EKOLOGI HUTAN
Oleh :
Nama : Pitria Novrianti
NIM : 213010404014
Kelompok : III (Tiga)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya Penulis masih bisa menyelesaikan laporan praktiku dengan judul
“Analisis Vegetasi Hutan”. Laporan ini di susun untuk memenuhi salah satu
persyaratan mata kuliah Ekologi Hutan.
Melalui laporan ini penulis berharap agar pembaca dapat mengerti dan
memahami mengenai menetukan besaran waktu kerja pada kegiatan inventariasai
pohon. penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak memiliki kekurangan.
Oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
4.2 Pembahasan
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu metode dengan petak yang banyak digunakan adalah kombinasi
antara metode jalur (untuk risalah pohon) dengan metode garis berpetak (untuk
risalah permudaan). Adapun petak-petak contoh yang digunakan untuk risalah
permudaan dibuat secara nested sampling, yaitu petak contoh yang lebih besar
mengandung petak contoh yang lebih kecil.
Berdasarkan data pada unit contoh vegetasi tersebut dapat diketahui jenis
dominan, pola asosiasi, nilai keaneragaman jenis dan atribut komunitas tumbuhan
lainnya yang berguna bagi pengelolaan hutan.
Suatu Kawasan Hutan terdiri dari bermacam jenis vegetasi penyusun, yang
berfungsi sebagai pengatur tata air, menjaga kesuburan tanah dan mengendalikan
erosi. Keberadaan keanekaragaman jenis vegetasi ini perlu tetap dijaga dan
dilestarikan agar tetap dapat menjaga fungsi kawasan hutan. Secara umum
peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan
karbondioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis
tanah, pengaturan tata air tanah, mencegah banjir dan mengendalikan erosi.
Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak
positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi
vegetasi yang tumbuh pada daerah itu (Arrijani dkk, 2006).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Sub Famili : Mimosoideae
Genus : Acacia
Spesies : Acacia mangium Willd.
Jenis mangium tumbuh secara alami di hutan tropis lembap di Australia
bagian timur laut, Papua Nugini dan Kepulauan Maluku kawasan timur Indonesia
(National Research Council 1983). Setelah berhasil diintroduksikan ke Sabah,
Malaysia, pada pertengahan tahun 1960-an, mangium banyak diintroduksikan ke
berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Bangladesh, Cina,
India, Filipina, Sri Lanka, Thailand dan Vietnam. Di Indonesia, jenis ini pertama
kali diintroduksikan ke daerah lain selain Kepulauan Maluku pada akhir tahun
1970-an sebagai jenis pohon untuk program reboisasi (Pinyopusarerk dkk. 1993).
Mangium dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah dan
kondisi lingkungan. Mangium dapat tumbuh cepat di lokasi dengan level nutrisi
tanah yang rendah, bahkan pada tanah-tanah asam dan terdegradasi (National
Research Council 1983). Jenis ini tumbuh baik pada tanah laterit, yaitu tanah
dengan kandungan oksida besi dan aluminium yang tinggi (Otsamo 2002).
Meskipun demikian, jenis ini tidak toleran terhadap naungan dan lingkungan salin
(asin). Di bawah naungan, mangium akan tumbuh kerdil dan kurus (National
Research Council 1983).
1 2
Luas Bidang Dasar = πd
4
Dominansi suatu jenis
6. Dominansi Relatif (DR) = × 100%
Dominansi seluruh jenis
7. Indeks Nilai Penting (NP)
a) INP tingkat semai dan pancang = KR + FR
b) INP tingkat tiang dan pohon = KR + FR + DR
8. Indeks Keanekaragaman Jenis
Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman jenis
ni = INP jenis ke-1
s = jumlah jenis
N = Total INP
Ln = Logaritma natural
a) Semai
Total
b) Pancang
Total
c) Tiang
Total
d) Pohon
No. Jenis K KR F FR INP
(ind/ha) (%) (%) (%)
Total
A. Hasil Perhitungan
B. Pembahasan
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran