Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PEMANENAN HASIL HUTAN

ACARA II
PEMBUATAN RENCANA TRASE JALAN SARAD DAN JALAN
ANGKUTAN

Oleh:
Nama : Agus Pamungkas
NIM : 20/464035/SV/18354
Kelompok :3
Co.Ass : Siti Aminah

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PENGELOLAAN HUTAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN VETERINER
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
ACARA II
PEMBUATAN RENCANA TRASE JALAN SARAD DAN JALAN
ANGKUTAN

I. TUJUAN
1. Mempelajari cara-cara pembuatan rencana trase jalan angkutan dengan
peta topografi.
2. Membuat rencana trase jalan angkutan diatas peta topografi.
3. Mempelajari cara-cara pembuatan rencana trase jalan sarad dengan peta
potensii tegakan.
4. Membuat rencana trase jalan sarad diatas peta potensi tegakan peta
potensi tegakan.

II. DASAR TEORI


Pembukaan wilayah hutan adalah salah satu kegiatan pengelolaan
hutan yang menyediakan prasarana/infrastruktur untuk melancarkan
kegiatan pengelolaan hutan, sehingga dapat terwujud pengelolaan hutan
lestari (elias, 2007). Pembukaan wilayah hutan mempunyai fungsi untuk
mempermudah penataan hutan; mempermudah pengangkutan pekerja,
peralatan, dan bahan-bahan keluar masuk hutan; mempermudah kegiatan
pembinaan hutan; mempermudah kegiatan pemanenan hutan, penebangan,
penyaradan, pengumpulan, dan pengangkutan, serta mempermudah
kegiatan hutan lainnya. Pembuatan jalan hutan hendaknya ditinjau dari segi
ekonomi dalam hubungannya dengan kesulitan tentang kelerangan dan
temporarinya penggunaan jalan ini. Jalan hutan memerlukan keahlian
khusus dan pengetahuan yang masak dari daerah yang bersangkutandari
seorang rimbawan. Keberhasilan suatu eksploitasi sangat tergangtung
kepada biaya pembangunan jalan hutan dan banyaknya jaringan jalan untuk
melayani angkutan log. Terdapat lima bagian yang perlu dipertimbangkan:
1.) Manfaat jalan hutan, penggunaannya, bentuk permukaannya dan bentuk
melintangnya, 2.) Manfaat pembuatan jalan hutan dengan cara pemadatan
tanah, jenis tanahnya dan komposisi lapisan dasarnya, 3.) Penetapan arah
jalan, 4.) Proses pembangunan jalan: pembersihan wilayah, pengolahan
tanah, pemadatan, kemiringan, drainase dan pemeliharaan, 5.) Masalah
pemilihan alat kerja dan pemeliharaannya. (Simbolon, 2014). Pembangunan
jaringan jalan hutan memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung
pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan. Jalan hutan merupakan sarana
penunjang dalam kegiatan pengelolaan hutan baik dari kegiatan pemanenan
hasil hutan sampai dengan kegiatan pemeliharaan dan keamanan hutan.
Dengan adanya jaringan jalan hutan maka kegiatan pengelolaan hutan dapat
berjalan dengan lancar karena adanya akses keluar masuk kawasan hutan
sehingga dapat mepermudah kegiatan pengelolaan hutan lestari
(Firmansyah, 2016). Umumnya jaringan jalan hutan yang efisien
diklasifikasikan menjadi 4 jenis jalan yaitu: jalan utama, jalan cabang, jalan
ranting dan jalan sarad. Sedangkan berdasarkan fungsi dan standar teknis
jalan hutan diklasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu: jalan koridor, jalan
utama, jalan cabang, jalan ranting dan jalan sarad (Ajun Junaedi et al.,
2021).
Trase jalan paling baik adalah berupa garis lurus dan untuk tiap-tiap
perubahan harus ada alasanya dimana alasan tersebut berupa (a) Tanjakan
yang terlalu tinggi dan turunan yang terlalu curam sehingga diharuskan
pembuatan jalan yang lebih panjang untuk menurunkan gradien sehingga
alat angkut dapat melewatinya dan tidak terlalu berat untuk dilewati, (b)
Keadaan lapangan yang membuat pembuatan jalan menjadi mahal. Hal itu
disebabkan karena penyimpanan garis luru, misalnya belokan/tikungan akan
membuat jalan menjadi lebih panjang sehingga biaya pembuatan dan
pemeliharaan meningkat dan biaya eksploitasi bertambah. (c) Keadaan yang
istimewa, misalnya menghindari daerah yang rawan longsor atau banjir dan
lain-lain untuk menghindarkan dari pemeliharaan istimewa. (d) Pembelokan
yang istimewa untuk pembukaan sekunder (Lazurko, 2017).
Peta topografi menampilkan gambaran permukaan bumi yang dapat
diidentifikasi, berupa obyek alami maupun buatan. Peta topografi
menyajikan obyek-obyek dipermukaan bumi dengan ketinggian yang
dihitung dari permukaan air laut dan digambarkan dalam bentuk garis-garis
kontur, dengan setiap satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta
topografi memiliki dua unsur utama yaitu ukuran planimetrik (ukuran
permukaan bidang datar) dan ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi).
Ukuran planimetrik pada peta topografi digambarkan dengan koordinat X
dan Y, sedangkan ukuran relief digambarkan dalam koordinat Z. Elevasi
pada peta topografi ditampilkan dalam bentuk garis-garis kontur yang
menghubungkan titik-titik di permukaan bumi yang memiliki ketinggian
yang sama (Iqbal et al., 2019)
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang
paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Kemiringan lereng
dinyatakan dalam derajat atau persen. Kecuraman lereng 100 persen sama
dengan kecuraman 45 derajat. Selain memperbesar jumlah aliran
permukaan, makin curam lereng juga memperbesar kecepatan aliran
permukaan, dengan demikian memperbesar energi angkut air. Selain itu
dengan makin miringnya lereng, maka butir-butir tanah yang terpecik
kebawah oleh tumbukan butir hujan semakin banyak. Dengan demikian jika
lereng permukaan tanah lebih curam maka kemungkinan erosi akan lebih
besar persatuan luas. Kemiringan lereng adalah perbandingan antara beda
tinggi (jarak vertikal) suatu lahan dengan jarak mendatarnya. Besar
kemiringan lereng dapat dinyatakan dengan beberapa satuan, diantaranya
adalah dengan % (persen) dan o (derajat) (Yanuarius et al., 2019).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini, meliputi :
1. Peta Potensi Tegakan (A3) 9. Microsoft Excel
2. Peta Topografi (C3)
3. Peta Persebaran Pohon
4. Kertas Kalkir
5. Busur Derajat
6. Mistar atau penggaris
7. Alat tulis
8. Pensil Warna
IV. CARA KERJA

Menyiapkan Peta Potensi Tegakan (A3), Peta Topografi (C3), Peta


Persebaran Pohon

Memfotokopi Peta Topografi pada kertas kalkir

mengoverlay peta persebaran petak pada kertas kalkir yang sudah


terdapat peta topografi

Mewarnai Peta pada masing masing petak

Membuat trase jalan utama, jalan cabang, calan ranting dengan


memperhatikan potensi tegakan serta perhitungan slope sesuai dengan
ketentuan.

Membuat kisi (blok) dengan ukuran 2 cm x 2 cm pada Peta Persebaran


Pohon yang dimulai pada petak terluar

Memberi nama huruf (A,B,C...) pada kisi horizontal dan nomer (1,2,3...)
pada kisi vertikal

Menghitung jumlah pohon komersial pada setiap blok

Menghitung dot grid pada setiap kolom untuk mengetahui titik beratnya

Menarik dot grid tegak lurus 90 derajat menuju jalan utama pada setiap
blok (A,B,C...)

Diskripsi
Pada praktikum pemanenan hasil hutan acara ke 2 ini mempelajari
tentang pembuatan rencana trase jalan sarad dan jalan angkutan. Pada
pembuatan rencana trase jalan angkutan dengan peta topografi
memperhatikan skala peta, horizontal equivalen (HE) dan vertical interval
(VI). Kemudian terdapat syarat panjang jalan yang perlu diperhatikan juga
diantaranya untuk jalan utama maksimal 4 cm, jalan cabang maksimal 3 cm
dan jalan ranting maksimal 2,4 cm. Selanjutnya rencana jalan yang akan
dibuat digambar sesuai dengan spesifikasi jalan dengan memerhatikan
potensi tegakan pada petak serta ketentuan pembuatan jalan angkutan yang
berisi aspek ekonomis, aspek fisik, dan aspek social. Untuk pembuatan
rencana trase jalan sarad dengan peta potensi tegakan perlu diperhatikan
jenis pohon penyusunnya apakah pohon komersil atau dilindungi. Pohon
yang ditebang adalah jenis komersil. Langkah awal dengan membuat
beberapa blok persegi sebesar 2 cm x 2 cm pada peta persebaran pohon dan
diberi tanda pada setiap garis horizontal pada blok dengan huruf kapital dan
dengan angka pada setiap garis vertikal. Selanjutnya titik berat ditentukan
berdasarkan jumlah pohon komersil tiap blok dan baris tiap blok
menggunakan rumus yang telah ditentukan. Menghitung jumlah dot grid
pada setiap blok atau kolom dan menarik dot grid ke jalan utama dengan
tegak lurus 90 derajat.
Jumlah Kontur Panjang
Jarak
Segmen Status Jalan yang Dilewati VI A x VI Garis HE HE Lapangan (m) Slope (%) Keterangan
Lapangan
A (n) Peta (cm)
Nomer
Jumlah
Blok petak xi.fi Dot Grid Pola Jalur Sarad
pohon (fi)
(xi)
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Ajun Junaedi, I Nyoman Surasana, Moh Rizal, Santa Tri Dwi Sartika Waruwu.
2021. Karakteristik Jaringan Jalan Dan Keterbukaan Tanah Hutan Akibat
Kegiatan Pembukaan Wilayah Hutan (Studi Kasus Di Iuphhk-Ha Pt Sindo
Lumber Kalimantan Tengah). Jurnal Hutan Tropika Vol. 16 No. 2 Hal. 196-
204.

Firmansyah Arif M W N. 2016. Road Network Characteristic And Forest Road


Standard In IUPHHK-HA PT. Adimitra Lestari North Borneo. Gadjah
Mada Univercity, Yogyakarta.

Lazurko, A., and Venema H. D. 2017. Financing High Performance Climate


Adaptation in Agriculture Climate Bonds For Multi-Functional Water
Harvesting Infrastructure on the Canadian Prairies. Journal of
Sustainability. 9 (7): 1237.

Iqbal Yukha Nur Afani, Bambang Darmo Yuwono, Nurhadi Bashit. 2019.
Optimalisasi Pembuatan Peta Kontur Skala Besar Menggunakan Kombinasi
Data Pengukuran Terestris Dan Foto Udara Format Kecil. Jurnal Geodesi
UNDIP Vol. 8 No. 1.

Simbolon M. 2014. Pembukaan Wilayah Hutan Perencanaan Pembuatan Jalan


Hutan (Makalah). Fakultas Pertanian, Universitas Palangkaraya.

Sona Suhartana & Yuniawati. 2017. Analisis Kebutuhan Peralatan Pemanenan


Kayu: Studi Kasus Di Pt. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan Vol. 35 No. 2, Hal: 145-153.

Yanuarius Yumai, Sonny Tilaar, dan Vicky H. Makarau. 2019. Kajian Pemanfaatan
Lahan Permukiman Di Kawasan Perbukitan Kota Manado. Jurnal Spasial
Vol 6. No. 3, ISSN 2442-3262.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai