Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Pembukaan Wilayah Hutan Medan, Desember 2020

PARAMETER PWH (PEMBUATAN TRASE JALAN)

Dosen Penanggungjawab
Dr. Muhdi, S.Hut., M.Si

Disusun Oleh:
Sonia Frisca Stefanny Sibero
181201048
MNH 5

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan laporan Praktikum Pembukaan Wilayah Hutan yang berjudul
“Parameter PWH (Pembuatan Trase Jalan)” ini dengan baik dan tepat waktu.
Laporan Praktikum Pembukaan Wilayah Hutan ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas Praktikum Pembukaan Wilayah Hutan.
Oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak
dosen Dr. Muhdi, S.Hut., M.Si selaku dosen mata kuliah Pembukaan Wilayah
Hutan, yang telah mengajarkan materi dengan baik. Penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih dengan asisten Praktikum Pembukaan Wilayah Hutan yang
telah membantu penulis dalam melaksanakan praktikum yang nanti hasilnya
kemudian akan dituangkan dalam laporan ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi teknik maupun materi. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengaharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan laporan
Praktikum Pembukaan Wilayah Hutan ini. Akhir kata semoga laporan praktikum
Pembukaan Wilayah Hutan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL................................................................................................iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................1
Tujuan.....................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat..................................................................................5
Alat dan Bahan........................................................................................5
Prosedur Praktikum.................................................................................5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil........................................................................................................6
Pembahasan.............................................................................................6
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan..............................................................................................8
Saran........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Parameter PWH (Pembuatan Trase Jalan)..............................................6

iii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hasil hutan seperti kayu dan lain-lain baru akan bermanfaat bila ia dapat
dikeluarkan dari hutan dan dibawa ke lokasi pengolahan atau pemasaran. Untuk
tujuan tersebut, pembukaan wilayah hutan (PWH) yang memadai mutlak
diperlukan agar proses ekstraksi kayu tersebut dapat berjalan dengan baik. Selain
itu PWH merupakan persyaratan utama salam pengelolaan hutan seperti
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan hutan serta peningkatan
fungsi social dan ekonomi daripada hutan. Secara rinci multi PWH dalam
memperlancar berbagai kegiatan seperti penataan hutan, pengangkutan pekerjaan,
peralatan dan keperluan kegiatan kehutanan lainnya, kegiatan penanaman,
pemeliharaan, penjarangan dan pemanenan akhir, pengangkutan kayu hasil
penjarangan dan pemanenan akhir, pengawasan yang intensif dan perlindungan
hutan dari kebakaran, serangan hama dan penyakit hutan. Belakangan ini fungsi
PWH tersebut sudah meningkat sampai ke pengembangan (Tinambunan, 2012).
Pembukaan wilayah hutan (PWH) merupakan kegiatan kehutanan yang
dilakukan untuk melancarkan kegiatan pengelolaan hutan dengan memfasilitasi
sarana dan prasarana atau infrastruktur. Prasarana yang disediakan berupa jaringan
jalan, log pond, log yard, basecamp induk, basecamp cabang, basecamp
pembinaan hutan, tempat penimbunan kayu (TPK), tempat pengumpulan kayu
(TPN), jembatan dan gorong-gorong, menara pengawas dan lain-lain. Prasarana
yang dibangun harus bersifat permanen untuk menuju pengelolaan hutan yang
lestari. PWH yang masuk dalam kategori baik adalah PWH yang dapat melayani
semua bagian hutan secara merata dalam jangka panjang. Selain itu juga yang
memiliki keterbukaan hutan yang rendah. Kegiatan perencanaan, penataan hutan,
PWH dan sistem pemanenan kayu secara terpadu akan dapat mencapai efisiensi
pengelolaan hutan dan dapat meminimalkan kerusakan lingkungan. Perencanaan
PWH merupakan kegiatan yang harus mampu mendesain, merancang serta
merencanakan PWH dengan baik, mulai dari penentuan wilayah yang baik untuk
digunakan dalam pembangunan sarana dan prasana PWH, pembuatan trase jalan
hingga melakukan pemilihan alternatif rencana jalan (Santi, 2015).

1
2

Dalam PWH, pembuatan jalan utama dan jalan cabang, dan jalan ranting
sangat diharapkan sudah diselesaikan sebelum penebangan atau penanaman
dimulai. Dalam Pedoman TPTI pembuatan jalan harus selesai satu tahun sebelum
penebangan. Untuk pembukaan wilayah dalam rangka penanaman, disarankan 3
bulan sebelum pembukaan lahan, jalan angkutan harus sudah selesai dibuat Jalan
hutan adalah jalan angkutan yang diperlukan untuk mengangkut hasil hutan
ketempat pengumpulan hasil hutan (TPk/TPn) atau ketempat pengelolaan hasil
hutan. Jalan induk adalah jalan yang dapat dipergunakan selama 5-20 tahun secara
terus menerus. Jalan cabang adalah jalan hutan yang dapat diperguanakan untuk
kegiatan pengusahaan hutan selam 1-5 tahun secara terus menerus. Jalan sarad
adalah jalan hutan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan penyaradan kayu bulat
(log) selama 1 tahun terus menerus (Elias, 2012).
Trase jalan adalah salah satu persyaratan yang diperlukan dalam
perencanaan geometrik jalan, karena dengan menetapkan satu lokasi trase jalan
dari beberapa alternatif trase jalan yang di survey, akan diperoleh trase jalan yang
memenuhi persyaratan teknis dan menguntungkan bagi pengguna jalan serta
masyarakat disekitar trase jalan yang akan direncanakan. Dalam perencanan trase
jalan perlu dihindari daerah patahan, kondisi karakteristik tanah yang lunak
(exvansive soil), kondisi permukaan air tanah yang tinggi, serta faktor iklim. Jika
dalam penentuan trase jalan ditemukan kondisi tersebut diatas sebaiknya lokasi
trase jalan dialihkan ketempat lain. Perencanaan jaringan jalan dilakukan untuk
memperlancar kegiatan pemanenan hasil hutan. Pendekatan perencanaan jaringan
jalan baru dikembangkan secara intensif untuk kegiatanpemanenan kayu. Jaringan
jalan dengan kualitas yang baik akan mengurangi biaya produksi, sehingga
pengangkutan dapat dilakukan dengan lebih lancar dan kontinyu, serta
meningkatkan efisiensi output hasil hutan, dan meminimalkan kerusakan hutan.
Hal ini diperlukan karena hutan memiliki peran penting bagi kehidupan manusia
sekarang dan yang akan dating (Hanadar, 2013).

Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Pembukaan Wilayah Hutan yang berjudul
“Parameter PWH (Pembuatan Trase Jalan)” adalah praktikan mampu memahami
proses pembuatan trase jalan.

2
3

TINJAUAN PUSTAKA

Pembukaan wilayah hutan (PWH) adlah kegiatan menyediakan prasarana


untuk melancarkan kegiatan pembinaan hutan, perlindungan hutan, dan kegiatan
produksi hutan dengan cara membuat jaringan jalan (jalan utama, jalan cabang,
jalan ranting dan jalan sarad), TPn dan TPK. Pemanenan hutan dapat berjalan
dengan baik. Jika perencanaan PWH direncanakan seesuai dengan kondisi atau
karakteristik areal hutan PWH yang baik adalah PWH yang mempunyai
keterbukaan hutan yang rendah dan dapat mengankut hasil hutan secara maksimal.
PWH sebelum Pebngelolaan Hutan Alam Produksi Lestari (PHAPL) adalah PWH
yang dapat mengangkut produsi hutan secara menyeluruh tapi keterbukaan
areaalnya sangat tinggi (Istiqomah, 2011).
Jalan yaitu fasilitas umum yang sengaja dibuat untuk memperlancar
kegiatan masyarakat baik pejalan kaki maupun pengguna kendaraan beroda untuk
melakukan aktifitas sehari-hari. Jalan juga menjadi penopang untuk meningkatkan
perkembangan ekonomi suatu daerah. Kondisi jalan yang bagus dapat
memperlancar arus kegiatan perekonomian, sebaliknya jalan yang rusak akan
menghambat kegiatan perekonomian masyarakat. Perkerasan jalan yaitu
campuran atau gabungan antara berbagai macam agregat dengan bahan-bahan
pengikat dimana campuran ini berfungsi untuk menahan beban lalu lintas. Adapun
bahan ikat yang sering digunakan di Indonesia seperti aspal, semen dan tanah liat.
Agregat yang digunakan dalam campuran perkerasan jalan seperti batu pecah
maupun batu kali (Setiadi, 2019).
Penentuan trase jalan yang telah dipilih setelah mempertimbangkan
seluruh aspek yang dijelaskan di depan yaitu topografi, geologi, geoteknik,
hidrologi dan pengelolaan/mitigasi dampak lingkungan, kemudian dituangkan ke
dalam gambar rencana alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal. Meskipun
masih kasar, sebaiknya penetapan rencana alinyemen horizontal dan alinyemen
vertikal meskipun di dalam konteks ”baru meyiapkan trase jalan”, mengikuti
standar geometrik yang berlaku agar nantinya tidak menyulitkan proses
pembuatan trase jalan final. Trase jalan yang dipilih digambarkan ke dalam
standar lembar kerja yang cakupannya adalah plan dan profile saja. Identifikasi

3
4

trase di lapangan dilakukan berdasarkan gambar rencana trase yang telah


ditetapkan pada butir a, b, c, dan d di atas (Haris, 2014).
Pembukaan jalan hutan hendaknya ditinjau dari segi ekonomi dalam
hubungannya dengan kesulitan tentang kelerengan dan temporarinya penggunaan
jalan ini. Utamnya, di luar persoalan, dapat diberikan pelindung pada jalan ini
dengan penutupan oleh aspal atausemen yang sudah pasti memerlukan biaya
sangat besar. Perencanaan pembuatan jalan hutan tidak sama metodenya dengan
pembuatan jalan umum yang terkadang memakai metode yang memerlukan
biayasangat tinggi, tetapi juga tidak sama sekalimengesampingkan metode itu.
Jalan hutan memerlukan keahlian khusus dan pengetahuan yang masuk dari
daerah yang bersangkutan dari seorang rimbawan. Keberhasilan suatu eksploitasi
sangat terganutng kepada biaya pembangunan jalan hutan dan banyaknya jaringan
jalan untuk melayani angkutan log (Simbolon, 2014).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang
Jalan menyatakan jalan umum di Indonesia dibagi berdasarkan sistem jaringan
jalan, fungsi jalan, status jalan, dan kelas jalan. Jalan berdasarkan fungsi terdiri
atas jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan; sementara jalan berdasarkan
status terbagi atas jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota dan
jalan desa. Sedangkan berdasarkan kelas jalan terbagi atas jalan bebas hambatan,
jalan raya, jalan sedang dan jalan kecil. Pembagian klasifikasi jalan di Indonesia
menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 dan PP
Republik Indonesia No.34 Tahun 2006 (Pandey dan Lalamentik, 2014).
Dalam pengoperasiannya jalan dapat diklasifikasikan menurut sistem
jaringan, peranan, dan wewenang pembinaan. Berdasarkan sistem jaringan jalan
dikelompokkan menjadi sistem ja- ringan primer dan sekunder. Berdasarkan peran
jalan dikelompokkan menjadi jalan, arteri, kolekttor, lokal, desa, dan husus.
Berdasarkan wewenang pembinaan jalan dikelompokkan atas jalan,
negara/nasional, provinsi, kabupaten, kota, desa, dan jalan khusus. Wewenang
yang dimaksud dalam konteks ini adalah wewenang kegiatan pembinaan jalan dan
kegiatan pengadaan. Kegiatan pembinaan jalan meliputi, penyusunan rencana
umum jangka panjang (Almufid, 2016).

4
5

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Pembukaan Wilayah Hutan yang berjudul “Parameter PWH
(Pembuatan Trase Jalan)” ini dilaksanakan pada hari Jumat, 27 November 2020
pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai. Praktikum Pembukaan Wilayah Hutan
dilaksanakan secara daring.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah meteran, dan tali
sepanjang 20 m untuk mengukur panjang jalan.
Adapun bahan yang digunakan adalah alat tulis menulis dan kamera untuk
dokumentasi.

Prosedur Praktikum
1. Dipetakan bangunan-bangunan PWH di materi 1 dan jaringan jalan (materi 2)
ke atas kertas dengan skal tertentu.
2. Dibuat sketsa jaringan jalan dan banguan-bangunan penting PWH (titik-titik
penting) dan jaringan jalan ke atas kertas.
3. Kemudian menguraikan dan memberikan data secara tepat, masing-masing
panjang jalan antara 1 titik ke titik yang lain (panjang jalan dari bangunan
jalan yang satu dengan bangunan jalan yang lain).
4. Dibuat tabel panjang jalan masing-masing seksinya termasuk spesifikasi
jalannya.
5. Dibuat laporan

Contoh tabel
Tabel contoh
No Seksi Panjang Lebar Badan Kelas Fungsi Jari-jari Deskripsi
(m) Jalan Jalan Jalan belokan
1 Satu
2 Dua
3 Tiga

5
6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum Pembukaan Wilayah Hutan yang
berjudul “Parameter PWH (Pembuatan Trase Jalan)” ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Parameter PWH (Pembuatan Trase Jalan)
No Seksi Panjang Lebar Badan Kelas Fungsi Jalan Jari-jari Deskripsi
(m) Jalan Jalan belokan
1 Satu 700 m 4m III Jalan Kolektor 4,5 m Rumah saya terdapat di jalan
ini. Jarak rumah saya ke jari-
jari belokan yaitu 200 m dan
disitu terdapat Gereja
GBKP. Jarak rumah saya ke
gereja GBKP yaitu 215 m
dengan lebar bahu jalan 0,5
m. Walaupun status jalan ini
adalah jalan provinsi tetapi
perhatian pemerintah
provinsi masih kurang
karena sudah sekitar 25
tahun tidak adanya
perbaikan lapisan jalan.
Lapisan pengerasan jalan ini
hanya pasir dan kerikil.
Terdapat saluran drainase
dan talud.
2 Dua 545 m 4m II Jalan kolektor a. 4,5 m Jarak dari gereja GBKP ke
b. 4,5 m bangunan SD yaitu 545 m.
lapisan perkerasan jalan ini
yaitu aspal. Saluran drainase
mulai dari gereja GBK
hingga SD sepanjang 450 m
dengan lebar bahu jalan 1 m.
Tebal lapisan pengerasan
jalan ini yaitu 0,1 m atau 10
cm. Satu jembatan dengan
panjang 6 m dan memiliki
talud terdapat di jalan ini.
3 Tiga 350 4m II Jalan kolektor 4,5 m Jarak dari SD ke kantor Pos
Polisi yaitu 80 m dan
terdapat saluran drainase.
Tebal lapisan pengerasan
jalan ini yaitu 0,1 m atau 10
cm dengan lebar bahu jalan
1 m. Di jalan ini terdapat 2
jembatan dan talud.

Pembahasan
Dari tabel diatas dapat kita lihat pada seksi I, badan jalan yang lapisan
pengerasannya menggunakan pasir dan kerik dengan lebar 4 m, lebar bahu jalan

6
7

0,5 m dan panjang jalan 700 m. Pada seksi ini terdapat rumah saya dan gereja
GBKP dengan jarak 200 m. Di samping kanan terdapat parit irigasi dengan lebar
sekitar 6 m dan kiri bahu jalan terdapat saluran drainase yang mengunakan semen.
Drainase tersebut memiliki panjang 700 m seperti panjang badan jalan dan bahu
jalan. Bahu jalan yang terletak di samping badan jalan memiliki lebar 1,5 m. Di
samping kanan terdapat talud dengan tinggi sekitar 3 m dan kiri bahu jalan
terdapat saluran drainase yang mengunakan semen. Jalan ini memiliki jari-jari
belokan 4,5 m.
Seksi II mulai dari gereja GBKP hingga bangunan Sekolah Dasar. Jarak
dari Gereja GBKP hingga SD yaitu 545 m. Di samping kanan dan kiri bahu jalan
terdapat saluran drainase yang mengunakan semen. Jembatan dan talud dengan
lebar 6 m juga terdapat di jalan ini. Jari-jari belokan jalan ini yaitu 4,5 m.
Seksi III mulai dari Sekolah Dasar. Bangunan yang ada di jalan ini adalah
SD dan Kantor Pos Polisi. Jarak dari SD ke Kantorr Pos Polisi yaitu 80 m. badan
jalan ini memiliki lebar 4 m dan panjang 350 m. Di jalan ini terdapat 2 jembata
dan terdapat talud. Total jarak yang didapat dari rumah saya hingga Kantor Pos
Polisi adalah 825 m.
Jalan ini berdasarkan statusnya termasuk jalan Provinsi dan Kabupaten.
Terdapat beberapa status dan fungsi jalan yang ada di Indonesia. Hal ini sesuai
dengan literatur Pandey dan Lalamentik (2014) yang menyatakan bahwa jalan
berdasarkan fungsi terdiri atas jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan;
sementara jalan berdasarkan status terbagi atas jalan nasional, jalan provinsi, jalan
kabupaten, jalan kota dan jalan desa. Sedangkan berdasarkan kelas jalan terbagi
atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang dan jalan kecil. Pembagian
klasifikasi jalan di Indonesia menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 38
Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.34 Tahun 2006.
Aspal digunakan untuk lapisan atas pada jalan seksi II dan III. Ada
beberapa perkerasan pada jalan. Hal ini sesuai dengan literatur Prapto dkk (2012).
Lapisan ini terletak paling atas di sebut lapisan permukaan, dan berfungsi sebagai
lapisan perkerasan penahan roda selama masa pelayanan. Lapisan ini merupakan
lapisan kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap
kelapisan di bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut

7
8

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Trase jalan adalah salah satu persyaratan yang diperlukan dalam perencanaan
geometrik jalan, karena dengan menetapkan satu lokasi trase jalan dari
beberapa alternatif trase jalan yang di survey, akan diperoleh trase jalan yang
memenuhi persyaratan teknis dan menguntungkan bagi pengguna jalan serta
masyarakat disekitar trase jalan yang akan direncanakan.
2. Jalan yaitu fasilitas umum yang sengaja dibuat untuk memperlancar kegiatan
masyarakat baik pejalan kaki maupun pengguna kendaraan beroda untuk
melakukan aktifitas sehari-hari.
3. Badan jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, trotoar,
dan bahu jalan, serta talud/lereng badan jalan yang merupakan satu kesatuan
untuk mendukung beban lalu lintas yang lewat diatas permukaan jalan.
4. Bangunan umum yagng terdapat di jalan seksi I, II dan III adalah gereja
GBKP, Sekolah Dasar dan Kantor Pos Polisi.
5. Bagian-bagian jalan yang ada yaitu badan jalan, bahu jalan, jembatan, drainase
dan talud.

Saran
Sebaiknya mahasiswa lebih banyak membaca literatur mengenai trase
jalan dengan jelas ketika asisten menerangkan.

8
9

DAFTAR PUSTAKA

Almufid. 2016. Perencanaan Geometerik Jalan Agar Mencapai Kenyamanan dan


Keamanan Bagi Penggunaan Jalan Sesuai Undang-Undang No.38 tahun
2012 Tentang Jalan. Jurnal Dinamika UMT, 1 (2): 34-45.

Elias. 2012. Pembukaan Wilayah Hutan. Edisi II. Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Hanadar A. 2013. Luas Kerusakan pada Areal Jalan Sarad IUPHHK-HA PT.
Manokwari Mandiri Lestari Kabupaten Teluk Bintuni. Skripsi. Fakultas
Kehutanan Universitas Negeri Papua. Manokwari.

Haris S. 2014. Perhitungan Lintas Ekuivalen Kendaraan Berbasis Kelas Jalan.


Jurnal Isu ateknologi STT Mandala. 7 (1): 38-49.

Istiqomah M. 2011. Kualitas Pembukaan Wilayah Hutan pada Pengelolaan Hutan


Alam Produksi Lestari di PT. Inhutani I Unit Manajemen Hutan Sambarata,
Berau, Kalimantan Timur. Skripsi. IPB. Bogor.

Pandey SV, Lalamentik L. 2014. Kelas Jalan Daerah Untuk Angkutan Barang.
Jurnal Tekno Sipil, 12 (6): 27-37.

Santi N. 2015. Pemilihan Alternatif Pembuatan Jalan dalam Kegiatan Pemanenan


Hutan. Jurnal Hutan Lestari, 5 (2): 25-31.

Setiadi Y. 2019. Analisis Kerusakan Struktur Perkerasan Jalan Dengan Metode


Pavement Condition Index (PCI). Skripsi. Universitas Internasional Batam.
Batam.

Simbolon M. 2014. Pembukaan Wilayah Hutan Perencanaan Pembutan Jalan


Hutan. Universitas Palangkaraya. Kalimantan Tengah.

Tinambunan D. 2012. Intensitas Pebukaan Wilayah Hutan dan Ekstraksi Kayu


dalam Pengusahaan Hutan Alam di Luar Jawa. Forest Product Research
Journal, 9 (6): 251-256.

9
10

LAMPIRAN

Gambar 1. Sketsa trase jalan

10
11

Gambar 2. Badan jalan seksi I Gambar 3. Badan jalan seksi II dan III

Gambar 4. Jembatan 1 Gambar 5. Jembatan 2

Gambar 6. Jembatan 3 Gambar 7. Talud jembatan 1

11
12

Gambar 7. Talud jembatan 2 Gambar 8. Drainase jalan seksi I.

Gambar 9. Parit irigasi Gambar 10. Drainase kanan jalan


seksi II dan III.

Gambar 11. Drainase kiri Gambar 12. Rumah saya

12
13

Gambar 13. Gereja GBKP Gambar 14. SD

Gambar 15. Kantor Pos Polisi Gambar 16. Mengukur jalan seksi I

Gambar 17. Mengukur ke gereja Gambar 18. Mengukur ke SD

13
14

Gambar 19. Mengukur ke Kantor Gambar 20. Mengukur panjang jalan


Pos Polisi

Gambar 21. Megukur tebal pengerasan Gambar 22. Jari-jari belokan

14

Anda mungkin juga menyukai