Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PEREKATAN KAYU
PEMBUATAN PEREKAT POLISTIRENA

Disusun Oleh :
Kelompok 8

Nana G1011201061
Patrisia Yustiamita G1011201103
Andreas Putra Pratama G1011201152
Dwi Andini G1011201201
Citra Dwi H. Silalahi G1011201259
Fisiensi Agi Lestari G1011201334

Kelas E

Dosen Pengampu :
Dr. Marwanto, S.Hut., M.Si
Nurhaida , S.Hut, M.Si

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan Laporan Praktikum Perekatan Kayu ini, atas berkat dan rahmat-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Pembuatan Perekat
Polistirena”
Laporan Praktikum ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Praktikum
Perekatan Kayu. Selain itu, penulis juga berharap agar Laporan Praktikum ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca. Laporan Praktikum ini dapat diselesaikan berkat adanya
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Marwanto ,
S.Hut.,M.Si dan Ibu Nurhaida, S.Hut, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah
memberikan materi demi kelancaran dan kelengkapan naskah tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktikum ini tidak luput dari kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena
itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan
untuk selanjutnya.

Pontianak, 3 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………….

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………

A. Latar Belakang……...………………………………………………………………..

B. Tujuan Praktikum…………………….……………………………………………...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..……..………………………………………………………

BAB III METODE PRAKTIKUM…………………………………………………………...

A. Alat……………………………………………………………………………………..

B. Bahan…………………………………………………………………………………..

C. Langkah Kerja…………………………………………………………………………

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………………

A. Hasil…………………………………………………………………………………….

B. Pembahasan……………………………………………………………………………

BAB V KESIMPULAN………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….

LAMPIRAN……………………………………………………………………………………
DAFTAR TABEL

1. Hasil Pengujuan Perekat Polistirena.…………………………… .………17


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Alat.......................................................................................................................... 12
Gambar 2 Bahan ...................................................................................................................... 12
Gambar 3 Styrofoam yang telah dipotong ............................................................................... 13
Gambar 4 Penimbangan Styrofoam sebanyak 20 gr ............................................................... 13
Gambar 5 Proses penuangan bensin dan tinner ke dalam wadah yang berisi potongan
Styrofoam ................................................................................................................................. 14
Gambar 6 Proses penuangan bensin dan tinner ke dalam wadah yang berisi potongan
Styorofoam ............................................................................................................................... 14
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses persiapan alat dan bahan........................................................................ 18


Lampiran 2. Proses pencampuran bensin dan tinner ke dalam wadah yang berisi potongan
Styrofoam ................................................................................................................................. 19
Lampiran 3. Proses pengujian perekat polistirena.................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perekat kayu merupakan campuran dari beberapa komponen yang secara kimia
aktif bersifat interen dan bervariasi dalam proporsi terhadap perekat dasar. fungsi
formulasi perekat adalah untuk mengetahui mutu dan kualitas campuran untuk
membantu proses penyiapan perekat campuran. Ada beberapa hal yang bisa dilihat dari
dari kulitas perekat campuran adalah kemurnian dasar dari base, tingkat ekstensi (kadar
jumlah ekstender yang diberikan terhadap resin, karena makin tinggi ekstensi makin
rendah kualitasnya) dan resin solid perekat campuran. Selain hal tersebut, ada empat
hal yang juga berkaitan dengan karakteristik perekat, yakni proses pematangan
(hardening mechanism), percepatan pematangan (speed of solidification), tahap
pematangan (stage of solidification) dan sifat-sifat solid atau solid properties (Rinawati,
2005).
Pangan yang beredar saat ini praktis tidak lepas dari penggunaan kemasan dengan
berbagai maksud, selain untuk melindungi kualitas pangan juga dimaksudkan untuk
promosi. Kemasan plastik dapat digunakan karena beberapa keunggulan dan
keuntungannya. Kemasan plastik tersebut terbuat dari beberapa polimer yaitu Polietilen
teraflatat (PET), Polivinil kloroda (PVC), Polietilen (PE), Polipropilen (PP), Polistirena
(PS), Polikarbonat (PC) dan melamin. Diantara kemasan plastik tersebut, salah satu
jenis yang cukup populer di kalangan masyarakat produsen maupun konsumen adalah
polistirena terutama polistirena foam. Styrofoam adalah nama dagang yang telah
dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical. Oleh pembuatnya stryofoam dimaksudkan
untuk digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan, bukan sebagai
kemasan pangan (Badan POM RI, 2008).
Adhesi spesifik melibatkan interaksi antara permukaan yang datar dan rata dengan
perekat. Interaksi yang terjadi bisa berupa ikatan kimia, adsobsi atau hanya pembasahan
atau wetting. Saat ini teori spesifik berkembang menjadi teori adsobsi (Packham, 2003).
Gaya tarik menarik fisik terdiri dari tiga gaya intermolekul yang memegang
peranan penting dalam formasi ikatan antara perekat polimer dengan struktur molekul
kayu, yaitu ikatan van der walls, gaya London dan ikatan hidogen. Ikatan van der
walls terdiri dari gaya dwikutub (polar), gaya London gaya tarik lemah dari non polar,
dan ikatan hidrogen adalah suatu gaya dwikutub khusus yang meliputi gaya tarik yang
kuat antara atom hidrogen bermuatan positif dengan elektron negatif dan muatan lain.
Ikatan hidrogen cukup penting dalam ikatan permukaan (inter facial) dari kutub perekat
polimer untuk hemiselulosa dan selulosa yang memiliki banyak gugus hidroksil (Vick,
1999).
Polistirena merupakan polimer tinggi dengan massa molekul besar yang terdapat
di alam (benda hidup, hewan/tumbuhan) atau disintesis di laboratorium. Polystirena
merupakan makromolekul, yaitu molekul besar yang dibangun oleh pengulangan
kesatuan kimia yang kecil dan sederhana (monomer). Polystirena rata-rata berat
molekulnya mendekati 300.000. Stirena adalah bahan kimia pembentuk polimer
hidokarbon jenuh dengan rumus kimia C6H5CH=CH. polystirena bersifat resin
termoplastis yang transparan, tidak berwarna dalam bentuk larutan atau emulsi yang
encer. Larutan polystirena akan mengeras pada suhu ruangan dan contact pressure biasa
cukup untuk perekatan (Ruhendi et al. 2007). Pada acara ini, mahasiswa mempelajari
proses pembuatan perekat polistirena, sifat-sifat dari perekat pati, dan kekuatan rekat
kayu dengan menggunakan perekat polistirena

B. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan praktis tentang


analisa perekat dan perekatan kayu untuk mendukung pengembangan proses
produksi produk-produk komposit

2. Mahasiswa diharapkan dapat mebuat perekat polistirena dari Styrofoam.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Styrofoam
Styrofoam berasal dari kata styrene (zat kimia bahan dasar), dan foam (busa/buih).
Bentuknya sangat ringan, karena kandungan di dalam nya 95% udara dan 5% Styrene.
Pembentukan polystyrene dari styrene (monomer) kemudian Dihembuskan udara kedalam
polystyrene dengan menggunakan CFC (Cloro Fluro Carbon) sebagai blowing agent. Sifat
styrene dapat larut dalam panas, lemak, alkohol/aseton, vitamin A (Toluene), dan susu.
Itulah sebabnya jangan gunakan styrofoam untuk wadah makanan atau minuman yang
dapat melarutkan styrene. Hal ini dapat mengakibatkan styrene yang larut
mengkontaminasi makanan atau minuman dapat termakan oleh kita sehingga tanpa di
sadari styrene masuk ke dalam tubuh kita. Styrene merupakan zat kimia yang bersifat
neurotoxic (menyerang syaraf). Seiring dengan waktu terjadi akumulasi styrene dalam
tubuh, dan hal ini mengakibatkan kerusakan pada saraf termasuk pada otak manusia
(Environment Loves Community, 2008).
CFC yang digunakan untuk pembuatan styrofoam pada saat lepas ke udara clorinnya
akan merusak lapisan ozon, lapisan yang selama ini melindungi kita dari sinar ultraviolet
cahaya matahari. Dengan rusak dan bolongnya lapisan ozon mengakibatkan sinar
ultraviolet langsung masuk ke bumi dan mengenai tubuh kita. Limbah styrofoam
merupakan sampah yang sangat sulit penanggulanganya, selain sampahnya yang memakan
ruangan, juga styrene dan CFC nya yang membahayakan, dan tidak ada mikroorganisme
yang dapat menguraikannya (Environment Loves Community, 2008).

B. Bensin
Bensin merupakan sumber energi yang paling banyak digunakan untuk kendaraan
bermotor dan generator. Kualitas penyalaan bensin dinyatakan dengan bilangan oktan
(octan number). Misalnya premium berangka oktan 88, pertamax 94, dan super TT
berangka oktan 98. sedangkan minyak diesel atau solar digunakan sebagai bahan bakar
mesin dan motor diesel. Bensin sering disebut gasolin atau premium, adalah bahan bakar
yang umumnya digunakan untuk kendaraan bermotor, terdiri atas sekitar 25 jenis
hidrokarbon (HC) yang mendukung 6 sampai 9 atom karbon setiap molekulnya. Bensin
diperoleh dengan cara penyulingan bertingkat minyak bumi dengan proses pemecahan
(cracking) fraksi-fraksi berat minyak dan gas bumi secara sintesis dengan jalan polimerisasi
atau alkanisasi hidrokarbon kecil. Sifat bensin bermacam-macam sesuai dengan jenis
hidrokarbon yang membentuknya. Ke dalam bensin juga sering ditambah anti oksidan
untuk mencegah oksidasi atau ditambah zat-zat anti karat, anti beku dan zat penawar logam
(Nugroho, 2005).

C. Polistiren
Stiren merupakan suatu senyawa organik dengan rumus molekul C6H5CH=CH2.
Gugus vinil yang terdapat pada stiren menjadikan stiren dapat mengalami reaksi adisi
kontinu membentuk suatu polimer polistiren. Pada temperatur ruang, polistiren secara
normal merupakan padatan termoplastik, akan tetapi pada temperatur tinggi, polistiren
dapat meleleh. Polimerisasi polistiren menjadi rantai panjang berlangsung pada ikatan
rangkap karbon viniliknya. Walaupun polimerisasi larutan atau imulsi biasanya digunakan,
sebagian besar polistiren digunakan dengan polimerisasi suspensi atau dengan polimerisasi
massa. Polimerisasi stiren dimulai dengan proses yang disebut prepolimerizer, suatu wadah
yang didalamnya terdapat stiren yang akan dipolimerisasi (biasanya dengan menggunakan
poroksida sebagai oksidator) diaduk hingga campuran reaksi terkonsentrasi menjadi
polimer akibat adanya proses pencampuran yang baik. Umumnya, larutan tersebut
mengandung sekitar 30% polimer dengan kekentalan yang sesuai untuk diolah lebih lanjut
(Jamal, dkk, 2007).
Polistirena atau polifinil etana dapat dipolimerkan dengan panas, sinar matahari atau
katalis. Derajat polimerisasi tergantung pada kondisi polimerisasi. Polimer yang sangat
tinggi dapat dihasilkan dengan menekan suhu di atas sedikit ruang. Polistirena merupakan
termoplastis yang bening kecuali ditambahkan pewarna dan pengesi dan dapat dilinakkan
pada suhu + 100 derajat celsius. Tahan terhadap asam, basa dan zat pengarat (korosif)
lainnya. Tetapi mudah larut dalam mempengaruhi kekuatan polimer terhadap panas.
Banyak digunakan untuk membuat lembaran, penutup dan barang pencetak (Ruhendi,
2007).

D. Pembuatan dan Sifat Polistirena


Polistirena foam yang dihasilkan dari percampuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas-
gas tertentu seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah
berupa senyawa CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon
oleh karnanya saat ini tidak dipergunakan lagi, kini yang digunakan adalah blowing agent
yang lebih ramah lingkungan. Polistirena yang dibuat dari monomer stirena dilakukan
melalui proses polimerisasi. Polistirena foam yang dibuat dari monomer stirena melalui
polimerisasi suspensi pada tekanan-tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan
pemanasan untuk melunakkan resin yang ada serta ikut menguapkan sisa-sisa blowing
merupakan insulator-insulator yang baik. Sedangkan monomer polistirena foam
merupakan bahan plastik yang memiliki sifat tertentu atau khusus dengan struktur yang
tersusun dari beberapa butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan
terdapat di dalam ruang-ruang antar butiran yang berisi udara minuman-minuman
beralkohol atau bersifat asam juga meningkatkan laju migrasi (Badan POM RI, 2008).

E. Keterakatan
Keterekatan adalah suatu kemampuan kayu untuk melekat dengan menggunakan
perekat. Tipe ekstraktif tertentu yang terkandung dalam kayu dari beberapa jenis mungkin
melemahkan kekuatan ikatan dari perekat. Kadar air, distribusi cairan di seluruh potongan
kayu, kesetabilan bentuk dan ukuran, perlakuan pengawetan, ketahanan terhadap api serta
kestabilan dimensi mempengaruhi keterekatan yang biasanya pengaruh yang ditimbulkan
adalh negatif. Banyak kayu mempunyai kandungan lilin alami atau minyak yang cenderung
menolak jenis minyak tertentu, terutama perekat berpelarut air. Salah satu cara untuk
meminimalkan pengaruh ini adalah dengan membersihkan permukaan yang akan direkat
dengan thiner sebelum direkat (Ruhedi, dkk, 2007).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat
1. Timbangan
2. Pengaduk kaca
3. Gelas ukur
4. Kamera atau handphone
5. Alat tulis.

Gambar 1 Alat
B. Bahan
1. Bensin
2. Styrofoam
3. Thinner
4. Sampel kayu sebanyak 6 buah (10 cm x 5 cm x 1 cm).

Gambar 2 Bahan
C. Langkah kerja
a) Proses pembuatan perekat polistirena
1) Siapkan styrofoam menjadi potongan-potongan kecil

Gambar 3 Styrofoam yang telah dipotong

2) Timbang potongan-potongan styrofoam tersebut sebanyak ± 200 g untuk setiap


kelompok

Gambar 4 Penimbangan Styrofoam sebanyak 20 gr


3) Secara bertahap dalam berat yang sama, tuangkan bensin ke dalam wadah yang
berisi potongan-potongan kecil styrofoam, sambil diaduk atau diremas

Gambar 5 Proses penuangan bensin dan tinner ke dalam wadah yang berisi
potongan Styrofoam
4) Tuangkan thinner ke dalam campuran styrofoam dan bensin dengan perbandingan
styrofoam : bensin : thiner = 2: 2: 1

Gambar 6 Proses penuangan bensin dan tinner ke dalam wadah yang berisi
potongan Styorofoam
5) Panaskan gelas yang berisi perekat dengan pemanas listrik agar pencampuran
antara styrofoam, bensin, dan thinner lebih cepat dan merata.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
a) Hasil Pengujian Perekat Polistirena
No. Uji Uji Uji Uji Uji Storage life
sampel kekentalan kenampakan penguapan keasaman potlife
1 Sangat Berwarna - - Waktu Terdapat banyak
kental kuning pengerasan pori-pori,
karena 01.59.47 s polistirena
styrofoam mengeras,
yang aroma
digunakan bensin+tinner
berwarna berkurang, tidak
kuning, terdapat
memiliki perubahan
gelembung- warna dan tidak
gelembung terdapat jamur.
kecil dalam
jumlah
banyak,
tidak ada
benda asing,
tidak ada
butiran debu
Tabel 1. Hasil Pengujuan Perekat Polistirena

B. Pembahasan
Dari hasil pelaksanaan praktikum pembuatan perekat polistirena, didapatkan hasil
pengamatan bahwa pada uji kekentalan perekat polistirena sangat kental, uji kenampakan
berwarna kuning yang diakibatkan warna dasar dari Styrofoam yang digunakan berwarna
kuning, memiliki gelembung-gelembung kecil dalam jumlah yang banyak, tidak
ditemukannya benda asing dan butiran debu pada perekat polistirena, uji pot life yang
dilakukan selama 01.59.47 s dan storage life didapati banyak pori-pori, kondisi politirena
yang mengeras, aroma bensin dan tinner tidak terlalu menyengat lagi (berkurang) dan
tidak terdapat perubahan warna pada perekat polistirena serta tidak ditemukannya jamur
pada perekat.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum kelompok kami, dapat disimpulkan bahwa perekat
polistirena merupakan perekat yang kuat. Memiliki banyak kegunaan, diantara lain untuk
isolasi atau bahan pelapis pada kawat/kabel, peralatan rumah tangga dari plastik, botol,
furniture, mainan anak-anak, bagian dari refrigerasi, radio, televisi, AC, bahan
pembuat kontainer, tempat baterai dan sebagainya.

Untuk hasil dari pengujiannya, sama seperti pengujian untuk perekat pati, hanya saja
tidak ada pengujian penguapan dan pengujian keasaman. Pada hasil storage life terdapat
banyak pori-pori, polistirena mengeras, aroma bensin+tinner berkurang, tidak terdapat
perubahan warna dan tidak terdapat jamur. Diharapkan perekat polistirena dapat
mendukung pengembangan proses produksiproduk-produk komposit.
DAFTAR PUSTAKA

Rosyidi, P. A., Ningrum, E. O., & ST, M. (2021). Identifikasi Polimer Tekstil. Jurnal
Teknologi Rekayasa Proses, 1(1).

Rubi Murdana, A. F., & Kurniawan, D. B. (2018). Pemanfaatan Limbah Styrofoam Sebagai
Bahan Alternatif Pembuatan Perekat Pipa PVC dengan Proses Mixing (Doctoral
dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).

Suprapto, Y., & Nugroho, P. B. (2019). Pemanfaatan Limbah Styrofoam sebagai Bahan
Adhesive untuk Kayu dan Papan Partikel (Doctoral dissertation, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember)

Jalal, Ramzi. 2016. Pemanfaatan Limbah Gabus Polistirena Sebagai Perekat Pada
Pembuatan Papan Partikel Dari Serbuk Gergajian Kayu. Jurnal Sains dan teknologi
Reaksi.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses persiapan alat dan bahan


Lampiran 2. Proses pencampuran bensin dan tinner ke dalam wadah yang berisi potongan
Styrofoam

Uji kekentalan Uji kenampakan


Uji Pot Life Storage Life
Lampiran 3. Proses pengujian perekat polistirena

Anda mungkin juga menyukai