LANDASAN TEORI
3.1 Nikel
Nikel dalam tabel periodik merupakan unsur logam yang memiliki
lambang Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam
keadaan murni, Nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan Besi, Krom,
dan logam lainnya dapat membentuk Baja tahan karat yang keras. Nikel
ditemukan oleh A. F. Cronstedt pada tahun 1751, merupakan logam berwarna
putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulus, tergolong dalam logam
peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadap oksidasi dan
kemampuan mempertahankan sifat aslinya di suhu yang ekstrim. Nikel digunakan
dalam berbagai aplikasi komersial dan industri, seperti pelindung baja (stainless
steel), pelindung tembaga, industri baterai, elektronik, aplikasi industri pesawat
terbang, industri tekstil, turbin pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat magnet
kuat, pembuatan alat-alat laboratorium (Nikrom), kawat lampu listrik berbagai
fungsi lain. (Laporan T.A Mardia Ulangsari, 2017).
1
3.3 Jalan Tambang
Menurut KEPMEN ESDM (2018), jalan pertambangan adalah jalan
khusus yang diperuntukkan untuk kegiatan pertambangan dan berada di area
pertambangan atau area proyek yang terdiri atas jalan penunjang dan jalan
tambang. Jalan tambang/produksi adalah jalan yang terdapat pada area
pertambangan dan/atau area proyek yang digunakan dan dilalui oleh alat
pemindah tanah mekanis dan unit penunjang lainnya dalam kegiatan
pengangkutan tanah penutup, bahan galian tambang, dan kegiatan penunjang
pertambangan. Sedangkan jalan penunjang adalah jalan yang disediakan untuk
jalan transportasi barang/orang di dalam suatu area pertambangan dan/atau area
proyek untuk mendukung operasi pertambangan atau penyediaan fasilitas
pertambangan. 19 “Fungsi utama jalan angkut tambang secara umum adalah untuk
menunjang kelancaran operasi penambangan terutama dalam kegiatan
pengangkutan. Medan berat yang mungkin terdapat di sepanjang rute jalan
tambang harus di atasi dengan merubah rancangan jalan untuk meningkatkan
aspek manfaat dan keselamatan kerja. Apabila perlu dibuat terowongan (tunnel)
atau jembatan, maka cara pembuatan dan kontruksinya harus mengikuti aturan-
aturan teknik sipil yang berlaku. Lajur jalan di dalam terowongan atau jembatan
umumnya cukup satu dan alat angkut atau kendaraan yang akan melewatinya
masuk secara bergantian (Sri wulan Nurauningsih,2022).
2
1. Jalan tambang selalu dilewati oleh alat berat yang mempunyai crawler track
(roda rantai) sehingga tidak memungkinkan adanya pengaspalan.
2. Jalan tambang yang berada di area seam umumnya selalu mengalami
perubahan elevasi karena adanya aktivitas pengalian jejang.
3. Lebar jalan tambang harus diperhatikan sesuai dengan fungsi jalurnya,
khususnya untuk jalur ganda atau lebih.
Geometri jalan yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya umumnya,
yaitu lebar jalan angkut, kemiringan jalan dan sebagainya. Alat angkut atau truck
tambang umumnya berdimensi lebih besar, panjang dan lebar dibanding dengan
alat angkut dijalan raya, oleh karena itu geometri jalan harus sesuai dengan
dimensi alat angkut yang digunakan agar alat angkut dapat bergerak leluasa pada
kecepatan normal dan aman (Febrinald, 2021). Faktor-faktor yang merupakan
geometri penting yang mempengaruhi keadaan jalan angkut yaitu:
a. Lebar jalan angkut pada jalan lurus
Penentuan lebar jalan angkut lurus dan lebar jalan angkut belokan dalam
perhitungan berbeda, Lebar Jalan Pada Keadaan Lurus Penentuan lebar jalan
minimum untuk jalan lurus didasarkan pada Kepmen ESDM No 1827 Th (2018)
yaitu :
- Tiga setengah kali lebar alat angkut terbesar, untuk jalan tambang dua arah
- Dua kali lebar alat angkut terbesar, untuk jalan tambang satu arah
Untuk mengetahui lebar jalan angkut digunakan persamaan sebagai berikut:
Persamaan yang digunakan untuk menentukan lebar jalan angkut pada
jalan lurus adalah :
- Lm = n.Wt + (n + 1) (1/2 x Wt) ……………………………… (3.1)
Sumber: Thony Rianto (2016)
- W = (1.5L + 0.5)X ……………………………… (3.2)
Sumber: Dwayne D. Tannant (2001)
Dengan:
Lm = lebar jalan minimum (m)
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut (m)
W = Lebar permukaan jalan (m)
3
L = Jumlah Jalur
X = Lebar kendaraan (m)
Lebar jalan pada tikungan selalu lebih besar dari pada lebar pada jalan
lurus, menurut Sulistyana (2018) untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan
dapat dihitung bedasarkan pada :
- Lebar jejak ban alat angkut
- Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang
pada saat membelok.
- Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan.
- Jarak (space) alat angkut dengan tepi jalan.
Menentukan lebar jalan angkut harus disesuaikan dengan pemilihan alat
angkut yang akan digunakan pada proses penambangan. Alat memiliki lebar
lintasan dan jalan memiliki lebar tikungan. Sehingga lebar jalan angkut pada
tikungan selalu lebih besar dari pada lebar jalan lurus dan lebar lintasan yang
dimiliki oleh alat angkut
Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan atau belokan dapat
menggunakan persamaan :
W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C ...................... (3.3)
4
Sumber : Nurkhamim (2022)
Keterangan :
N = Jumlah jalur
Sumber : Suwandhi,2014
5
Sumber : Suwandhi,2014
Gambar 3.3. Gaya – Gaya yang bekerja pada Superelevasi Jalan Angkut
Besarnya superelevasi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
2
v
e+f = ……………………………………………(3.5)
127 R
Keterangan :
e = Superelevasi
f = Faktor gesekan
......................................... (3.6)
6
∆h
Grade ( α )= Arc Tg …………………………(3.7)
∆y
Keterangan :
7
Sumber: Ir Yanto Indinesianto, (2005)
Gambar 3.4 Kemiringan jalan (grade)
Sumber : Suwandhi,2004
Gambar 6. Penampang Melintang Jalan Angkut
Nilai cross slope (α) dapat dihitung dengan membandingkan antara jarak vertikal
(b) dan horizontal (a) dengan satuan mm/m atau m/m' (Riyanto. dkk, 2016), jika
dimasukkan kedalam persamaan akan menjadi seperti:
1
a= x L ……………………………………………………(8)
2
8
b
α = …………………………………………............................(9)
a
Sehingga untuk menghitung b jika nilai cross slope diketahui kita dapat
menggunakan persamaan dibawah ini :
b = α x a …………………………………………....................(10)
9
2. Disisi luar badan jalan tanggul pengaman dengan tinggi sekurang –
10
11. Jalan pada pertambangan memiliki daya dukung jalan lebih kuat dari
kapasitas terbesar beban kendaraan serta muatan yang melintasi pada
beban statis dlaam waktu tertentu sesuai kajian teknis.
12. Jalur tikungan serta persimpangan jalan tambang atau produksi
dipasang pemisah jalur (separator) tinggi paling kurang setengah dari
diameter roda pada kendaraan terbesar serta lebar bagian atas paling
rendah sama dengan lebar roda kendaraan terbesar.
13. KepMen ESDM No 1827 K/30/M3M/2018 menentukan sudut
belokan pada pertigaan jalan tidak melebihi 70˚.
11
Keterangan :
Tire Penetration = Amblasan ban pada permukaan jalan angkut, inch
Gross machine weight = Berat keseluruhan alat angkut, ton
2. Keadaan jalan, yaitu semakin rata dan keras jalan angkut maka semakin kecil
tahanan gulirnya.
3. Gesekan dalam (internal friction), yaitu jika terdapat penambahan daya
mekanis antara mesin dan ban maka akan meningkatkan tahanan gulirnya.
4. Pengemudi, yaitu keahlian operator dalam mengemudi kendaraannya
Pengamatan langsung di lapangan dapat menunjukkan berbagai macam
besarnya amblasan roda alat angkut pada permukaan jalan angkut tambang.
12
GR factor = 20 lb/ton × % grade ………………………………(3.14)
Keterangan :
13
(Sumber : Herman, B., 2017)
Gambar 3.7 Perputaran Engkol Mesin
3.7.3 Rimpull
Rimpull merupakan besarnya gaya atau kekuatan tarik yang dapat
diberikan oleh mesin kepada roda atau ban penggeraknya yang menyentuh
permukaan jalur jalan. Rimpull yang dapat dihasilkan pada setiap gear tidak
sama, pada gear rendah rimpull yang tersedia besar, sedangkan pada gear tinggi
rimpull yang tersedia kecil (Gesang Winukir,dkk).
Rimpull dinyatakan dalam pounds (lbs) dan biasanya sudah tercantum
dalam spesifikasi mesin, apabila tidak ada rimpull dapat dihitung dengan rumus :
375× HP × Eff
Rimpull = ………………………………………..
Speed (mph)
(3.16)
HP = Daya mesin, HP
Speed = Kecepatan, mph
eff = Efisiensi mesin (untuk kendaraan beroda ban 80-85%)
14
kendaraan. Hal ini bertujuan untuk mempercepat waktu edar alat angkut.
Percepatan alat angkut dapat dihitung dengan rumus (Wedhanto, Sonny., 2009) :
F ×g
a =
w
Keterangan :
a = Percepatan, ft/dt2
F = Gaya percepatan, lb
W = Berat kendaraan, lb
Angka rimpull yang efektif dibutuhkan untuk percepatan, diambil dari
angka yang mendekati angka pada kolom rimpull yang dibutuhkan pada tabel
3.3. Rimpull untuk percepatan angkanya harus lebih kecil dari pada sisa rimpull
yang tersedia.
15
264,0 400
330,0 500
396,0 600
462,0 700
528,0 800
594,0 900
660,0 1000
(Sumber : Indonesianto, Yanto., 2014)
Load factor adalah suatu faktor pengali untuk memperoleh horse power
yang sesungguhnya, sehubungan dengan pengertian bahwa tenaga maksimum
tidak dipergunakan menerus selama periode kerja, jadi besar kecilnya load
factor tergantung pada kondisi kerjanya. Besarnya load factor dapat dihitung
dengan menggunakan pengamatan RPM selama satu jam dan hourmeter (jam
kerja mesin). Load factor juga dapat diketahui dari perhitungan besarnya jumlah
rimpull yang terpakai. Rumus untuk mencari nilai dari load factor yaitu sebagai
berikut :
- Dengan pengamatan RPM :
RPM terpakai senyatanya
Load factor = …………
RPM tersediadalam mesin pada HP maksimal
(3.18)
rimpul terpakai
Load factor = …………………………………(3.20)
rimpul maksimum
16
Perhitungan produktivitas alat-alat berat dan alat mekanis secara teoritis
maupun aktual harus dilakukan dengan faktor koreksi. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui kesalahan yang terjadi akibat beberapa faktor seperti efesiensi waktur,
efesiensi kerja alat, dan efesiensi operator (hartanto,2005).
Menurut hartanto (2005), dump truck merupakan alat angkut yang
digunakan untuk mengangkut material dalam jumlah yang besar dari front
penambangan ke daerah penimbunan material penambangan.
Produktivitas alat angkut dapat dihitung dengan persamaan
(Peurifoy,1956):
q ×60 × E× M × SF
Q = ……………………………………(3.21)
Cm
Keterangan :
Q = Produktivitas atau produksi per jam (bcm/jam) (ton/jam)
q = Produksi per-cycle dump truck (bcm) (ton)
Cm = Cycle time alat angkut (menit)
E = Job efficiency atau faktor efesiensi
M = Jumlah dump truck yang beroperasi
SF = Faktor pengembangan
17
5. Dumping Time adalah waktu yang digunakan untuk menumpahkan material
Jadi untuk menghitung cycle time alat angkut dapat dirumuskan :
CT = T1 + T2 + T3 + T4 + T5 + T6 …………………( 3.22)
(Yanto, 2013)
Dimana :
CT = Cycle time alat angkut
T1 = Waktu Mengisi
T2 = Waktu Mengangkut
T3 = Waktu Manuver Tumpah
T4 = Waktu Dumping
T5 = Waktu Kembali Kosong
T6 = Waktu Manuver Muat
Untuk memperkirakan produksi alat-alat berat dan alat-alat angkut secara
teoritis dengan cara dikalikan dengan faktor koreksi, begitu juga untuk
memperoleh kemampuan produksi secara nyata juga dikalikan dengan faktor
koreksi, hal ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan yang terjadi akibat
beberapa faktor efisiensi waktu, efisiensi kerja atau kesediaan alat untuk
dioperasikan dan efisiensi operator.
Keterangan :
18
Brake HP = Daya mesin, HP
Berat bahan bakar per galon = Berat bahan bakar dalam 1 galon,
lb/gallon
3.10 Rasio Bahan Bakar Alat Angkut
Produktifitas (ton/jam)
19
20