OLEH :
• Kecepatan rencana
• Perencanaan geometri jalan
• Perencanaan perkerasan jalan
• Bangunan pelengkap jalan tambang
• Kecepatan Rencana
1. Alinyemen Horizontal
Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada
bidang horizontal. Alinyemen horizontal terdiri dari garis-garis
lurus yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung. Garis
lengkung tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran ditambah
busur peralihan.
a) Trase Jalan
Trase jalan dari dimulainya titik awal pengamatan hingga
titik akhir pengamatan. Trase jalan berfungsi untuk
memudahkan dalam perencanaan dan pelaksanaan dibuat
stasiun-stasiun.
Penomoran stasiun dimulai pada awal perencanaan
bergerak maju sampai ke ujung rencana jalan. Cara penomoran
stasiun dilakukan dengan pembuatan patok-patok bernomor
dengan jarak sebagai berikut :
• Untuk daerah datar, jarak antara patok adalah 100 meter
• Untuk daerah berbukit, jarak antara patok adalah 50 meter
• Untuk daerah pegunungan, jarak antara patok adalah 25 meter
(b). Lebar Jalan Angkut
• Lebar jalan angkut pada jalan lurus
Lebar jalan angkut pada jalan lurus dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut :
Dimana :
= Lebar minimum pada jalan lurus (m)
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar satu unit kendaraan rencana (m)
W = 2 (U + Fa + Fb + Z) + C
Z = ½ (U + Fa + Fb)
Dimana :
W : Lebar jalan pada jalur tikungan (m)
U : Lebar jejak roda truk (m)
Fa : Lebar juntai depan (m)
Fb : Lebar juntai belakang (m)
Z : Jarakl sisi luar truk ke tepi jalan (m)
C : Jarak antar truk (m)
Dimana :
: Jari-jari tikungan minimum (m)
V : Kecepatan rencana (km/jam)
: Superelevasi maksimum (%)
: Koefisien gesek maksimum (0,14-0,24)
(d). Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan merupakan bagian lengkung horizontal
berupa peralihan dari jalan lurus ke tikungan berbentuk lingkaran
dan sebaliknya.
Grade (α) =
Dimana :
: beda tinggi antara 2 titik yang diukur kiri dan kanan (m)
Dimana :
e : Superelevasi (m/m)
f : Koefisien gersekan melintang maksimum
V : kecepatan kendaraan (km/jam)
R : Radius belokan (m)
Ls =
Dimana :
1/m : Landai relatif
Ls : Panjang lengkung peralihan (m)
B : Lebar jalur satu arah (m)
e : Superelevasi (%)
: Kemiringan normal melintang (%)
(d). Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal digunakan untuk memberikan transisi yang mulus dari satu tanjakan
ke satu tan jakan lainnya.
Dimana :
g : Kemiringan memanjang jalan pertama (%)
VD : Vertikal distance (m)
HD : Horizontal distance
L=
Dimana :
A : Perbedaan aljabar kelandaian (%) ℎ2
ℎ1 : Tinggi mata pengemudi (3,5 m)
ℎ2 : Tinggi objek (0,5 m)
• Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan
secara tidak langsung atau didapatkan dari pihak
perusahaan, berupa data kesampaian daerah,
data spesifikasi alat angkut yang akan melewati
jalan, data geologi, serta data curah hujan.
Metode Pengolahan Data
Pada tahapan ini peneliti melakukan olah data
terhadap data yang telah dikumpulkan pada lokasi
penelitian. Tahapan pengolahan data mencakup :