ACARA VII
PENENTUAN KELAS HUTAN
Oleh :
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menetapkan kelas hutan suatu petak/anak petak dan dapat
mengisikannya pada blangko Register Risalah Hutan (PK 2).
2. Mahasiswa dapat menghayati perbedaan kelas hutan satu dengan lainnya dengan
mengamati keadaan, ciri, dan ukuran pada masing-masing kelas hutan.
2. Ms. Excel
4. Blangko PK 2
IV. CARA KERJA
Mengisi blangko
Mengisi nilai PK 2
Menentukan besar
peninggi, derajat luas (Ha)
kesempurnaan, dkn berdasarkan jumlah
dan dkd 2 dari rata - petak ukur yang
rata yang didapat digabungkan
pada PK 1,5
digabungkan
berdasarkan anak
petak yang
ditentukan Mengisi bentuk
Menentukan kelas hutan
lapangan, risalah
berdasarkan umur dan
tanah,
KBD
risalah tegakan dan
risalah tumbuhan
bawah sesuai dengan
PK 1
DESKRIPSI
Dalam acara ketujuh ini dimulai dengan menyimak dan memahami
penjelasan instruktur mengenai cara menentukan kelas hutan. Kelas hutan ini
ditentukan dari data PK 1 dan PK 1,5 yang didapatkan melalui perhitungan
pada acara keenam. Langkah pertama yaitu menetapkan anak petak
berdasarkan persyaratan. Ada 3 persyaratan yaitu luasan harus 4 Ha, bonita
harus ada selisih 1 angka, dan KBD harus diatas 0,3. Jika syarat tersebut
terpenuhi maka petak ukur dapat dipisah menjadi 1 anak petak. Kalau tidak
memenehui maka petak ukur (PU) digabung dengan petak ukur yang lainnya
untuk menjadi 1 anak petak. Setelah ditentukan anak petak maka selanjutnya
mengisi blanko PK 2. Untuk kolom luas didapatkan dari total luas petak ukur
yang menjadi anak petak. Untuk luasan petak ukur 0,02 atau 0,04 Ha itu
sudah mewakili luasan 4 Ha. Sehingga apabila didapatkan anak petak dari 2
petak ukur yang digabung maka nilai luas menjadi 8 Ha, begitupula
seterusnya tergantung dengan jumlah petak ukur yang digabungkan.
Selanjutnya data peninggi, derajat kesempurnaan, dkn dan dkd2 dari rata-rata
yang didapat pada PK 1,5 berdasarkan jumlah anak petak yang ditentukan.
Untuk derajat kesempurnaan didapatkan dari nilai KBD. Informasi lain
seperti bonita, umur dan tanggal risalah diisi sesuai dengan PK 1 dan PK 1,5.
Selanjutnya adalah penentuan kelas hutan. Kelas hutan ditentukan
berdasarkan umur dan KBD atau nilai derajat kesempurnaan pada blanko PK
2 yang merupakan rata-rata dari nilai KBD. Penetuan kelas hutan ini
menggunakan bantuan grafik 114. Selanjutnya data tahun tanam rata-rata,
jenis tegakan, tanaman sela, bentuk lapangan, risalah tanah, risalah tegakan
dan risalah tumbuhan bawah diisi sesuai dengan PK
V. HASIL DATA PENGAMATAN
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum Inventarisasi Hutan acara ke 7 ini membahas tentang
penentuan kelas hutan. Kelas hutan adalah penggolongan kawasan hutan ke dalam
kelas-kelas berdasarkan kondisi kawasan, kesesuaian lahan, keadaan lingkungan
(biofisik dan sosial ekonomi) serta keadaan vegetasi (Perum Perhutani, 1992). Kelas
hutan yang digunakan untuk mengetahui normalitas tegakan adalah kelas umur (KU)
sesuai dengan terminologi Perum Perhutani yaitu pembagian kelas hutan yang
didasarkan pada umur dan kerapatan bidang dasar (KBD) tegakan. KBD merupakan
perbandingan luas bidang dasar tegakan di lapangan dengan luas bidang dasar dalam
tabel hasil normal (dalam hal ini Tabel WvW). KU I adalah tegakan yang berumur 1-
10 tahun dengan KBD > 0,6; KU II adalah tegakan berumur 11-20 tahun dengan KBD
> 0,6; dan seterusnya (Departemen Pertanian, 1974). Kemudian dalam melakukan
penentuan kelas hutan, perlu dilakukan pembagian anak petak terlebih dahulu. Anak
petak tersebut ditentukan berdasarkan beberapa kriteria, seperti luasnya minimal 4
hektar, selisih Kerapatan Bidang Dasar (KBD) antar anak petak lebih besar dari 0,3,
serta nilai bonita antar anak petak berbeda 1 angka bulat atau lebih. Untuk
mempermudah penyusunan data, maka dibuatlah Blanko PK 2 yang merupakan
Register Risalah Hutan yang memuat informasi-informasi dari kedua PK sebelumnya,
yaitu PK 1 yang berupa Risalah Lapangan dan PK 1,5 yang berupa Derajat
Kesempurnaan Tegakan dan Kerapatan Bidang Dasar. Berdasarkan Surat Keputusan
Direktur Jenderal Kehutanan No. 143/Kpts/Dj/I/1974, skema kelas hutan di Perum
Perhutani dibagi berdasarkan tujuan pengusahaannya, yaitu menjadi kawasan hutan
produksi dan kawasan bukan untuk produksi. Dimana tujuan pemisahan ini adalah
untuk mempermudah pengaturan pelestarian hutan. Kelas perusahaan yang produktif
ada KU, MT, dan MR. Sedangkan kelas perusahaan yang tidak produktif terdapat
pembagian yaitu LTJL, TK, dan TJBK.
Pengamatan risalah hutan dan penetapan kelas hutan seperti pada PK 1 dan 1,5
dilakukan di bagian daerah KPH Yogyakarta, (BDH) Paliyan, resort pemangkuan hutan
(RPH) Giring, petak 144, luas petak 90,88 Ha, dan diinventarisasi pada bulan Maret
2021. Inventarisasi dilakukan di tiga anak petak, yaitu anak petak A dengan luas 10,88
Ha, anak petak B dengan luas 3,28 Ha, dan anak petak C dengan luas 76,72 Ha. Jenis
tanaman yang di tanam di BDH Paliyan, yaitu jati yang ditanam pada tahun 2007,
sehingga didapatkan umur pohon 14 tahun sampai dengan tahun 2021. Kondisi
tanaman pada setiap anak petak, baik anak petak A, B, dan C tidak terdapat tanaman
sela, rata, murni, dan pertumbuhan untuk anak petak A, B, dan C baik. Untuk risalah
lapangan terdiri dari bentuk lapangan, derajat lereng, dan kerataan. Lapangan anak
petak A, B, dan C berbentuk landai, derajat kelerengan 0, dan kerataannya rata. Risalah
tanah meliputi jenis tanah, kedalaman, kesarangan, dan humus. Jenis tanah di BDH
Paliyan, yaitu mediteran, kedalaman tanahnya dangkal, bersarang, dan berhumus. Pada
setiap anak petak memiliki ragam tumbuhan bawah yang berbeda. Anak petak A
memiliki tumbuhan bawah kerinyu, kolonjono, ketela. Anak petak B tidak memiliki
tumbuhan bawah dan anak petak C memiliki tumbuhan bawah kolonjono, ketela,
kerinyu, ri rambung, gliriside, gode, secang dan kacang. Kemudian untuk kerapatannya
pada anak petak A, B, dan C adalah jarang. Pada anak petak A digunakan sebagai mete
meteor atau kebun induk serta digunakan pula untuk swadaya. Pada anak petak B
merupakan tanah kosong, kemudian pada anak petak C menggunakan sistem
Silvikultur Intensif (SILIN).
Pada petak 144 terdapat beberapa petak ukur yang dapat digabung. Petak ukur
yang dimaksud adalah petak ukur nomor 3 dan 4 serta petak ukur nomor 7 dan 8.
Penggabungan petak ukur tersebut terjadi dikarenakan antar-petak tidak memenuhi
syarat untuk suatu petak dapat dipisah atau berdiri sendiri. Syarat yang dimaksud
adalah luas PU minimal 4 Ha, selisih KBD antar PU > 0,3, dan selisih bonita antar PU
harus berbeda 1 angka bulat atau lebih. Ketiga syarat tersebut harus terpenuhi, jika ada
salah satu syarat yang tidak terpenuhi maka PU dipisah. Pada penentuan kelas hutan
petak nomor 144, dimana nomor PU 3 dan 4 digabung karena memiliki nilai bonita
yang sama yaitu 2 serta pada PU 7 dan 8 karena selisih selisih bonitanya bernilai 0,5.
Hal tersebut menjadi alasan kedua PU tadi tidak dipisah. Sedangkan pada nomor PU
1,2,5,6 dapat dipisah karena memenuhi persyaratan. Kemudian setiap anak petak diberi
penamaan yaitu 144a yang mencakup PU 1, 144b yang mencangkup PU 2, 144c yang
mencangkup PU 3 dan 4, 144d yang mencangkup PU 5, 144e yang mencangkup PU 6,
144f yang mencangkup PU 7 dan 8.
Kemudian pada pengisian informasi kelas umur tanaman. Kelas umur tanaman
di hutan tanaman dikelompokkan berdasarkan kelipatan umur 10 tahun. Karena usia
tanaman pada ketiga anak petak adalah 14 tahun maka ketiga anak petak termasuk kelas
umur 2 (11-20 tahun) atau KU II. Dengan demikian, didapatkan hasil bahwa petak 144
merupakan kawasan untuk kelas perusahaan yang produktif jika dilihat dari skema
pembagian kelas hutan menurut instruksi 143/1974.
Pertanyaan
1. Gambarkan skema pembagian kelas hutan pada perisalahan hutan
penghasil kayu perkakas jati sistem tebang habis permudaan buatan,
sesuai instruksi 143/1974!
2. Ciri/ukuran/kriteria apa saja yang dipakai untuk membedakan kelas
hutan?
3. Jelaskan ciri kelas hutan KU IV, KU VI, MR, MT, TJBK, LTJL,
TKL, TK, dan TKTBKP!
4. Pada suatu petak ternyata tanaman jati selalu gagal karena adanya
penanaman tanaman pertanian oleh masyarakat sekitar. Tindakan
apa yang perlu dilakukan terhadap petak tersebut.
Jawaban
1. Skema pengambilan kelas hutan
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pada petak nomor 144 memiliki 6 anak petak dari 8 petak ukur yang ada yaitu anak
petak 144a, 144b, 144c yang merupakan gabungan petak ukur 3 dan 4, 144d, 144e,
dan 144f yang merupakan gabungan petak ukur 7 dan 8. Keseluruhan petak yang
terbentuk masuk dalam kelas hutan kelas umur II atau KU II dimana didapat dari
parameter berupa KBD lebih dari 0,6 dan umur yang memenuhi kriteria Kelas
Umur serta interval umur yang masuk kategori II (14 tahun). Informasi yang
terdapat pada blangko PK 2 yang berisikan nomor anak petak, luas, waktu
perisalahan, peninggi, umur, bonita, derajat kesempurnaan, dkn, dkd2, kelas umur,
serta kondisi tanaman, lapangan, tanah, tegakan dan tumbuhan bawah.
2. Berdasarkan skema kelas hutan di Perhutani, pada kawasan untuk kelas
perusahaan secara produktif dan tidak produktif ada 6 kelas. Yaitu KU, MT, MR,
LTJL, TK, dan TJBK. Dimana masing-masing kelas umur memiliki ciri dan
kriteria masing-masing dalam pengelompokannya. KU (Kelas Umur), dimana
tumbuhan yang masuk dalam kelas ini adalah semua tanaman hutan jati yang
derajat kesempurnaan atau KBD-nya lebih dari sama dengan 0,6 dan pada semua
umur. MT (Masak Tebang). Tegakan yang masuk pada kelas ini adalah tegakan
jati yang berumur 80 tahun lebih dan dalam keadaan baik dengan KBD lebih dari
sama dengan 0,6. MR (Miskin Riap) yang masuk pada kelas ini adalah semua
hutan jati yang berdasarkan keadaan tidak memuaskan, yaitu tidak ada harapan
mempunyai riap yang cukup. Syarat umur nya adalah minimal 41 tahun dengan
KBD 0,3-0,6. LTJL (Lapangan Tebang Habis Jangka Lampau), dimana kondisi
pada kelas ini adalah lapangan bekas tebangan atau baru ditanami pada tahun
berikutnya. Jika dalam tahun terakhir tersebut menjadi tahun pertama dari jangka
perusahaan yang baru. Kemudian TK (Tanah Kosong). Kondisi yang masuk pada
kelas ini adalah biasnaya lapangan gundul atau hampir gundul (padang rumput,
hutan belukar, dsb) namun memiliki kemampuan untuk dapat ditanami kembali
menjadi hutan produktif. Syarat KBD-nya adalah kurang dari sama dengan 0,05.
terakhir TJBK (Tanaman Jati Bertumbuh Kurang). Pada kelas ini tanaman jati
yang sebagian besar gagal akibat gangguan keamanan hutan dan memiliki kondisi
pertumbuhan yang jelek namun masih diharapkan untuk memberikan kondisi
tegakan yang baik apabila dilakukan penanaman kembali. Syarat kelas ini adalah
untuk semua umur dengan KBD 0,005 - 0,3 sedangkan untuk umur 0-40 tahun
dengan KBD 0,3 - 0,6.
Loetsch, F., K. E. Haller and F. Zohrer. 1973. Forest inventory. Munchen : BLV
Verlagsgesellschaft.
Perum Perhutani. (1992). SK Direksi Perum Perhutani No. 378/1992 tentang:
Pedoman Penyusunan Rencana Pengaturan Kelas Hutan.
Riyanto, D., dan Pahlana. 2012. Kajian Evaluasi Lahan Hutan Jati Sistem Bonita di
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu. Jurnal Hutan Tanaman.
9(1):43-50.
Wulfing, Van. 1993. Opstand Stapels Voor Djati Plantasoenen. Perum Perhutani.
Jakarta.