Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PEMANENAN HASIL HUTAN

ACARA I
PERALATAN DAN METODE UNTUK MENENTUKAN
PANJANG JALAN, LUAS AREAL, DAN KELERENGAN
KAWASAN HUTAN

Oleh:
Nama : Agus Pamungkas
NIM : 20/464035/SV/18354
Kelompok :3
Co.Ass : Siti Aminah

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PENGELOLAAN HUTAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
ACARA I
PERALATAN DAN METODE UNTUK MENENTUKAN PANJANG
JALAN, LUAS AREAL, DAN KELERENGAN KAWASAN HUTAN

I. TUJUAN
1. Mempelajari cara-cara penggunaan alat ukur panjang jalan dengan
curvimeter.
2. Dapat menggunakan curvimeter dengan benar
3. Dapat mengetahui metode pengukuran kelerengan
4. Mampu menghitung kelerengan suatu areal hutan
5. Memperkenalkan alat-alat ukur yang lazim digunakan
6. Dapat mengetahui metode dan jenis pengukuran luas
7. Dapat menghitung luas areal dengan berbagai metode

II. DASAR TEORI


Penyediaan prasarana atau infrastruktur pada perencanaan pemanenan
meliputi: pembuatan jaringan jalan hutan, base camp induk, base camp
cabang, Tempat Penumpukan Kayu Sementara (TPn), Tempat Penimbunan
Kayu (TPK), log pond, jembatan, gorong-gorong dan lain sebagainya. Salah
satu prasarana PWH yang dibangun setiap tahun yang dimasukan dalam
Rencana Kerja Tahunan (RKT) IUPHHK-HA (Ijin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu Hutan-Alam) adalah pembuatan jaringan jalan hutan.
jaringan jalan hutan merupakan kumpulan sekmen-sekmen jalan hutan yang
saling terhubung sehingga membentuk suatu jaringan jalan terpadu.
Sekmen-sekmen jalan hutan tersebut dapat berupa jalan lurus, belokan jalan
dan prasarana PWH lainnya seperti: TPn, TPK antara, TPK akhir, base camp
dan log pond. Pembangunan jaringan jalan hutan memiliki peran yang
sangat penting dalam mendukung pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan.
Jalan hutan merupakan sarana penunjang dalam kegiatan pengelolaan hutan
baik dari kegiatan pemanenan hasil hutan sampai dengan kegiatan
pemeliharaan dan keamanan hutan. Dengan adanya jaringan jalan hutan
maka kegiatan pengelolaan hutan dapat berjalan dengan lancar karena
adanya akses keluar masuk kawasan hutan sehingga dapat mepermudah
kegiatan pengelolaan hutan lestari (Firmansyah, 2016). Umumnya jaringan
jalan hutan yang efisien diklasifikasikan menjadi 4 jenis jalan yaitu: jalan
utama, jalan cabang, jalan ranting dan jalan sarad. Sedangkan berdasarkan
fungsi dan standar teknis jalan hutan diklasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu:
jalan koridor, jalan utama, jalan cabang, jalan ranting dan jalan sarad (Ajun
Junaedi et al., 2021). Alat yang digunakan untuk mengukur jalan hutan pada
peta menggunakan curvimeter. Curvimeter adalah alat yang digunakan
untuk mengukur panjang garis melengkung pada peta untuk mengetahui
jarak yang sebenernya sesuai skala peta (Roy et al., 2014).
Peta topografi menampilkan gambaran permukaan bumi yang dapat
diidentifikasi, berupa obyek alami maupun buatan. Peta topografi
menyajikan obyek-obyek dipermukaan bumi dengan ketinggian yang
dihitung dari permukaan air laut dan digambarkan dalam bentuk garis-garis
kontur, dengan setiap satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta
topografi memiliki dua unsur utama yaitu ukuran planimetrik (ukuran
permukaan bidang datar) dan ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi).
Ukuran planimetrik pada peta topografi digambarkan dengan koordinat X
dan Y, sedangkan ukuran relief digambarkan dalam koordinat Z. Elevasi
pada peta topografi ditampilkan dalam bentuk garis-garis kontur yang
menghubungkan titik-titik di permukaan bumi yang memiliki ketinggian
yang sama (Iqbal et al., 2019)
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang
paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Kemiringan lereng
dinyatakan dalam derajat atau persen. Kecuraman lereng 100 persen sama
dengan kecuraman 45 derajat. Selain memperbesar jumlah aliran
permukaan, makin curam lereng juga memperbesar kecepatan aliran
permukaan, dengan demikian memperbesar energi angkut air. Selain itu
dengan makin miringnya lereng, maka butir-butir tanah yang terpecik
kebawah oleh tumbukan butir hujan semakin banyak. Dengan demikian jika
lereng permukaan tanah lebih curam maka kemungkinan erosi akan lebih
besar persatuan luas. Kemiringan lereng adalah perbandingan antara beda
tinggi (jarak vertikal) suatu lahan dengan jarak mendatarnya. Besar
kemiringan lereng dapat dinyatakan dengan beberapa satuan, diantaranya
adalah dengan % (persen) dan o (derajat) (Yanuarius et al., 2019).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini, meliputi :
1. Peta Bagian Hutan Getas, KPH Ngawi
2. Peta Topografi
3. Curvimeter
4. Mistar atau penggaris
5. Benang
6. Alat tulis
7. Kalkulator
8. Millimeter block
9. Lem

IV. CARA KERJA

Menyiapkan Peta bagian hutan getas dan Peta topografi

Menjiplak salah satu petak pada peta menggunakan kertas kalkir


sesuai dengan ketentuan

Mengukur panjang jalan pada petak yang sudah dijiplak


menggunakan curvimeter dan benang

Mengukur luas petak yang sudah dijiplak menggunakan metode


grafis (transek dan kisi) serta metode dot grid

Membuat kisi pada peta topografi berukuran 2 cm x 2 cm

Membuat garis 1 cm yang memotong pada garis kontur pada setiap


kisi

Menghitung kelerengan pada setiap kisi


Diskripsi
Pada praktikum pemanenan hasil hutan acara ke 1 ini mempelajari
tentang peralatan dan metode untuk menentukan panjang jalan, luas areal,
dan kelerengan kawasan hutan. Terdapat beberapa langkah dalam
pengerjaan praktikum acara 1 pengukuran kemiringan lereng dan
perhitungan luas jalan. Untuk perhitungan luas petak dapat dengan
(𝐴 .∑ 𝑡)
menggunakan beberapa metode transek dengan rumus L= . 𝑀𝑆𝑅 2 ,
𝑇

A= p . l, T= n . p, metode kisi dengan rumus 𝐿 = [∑ 𝑓. %]. 𝑙 . 𝑀𝑆𝑅 2 dan dot


∑𝑑𝑜𝑡 𝑔𝑟𝑖𝑑
grid dengan rumus L= . 𝑙 . 𝑀𝑆𝑅 2 . Langkah pengerjaannya
4

meliputi Mengamati peta yang diberikan, mulai dari skala peta sampai
dengan legenda peta. kemudian menjiplak peta pada kertas kalkir sesuai
dengan petunjuk asisten. Pada penggunaan curvimeter langkah pertama
yang dilakukan adalah mengganti skala pada menu scale sesuai dengan
skala peta, setelah itu pindahkan menu ke distance dan ganti menjadi
kilometer selanjutnya untuk mengukur jalan pada peta letakan alat secara
tepat tegak lurus (Vertikal) pada peta dan ikuti rute atau jalan yang ingin di
ukur. Baca jarak pada dial alat (Lingkaran bertanda dan berskala Angka ini
sudah merupakan jarak lapangan. Putaran dari alat ditunjukan pada counter
(angka pada counter mulai 0 s/d 3). Jadi jika angka counter menunjukan
angka 2 berarti alat tersebut telah berputar 2 kali. Kemudian menghitung
panjang jalan dengan menggunakan benang dengan cara menyamakan
panjang benang dengan panjang jalan pada petak setelah itu ukur panjang
benang dengan pengaris. Lalu menghitung panjang jalan yang sebenarnya
dengan rumus Panjang jalan sebenarnya dikali skala peta. Penghitungan
kemiringan lereng dapat diawali dengan membuat kisi ukuran 2 cm x 2 cm
pada peta topografi. lalu menghitung HE lapangan dengan rumus (HE Peta
x Skala)/ 100. Kemudian menghitung jumlah kontur pada setiap kisi dengan
cara membuat garis 1 cm dengan memotong garis kontur yang paling landai
lalu menghitung VI lapangan dengan rumus Jumlah kontur x VI Peta.
Selanjutnya menghitung gradien (100 %) dengan rumus (VI lapangan/HE
lapangan) x 100% lalu menghitung gradien (ᵒ) dengan rumus tan α x gradien
% x 180/π.
He Lapangan (m) {(He Gradien (%)
Kisi He Peta (cm) VI di Peta (m) Jumlah Kontur VI (m) {Jumlah Kontur x VI Peta} Gradien (⸰)
peta x Skala)/100} {(VI/HE)*100%}
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Ajun Junaedi, I Nyoman Surasana, Moh Rizal, Santa Tri Dwi Sartika Waruwu.
2021. Karakteristik Jaringan Jalan Dan Keterbukaan Tanah Hutan Akibat
Kegiatan Pembukaan Wilayah Hutan (Studi Kasus Di Iuphhk-Ha Pt Sindo
Lumber Kalimantan Tengah). Jurnal Hutan Tropika Vol. 16 No. 2 Hal. 196-
204 e-ISSN: 2656-9736 / p-ISSN: 1693-7643

Firmansyah Arif M W N. 2016. Road Network Characteristic And Forest Road


Standard In IUPHHK-HA PT. Adimitra Lestari North Borneo. Gadjah
Mada Univercity, Yogyakarta.

Iqbal Yukha Nur Afani, Bambang Darmo Yuwono, Nurhadi Bashit. 2019.
Optimalisasi Pembuatan Peta Kontur Skala Besar Menggunakan Kombinasi
Data Pengukuran Terestris Dan Foto Udara Format Kecil. Jurnal Geodesi
UNDIP Vol. 8 No. 1 (2019), (ISSN : 2337-845X)

Roy A, Roy S, Chatterjee D. 2014. A Simple Electronic Curvy Length


Measurement System: Application to Geography. World Academy of
Science, Engineering and Technology International Journal of Geomatics
and Civil Engineering, Vol:8, No:4.

Sona Suhartana & Yuniawati. 2017. Analisis Kebutuhan Peralatan Pemanenan


Kayu: Studi Kasus Di Pt. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan Vol. 35 No. 2, Hal: 145-153. DOI:
http://doi.org/10.20886/jphh.2017.35.2.145-153

Yanuarius Yumai, Sonny Tilaar, dan Vicky H. Makarau. 2019. Kajian Pemanfaatan
Lahan Permukiman Di Kawasan Perbukitan Kota Manado. Jurnal Spasial
Vol 6. No. 3, ISSN 2442-3262.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai