Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Pendahuluan
Salah satu alat yang digunakan untuk menentukan volume pohon adalah
dengan membaca tabel volume tegakan dengan mengetahui diameter atau tinggi
pohon. Tabel volume pohon dapat disusun dan dibuat dengan mengukur-
mengukur sebuah dimensi dasar dari sebuah lingkaran. Diameter batang
didefinisikan sebagai panjang garis antara dua buah titik pada lingkaran di
sekeliling batang yang melalui titik pusat (sumbu) batang. Diameter batang adalah
dimensi pohon yang paling mudah diperoleh/diukur terutama pada pohon bagian
bawah. Tetapi oleh karena bentuk batang yang pada umumnya semakin mengecil
ke ujung atas (taper), maka dari sebuah pohon akan dapat diperoleh tak hingga.
Angka Bentuk Batang didefinisikan sebagai perbandingan atau rasio antara
volume batang yang sebenarnya dengan panjang jarak antara garis pengukuran
diameter sekecil mungkin tersebut (Herwiyono, 2000).
Informasi tentang hutan diperoleh dari data potensi hutan yang akan
dibutuhkan untuk mendukung informasi yang diperlukan. Pengambilan data
khususnya kuantitatif dilakukan melalui kegiatan inventarisasi. Kegiatan
inventarisasi tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang sumber
daya hayati maupun tegakan didala suatu kawan hutan sehingga data tersebut
dapat digunakan sebagai acuan untuk dapat membuat perencanaan tentang
pengelolaan hutan terseut sehingga tercipta kawasan hutan yang berkelanjutan dan
lestari. Kegiatan inventarisasi meliputi dua teknik yakni sensus dan sampling.
Sensus dilaksanakan dengan mengukur seluruh populasi, sementara sampling
dilakukan dengan mengukur pada sebagian wilayah dan dianggap mewakili
seluruh areal. Namun, kegiatan inventarisasi lebih banyak dilakukan dengan
sampling karena keterbatasan SDM, biaya, dan waktu serta luas kawasan
(Siahaan, 2012).
Sebelum suatu areal hutan diusahakan perlu diadakan inventarisasi
terhadap areal hutan tersebut yaitu dengan cara mengamati, mengukur dan
mencatat pohon-pohon yang ada di areal tersebut. Dalam inventarisasi hutan
pengukuran diameter dan tinggi pohon atau tegakan yang bersangkutan
2

memegang peranan penting dalam menentukan volume pohon atau tegakan yang
bersangkutan. Oleh karena itu pengukuran tinggi pohon sangatlah diharapkan dari
kecermatan dan ketelitiannya. Sebagai komponen untuk menentukan volume
kayu, tinggi pohon dibedakan atas dua macam notasi yaitu tinggi pohon
seluruhnya, yaitu jarak antara titik puncak pohon dengan proyeksinya pada bidang
datar atau horisontal dan tinggi lepas dahan atau lepas cabang atau sampai batas
permulaan tajuk (Abidin, 2014).
Kondisi tegakan di setiap tapak (tempat tumbuh) biasanya digambarkan
oleh diameter batang setinggi dada (dbh) dan tinggi pohon yang merupakan
gambaran penampilan individu pohon. Peninggi merupakan indikator kualitas
tempat tumbuh, jumlah pohon dan luas bidang dasar merupakan penjabaran
dari diameter yang mencerminkan kerapatan tegakan, volume tegakan
mencerminkan massa kayu, dan luas tajuk yang merupakan penjabaran
dari diameter tajuk dapat menggambarkan produksi buah dan semai suatu tegakan.
Segala informasi di atas dapat diperoleh melalui kegiatan inventarisasi yang
biasanya dilaksanakan dengan membuat plot-plot sampel yang diletakkan tersebar
merata pada setiap blok tanaman ataupun tempat tumbuh bila di
hutan alam. (Hardjana, 2013).
Cara penentuan volume, pohon yang paling praktis adalah dengan
menggunakan tabel volume pohon. Tabel volume pohon adalah suatu tabel yang
berisi nilai-nilai dengan volume pohon pada ukuran, penafsiran volume,
penafsiran kulit, dan penafsiran pohon-pohon yang masih berdiri dan tidak lupa
penafsiran tumbuh-tumbuhansekitar serta pengeluaran hasil. Dalam setiap
inventarisasi hutan tertentu dapat diberi pembatasan atau tekanan pada satu atau
beberapa masalah, tergolong pada arah tujuan, tetapi untuk suatu penilaian yang
menyeluruh terhadap suatu areal hutan seperti yang akan dilakukan dengan
pengukuran tinggi pohon. Volume pohon dapat ditentukan dengan menggunakan
beberapa model penduga volume pohon. Salah satu model pnduga yang
digunakan adalah dengan rumus silinder terkoreksi. Setelah diameter, tinggi
pohon merupakan dimensi dasar penting lainnya (Siregar, 2001).

Tujuan
3

Tujuan dari praktikum Inventarisasi Hutan yang berjudul “Tabel Volume”


adalah untuk menyusun tabel volume tegakan lokal sederhana dari hutan Tri
Darma USU.
TINJAUAN PUSTAKA

Inventarisasi hutan dalam arti luas (konseptual) adalah mencari dan


menyajikan data secara keseluruhan atas hutan meliputi; pertumbuhan pepohonan
didalamnya. Arti sempit (operasional) adalah mencari dan menyajikan data
potensi produksi hutan meliputi; luasan, volume kayu - standing stock, growing
stock dan struktur tegakan yang ada didalamnya. Inventarisasi Hutan dilakukan
untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang potensi hutan
serta lingkungannya secara lengkap. Metode Inventarisasi hutan yang sering
dipakai di Indonesia ada tiga, yaitu Continous Strip Sampling (Sampling jalur
sistematik). Sistematik disini diartikan jalur tersebar merata dengan lebar jalur dan
jarak antar jalur yang selalu tetap dari satu jalur ke jalur lainnya. Yang kedua,
Line Plot Sampling (Sampling garis sistematik) dan yang ketiga Uniform
systematic distribution atau sampling seragam dengan sebaran sistematik
(Putranto, 2010).
Inventarisasi hutan dalam upaya pengelolaan hutan secara konvensional
untuk mengetahui kekayaan sumberdaya hutan pada saat tertentu. Hutan yang
didominasi oleh pepohonan selalu mengalami perubahan setiap waktu, sehingga
kekayaan yang dikandung juga selalu berubah. Untuk mendapat data yang
akurat dengan tingkat ketelitian tertentu diperlukan dengan cara yang benar
dan tepat agar menjamin penghematan waktu, biaya dan tenaga. Inilah yang
menjadi pembatas dalam kegiatan inventarisasi tegakan hutan. Untuk penentuan
potensi suatu tegakan hutan didasarkan pada pengukuran dimensi diameter.
Penentuan potensi cara memerlukan waktu yang cukup lama, meskipun telah
menggunakan sample (Karim, 2006).
Sumber daya hutan memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga
kelangsungan hidup manusia. Hutan dapat memberikan hasil kayu, nonkayu,
perlindungan siklus air, penyerapan karbon, pemeliharaan keanekaragaman hayati
dan habitat, serta berfungsi sebagai tujuan rekreasi. Kebijakan pembangunan
4

kehutanan yang bersifat sentralistik (terpusat dan dikelola oleh negara) dianggap
oleh beberapa pihak tidak efektif dalam menjaga kawasan hutan dan hanya
mengeksploitasi hasil hutan tanpa memperhatikan faktor sosial yang
diakibatkannya. Dengan sistem sentralistik tersebut, masyarakat lokal kurang
dilibatkan dalam pengelolaan hutan yang sesungguhnya merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka. Untuk itu, sudah seharusnya jika
masyarakat dijadikan kunci utama dalam pengelolaan hutan, dan diharapkan
masyarakat akan secara aktif mengelola dan mengembangkan potensi lokal secara
optimum (Winata, 2015).
Komponen-komponen utama inventarisasi hutan dan perencanaannya
tergantung pada maksud pekerjaannya, sehingga perlu untuk memberikan batasan
yang jelas dari berbagai tujuan inventarisasi hutan yang akan dikerjakannya.
Tujuan utama inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan data tentang areal
berhutan dan komposisi tegakannya. Kegiatan inventarisasi hutan dapat
dilaksanakan dengan penginderaan jauh, pengamatan langsung di lapangan atau
gabungan keduanya. Dalam inventarisasi hutan diperlukan alat bantu dalam
pelaksanaannya yaitu pengetahuan tentang ilmu ukur kayu. Ilmu ukur kayu adalah
pengetahuan tentang pengukuran dimensi pohon yaitu diameter, tinggi dan
volume kayu berdiri maupun rebah dan pengukuran pertumbuhan kayu (riap) serta
hasil hutan non kayu yang dihasilkan di hutan (Suharian dan Sudiro, 2005).
Pendugaan suatu komunitas pohon dilakukan dengan melakukan
pengukuran pada tinggi pohon dan diameternya dari komunitas pohon yang akan
diukur tersebut. Tinggi pohon dan diameter merupakan dimensi pohon yang
sangat penting dalam pendugaan potensi pohon dan tegakan. Data tinggi dan
diameter bukan hanya diperlukan untuk menghitung nilai luas bidang dasar suatu
tegakan melainkan juga dapat digunakan untuk menentukan volume pohon dan
tegakan, berguna dalam pengaturan penebangan, perkiraan hasil pengolahan kayu
dan dapat digunakan untuk mengetahui struktur suatu tegakan hutan. Pengukuran
tinggi dan diameter pohon dengan menggunakan beberapa alat yang berbeda akan
menghasilkan data yang berbeda juga. Dengan demikian, perbedaan relatif dari
keakuratan data yang diperoleh diantara alat yang berbeda akan terlihat. Sehingga
dapat diketahui pula kelebihan dan kekurangan alat tertentu, dengan mengetahui
5

kekurangan dan kelebihan suatu alat yang akan kita gunakan, maka akan
memungkinkan kita untuk mengurangi kemungkinan kesalahan saat pengukuran
yang dilakukan (Simon, 2007).
Banyak metode penyusunan tabel volume telah dikembangkan, tetapi
penggunaan teknik-teknik regresi dengan model persamaan yang baik sangat
disarankan, karena langsung, relatif sederhana dan menghilangkan subjektifitas.
Penyiapan tabel-tabel volume merupakan prosedur yang mahal, karena
memerlukan pengumpulan data dasar yang ekstensif. Pengukuran-pengukuran
dimensi dari rangkaian pohon-pohon contoh, perhitungan atau penentuan volume
pohon-pohon dan pengembangan persamaan hubungan grafis antara dimensi
pohon dengan volume. Dari segi parameter yang digunakan untuk perhitungan
volume ada tiga macam tabel, yaitu: tabel lokal (local volume tables), tabel
normal (standard atau general volume tables), dan tabel volume kelas bentuk
(form class volume tables) (Sigiro, 2010).
Tabel normal menggunakan dua peubah sebagai pembuka yaitu diameter
setinggi dada (dbh) dan tinggi pohon. Tabel normal dapat disusun untuk satu
individu pohon atau tegakan sebagai kelompok pohon yang saling berinteraksi.
Bahkan tabel normal atau tabel umum ini dapat disusun untuk sekelompok
tegakan yang terdiri atas beberapa jenis. Karena menggunakan diameter dan tinggi
pohon, tabel normal dapat berlaku untuk wilayah yang relatif lebih luas dibanding
dengan tabel lokal. Beberapa informasi penting yang harus dicantumkan dalam
suatu tabel
normal adalah spesies, daerah tempat mengumpulkan sampel pohon/tegakan,
penyusun, unit volume atau sortimen kayu, batas diameter terkecil, jumlah pohon
sampel, metode penyusunan dan kecermatannya. Tabel kelas bentuk mempunyai
tiga pembuka yaitu diameter setinggi dada, tinggi pohon dan bentuk batang. Oleh
karena itu tabel ini menyajikan kecermatan taksiran yang paling tinggi dibanding
tabel lokal maupun tabel normal (Desmayanti, 2002).
Ketentuan umum dalam penyusunan tabel volume pohon adalah tabel
volume pohon harus disusun berdasarkan model pendugaan volume pohon, model
pendugaan volume pohon harus dibentuk secara statistika menggunakan data
pohon contoh dari areal setempat, model pendugaan volume pohon harus dibuat
6

untuk tiap jenis atau kelompok jenis di areal setempat, jenis-jenis yang bisa
dikelompokkan ialah yang bentuk batangnya tidak berbeda menurut pembedaan
secara statistika, jumlah pohon contoh yang digunakan untuk membentuk
model pendugaan volume pohon minimal 50 batang untuk tiap jenis atau
kelompok jenis (Astriyani, 2010).
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Inventarisasi Hutan yang berjudul

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah

Prosedur Praktikum
7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum Inventarisasi Hutan yang berjudul

Pembahasan
Pada pratikum Inventarisasi Hutan yang berjudul
8

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Saran

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya praktikan lebih teliti dalam


mengukur tinggi pohon agar hasil yang didapati lebih akurat, dan sebaiknya
praktikan dapat lebih baik memanfaatkan waktu praktikum agar lebih efisien.
9

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2014. Ketelitian Pengukuran Tinggi Pohon Dengan Menggunakan


Hagameter. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Samarinda.

Asriyani. 2010. Analisis Bentuk Struktur Dan Hubungannya Dengan Riap


Tegakan Tinggal Hutan Alami Produksi. Balai Diklat Kehutanan
Samarinda. Samarinda.

Desmayanti, E. 2002. Pendugaan Dinamika Struktur Tegakan Hutan Alam.


Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu.

Hardjana, A. 2013. Model Hubungan Tinggi Dan Diameter Tajuk Dengan


Diameter Setinggi Dada Pada Tegakan Tengkawang Tungkul Putih
(Shorea Macrophylla (De Vriese) P.S. Ashton) Dan Tungkul Merah
(Shorea Stenoptera Burck.) Di Semboja, Kabupaten Sanggau. Jurnal
Penelitian Dipterokarpa. 7(1):7-18.

Herwiyono, E. 2000. Ilmu Ukur Kayu. IPB Press. Bogor

Karim, A. 2006. Penentuan Hubungan Tinggi Bebas Cabang Dengan Diameter


Pohon Meranti Putih (Shorea Bracteolata Dyer) Di Areal Hph PT. Aya
Yayang Indonesia, Tabalong, Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis
Borneo. 1(18):71-76.

Putranto, Mohammad Arief. 2010. Perancangan Sistem Inventarisasi Hutan


Industri Berbasis Sistem Informasi Geografis: Studi Kasus Kawasan Hutan
Akasia Parung Panjang, KPH Bogor. Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah: Jakarta.

Siahaan, O.P., Siti L., dan Yunus A. 2012. Perbandingan Unit Contoh Lingkaran
dan Tree Sampling dalam Menduga Potensi Tegakan Hutan Tanaman
Rakyat Pinus. Medan: USU Press.

Sigiro, J. 2010. Pengukuran Luas Bidang Dasar Tegakan dan Volume Pohon.
Universitas Andalas.

Simon, A. 2007. Model Inventarisasi Hutan. UGM Press. Yogyakarta.

Siregar, H. 2001. Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelajar. Jakarta.

Suharian dan Sudiro, A. 2005. Dimensi Pohon dan Pendugaan Volume Pohon.
Jurnal Agrifor. 5(1):12-19.

Winata, A. 2015. Potensi Tegakan Sebagai Indikator Tingkat Keberhasilan


Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Perhutani. Universitas Terbuka.
Sukabumi.

Anda mungkin juga menyukai