Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS TEKNIS GEOMETRI JALAN ANGKUT

TAMBANG BIJIH NIKEL DI PT PRIMASENTOSA ALAM LESTARI


DESA FATUPIA, KECAMATAN BAHODOPI, KABUPATEN MOROWALI,
PROVINSI SULAWESI TENGAH

OLEH :

NUR ALAM SYAH


14 31 1 220

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PEJUANG REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2018
Latar Belakang
Dalam mengoptimalkan kegiatan penambangan, khususnya
dalam pengangkutan lapisan tanah penutup (overburden),
maka penggunaan alat mekanis untuk pengangkutan harus
dimaksimalkan agar target produksi dapat tercapai. Banyak
faktor dilapangan yang dapat menghambat pencapaian
target produksi, salah satunya adalah kondisi jalan angkut
yang apakah sesuai dengan standar geometri jalan antara
lain lebar jalan angkut (lurus dan tikungan), kemiringan
jalan, dan bangunan pelengkap jalan sehingga
kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat diketahui.
Identifikasi Masalah
• Geometri jalan angkut yang meliputi lebar jalan (lurus dan
tikungan), jari-jari tikungan, superelevasi, kemiringan jalan
(grade).

• Bangunan pelengkap jalan meliputi safety bund, rambu-rambu


jalan, dan lampu penerangan.
Masalah Penelitian
• Bagaimana geometri jalan angkut yang aman pada jalan lurus
dan tikungan yang akan dilalui oleh alat angkut?

• Berapa ukuran safety bund serta penempatan rambu-rambu


jalan dan lampu penerangan jalan sebagai pelengkap jalan?
Batasan Masalah
• Perhitungan geometri jalan angkut yang mengacu pada
dimensi alat angkut yang digunakan, antara lain : menghitung
lebar jalan (lurus dan tikungan), kemiringan (melintang dan
memanjang) jalan, jari-jari tikungan, dan superelvasi jalan.

• Tanggul (safety bund), letak penempatan rambu-rambu jalan,


lampu penerangan jalan.
Landasan Teori
Jalan Tambang

Jalan tambang adalah jalan yang digunakan untuk


mengangkut karyawan, material, dan peralatan diseluruh
daerah tambang.
Dalam pembuatan jalan tambang, baik untuk jalan masuk
kedalam tambang untuk pemuatan endapan bahan galian yang
ditambang atau jalan yang digunakan untuk penimbunan
memiliki beberapa pertimbangan geometri dalam
merencanakannya.
Ruang Lingkup Jalan Tambang

• Kecepatan rencana
• Perencanaan geometri jalan
• Perencanaan perkerasan jalan
• Bangunan pelengkap jalan tambang
• Kecepatan Rencana

Kecepatan rencana adalah kecepatan yang dipilih untuk


keperluan design setiap segmen jalan angkut tambang seperti
tikungan, kemiringan jalan, jarak pandang, dan lain-lain.
Kecepatan yang dipilih tersebut adalah kecepatan tertinggi
dimana kendaraan dapat berjalan dengan aman.
Kecepatan rencana dapat ditetapkan berdasarkan pengamatan
radius tikungan (R) dan superelevasi maksimum ( ) dengan
pendekatan formulasi sebagai berikut:
V=
Dimana :
V : Kecepatan rencana (km/jam)
: Superelevasi maksimum (%)
R : Jari-jari tikungan (m)
• Perencanaan Geometri Jalan

Perencanaan geometri adalah rencana jalan menyangkut


ukuran (dimensi) jalan dipermukaan bumi. Geometri jalan
tambang merupakan suatu bentuk yang dapat memenuhi
fungsi dasar jalan. Fungsinya yaitu untuk menunjang
kelancaran operasi penambangan terutama dalam kegiatan
pengangkutan.
Karena alat angkut atau truk-truk pada tambang
umumnya berdimensi lebih besar, panjang, dan lebih
berat, oleh sebab itu geometri jalan harus sesuai dengan
dimensi alat angkut yang digunakan agar alat angkut
tersebut dapat bergerak leluasa pada kecepatan normal
dan aman.
• Perencanaan Perkerasan Jalan
Perencanaan perkerasan jalan adalah kontruksi yang
dibangun diatas lapisan tanah dasar (sub-grade). Tujuan
utama perkerasan jalan adalah untuk membangun dasar
jalan yang mampu menahan beban pada poros roda yang
diteruskan melalui lapisan pondasi, sehingga tidak
melampaui daya dukung tanah dasar (sub-grade).

• Bangunan Pelengkap Jalan


Bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang
dibangun untuk fasilitas penunjang jalan dalam segi
keamanan dan keselamatan pengguna jalan yang meliputi
saluran drainase, rambu-rambu jalan, guide post, serta
lampu penerangan jalan.
Perencanaan Geometri Jalan Tambang

1. Alinyemen Horizontal
Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada
bidang horizontal. Alinyemen horizontal terdiri dari garis-garis
lurus yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung. Garis
lengkung tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran ditambah
busur peralihan.

a) Trase Jalan
Trase jalan dari dimulainya titik awal pengamatan hingga
titik akhir pengamatan. Trase jalan berfungsi untuk
memudahkan dalam perencanaan dan pelaksanaan dibuat
stasiun-stasiun.
Penomoran stasiun dimulai pada awal perencanaan
bergerak maju sampai ke ujung rencana jalan. Cara penomoran
stasiun dilakukan dengan pembuatan patok-patok bernomor
dengan jarak sebagai berikut :
• Untuk daerah datar, jarak antara patok adalah 100 meter
• Untuk daerah berbukit, jarak antara patok adalah 50 meter
• Untuk daerah pegunungan, jarak antara patok adalah 25 meter
(b). Lebar Jalan Angkut
• Lebar jalan angkut pada jalan lurus
Lebar jalan angkut pada jalan lurus dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut :

Dimana :
= Lebar minimum pada jalan lurus (m)
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar satu unit kendaraan rencana (m)

Gambar 2.6 Lebar jalan angkut tambang pada jalan lurus.


• Lebar jalan angkut pada tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

W = 2 (U + Fa + Fb + Z) + C
Z = ½ (U + Fa + Fb)
Dimana :
W : Lebar jalan pada jalur tikungan (m)
U : Lebar jejak roda truk (m)
Fa : Lebar juntai depan (m)
Fb : Lebar juntai belakang (m)
Z : Jarakl sisi luar truk ke tepi jalan (m)
C : Jarak antar truk (m)

Gambar 2.7 Lebar jalan pada tikungan


(c). Jari-jari Tikungan
Agar terhindar dari kemungkinan terjadi kecelakaan, maka untuk
kecepatan tertentu dapat dihitung jari-jari minimum untuk
superelevasi maksimum dan koefisien gesek maksimum ,
menggunakan rumus :

Dimana :
: Jari-jari tikungan minimum (m)
V : Kecepatan rencana (km/jam)
: Superelevasi maksimum (%)
: Koefisien gesek maksimum (0,14-0,24)
(d). Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan merupakan bagian lengkung horizontal
berupa peralihan dari jalan lurus ke tikungan berbentuk lingkaran
dan sebaliknya.

(e). Pandangan Bebas Pada Tikungan

Panjang lengkung vertical cekung minimum diperhitungkan


berdasarkan jarak pandang henti minimum dengan mengambil
tinggi mata pengemudi truk yaitu 3.5 m dan tinggi objek 0.5, 16 m
(tinggi lampu belakang kendaraan) ruang bebas vertical minimum
5 m disarankan mengambil lebih besar untuk perencanaan yaitu ±
5.5 m.
2. Alinyemen Vertikal
Alinyemen horizontal adalah proyeksi dari sumbu jalan pada
suatu bidang vertical yang melalui sumbu jalan tersebut.

a) Kemiringan memanjang jalan (grade)


Kemiringan atau grade jalan angkut berhubungan langsung
dengan kemampuan alat angkut dalam pengereman ataupun dalam
mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan umumnya dinyatakan
dalam persen (%) :

Grade (α) =

Dimana :
: beda tinggi antara 2 titik yang diukur kiri dan kanan (m)

: jarak datar antara 2 titik yang diukur (m)


(b). Superelevasi
Superelevasi jalan adalah kemiringan melintang pada tikungan jalan yang berfungsi
untuk memperoleh komponen berat kendaraan guna mengimbangi gaya sentrifugal
yang diberi kendaraan saat berjalan melalui tikungan.

Dimana :
e : Superelevasi (m/m)
f : Koefisien gersekan melintang maksimum
V : kecepatan kendaraan (km/jam)
R : Radius belokan (m)

Gambar 2.10 Superelevasi Jalan


(c). Landai Maksimum
Landai relatif (L/m) adalah besarnya kelandaian
akibat perbedaan elevasi tepi perkerasan sebelah
luar sepanjang lengkung peralihan. Rumus landai
realtif adalah sebagai berikut :

Ls =
Dimana :
1/m : Landai relatif
Ls : Panjang lengkung peralihan (m)
B : Lebar jalur satu arah (m)
e : Superelevasi (%)
: Kemiringan normal melintang (%)
(d). Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal digunakan untuk memberikan transisi yang mulus dari satu tanjakan
ke satu tan jakan lainnya.

• Lengkung Vertikal Cekung


Lengkung vertikal cekung adalah lengkun dimana titik perpotongan antara kedua
tangan berada dibawah permukaan jalan.

Dimana :
g : Kemiringan memanjang jalan pertama (%)
VD : Vertikal distance (m)
HD : Horizontal distance

Gambar 2.11 Lengkung Vertikal Cekung


• Lengkung Vertikal Cembung
Lengkung vertikal cembung adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua
tangent berada diatas permukaan jalan yang bersangkutan.

L=

Dimana :
A : Perbedaan aljabar kelandaian (%) ℎ2
ℎ1 : Tinggi mata pengemudi (3,5 m)
ℎ2 : Tinggi objek (0,5 m)

Gambar 2.12 Lengkung Vertikal Cembung


(e). Jarak Pandang Aman
Adalah jarak pandang minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi (operator)
untuk melihat kedepan secara bebas baik pandangan pada jalan lurus ataupun tikungan.

(f). Penampang Memanjang Jalan

Penampang memanjang jalan digambarkan secara langsung dari pengukuran lapangan


untuk mengetahui bagian yang harus ditimbun dalam arah memanjang trase jalan.
Gambar perencanaan penampang memanjang didasarkan pada hasil perhitungan
alinyemen vetikal serta standar-standar yang digunakan.
.

Gambar 2.13 Contoh Penampang Memanjang Jalan


(g). Penampang Melintang Jalan
Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan
jalan terhadap bidang horizontal. Pada umumnya jalan angkut
mempunyai bentuk penampang melintang cembung. Dibuat
demikian rupa dengan tujuan untuk memperlancar penyaliran.

Gambar 2.14 Penampang Melintang Jalan


Kerangka Pikir
Kondisi Jalan Angkut
Standar Geometri Jalan

Geometri Jalan Bangunan Pelengkap Jalan

• Lebar jalan pada jalan lurus


• Lebar jalan pada tikungan Safety bund
• Jari-jari tikungan
• Superelevasi
• Grade (kemiringan memanjang jalan)
• Profil melintang jalan (cross slope)
Persamaan
AASTHO

Standar Geometri Jalan


Tujuan Penelitian
• Mengetahui standar geometri jalan angkut yang
seharusnya dengan mengacu pada dimensi alat
angkut terbesar yang digunakan, meliputi lebar
jalan (lurus dan tikungan), kemiringan jalan, jari-
jari tikungan, superelevasi jalan.

• Mengetahui ukuran standar safety bund, serta


penempatan rambu-rambu jalan, lampu
penerangan jalan sebagai penunjang dan
pelengkap jalan.
Mamfaat Penelitian
Bagi Perusahaan
• Membantu perusahaan dalam menangani masalah
geometri jalan yang aman guna menunjang
kelancaran produksi, khususnya dalam kegiatan
pengangkutan.
• Memberikan masukan alternatif pemecahan
masalah yang terjadi di area kerja PT
Primasentosa Alam Lestari
Bagi Mahasiswa
• Dapat menambah wawasan yang lebih luas
tentang ilmu pengetahuan yang telah dipelajari di
perkuliahan dengan praktek dilapangan.
• Dapat mendorong perkembangan ilmu
pengetahuan yang akan memperluas bagi
perkembangan inovasi atau penemuan baru
Waktu dan Lokasi Penelitian
• Waktu pelaksanaan penelitian ini, dalam waktu
satu bulan terhitung dari bulan September hingga
bulan Oktober 2018.

• Adapun lokasi penelitian yang akan dilakukan oleh


penulis yaitu di PT Primasentosa Alam Lestari,
Desa Fatupia, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten
Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.
Jenis dan Design Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu
penelitian yang data-datanya berhubungan
dengan angka-angka baik yang diperoleh dari
pengukuran maupun nilai suatu data diperoleh
dengan jalan mengubah kualitatif kedalam data
kuantitatif (Prof. Dr. Sugiyono, 2006). Selain itu
penelitian ini juga dimaksudkan untuk
memberikan deskripsi secara sistematis, faktual,
dan akurat mengenai fakta-fakta dan fenomena
yang diselidiki, maka penelitian ini memakai
metode deskriptif.
Sumber Data
• Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh
secara langsung dari lapangan melalui pengukuran
dan atau pengamatan berupa data lebar jalan
angkut (lurus dan tikungan), kemiringan jalan
(grade), superelevasi, jari-jari tikungan, dan trase
jalan.

• Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan
secara tidak langsung atau didapatkan dari pihak
perusahaan, berupa data kesampaian daerah,
data spesifikasi alat angkut yang akan melewati
jalan, data geologi, serta data curah hujan.
Metode Pengolahan Data
Pada tahapan ini peneliti melakukan olah data
terhadap data yang telah dikumpulkan pada lokasi
penelitian. Tahapan pengolahan data mencakup :

• Trase jalan (perhitungan lebar jalan pada lurus


dan lebar jalan pada tikungan).

• Perhitungan jari-jari tikungan, superelevasi, dan


kemiringan memanjang jalan.

• Perhitungan safety bund (meliputi tinggi dan lebar


safety bund)
Teknik Analisis Data

Dari hasil pengolahan data maka dilakukan


analisis terhadap trase jalan, baik itu lebar jalan
pada jalan lurus dan lebar jalan pada tikungan.
Perhitungan jari-jari tikungan, superelevasi dan
kemiringan memanjang jalan dan terakhir
perhitungan tinggi dan lebar safety bund.
Sekian Dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai