Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIK

EKOLOGI HUTAN

Oleh :
Nama : Pitria Novrianti
NIM : 213010404014
Kelompok : III (Tiga)

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS PERTANIAN
JURASAN KEHUTANAN
SEMESTER GANJIL TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya Penulis masih bisa menyelesaikan laporan praktiku dengan judul
“Analisis Vegetasi Hutan”. Laporan ini di susun untuk memenuhi salah satu
persyaratan mata kuliah Ekologi Hutan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir.


Niafiatul Hidayat, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Ekologi Hutan yang
telah memberikan dukungan dan bimbingan dalam melaksanakan kegiatan
praktikum tersebut.

Melalui laporan ini penulis berharap agar pembaca dapat mengerti dan
memahami mengenai menetukan besaran waktu kerja pada kegiatan inventariasai
pohon. penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak memiliki kekurangan.
Oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Palangkaraya, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Praktek

II. TELAAH PUSTAKA

2.1 Komposisi dan Struktur Vegetasi

2.3 Keanekaragaman Jenis Vegetasi

III. PROSEDUR KERJA DAN ANALISIS DATA

3.1 Prosedur Kerja

3.2 Analisis Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perhitungan

4.2 Pembahasan

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kampus Universitas Palangka Raya merupakan salah satu bentuk ruang


terbuka hijau perkotaan yang memiliki manfaat ekologi, sosial, budaya, dan
estetika. Pohon sebagai bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki fungsi
yang sangat penting. Keberadaan pepohonan yang dikelola dengan baik di sekitar
kampus dapat bermanfaat menstabilkan kondisi lingkungan kampus dari polusi.
Pohon merupakan penetralisir sumber pencemar gas buangan kendaraan bermotor,
tajuknya yang rindang memberikan keteduhan, sistem perakarannya dapat
meningkatkan infiltrasi air permukaan dan mengurangi air limpasan sehingga
meningkatkan jumlah air di dalam tanah. Disamping itu, arsitektur pohon yang
beraneka macam juga memberikan nilai tambah keindahan.

Analisis vegetasi adalah suatu cara untuk mengetahui susunan (komposisi


jenis) dan bentuk (struktur) komunitas tumbuhan yang disajikan secara kuantitatif
dengan parameter kerapatan., frekuensi dan penutupan tajuk ataupu luas bidang
dasar. Untuk mempelajari komposisi jenis dan struktur komunitas tumbuhan
umumnya dilakukan dengan sampling. Dalam melakukan analisis vegetasi pada
dasarnya ada dua macam metode yang dapat dilakukan yaitu (1) metode dengan
petak, dan (2) metode tanpa petak.

Salah satu metode dengan petak yang banyak digunakan adalah kombinasi
antara metode jalur (untuk risalah pohon) dengan metode garis berpetak (untuk
risalah permudaan). Adapun petak-petak contoh yang digunakan untuk risalah
permudaan dibuat secara nested sampling, yaitu petak contoh yang lebih besar
mengandung petak contoh yang lebih kecil.

Ukuran petak bergantung kepada ukuran tumbuhan (semai, pancang, tiang


dan pohon), kerapatan tumbuhan dan keragaman jenis serta keheterogenan life
form-nya. Dalam penentuan ukuran petak harus cukup besar agar individu atau
spesies yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup
kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi
atau pengabaian.

Berdasarkan data pada unit contoh vegetasi tersebut dapat diketahui jenis
dominan, pola asosiasi, nilai keaneragaman jenis dan atribut komunitas tumbuhan
lainnya yang berguna bagi pengelolaan hutan.

1.2 Tujuan Praktek

Praktik ini bertujuan untuk agar mahasiswa dapat melakukan analisis


vegetasi dan dapat membuat laporan ilmiah.
II. TELAAH PUSTAKA

2.1 Komposisi dan Struktur Vegetasi

Sumberdaya alam khususnya sumberdaya hutan merupakan salah satu


sumberdaya yang sangat penting dan potensial bagi kehidupan manusia sehingga
perlu dijaga keberadaannya sebagai fungsi penyangga sistem kehidupan. Selain
itu hutan mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap keadaan tanah, sumber
air, pemukiman manusia, rekreasi, pelindung marga satwa dan pendidikan
(Pradiastoro, 2004). Manurut Gardner dan Robert (1999), hutan merupakan
tempat tinggal bagi spesies tumbuhan dan hewan, menyediakan lahan untuk
pemukiman dan pertanian.
Komposisi dan struktur vegetasi adalah hasil penantaan ruang dari
komponen penyusun tegakan dan bentuk hidup, stratifikasi, dan penutupan
vegetasi yang digambarkan melalui keadaan diameter, tinggi, penyebaran dalam
ruang, keanekaragaman tajuk, serta kesinambungan jenis (Fachrul 2007).
Komposisi vegetasi dapat diartikan sebagai keragaman jenis dalam tegakan hutan
(Oktaviani et al. 2017). Komposisi jenis suatu taksa atau habitus tumbuhan dapat
diketahui dengan melakukkan analisis vegetasi (Locky and Bayley 2006).
Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh
bersama-sama pada satu tempat dimana antara individu - individu penyusunnya
terdapat interaksi yang erat, baik di antara tumbuh - tumbuhan maupun dengan
hewan - hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Dengan kata
lain, vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu - individu tumbuhan melainkan
membentuk suatu kesatuan di mana individu - individunya saling tergantung satu
sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan (Soerianegara
dkk., 1978 dalam Bakri 2009). Vegetasi yang dianalisis terdiri dari tingkat pohon,
tiang, pancang dan semai.
Struktur dan komposisi jenis vegetasi hutan alam merupakan salah satu
aspek ekologis yang penting dalam pengelolaan hutan. Wirakusuma (1990)
mengemukakan bahwa komposisi hutan merupakan penyusun suatu tegakan atau
hutan yang meliputi jumlah jenis ataupun banyaknya individu dari suatu jenis
tumbuhan. Struktur hutan merupakan hubungan fungsional antara kerapatan
pohon dengan diameternya (Suhendang, 2002). Informasi dinamika populasi atau
kelompok jenis vegetasi dari tingkat semai, pancang, tiang dan pohon dapat
diketahui dari struktur vegetasinya.
Analisis vegetasi hutan merupakan studi yang bertujuan untuk mengetahui
struktur dan komposisi hutan. Arrijani dkk.,(2006), mengatakan bahwa kehadiran
vegetasi akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam
skala yang lebih luas. Sebagai contoh secara umum vegetasi akan mengurangi
suatu laju erosi tanah, mengatur keseimbangan karbondioksida dan oksigen di
udara, pengaturan tata air tanah, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah.
Pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi tumbuhan yang
menyusun formasi vegetasi daerah tersebut.
Analisis vegetasi dilakukan untuk menentukan Kerapatan Relatif (KR),
Frekuensi Relatif (FR) dan Dominasi Relatif yang selanjutnya digunakan untuk
menentukan Indeks Nilai Penting (INP) (Mueller-Dombois dan Ellenberg 1974).

2.2 Keanekaragaman Jenis Vegetasi

Suatu Kawasan Hutan terdiri dari bermacam jenis vegetasi penyusun, yang
berfungsi sebagai pengatur tata air, menjaga kesuburan tanah dan mengendalikan
erosi. Keberadaan keanekaragaman jenis vegetasi ini perlu tetap dijaga dan
dilestarikan agar tetap dapat menjaga fungsi kawasan hutan. Secara umum
peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan
karbondioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis
tanah, pengaturan tata air tanah, mencegah banjir dan mengendalikan erosi.
Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak
positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi
vegetasi yang tumbuh pada daerah itu (Arrijani dkk, 2006).

Adapun keanekaragaman jenis vegetasi yang ditemukan di areal kampus


Jurusan Kehutanan Fakultas Pertannian UPR, antara lain : Akasia Daun Lebar
(Acacia mangium), Balangeran (Malaleuca leucadendra), Sengon (Albizia
chinensis) dan Karamunting (Rhodomyrtus temontosa).

1. Akasia Daun Lebar (Acacia mangium)

Acacia mangium Willd., yang juga dikenal dengan nama mangium,


merupakan salah satu jenis pohon cepat tumbuh yang paling umum digunakan
dalam program pembangunan hutan tanaman di Asia dan Pasifik. Keunggulan
dari jenis ini adalah pertumbuhan pohonnya yang cepat, kualitas kayunya yang
baik, dan kemampuan toleransinya terhadap berbagai jenis tanah dan lingkungan
(National Research Council 1983). Tekanan terhadap ekosistem hutan alam di
Indonesia yang tidak dapat dihindari belakangan ini mengakibatkan penggunaan
jenis-jenis cepat tumbuh, termasuk mangium, sebagai pengganti bahan baku untuk
menopang pasokan produksi kayu komersial.

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Sub Famili : Mimosoideae
Genus : Acacia
Spesies : Acacia mangium Willd.
Jenis mangium tumbuh secara alami di hutan tropis lembap di Australia
bagian timur laut, Papua Nugini dan Kepulauan Maluku kawasan timur Indonesia
(National Research Council 1983). Setelah berhasil diintroduksikan ke Sabah,
Malaysia, pada pertengahan tahun 1960-an, mangium banyak diintroduksikan ke
berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Bangladesh, Cina,
India, Filipina, Sri Lanka, Thailand dan Vietnam. Di Indonesia, jenis ini pertama
kali diintroduksikan ke daerah lain selain Kepulauan Maluku pada akhir tahun
1970-an sebagai jenis pohon untuk program reboisasi (Pinyopusarerk dkk. 1993).

Mangium dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah dan
kondisi lingkungan. Mangium dapat tumbuh cepat di lokasi dengan level nutrisi
tanah yang rendah, bahkan pada tanah-tanah asam dan terdegradasi (National
Research Council 1983). Jenis ini tumbuh baik pada tanah laterit, yaitu tanah
dengan kandungan oksida besi dan aluminium yang tinggi (Otsamo 2002).
Meskipun demikian, jenis ini tidak toleran terhadap naungan dan lingkungan salin
(asin). Di bawah naungan, mangium akan tumbuh kerdil dan kurus (National
Research Council 1983).

2. Balangeran (Shorea balangeran)


3. Gelam (Malaleuca leucadendra)
4. Sengon (Albizia chinensis)
5. Karamunting (Rhodomyrtus temontosa)
III. PROSEDUR KERJA DAN ANALISIS DATA

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada Sabtu, 26 November 2022 di areal kampus
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian UPR.

3.2 Alat dan Bahan


1. Tali plastik/tali rafia sebanyak 1 (satu) rol
2. Patok/stik kayu dengan diameter ± 2,5 cm dan panjang 1 m (minimal 16
stik)
3. Kompas
4. Pita Diameter (phi band) atau pita meter
5. Meteran/roll meter ukuran 10 m atau 20 m.
6. Golok atau parang
7. Kamera
8. Tally sheet dan alat tulis menulis

3.3 Prosedur Kerja


1. Tentukan lokasi jalur (unit contoh)
2. Tentukan azimuth jalur atau arah rintis di lapangan.
3. Buat jalur dengan lebar 10 m dan panjang 50 m.
4. Buatlah petak contoh-petak contoh pengamatan/pengukuran dalam jalur
secara nested sampling seperti pada Gambar 1 berikut.
1. Identifikasi dan catat jenis dan jumlah individu tumbuhan tingkat semai
dan tingkat pancang pada masing-masing petak contoh. Sedangkan
untuk tumbuhan tingkat tiang dan pohon, selain dihitung jumlahnya juga
diukur diameternya (diameter setinggi dada). Data hasil
pengamatan/pengukuran lapangan tersebut dicatat pada tally sheet
(halaman 4 – 6).Tingkat pertumbuhan vegetasi dibedakan berdasarkan
kriteria berikut :
a. Semai : anakan mulai kecambah sampai setinggi < 1,5 m
b. Pancang : anakan yang tingginya ≤ 1,5 m sampai diameter < 10
cm
c. Tiang : pohon muda yang berdiameter 10 cm sampai < 20 cm
d. Pohon : pohon dewasa berdiameter ≥20 cm.

3.4 Analisis Data


Data hasil pengamatan /pengukuran lapangan selanjutnya dihitung
dengan menggunakan runus – rumus berikut.
Jumlah individu suatu jenis
1. Kerapatan (K) =
Luas petak contoh
Kerapatan suatu jenis
2. Kerapatan Relatif (KR) = × 100%
Kerapatan seluruh jenis
Jumlah petak contoh ditemukan satu jenis
3. Frekuensi (F) =
Jumlah seluruh petak contoh
Frekuensi suatu jenis
4. Frekuensi Relatif (FR) = × 100%
Frekuensi seluruh jenis
Jumlah luas bidang dasar suatu jenis
5. Dominansi =
Luas petak contoh

1 2
Luas Bidang Dasar = πd
4
Dominansi suatu jenis
6. Dominansi Relatif (DR) = × 100%
Dominansi seluruh jenis
7. Indeks Nilai Penting (NP)
a) INP tingkat semai dan pancang = KR + FR
b) INP tingkat tiang dan pohon = KR + FR + DR
8. Indeks Keanekaragaman Jenis

Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman jenis
ni = INP jenis ke-1
s = jumlah jenis
N = Total INP
Ln = Logaritma natural

TALLY SHEET TINGKAT SEMAI

No PC Nama Jenis Jumlah Individu Keterangan


1 - - -
2 - -
3 Malaleuca leucadendra 7
4 - -
5 Malaleuca leucadendra 2
Rhodomyrtus temontosa 1

TALLY SHEET TINGKAT PANCANG

No PC Nama Jenis Jumlah Individu Keterangan


1 Shorea balangeran 1
2 Shorea balangeran 3
Malaleuca leucadendra 1
3 Shorea balangeran 3
Malaleuca leucadendra 9
4 Shorea balangeran 2
Malaleuca leucadendra 4
5 Malaleuca leucadendra 3
Rhodomyrtus temontosa 2

TALLY SHEET TINGKAT TIANG

No PC Nama Jenis Diameter (cm) Keterangan


1 -
2 -
3 -
4 -
5 -

TALLY SHEET TINGKAT POHON

No PC Nama Jenis Diameter (cm) Keterangan


1 Acacia mangium 29 cm
Albizia chinensis 26 cm
2 -
3 -
4 -
5 -

TABULASI PERHITUNGAN INP

a) Semai

No. Jenis K KR F FR INP


(ind/ha) (%) (%) (%)

Total

b) Pancang

No. Jenis K KR F FR INP


(ind/ha) (%) (%) (%)

Total

c) Tiang

No. Jenis K KR F FR INP


(ind/ha) (%) (%) (%)

Total

d) Pohon
No. Jenis K KR F FR INP
(ind/ha) (%) (%) (%)

Total

TABULASI PERHITUNGAN INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS

a. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) Tingkat Semai


No Nama Jenis ∑Ind Ni/N In(ni/N) Ni/(In ni/N) H’

b. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) Tingkat Pancang


No Nama Jenis ∑Ind Ni/N In(ni/N) Ni/(In ni/N) H’

c. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) Tingkat Tiang


No Nama Jenis ∑Ind Ni/N In(ni/N) Ni/(In ni/N) H’

d. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) Tingkat Pohon


No Nama Jenis ∑Ind Ni/N In(ni/N) Ni/(In ni/N) H’
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Perhitungan
B. Pembahasan

V. PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Anda mungkin juga menyukai