Anda di halaman 1dari 3

III.

Pembahasan

Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik
disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin, 2004). Erosi merupakan 3 proses
berurutan, yaitu pelepasan, pengangkutan, dan pengendapan (Asdak, 2018). Erosi diartikan
sebagai peristiwa berpindahnya atau terangkutnya material tanah dari suatu tempat yaitu lereng
atas oleh media alami dalam hal ini air, kemudian diendapkan pada daerah yang lebih rendah
sebagai bahan sedimen atau deposit (Osok dkk., 2018). Tenaga pendorong yang menyebabkan
terkelupas dan tersangkutnya partikel tanah ke tempat yang lebih rendah disebut erosivitas hujan
(Asdak, 2002). Erosivitas hujan menunjukkan kemampuan atau kapasitas hujan untuk
menyebabkan tanah tererosi (Unger, 2006). Pada umumnya semakin besar luas pengaruh hujan
maka besar pula pengaruhnya terhadap erosi tanah (Nifen dkk., 2017). Faktor erosi lainnya
adalah erodibilitas tanah yang diartikan sebagai kepekaan tanah untuk tererosi (Djuwansah dkk,
2017). Semakin tinggi erodibilitas tanah maka semakin mudah tanah tererosi.
Metode plot kecil adalah metode pengukuran erosi dengan membatasi atau membuat plot
kecil untuk atau sebagai suatu objek pengamatan pembatasan dibuat lalu pada ujungnya dibeli
saluran agar air aliran dan sedimen disalurkan ke dalam ember penampung menggunakan pipa
yang diletakkan pada ujung petak bagian bawah. Bagian atas ember penampung diberi penutup
untuk mencegah masuknya air hujan (Ardianto, 2017). Syarat dari plot kecil yang dibuat
berukuran 22 m x 4 m. untuk membuat plot kecil digunakan seng selebar 45 cm, dalam hal ini 20
cm tertanam di tanah dan 25 cm berdiri tegak di atas permukaan tanah (Nugraha dan Ambar,
2021). Variabel yang diamati pada pengukuran dengan metode plot kecil adalah sedimentasi
tanah dan air aliran serta pengamatan dilakukan setelah kejadian hujan (Andini, 2018). Volume
aliran permukaan kejadian hujan diukur dengan cara mengukur tinggi muka air dalam bak
penampung. Jumlah tanah tererosi/petak/kejadian hujan ditentukan melalui analisis sampel air
aliran permukaan yang tertampung dalam drum dan sedimen dalam bak penampung (Muliastuty
dkk., 2016).
Metode erosion bridge merupakan estimasi erosi tanah dengan memasang alat untuk
mengukur besarnya perubahan permukaan tanah yang terjadi. Penentuan titik sampel dengan
memilih lokasi yang didominasi tegalan dan sawah (Citra, 2015). Erosion bridge dilakukan pada
daerah yang sudah dipastikan mengalami erosi, biasanya pada tanah yang mengalami erosi
berupa erosi alur.
Metode erosion bridge ini memiliki kelebihan yaitu dapat mengetahui banyaknya hilang
tanah dari daerah yang tererosi dengan mengukur beda tinggi diantara tanah yang tererosi, serta
dapat menggambarkan erosi yang terjadi di daerah tersebut. Kelemahan dari metode ini yaitu
hasil perhitungan mungkin kurang tepat karena bersifat subjektif dan tidak tepat saat
pengukuran. Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakah tanah yang diusahakannya
akan rusak dan tidak produktif atau menjadi baik dan produktif secara lestari (Subekti, 2012).

Pada praktikum sudah dilaksanakan, pengukuran erosi dengan menggunakan metode


erosion bridge menghasilkan data erosi yang tidak melebihi batas erosi yang diperbolehkan. Area
tersebut tidak banyak kehilangan tanah dari 14 lubang erosion bridge yang dihitung dengan
kedalaman yang hampir seragam di antara 26-34 cm.

IV. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil dari pembahasan yang telah didapatkan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Erosi diartikan sebagai peristiwa berpindahnya atau terangkutnya material tanah dari
suatu tempat yaitu lereng atas oleh media alami dalam hal ini air, kemudian diendapkan
pada daerah yang lebih rendah sebagai bahan sedimen atau deposit. Erosi memliki
beberapa jenis seperti erosi alur (rill erosion), erosi parit (gully erosion) dan erosi tebing
sungai (stream bank erosion).
2. Metode plot kecil adalah metode pengukuran erosi dengan cara membuat saluran agar air
aliran dan sedimen disalurkan ke dalam ember penampung menggunakan pipa yang
diletakkan pada ujung petak bagian bawah dan bagian atas ember penampung diberi
penutup untuk mencegah masuknya air hujan. Ukuran plot sebesar 22x2 m untuk lahan
pertanian dan 22x4 m untuk lahan kehutanan.
3. Metode erosion bridge merupakan estimasi erosi tanah dengan memasang alat untuk
mengukur besarnya perubahan permukaan tanah yang terjadi. Penentuan titik sampel
dengan memilih lokasi yang didominasi tegalan dan sawah dan dipastikan mengalami
erosi.

V. Daftar Pustaka

Andini, N. F. (2018). Perhitungan Erosi Tanah dan Aliran Permukaan Menggunakan Plot
terhadap Penggunaan Lahan di Kanagarian Aie Batumbuak Kabupaten Solok. Jurnal Ilmu
Pendidikan Ahlussunnah, 1(1), 296840.

Ardianto, K. (2017). Pengukuran dan pendugaan erosi pada lahan perkebunan kelapa sawit
dengan kemiringan berbeda (Doctoral dissertation, Riau University).

Asdak, C. (2018). Hidrologi dan pengelolaan daerah aliran sungai. Gadjah Mada University
Press.

Asdak, C. (2002). Hutan Dan Perilaku Aliran Air: Klarifikasi Keberadaan Hutan Dan
Pengaruhnya terhadap Banjir dan kekurangan air. Manusia Dan Lingkungan, 9(2002).

Citra, B. A. (2015). Estimasi Erosi Dengan Metode Erosion Bridge di Sub DAS Watugede
Kabupaten Gunungkidul (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Djuwansah, M. R., & Mulyono, A. (2017). Assessment model for determining soil erodibility
factor in Lombok Island. RISET Geologi dan Pertambangan, 27(2).

Nifen, S. Y., Kironoto, B. A., & Luknanto, D. (2017). Kajian Karakteristik DAS untuk Daerah
Tangkapan Hujan Waduk Sermo Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Media
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang, 15(1), 56-62.

Nugraha, I. D. Y., & Kusumandari, A. (2021). Pengukuran Erosi Pada Lahan Rumput Kolonjono
(Brachiaria mutica) Dengan Metode Plot Kecil di Hutan Wanagama I. Jurnal Ilmiah Rekayasa
Pertanian dan Biosistem, 9(1), 22-36.

Muliastuty, W. O., Sitorus, S. R., Poerwanto, R., & Hardjomidjojo, H. (2016). Teknik
Pengelolaan USAhatani Tanaman Cabai Berkelanjutan Di Dataran Tinggi Kecamatan Cikajang
Kabupaten Garut (Management Technique of Sustainable Red Pepper Crop Farming System in
Upland District of Cikajang Garut Regency). Jurnal Manusia dan Lingkungan, 23(1), 66-75.

Subekti. (2012). Prediksi Erosi Lahan dengan Metode USLE. Jurnal Fonda. Vol. 1. No. 1 : 13-
20.

Suripin. (2004). Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Osok, R. M., Talakua, S. M., & Gaspersz, E. J. (2018). Analisis faktor-faktor erosi tanah, dan
tingkat bahaya erosi dengan metode Rusle di DAS Wai Batu Merah Kota Ambon Provinsi
Maluku. Jurnal Budidaya Pertanian, 14(2), 89-96.

Unger, P. W. (2006). Soil and water conservation handbook: Policies, practices, conditions, and
terms. CRC Press.

Anda mungkin juga menyukai