalimantan, Sulawesi
Sumatera, Kalimantan,
102 Sindur - II,V II,III 1,2,3,4,5,7,11
Sulawesi, Maluku
103 Sonokeling 0,90 I II Jawa 3,4,5,9,12,13
Sumatera, Jawa
104 Sonokembang 0,65 II,I,II II,I,II Sulawesi, Maluku, 1,3,4,5,12,13
Nusa Tenggara
Sumatera, Jawa,
105 Sungkai 0,63 III II,III 1,3,4,5,12,13
Kalimantan
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
106 Surian - III,V III,IV 1,2,3,5,7,8,11,12
Maluku, Nusa
Tenggara, Papua
Sumatera, Kalimantan,
107 Surianbawang 0,60 II,IV II,III 1,2,3,4,5,7,11,20
Maluku, Papua
Sumatera, Jawa,
108 Tanjung 1,08 I,II I Sulawesi, Maluku, 1,2,3,4,5,7,11
Nusa Tenggara
Sumatera, Jawa,
109 Tembesu 0,81 I II 1,4,5,6,10,11
Kalimantan
110 Tempimis 1,01 I I Sumatera, Sulawesi 1,4,5,6,7,9,11
111 Tepis - IV,V II,IV Sumatera, Kalimantan 1,2,3,5,7,14,20
Sumatera, Jawa,
112 Teraling 0,75 II,IV II 1,2,3,4,5,7,9
Sulawesi,
Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi,
113 Terap 0,44 III,V III,V 1,2,5,8,11
Maluku, Nusa
Tenggara, Papua
114 Terentang 0,40 IV III,IV Sumatera, Kalimantan 2,8,14,15
Sumatera, Jawa,
115 Trembesi 0,61 IV III Sulawesi, Maluku, 1,2,3,4,5,7,11,12,13
Nusa Tenggara
Sumatera, Kalimantan,
116 Tualang 0,83 III,IV II,I,II 1,2,3,4,5,7,11
Sulawesi
Sumatera, Jawa,
117 Tusam 0,55 IV III Sulawesi, Nusa 1,2,8,14,15,16,17
Tenggara
118 Ulin 1,04 I I Sumatera, Kalimantan 1,4,6,10,11
119 Walikukun 0,98 II I Jawa, Nusa Tenggara 1,4,5,6,9,10,11,18
Sumatera, Jawa, Nusa
120 Weru 0,77 II II,I 1,3,4,5,13
Tenggara

Daftar jenis – jenis kayu pohon/ kayu perdagangan tersebut dapat dikelompokkan lagi untuk
kayu industri kayu serat (pulp dan kertas), kayu pertukangan dan kayu energi (biomasa). Pada
dasarnya kayu – kayu tersebut bisa dikembangkan pada setiap provinsi dalam konteks
pembangunan hutan tanaman.

IV. JENIS – JENIS KAYU SERAT DI INDONESIA

Bahan baku pulp sebagai sumber serat dapat berasal dari kayu dan bukan kayu (bamboo, limbah
pertanian, dan lain – lain). keuntungan kayu sebagai bahan baku pulp adalah : rendemen yang
dihasilkan cukup tinggi, kandungan lignin lebih sedikit dan kekuatan pulp dan kertas yang
dihasilkan cukup kuat.
 

Berdasarkan Balai Sellulose, syarat – syarat kayu sebagai bahan baku pulp diantaranya adalah :

1. Massa jenis antara 0,3 – 0,8


2. Panjang serta 0,8 atau lebih
3. kandungan lignin lebih kecil 23%
4. Kandungan selulosa minimum standar 40 – 45 %.
5. Rendemen pulp lebih besar 40% (pulp cokelat)

Sedangkan dari aspek pertumbuhan di lapangan (silvikultus) pemilihan jenis pohon untuk
dikembangkan sebagai bahan baku industry pulp harus memnuhi criteria tertentu, seperti :

1. Pertumbuhan yang cepat dan produktivitas tinggi


2. Memiliki cabang sedikit
3. Bebas cabang tinggi atau berbatang lurus
4. Mudah ditanam dan mudah pembibitannya
5. Bebas hama dan penyakit

Pemilihan jenis kau daun lebar harus lebih selektif disbanding dengan kayu daun jarum karena
kayu daun lebar mempunyai serta pendek sekitar 1 – 2 mm yang menyebabkan harus dicampur
dengan kayu daun jarum yang berserat panjang agar hasil pulp dan kertas sebagai produk akhir
mempunyai kekuatan sobek, tarik, dan jebol yang prima. Kelebihan kayu daun lebar adalah
kadar hemiselulosa yang tinggi dan kadar lignin yang rendah menyebabkan kemudahan dalam
proses pembuatan pulpnya.

Saat ini sebagian besar industry pulp di Indonesia bahan bakunya berasal dari jenis Acacia sp,
Eucalyptus, gmelina, Pinus, Agathis, Albizia dan Jabon. Pada Tabel 4 berikut ini dijelaskan
beberapa jenis pohon alternative yang bisa dikembangkan sebagai bahan baku pulp.

Tabel 4. Beberapa Jenis Pohon yang Dapat Dikembangkan Sebagai Bahan Baku Pulp

No. Jenis kayu Nama daerah Berat Jenis Kelas Kualitas Pulp
1 Albizia chinensis Sengon laut 0,29 I
2 Paraserianthes falcataria Jeungjing 0,37 I
3 Aleurites moluccana Kemiri 0,29 I
4 Anthocephallus cadamba Klampayan/jabon 0,42 I
5 Campnosperma auriculata Terentang 0,4 I
6 Cananga odorata Kenanga 0,43 I
7 Hibiscus macrophyllus Waru gunung/ Tisuk 0,39 I
8 Hibiscus tilleaceus Waru laut 0,46 I
9 Macaranga hypoleuca Mahang 0,34 I
10 Pygeium sp. Bunga 0,34 I
11 Actinodapne sp. Bakang 0,32 II
12 Alstonia angustiloba Pulai 0,36 II
13 Alstonia pnesmathophara Pelantan 0,34 II
14 Aqualaria macrocarpa Takaras 0,34 II
15 Artocarpus elasticus Terap 0,36 II
16 Artocarpus sp. Pekalong 0,3 II
17 Cratoxilon arborescens Gerunggang 0,4 II
18 Duabanga moluccana Benuang 0,39 II
19 Endispermum malaccense Senduk 0,45 II
20 Litsea adorifera Medang perawas 0,33 II
21 Litsea roxburghii Kayu Kuning 0,33 II
22 Macaranga maingayi Mahangkelep 0,38 II
23 Mitragyn speciosa Kedemba 0,48 II
24 Myristica sp. Mendarahan 0,5 II
25 Rhizophora apiculata Bakau bini 0,34 II
26 Sesbania grandiflora Turi 0,38 II
27 Spondias sp. Kedondong 0,5 II
28 Alnus nepalensis Alnus - -
29 Menglieta glauca Manglid 0,41 -
30 Melia azedarach Mindi 0,53 -
31 Octomelas sumatrana Benuang Bini 0,33 -
32 Croton agryratus Caporimbo - -
33 Eunonymus javanicus Medang burung 0,69 -
34 Ochroma bicolor Balsa 0,20 -
35 Enterelobium cyclocarpum Sengon buto - -

Peluang Indonesia untuk mengembangkan HTI pulp sangat terbuka dan menjanjikan baik dilihat
dari aspek ekonomi, sosial budaya maupun ekologi. Pengkajian silvikultur terhadap setiap jenis
pohon yang berpotensi sebagai bahan baku pulp dan paper masih perlu dikembangkan ke
depannya.

Anda mungkin juga menyukai