Anda di halaman 1dari 8

PENGERINGAN KAYU SECARA UMUM

A. Manfaat Pengeringan Kayu


Pengeringan kayu adalah proses penurunan kadar air kayu sampai mencapai kadar air
lingkungan tertentu atau kadar air yang sesuai dengan kondisi udara dimana kayu tersebut
ditempatkan (Tsoumis, 1991). Pada umumnya dalam penggunaannya, kayu harus dikeringkan
terlebih dahulu. Alasan dilakukannya pengeringan kayu, antara lain:
1. Penyusutan pada produk yang menggunakan kayu yang dikeringkan akan berkurang,
pembengkokan dan belah ujung dapat dihindarkan.
2. Kayu terlindung dari serangan jamur pembusuk dan jamur pewarna, sehingga kayu akan
lebih awet. Tingginya temperatur pada pengeringan tanur membunuh jamur dan insekta
yang bisa hidup dalam kayu.
3. Pengeringan menghasilkan kekuatan kayu lebih tinggi, dengan asumsi tidak terjadi cacat
khususnya belah ujung. Selain itu, kuat pegang paku terhadap kayu akan meningkat.
4. Meningkatkan kualitas hasil pengecatan dan proses pengerjaan akhir.
5. Berat kayu berkurang sehingga biya transportasi bisa lebih rendah.
B. Mekanisme Pengerigan Kayu
Pengeringan kayu dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pergerakan air dari bagian
dalam ke permukaan kayu dan penguapan air dari permukaan kayu. Air dalam kayu
umumnya bergerak dari bagian dengan kandungan air tinggi ke bagian dengan kandungan air
rendah. Artinya permukaan kayu harus lebih kering dibandingkan dengan bagian dalamnya
jika ingin mengeluarkan air dari dalam kayu.
Air bergerak pada bagian dalam kayu ke bagian permukaan kayu sebagai cairan atau
uap melalui saluran dalam struktur selular kayu, dinding sel kayu dan rongga sel atau saluran
kecil yang menghubungkan rongga sel yang berdekatan. Uap air bergerak dalam saluran ini
ke semua arah, melewati atau melalui serat. Difusi dari air terikat menggerakkan uap ar
daerah konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi rendah. Difusi pada arah longitudial lebih
cepat 10-15 kali dibandingkan dengan difusi pada arah radial maupun tangensial. Difusi arah
radial lebih cepat dibandingkan dengan difusi arah tangensial. Hal inilah yang menjelaskan
mengapa kayu gergajian flatsawn (papan tangensial) umumnya mengering lebih cepat
dibandingkan dengan kayu quartersawn (papan radial).

1 | Page

Kecepatan gerakan uap air dalam kayu tergantung pada kelembaban relatif daru udara
sekitar, kecuraman moisture gradient dan suhu kayu. Semakin rendah kelembaban relatif
udara sekitar, aliran uap air dalam kapiler menjadi lebih cepat. Kelembaban yang rendah juga
mempercepat difusi dengan menurungkan kadar air pada permukaan, sehingga mempercuram
moisture gradient. Semakin tinggi suhu kayu, uap air akan lebih cepat bergerak dari bagian
dalam yang basah ke bagian luar yang kering. Jika kelembaban relatif terlalu rendah pada
tahap awal pengeringan dapat terjadi penyusutan yang berlebihan, yang menyebabkan retak
permukaan dan retak ujung. Jika suhu terlalu tinggi, dapat terjadi lengkung, honeycomb dan
penurunan kekuatan.
Selama proses pengeringan, sirkulasi udara perlu diatur. Sirkulasi udara yang terlalu
lambat menyebabkan waktu yang dibutuhkan permukaan kayu untuk mencapai titik
keseimbangan kadar air menjadi lebih lama, selain itu memberikan kesempatan untuk
tumbuhnya jamur.
Karena ekstraktif kimia kayu teras menghalangi saluran, umumnya moisture bergerak
lebih bebas dalam kayu gubal dibandingkan dalam kayu teras, yang berarti kayu gubal lebih
cepat mengering. Namun kayu teras pada kebanyakan jenis kayu, mengandung kadar air lebih
rendah dibandingkan dengan kayu gubal sehingga pada akhirnya akan mencapai
keseimbangan kadar air dengan kecpatan yang sama.
Tahap pengeringan kayu meliputi tahap proses evaporasi konstan, tahap transisi dan
tahap eksponental. Tahap proses evaporasi konstan adalah proses avaporasi air bebas sel kayu
yang tidak berpengaruh ada dimensi kayu. Tahap transisi adalah proses pengeluaran air
terikat dari dinding sel, yang berakibat pada perubahan dimensi kayu. Tahap eksponental
adalah tahap penyesuaian akhir kayu terhadap lingkungannya.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeringan Kayu
Faktor yang memperngaruhi pengeringan kayu adalah panas, RH (kelembaban
relatif), dan sirkulasi udara.
1. Panas, meruapakan energi yang diperlukan oleh molekul air untuk melepaskan diri dari
ikatan antara molekul pada air bebas dalam rongga sel atau melepaskan diri dari ikatan
dengan tangan hidroksil pada air terikat. Pada suhu tinggi, udara cenderung menghisap
kelembaban atau uap air dibandingkan dengan udara bersuhu rendah. Panas termal udara

2 | Page

sangat berpengaruh terhadap nilai kelembaban udara tidak akan berubah walaupun
dipanaskan atau didinginkan.
2. Kelembaban relatif (air humidity), menentukan kapasitas pengeringan udara. Udara yang
lebih kering (kelembaban relatif lebih rendah) memiliki kapasitas pengeringan yang lebih
tinggi dan dapat menahan uap air lebih banyak. Kapasitas pengeringan yang lebih tinggi,
karena peningkatan temperatur menyebabkan turunnya kelembaban relatif.
3. Sirkulasi udara (air velocity) berfungsi sebagai pengantar panas ke kayu yang digunakan
untuk menguapkan air dari dalam kayu dan memindahkan uap air dari permukaan kayu
ke udara sekitar. Sirkulasi udara yang baik akan mempercepat perambatan gelombang
panas pada udara sehingga mempercepat pengeringan.
D. Metode Pengeringan Kayu
Metode pengeringan kayu yang biasa digunakan, antara lain:
1. Pengeringan Udara (alami)
a. Pemilihan tempat, kriteria dalam memilih tempat untuk pengeringan udara adalah
ukuran luas, permukaan datar, terbuka (aerasi baik), kering, bersih dari
sampah/limbah kayu, tidak ditumbuhi rumput-rumputan atau vegetasi yang lain.
b. Penumpukan, yang harus diperhatikan dalam penumpukan pada pengeringan adalah
pola penumpukan, dimensi penumpukan, pondasi, stiker, atap, perlindungan akhir dan
tingkat

pengeringan.

Pola

penumpukan

dimaksudkan

lorong-lorong

yang

mempermudah penanganan pengeringan. Dimensi penumpukan berpengaruh terhadap


kecepatan pengeringan. Pondasi dimaksudkan untuk menghindari terjadinya aliran air
hujan atau salju yang mengalir dibawah penumpukan kayu. Stiker digunakan untuk
membatasi antar kayu yang dikeringkan. Atap dimaksudkan untuk menghindari hujan,
sinar matahari, dan salju. Atap bisa dibuat dari kayu, asbes, metal. Perlindungan
terakhir dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pecah pada kayu yang dikeringkan,
dilakukan dengan cara melaburkan parafin dipermukaan aksial dari kayu.
c. Kecepatan pengeringan, kecepatan pengeringan dipengaruhi oleh beberapa faktor
anara lain jenis kayu, ketebalan kayu, pola lingkaran tahun, kayu teras/kayu gubal,
cara penumpukan, kondisi tempat, dan faktor iklim.
d. Pengendalian kadar air, perubahan kadar air kayu selama pengeringan udara dapat
diketahui. Pengukuran dimaksudkan untuk mempercepat atau memperlambat
keluarnya air dari kayu sampai dengan tingkat tertentu (dibawah 20%), pengeringan
dengan penumpukan bisa dihentikan, dan kemudian disimpan di gudang tanpa harus
menggunakan stiker.
3 | Page

2. Pengeringan dengan kiln (konvensional)


Kiln drying biasanya menggunakan uap panas, peralatan dilengkapi dengan
pengendali suhu dan kelembaban,sirkulasi udara, dan buangan uap air.
a. Tipe kiln, ada dua tipe kiln-kompartement dan progresive. Pada kiln kompartement
pengeringan dilaksanakan secara tetap (kayu tidak bergerak). Kondisi pengeringan
(suhu, RH) ditetapkan pada interval tertentu, sampai dengan kondisi konstan tetap
masih berada dalam kiln tersebut. Pada kiln progresive (kayu bergerak), kayu berjalan
secara bertahap sampai dengan kering dan langsung keluar. Kondisi pengeringannya
tidak konstan didalam kiln, pada saat masuk kondisinya rendah (suhu rendah dan RH
tinggi) secara bertahap suhu dinaikkan dan RH dikurangi.
b. Konstruksi dan peralatan, kiln pengering biasanya dibuat dari tembok batu bata dan
lantainya terbuat dari beton. Dinding dalam kiln biasanya terbuat dari metal
aluminium, anti korosif. RH dikendalikan oleh uap bebas yang ada di dalam kiln, dan
sirkulasi udara dikendalikan oleh kipas angin yang diletakkan diatas atau dibawah
tumpukan kayu, bahkan kadang-kadang di samping (dinding samping). Kiln juga
dilengkapi miostermeter untuk mengukur kadar air.
c. Penumpukan, prinsip umum penumpukan kayu pada kiln pengering sama dengan
penumpukan pada pengeringan alami (udara), dibutuhkan stiker (ganjal) diantara kayu
yang berfungsi sebagai sirkulasi udara.
d. Prosedur pengeringan, penyusunan jadwal pengeringan sangat penting untuk
mengkondisikan suhu dan kelembaban relatif dalam kiln. Jadwal pengeringan ini
disusun

dengan

maksud

untuk

mengefisiensikan

waktu

pengeringan

dan

meminimalkan kerusakan akibat pengeringan. Jadwal pengeringan dikembangkan


oleh FPL (Forest Product Laboratory) secara trial and error. Jadwal ini disesuaikan
dengan jenis kayu dan kadar air kayu yang diinginkan. Tahap-tahap pengeringan
meliputi preparatory (persiapan), actual drying (pengeringan), equaluzation of
moisture content (perhitungan kadar air). Tahap preparatory kayu dipanaskan pada
suhu 40-65C .Tahap actual drying yaitu mengeringkan kayu sesuai dengan
keinginan. Tahap terakhir mengambil sample dari kayu yang dikeringkan untuk
mengetahui kadar airnya. Kerusakan pada saat pengeringan dapat diminimalkan
dengan cara mengeringkan secara bertahap.

4 | Page

e. Durasi pengeringan, waktu pengeringan kiln-drying lebih cepat dibanding dengan


pengeringan udara. Faktor yang mempengaruhi waktu pengeringan adalah sifat
anatomi kayu (kayu gubal/teras, hardwood/softwood), ketebalan kayu, jenis kayu,
kecepatan sirkulasi udara dalam kiln, kualitas pengeringan kayu, perubahan kadar air
dari awal-akhir, dan cacat kayu setelah pengeringan
f. Kadar air akhir, penentuan kadar air kayu yang dikeringkan tergantung pada tujuan
pengeringan dan tujuan penggunaan kayu tersebut.
g. Penyimpanan kayu gergajian, sifat higroskopis kayu tidak tergantung pada metode
pengeringan udara maupun pengeringan dengan kiln. Kayu kering bisa menyerap air
lagi. Untuk itukayu yang sudah dikeringkan perlu disimpan pada kondisi dimana
tempat penyimpanan tersebut dapat menahan kayu untuk menyerap air. Kayu kering
disimpan tanpa menggunakan stiker (ganjal), dimana suhu dan kelembaban relatif
terus terjaga dimana kayu tidak akan lagi menyerap air dan diusahakan seimbang
kadar air kayu dengan kondisi di ruangan.
E. Cacat Kayu Akibat Pengeringan
1. Kerusakan karena penyusutan
Kayu yang menyusut jika dikeringkan akan menyebabkan terjadinya beberapa
kerusakan. Selama tahap awal pengeringan, lapisan luar (outer shell) kayu kehilangan air
dan ketika mencapai titik jenuh serat (TJS), lapisan permukaan mulai menyusut. Jika
lapisan dalam (inner core) lebih padat, dengan catatan masih diatas titik jenuh serat, maka
core akan menahan penyusutan lapisan luar. Laju penyusutan relatif terhadap ketebalan,
menghasilkan gaya tarik (tensile stress) pada bagian luar dan berakibat pada gaya tekan
(compression stress) pada bagian dalam. Gaya tarik lapisan luar, bisa sangat besar
sehingga melebihi batas elastisitas pada arah tegak lurus serat dan menjadi bentuk yang
permanen. Pada beberapa kasus, gaya bisa lebih besar dari kekuatan maksimum dan
menyebabkan retak.
Selama proses pengeringan, lapisan dalam mulai mencapai keadaan di bawah titik
jenuh serat dan menyusut, mengakhiri tahap pengeringan yang kedua. Gaya tarik yang
terbentuk selama tahap pengeringan yang pertama, memberikan pengaruh besar karena
menahan penyusutan lapisan dalam. Hal ini menyebabkan stress (stress reversal), yaitu
lapisan luar mengalami gaya tekan dan lapisan dalam mengalami gaya tarik.

5 | Page

Gaya tekan pada permukaan biasanya terjadi dekat pada retak permukaan sehingga
mudah terlihat selama tahap awal pengeringan, menimbulkan kesan bahwa kayu tersebut
sudah tidak dapat dipergunakan. Jika gaya tarik pada lapisan dalam lebih besar dari gaya
tarik pada arah tegak lurus serat maka akan terjadi internal rupture, namun tidak dapat
terlihat pada permukaan.
Ketika proses pengeringan selesai, papan masih dalam keadaan tegangan yang belum
konstan, lapisan luar mengalami gaya tekan dan lapisan dalam mengalami gaya tarik.
Kondisi ini biasanya berakhir dengan terjadinya kekerasan. Pada beberapa kasus tidak
menimbulkan masalah, kecuali jika pada papan terjadi ketidakseimbangan tegangan
antara tebal dan lebar, yang dapat menyebabkan penyimpangan. Dengan kondisi
pengeringan kilang yang terkendali, kondisi stress ini dapat dihilangkan.
Pada tahap akhir pengeringan, panas diberikan pada waktu singkat dengan kondisi
kelembaban relatif yang tinggi akan mendrong terbentuknya gaya tekan pada lapisan luar.
Jika gaya tekan akhir ini sama dengan gaya tarik awal, semua tengangan dapat
dihilangkan dan akhirnya kayu gergajian bebas dari tegangan. Perlakuan ini disebut
dengan conditioning. Namun jika waktu conditioning terlalu lama, stress dapat kembali
dan kayu gergajian secara permanen akan berada pada kondisi reverse-case-hardened
yang tidak diinginkan.
Jenis cacat karena penyusutan, adalah sebagai berikut :
a. Retak ujung dan permukaan (end and surface checks)
Hal ini terjadi karena pada saat permukaan kayu mengering, bagian luar kayu
mulai menyusut, tetapi bagian dalam kayu masih basah. Akibatnya terjadi tegangan
dan retak pada permukaan dan ujung kayu.
Cara pencegahannya adalah dengan mengoleskan oli, resin, urea atau
polyetilen gikol (PEG) pada ujung kayu. Pada tahap awal pengeringan digunakan
temperatur rendah, kemudian dinaikkan secara perlahan.
b. Case hardening
Case hardening disebabkan oleh tingginya kadar air dalam kayu sebelum
mulai dikeringkan dan sangat cepatnya proses pengeringan. Proses evaporasi dalam
inti kayu terhambat karena sel permukaan kayu yang kering menghalangi keluarnya
air dari sel bagian dalam kayu ke permukaan. Permukaan kayu akan mengeras dan
kedap.
c. Retak dalam (honey combing)
6 | Page

Cacat retak dalam adalah cacat yang diakibatkan oleh kesalahan


pengendalaian mesin pengering dan merupakan kelanjutan dari cacat case hardening
kayu.
d. Perubahan bentuk (distorsi)
Perubahan bentuk yang mungkin terjadi adalah melengkung (bowing),
mencawang (cupping), dan memuntir (twisting). Perubahan bentuk ini disebabak oleh
tidak meratanya persentase bagian-bagian kayu.
2. Kerusakan karena kandungan ekstraktif
Ekstraktif kayu dapat menyebabkan warna yang tidak diharapkan (discolouration)
pada permukaan kayu karena perubahan konsentrasi ekstraktif ataupun perubahan
kimiawi ekstraktif (polimerisasi ekstraktif) selama pengeringan. Sebagai contoh warna
gelap pada bagian yang disanggah selama pengeringan.
3. Kerusakan karena jamur
Blue stain, decay dan mold dapat berkembang pada kayu gergajian, selama menunggu
proses pengeringan atau pada kondisi pengeringan tertentu. Kayu gubal pada kebanyakan
jenis kayu, lebih mudah diserang jamur daripada kayu terasnya karena kandungan
ekstraktifnya lebih sedikit. Kerusakan karena jamur terjadi sebelum pengeringan, ketika
kayu dalam kondisi di atas titik jenuh serat dan jamur mendapat makanan, air, oksigen
dan suhu yang sesuai. Kerusakan ini dapat dicegah dengan pengeringan kilang atau
pengeringan udara yang dipercepat, khususnya pengeringan pada permukaan, ataupun
menggunakan cairan kimia antifungal.
F. Jadwal Pengeringan
Jadwal pengeringan merupakan kompromi antara kebutuhan kecepatan pengeringan
kayu dengan efisiensi ekonomi dan kebutuhan untuk menghindari kondisi pengeringan yang
dapat menyebabkan kerusakan. Jadwal pengeringan adalah sejumlah kombinasi antara suhu
dan kelembaban relatif yang digunakan pada berbagai tahap pengeringan, umumnya dengan
peningkatan suhu dan penurunan kelembaban relatif.
Stress yang terjadi selama pengeringan merupakan faktor pembatas dalam
menentukan jadwal pengeringan. Jadwal pengeringan dibuat sedemikian rupa sehingga stress
akibat pengeringan tidak melebihi kekuatan kayu pada suhu dan kadar air tertentu pada
kondisi pengeirngan tersebut.
7 | Page

Jadwal pengeringan tiap kayu akan berbeda, tergantung jenis, ketebalan, kualitas dan
penggunaan akhir kayu gergajian. Terdapat dua maca jadwal pengeringan, yaitu penjadwalan
berdasarkan kadar air dan penjadwalan berdasarkan waktu pengeringan, kebanyakan kayu
daun lebar menggunakan jadwal pengeringan berdasarkan penaturan kadar air. Sedangkan
jadwal pengeringan kayu daun jarum, umumnya berdasarkan waktu pengeringan.

8 | Page

Anda mungkin juga menyukai