Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan yang disusun sebagai
dokumentasi tertulis dari proses field activity yang dialami di job site Tambang
Batubara Pama-KPC Sangatta, Kalimantan Timur. Laporan ini merupakan salah
bentuk pemenuhan kewajiban penulis setelah memperoleh begitu banyak
pengalaman selama satu bulan lamanya melaksanakan program magang, terhitung
mulai tanggal 23 Juni hingga 23 Juli 2014.
3. Bapak dan Ibu karyawan Head Office Pama yang memberi arahan dan
dukungan.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini dapat
memberi manfaat kepada kita sekalian yang selalu ingin belajar.
PRAKATA i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR ISTILAH v
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Inti Permasalahan 5
1.3. Tujuan 5
1.4. Pembatasan Masalah 5
1.5. Metode Pembahasan 6
BAB 2 DATA DAN MANAJEMEN OPERASIONAL JOB SITE PAMA-KPCS 7
2.1. Data Umum 7
2.2. Data Teknis 8
2.3. Manajemen Organisasi 14
BAB 3 SISTEM DRAINASE DAN DEWATERING TAMBANG TERBUKA 21
3.1. Siklus Hidrologi 21
3.2. Erosi dan Sedimentasi 26
3.3. Konsep Mine Drainage & Mine Dewatering 29
3.4. Peralatan Penunjang Dewatering 32
BAB 4 PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN AKTIVITAS DEWATERING
50
4.1. Standar Parameter Aktivitas Pemipaan 50
4.2. Standar Parameter Aktivitas Pemompaan 52
4.3. Standar Parameter Perhitungan Flowrate 54
4.4. Kombinasi Pompa dan Diameter Pipa 56
4.5. Aktivitas Pemasangan Pompa dan Pipa 57
4.6. Aktivitas Pemompaan 59
4.7. Standar Parameter Drainage Tambang 62
BAB 5 TINJAUAN KHUSUS 64
5.1. Kebutuhan Pipa di sump Panel 3 64
iii
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 86
LAMPIRAN 88
Lampiran 1 Format Isian Aktivitas Pit Service Department 88
Lampiran 2 Peta Desain Pit Kanguru dan Pit Pelikan 93
DAFTAR ISTILAH
Pit Service
Adalah dokumen yang menjadi tanggung jawab dari Department Head kepada
Section Head mengenai pekerjaan yang akan dilakukan selama 24 jam kedepan.
Dokumen ini dikeluarkan setiap hari sebelum shift berikutnya mulai bekerja. Pada
akhir shift, Section Head membuat laporan (closing PKH) mengenai kemajuan
pekerjaan yang disebut dalam PKH.
Handover Report
Adalah dokumen laporan yang dibuat Group Leader pada akhir shift kepada
Group Leader yang akan menggantikannya bekerja. Laporan ini menggambarkan
aktivitas
v
dan kondisi area kerja pada shift sebelumnya. Sampel dari dokumen ini dapat
dilihat pada Lampiran L-1.4.
Dewatering
Adalah suatu proses penyaliran air tambang, yaitu dengan mengeluarkan air yang
ada di dalam area tambang ke luar areal tambang dengan pompa.
Perimeter Drainage
Adalah saluran penyaliran yang dibuat di luar dari batas-batas areal tambang,
yang maksudnya mencegah masuknya air limpasan dan air hujan ke dalam
tambang.
Settling Pond
Sump
Adalah kolam penyaliran berbetnuk sumuran dan berada pada elevasi terendah
yang berfungsi menampung semua air di lokasi tambang, baik air tanah maupun
air hujan.
vi
Flowrate
Flowbar
P2H
Pelaksanaan Perawatan Harian. Pemeriksaan rutin harian yang dilakukan pada alat
sebelum sebuah alat dioperasikan.
APD
Cavitasi
Adalah rusaknya impeller pompa akibat udara yang masuk ke dalam bagian pompa.
Liming
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 4.4 Jenis pipa berdasarkan media penyambungnya. Kiri : Jenis pipa dengan
sambungan
flange. Kanan : Jenis pipa polos yang disambung dengan butt joint. 58
Gambar 4.5 Strainer pada pipa suction berfungsi sebagai penyaring agar lumpur
dan material pengotor tidak terhisap oleh pompa. Pada proses pemompaan harus
dipastikan berada pada posisi
yang benar. 60
Gambar 4.6 Ilustrasi kondisi penampang melintang drainage system pada
berbagai kondisi
elevasi muka air. 63
Gambar 5.1 Situasi di Sump Panel 3 64
Gambar 5.2 Situasi di Sump Panel 3 65
Gambar 5.3 Skematisasi sistem pemompaan di sump Panel 3 67
Gambar 5.4 Sump Panel 3 inlet (kiri) dan outlet (kanan). 68
Gambar 5.5 Kebocoran yang terjadi pada sambungan flange pipa HDPE
sump Panel 3 70
Gambar 5.6 Lapisan tambahan untuk sambungan flange pipa HDPE 70
Gambar 5.7 Pipa cacat karena goresan dengan jalan serta dengan bucket PC 71
Gambar 5.8 Layout catchment area sump Panel 3 dan sump Macan. 73
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Populasi alat produksi yang beroperasi di job site Pama-KPC 8
Tabel 3.1 Data sump dan catchment area yang dibebankan pada tahun
2014. 31
Tabel 3.2 Data populasi pompa Pama-KPCS 40
Tabel 3.3 Spesifikasi pipa HDPE Tyco PE 100 45
Tabel 4.1 Kekuatan pipa HDPE berdasarkan jenisnya. 51
Tabel 4.2 Efisiensi minimal pompa. 53
Tabel 4.3 Range performance pompa MF 420 dan MF 420 E. 53
Tabel 4.4 Faktor koreksi aliran tak penuh. 55
Tabel
4.5 Kombinasi pompa dengan diameter pipa. 57
Tabel
4.6 Standar parameter drainage tambang. 62
Tabel
5.1 Data hujan 75
Tabel
5.2 Jam hujan maksimum tahun 2012 75
x
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Batubara merupakan istilah yang luas untuk keseluruhan bahan yang memiliki
sifat karbon yang terjadi secara alami. Batubara dapat pula didefinisikan sebagai
batuan bersifat karbon berbentuk padat, rapuh, berwarna coklat tua sampai hitam,
dapat terbakar, yang terjadi akibat perubahan atau pelapukan tumbuhan secara
kimia dan fisik. Batubara dapat dibedakan menurut jenis tumbuhan
pembentuknya, peringkat metamorfosisnya dan tingkat bahan pengotornya (kadar
ash dan sulfur). Klasifikasi seluruh batubara didasarkan pada faktor-faktor diatas
tadi (Kamus Pertambangan:19).
1
Metode penambangan yang digunakan dalam rangka memperoleh sumber
daya batubara diantaranya penambangan bawah tanah dan penambangan terbuka.
Contour mining, open pit mining, area mining, dan open cast mining merupakan
jenis-jenis penambangan dengan metode penambangan terbuka. Dalam usaha
mengeksporasi sumber daya batubara, PT. Pamapersada Nusantara sebagai
kontraktor yang konsen dalam penambangan batubara mengunakan metode
penambangan terbuka jenis open-pit mining. Metode ini cocok untuk endapan
batubara yang mempunyai kemiringan yang curam, umumnya diterapkan pada
lapisan batubara yang cukup tebal untuk single seam atau batubara yang
mempunyai banyak lapisan (multiple seam), karena dengan kemiringan yang
curam untuk mendapatkan batubara yang lebih banyak dibutuhkan penambangan
yang cukup dalam. Umumnya sistem penggalian digunakan sistem jenjang (multi
benching).
2
Dalam dunia industri pertambangan diperlukan adanya pemahaman untuk
mengatasi masalah air ini, mengapa demikian? Ada dua hal yang dapat menjawab
pernyataan ini.
Pertama, karena air yang masuk ke area tambang terbuka akan memberi
dampak negatif bagi keberlangsungan aktivitas penambangan. Dampak yang
dapat ditimbulkan akibat air pada area tambang diantaranya air akan menggenangi
(flooding) area kerja sehingga menghambat operasional penambangan,
meningkatkan potensi longsor pada lereng, meningkatkan biaya pemompaan,
mengurangi nilai traksi ban, meningkatkan biaya pemeliharaan atau penggantian
ban, dan mengganggu kelancaran lalu lintas alat berat.
3
Sistem yang digunakan untuk menangani masalah air pada penambangan
terbuka meliputi mine dewatering system dan mine drainage system. Mine
dewatering merupakan sistem yang bertujuan untuk mengelola air yang masuk ke
dalam pit dengan cara mengumpulkannya dalam suatu tempat yang bernama sump
untuk kemudian dikeluarkan melalui proses pemompaan. Mine drainage
merupakan sistem penyaliran air berupa paritan/channel yang dirancang
sedemikian rupa dengan tujuan untuk mengendalikan jalannya air hujan sehingga
mencegah dan/atau meminimalisasi masuknya air hujan ke area pit. Kedua sistem
ini saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan dalam operasional tambang
terbuka.
Melihat begitu pentingnya mine dewatering and mine drainage system maka
fokus observasi yang dilakukan selama mengikuti program magang adalah
mengamati bagaimana sistem kontrol air tersebut secara praktis bekerja disertai
dengan pengamatan mengenai kesesuaian pelaksanaan dengan standard
operational procedure yang berlaku.
Dalam laporan ini, penulis akan memaparkan sistem mine dewatering dan
mine drainage yang ditinjau dari standar parameter, perencanaan sump, proses
instalasi, cara kerja dan prosedur pemilihan pipa yang dimiliki dan diterapkan di
tambang batubara PT. Pamapersada Nusantara-PT. Kaltim Prima Coal Sangatta.
4
1.2. Inti Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam laporan ini diantaranya garis besar mine
dewatering and mine drainage system yang diamati, selain itu juga secara khusus
akan dibahas mengenai pemilihan pipa HDPE yang sesuai dalam menunjang
aktivitas pemompaan, permasalahan-permasalahan yang menghambat kinerja
sistem dewatering sehingga menurunkan produktivitas kerja, pengelolaan air dan
pelaksanaan harian aktivitas dewatering.
1.3. Tujuan
Masalah yang akan dibahas dalam laporan magang ini dibatasi pada langkah
pemilihan jenis dan penentuan kebutuhan pipa HDPE yang akan digunakan dalam
aktivitas pemompaan air sump Panel 3 di pit Pelikan, evaluasi permasalahan
sistem dewatering yang mempengaruhi produktivitas kerja, serta pelaksanaan
harian aktivitas dewatering di pit Pelikan dan pit Kanguru.
5
1.5. Metode Pembahasan
PAMA-KPCS
Site
: KPCS (Kaltim Prima Coal Sangatta)
Owner
: PT. KPC (Kaltim Prima Coal)
Kontraktor
: PT. Pamapersada Nusantara
Alamat
: District KPC Sangatta, Bintang Area
Fax : (62-549)525529
Logo Perusahaan
Gambar 2.1 Logo PT. Pama Persada Nusantara dan PT. Kaltim Prima Coal
7
2.2. Data Teknis
Heavy Equipment
Rigi Arti
Big Digger d Track c
Jenis Jml Jenis Jml Jenis Jml Jenis Jml
Pump 23
Tabel 2.1 Populasi alat produksi yang beroperasi di job site Pama-KPC
Manpower
Karyawan dibagi menjadi 2 shift kerja dalam satu hari kerja, yaitu shift 1
(pagi) dan shift 2 (malam). Adapun shift 1 dimulai pada pukul 06.30
hingga 17.30 (11 jam kerja), sedangkan shift 2 dimulai pukul 17.30 hingga
06.30 (13 jam kerja) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Staff logistik dan plant : 6 hari kerja pada shift pagi, 1 hari libur, 5 hari
kerja pada shift malam, dan 2 hari libur.
c. Staff khusus : 6 hari kerja pada siang hari, 7 hari kerja pada
8
d. Staff lainnya : 6 hari kerja dan 1 hari libur.
KPC
9
sehingga dapat terlihat dari jarak jauh terutama pada malam hari,
penutup telinga (ear plug), masker, sarung tangan, dan pelampung
(untuk pekerjaan di dekat air sehingga memiliki potensi tenggelam,
misalnya pekerjaan dewatering di dekat sump.)
10
dapat mendeteksi secara dini apabila terjadi kerusakan sehingga
tindakan perbaikan cepat dilaksanakan.
11
berkendara dan ini merupakan sebuah pelanggaran. Dari hasil
observasi ini, Group Leader memiliki kewajiban untuk menegur dan
mencatat deviasi ini untuk kemudian ditindaklanjuti.
12
untuk memotivasi operator yang sudah mengikuti prosedur agar tetap
mempertahankan bahkan meningkatkan kinerjanya dan menularkan
semangat kerja aman kepada kawan sekerjanya. Counseling dilakukan
kepada orang yang melanggar prosedur atau melakukan suatu deviasi
agar orang tersebut menyadari deviasi yang terjadi dan pengarahan
agar lebih baik dimasa yang akan datang.
13
2.3. Manajemen Organisasi
Uraian tugas dan kewajiban yang diemban oleh pemegang jabatan dalam
struktur organisasi tersebut sebagai berikut:
1. Project Manager
a. Coal
15
5. Production Area 2 Department
6. Engineering Department
a. Mine Plan
d. Mine Survey
16
material yang dipindahkan, pembuatan blast map, mengelola data
survei, dll.
9. Plant 1 Department
17
c. Wheel Type
e. Maintenance Planning
b. Wheel Type
18
11. Tyre Department
a. Purchasing
b. Inventory
c. Warehouse
19
13. Human Capital Department
20
BAB 3
TERBUKA
Hingga saat ini, Planet Bumi diklaim sebagai satu-satunya planet dalam sistem
tata surya yang memiliki kehidupan. Kehidupan dapat berkembang pesat di Bumi
akibat tersedianya udara dan air. Alam raya bekerja dengan cara yang sungguh
sangat menakjubkan, salah satu dari sekian banyak kerja alam yang menakjubkan
itu adalah sistem daur air di Bumi. Bagaimana mungkin air yang ada di Bumi ini
tidak pernah habis walau digunakan oleh setiap penghuni dunia untuk berbagai
kepentingan setiap harinya? Jawabannya adalah karena adanya siklus hidrologi.
21
Siklus hidrologi dimulai dengan evaporasi, yaitu menguapnya air yang terdapat di
laut, sungai, danau, kolam, dan penampungan lainnya akibat panas matahari dan
tiupan angin. Selain itu, dikenal juga adanya transpirasi, yaitu menguapnya kadar
air yang terdapat pada tumbuhan. Air yang menguap karena adanya
evapotranspirasi akan berkumpul di atmosfer menjadi apa yang dikenal sebagai
awan setelah melalui proses yang disebut dengan kondensasi. Angin dan
pergerakan Bumi pada porosnya (rotasi) akan menyebabkan awan yang membawa
uap air tersebut terbawa ke darat. Proses selanjutnya adalah terjadinya apa yang
dikenal dengan sebutan hujan. Rintik-rintik air hujan akan menjatuhi Bumi,
meresap masuk kedalam lapisan permukaan (infiltrasi) dan sebagian yang tidak
sempat meresap akan mengalir mengikuti alur drainase, sungai, dan paritan untuk
kembali ke laut, danau dan sebagainya. Proses ini berlangsung kontinu dan selalu
berulang.
Siklus hidrologi berlaku juga di area tambang terbuka. Air yang masuk ke
area tambang terbuka biasanya berasal dari air hujan, direct run-off (limpasan) dan
air tanah.
3.1.1. Hujan
Hujan dapat terjadi saat kumpulan uap air yang terkumpul di angkasa menjadi
awan terbawa ke suatu kawasan tertentu, kemudian karena perbedaan temperatur
maka kumpulan uap air tersebut berubah menjadi tetesan air yang jatuh ke
permukaan bumi.
22
Hujan yang turun di suatu wilayah tertentu kuantitasnya dapat diukur
dengan curah hujan. Curah hujan dinyatakan dalam satuan millimeter (mm) dan
diukur dengan alat berbentuk tabung berskala. Curah hujan 1 mm artinya tinggi
kolom air dalam mm per luasan satu meter persegi. Nilai ini sama dengan jumlah
air setinggi satu millimeter yang terdapat pada sebuah kotak dengan luas alas satu
meter persegi dimana volume air pada kondisi ini sama dengan satu desimeter
kubik (satu liter).
Gambar 3.2 menunjukkan salah satu alat ukur curah hujan yang terdapat di
pit Kanguru tepatnya di tepi Jalan Flamboyan.
Selain curah hujan, dikenal pula istilah intensitas hujan dan catchment area.
Intensitas hujan berarti jumlah curah hujan yang diukur pada wilayah tertentu
dalam rentang waktu tertentu. Catchment area memiliki definisi yang sederhana
yang mudah dipahami, yaitu daerah tangkapan hujan dimana air hujan yang
menjatuhi daerah tersebut akan dialirkan dan terkumpul menuju suatu lokasi
tertentu. Dalam dunia pertambangan, lokasi berkumpulnya air dikenal dengan
istilah sump.
3.1.2. Run-off
Air hujan yang menjatuhi permukaan bumi ada yang meresap kedalam lapisan
tanah melalui celah-celah (infiltrasi), ada pula yang tidak terserap sehingga
kemudian secara langsung mengalir di permukaan tanah yang disebut air limpasan
atau dikenal dengan istilah direct run-off (DRO). Air limpasan yang masuk ke
area pertambangan dipengaruhi oleh faktor meteorologi dan faktor fisik, misalnya
kemiringan lereng, kontur lingkungan, dan tutupan.
Ada banyak upaya yang dapat dilakukan dalam rangka menangani air
limpasan yang masuk kedalam pit, salah satu caranya adalah dengan membuat
sistem saluran. Saluran air pada tambang berfungsi untuk mengalirkan air hujan
yang jatuh ke dalam pit ke sump. Saluran air pada tambang dapat berupa :
b. Pit floor drainage : Saluran pada permukaan pit untuk mengalirkan air
tambang ke sumuran pengumpul.
e. Ramp drainage : Saluran yang dibuat pada ramp untuk mengalirkan air
tambang dari elevasi diatas ke elevasi dibawahnya.
Material yang terbawa ini akan menumpuk di sump dan pada akhirnya akan
menjadi masalah pendangkalan sump yang akan berakibat menurunnya kapasitas
tampungan air pada suatu sump. Untuk menghindari hal ini, maka kualitas saluran
drainase harus diperhatikan karena kualitas draniase akan mempengaruhi
banyaknya material yang akan terbawa ke sump.
Air tanah dapat memancar jika elevasi muka air tanah di sekitar pit lebih tinggi
daripada elevasi dasar pit. Agar air tanah tidak mengganggu aktivitas kerja, maka
elevasi air tanah harus diturunkan sedemikian rupa sehingga elevasinya berada di
bawah pit.
Air tanah yang keluar melalui sela sela struktur bebatuan di tambang dikenal
dengan istilah drain hole. Drain hole dapat mengeluarkan air tanah sehingga
cadangan air tanah keluar dan elevasinya menurun. Air yang keluar dari drain
hole dialirkan melalui parit untuk kemudian dikumpulkan dalam sump.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani air tanah
supaya tidak mengganggu proses produksi, diantaranya:
d. Drainage trench.
Penanganan air tanah di job site Pama-KPCS tidak dilakukan karena elevasi
air tanah di job site ini berada di bawah elevasi pit.
3.2.1. Erosi
Batubara ditemukan pada lapisan tanah dan batuan sedimen. Letak batubara ini
tidak tergeletak begitu saja diatas permukaan tanah, akan tetapi terdapat di dalam
lapisan-lapisan pembentuk kulit Bumi dan tentu saja untuk memperolehnya
dibutuhkan usaha penambangan. Penambangan terbuka yang dilakukan sejatinya
merupakan kegiatan membuka lapisan tanah penutup untuk memperoleh batubara.
Sumber-sumber air yang akan masuk ke sump akan mengalir dari lokasi
dengan elevasi tinggi ke elevasi rendah, dan selama perjalanan ini air yang
mengalir
memiliki kecepatan tertentu. Kecepatan aliran air bergantung pada kontur suatu
daerah, semakin curam maka kecepatan air semakin tinggi. Akibat dari adanya
kecepatan aliran air adalah terjadinya erosi pada saluran-saluran yang dilewatinya
sehingga air yang masuk ke sump mengandung material-material berupa lempung
dan batubara halus. Gambar 3.3 menunjukkan kondisi dinding lereng yang beralur
akibat gerusan air yang mengangkut material saat mengalir pada dinding lereng.
Kuantitas dari material erosi yang diangkut air dapat dinyatakan dalam
angka besaran erosi. Di job site Pama-KPCS nilai dari angka besaran erosi
ditetapkan sebesar 2% (sumber: Engineering Dept.). Angka ini berarti air
mengandung padatan sebanyak 2 m3 untuk 100 m3/jam debit air yang masuk ke
sump.
3.2.2. Sedimentasi
Erosi yang disebabkan karena adanya kecepatan aliran air mengakibatkan material
pada permukaan saluran akan terbawa air dan kemudian masuk ke sump. Material
yang bercampur dengan air ini seiring waktu akan mengendap di dasar sump.
Gambar 3.4 Sedimentasi. Material yang terbawa arus bercampur dengan air yang ditampung pada
sump Marcella .
Untuk menghindari hal ini, angka besaran erosi harus diketahui. Dengan
mengetahui angka besaran erosi, maka dapat diketahui pula tingkat sedimentasi
suatu sump sehingga dapat dilakukan tindakan preventif yang efisien guna
mencegah berkurangnya volume tampungan pada suatu sump.
28
3.3. Konsep Mine Drainage & Mine Dewatering
29
utama dalam perencanaan posisi sump diantaranya elevasi terdalam yang hendak
ditambang (bottom pit), dan Stripping Ratio (SR).
Area pertambangan job site Pama-KPCS memiliki dua pit yang masih aktif
berproduksi, yaitu pit Kanguru dan pit Pelikan. Gambar 3.5 merupakan desain
catchment area pada area penambangan di job site Pama-KPCS. Total luas
catchment area di pit Kanguru dan pit Pelikan yaitu 1399,85 ha, yang terbagi
menjadi 7 daerah tangkapan hujan. Gambar 3.5 dapat dilihat secara lebih jelas
pada lampiran L-2.
30
Untuk menampung volume air yang jatuh ke area pertambangan, maka
dirancanglah 10 sump yang tersebar di 7 catchment area tersebut. Tabel 3.1
menunjukkan luasan catchment area yang dibebankan pada sump di pit Pelikan
dan pit Kanguru dalam kuartal 1, kuartal 2, kuartal 3 dan kuartal 4 tahun 2014.
Gambar 3.5 Desain catchment area pada pit Kanguru (border kuning) dan pit Pelikan (border
merah).
Catchment Area
(Ha)
Pit Sump
Q1 Q2 Q3 Q4
BE 137.9 137.9 137.9
PANEL 2 122.33 122.33 122.33 122.33
PANEL 3 310.04 310.04
Pelikan
MACAN 310.04
Tabel 3.1 Data sump dan catchment area yang dibebankan pada tahun
2014.
31
Pit Pelikan memiliki catchment area seluas 754,63 ha yang dilayani oleh
sump BE, Panel 2, Panel 3, dan Macan. Pit Kanguru memiliki catchment area
seluas 645,22 ha dan dilayani oleh sump Blok A (K-13, K-15 dan A-tengah) serta
sump Anggrek.
Karena adanya erosi yang terjadi, maka material yang terbawa air menuju
sump akan mengalami sedimentasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Engineering Department, angka besaran erosi di job site Pama-KPCS adalah
sebesar 2% dari volume air yang masuk kedalam sump. Volume material endapan
ini harus diperhitungkan karena akan mengurangi kapasitas tampungan air pada
sump yang dirancang.
Agar sump tidak meluap, maka air yang masuk kedalam sump harus
dikeluarkan dengan cara melakukan pemompaan. Volume air yang masuk ke
dalam sump haruslah seimbang dengan volume air yang dikeluarkan, oleh karena
itu ditentukan berapa volume air yang harus dikeluarkan dalam rentang waktu
tertentu. Untuk mencapai target volume yang dikeluarkan, maka harus ditentukan
jenis pompa dan jumlahnya sesuai dengan spesifikasi alat pompa dan desain
pemipaan.
3.4.1. Pompa
Dilihat dari segi fungsinya, pompa merupakan alat yang berfungsi untuk memindahkan fluida
cair dengan menggunakan prinsip perbedaan tekanan. Hukum alam yang harus dimengerti adalah
bahwa fluida cair bergerak dari tekanan yang 32
tinggi ke tekanan yang rendah. Sesuai dengan prinsip ini, pompa bekerja dengan
menciptakan perbedaan tekanan tersebut sedemikian rupa sehingga fluida cair
tersebut dapat berpindah tempat dari inlet menuju outlet.
a. Penggeraknya
: Electric, Diesel atau Pneumatic Driven
b. Model
: Surface atau Submersible Pump
Tahap 1 : Pompa menciptakan tekanan yang sangat rendah pada muka suction
pompa, sedangkan fluida cair yang berada di luar memiliki tekanan 1 atm. Dengan
adanya perbedaan tekanan ini maka fluida cair akan mengalir melalui pipa suction
menuju ke muka suction pompa yang memiliki tekanan yang lebih rendah.
suction
discharge
33
Tahap 2 : Gaya sentrifugal yang bekerja pada impeller pompa akan menimbulkan
tekanan yang tinggi di ujung discharge pompa. Kondisi ini mengakibatkan fluida
cair yang bertekanan tinggi mencari tekanan yang lebih rendah yang terletak di
ujung outlet pipa discharge.
B. Bagian-bagian pompa
1. Impeller
2. Shaft
3. Casing
4. Bearing House
5. Sealing
Bearing House yaitu empat dudukan shaft dan sebagai kesatuan frame
berfungsi menahan berat casing pompa dan impeller agar tidak bergeser dari
tempatnya.
35
Sealing memiliki fungsi untuk mencegah keluarnya air dari dalam casing
pompa melalui celah antara shaft dan dinding casing. Dikenal ada 3 jenis seal
yaitu:
1. Centrifugal Seal
Seal jenis ini termasuk seal kering yang hanya bekerja pada saat pompa berputar
dan tidak akan bekerja pada saat pompa dalam keadaan diam. Centrifugal Seal
terdiri dari kipas yang berada di ruangan tersendiri dan terletak belakang impeller.
Kipas tersebut berfungsi sebagai turbin untuk mengurangi tekanan dari larutan
yang mencoba keluar dari casing melalui belakang impeller. Gaya yang dihasilkan
kipas ini akan menghasilkan tekanan pada ruangan kipas dan mencegah larutan
keluar.
Untuk mencegah larutan keluar pada waktu pompa diam, pompa yang
memakai seal ini menambahkan satu seal tambahan berupa gland seal di belakang
centrifugal seal. Centrifugal seal adalah seal yang paling umum ditemui pada
pemompaan slurry karena sangat efisien dan mudah perawatannya, akan tetapi
kekurangan utama seal jenis ini adalah dia tidak dapat bekerja pada pompa
dengan tekanan inlet dan putaran pompa yang tinggi.
2. Gland Seal
Gland seal terdiri dari beberapa packing ring yang disusun dalam ruangan stuffing
box dan membungkus wear sleeve (shaft sleeve). Shaft sleeve sendiri adalah
material yang dipasang di bagian luar dari shaft untuk mencegah shaft bergesekan
dengan dinding casing.
sleeve yang berputar dan packing ring. Fungsi pelumasan dan pendinginan itu 36
biasanya dilakukan oleh larutan yang diisap pompa, akan tetapi pada pemompaan
slurry hal ini tidak cocok karena ada kemungkinan partikel yang terkandung
dalam slurry justru akan memperbesar gesekan yang terjadi. Pada pemompaan
slurry diperlukan tambahan supply air bersih yang berfungsi membersihkan
partikel slurry dari area seal serta memberi pelumasan dan pendinginan di sekitar
packing.
3. Mechanical Seal
Mechanical seal terdiri dari face strationary dan rotating yang ditekan oleh
tekanan mekanik dan hidrolik secara bersamaan untuk mencegah kebocoran
larutan. Tipe seal yang terakhir ini jarang digunakan pada pemompaan slurry.
Material yang biasanya digunakan adalah alpha grade silicon carbide.
Penggunaan mechanical seal pada pemompaan slurry membutuhkan penanganan
khusus dikarenakan harganya yang relatif mahal dan belum teruji daya tahannya
pada kondisi lumpur.
C. Spesifikasi Pompa
1. MFV-180
Pompa Multiflo dengan model MFV-180 memiliki dimensi panjang 3450 mm,
lebar 1495 mm dan tinggi 1675 mm. Bobot pompa ini yaitu seberat 2900 kg dan
berat saat terisi air secara maksimum adalah 4000 kg. Multiflo MFV-180 memiliki
dua mesin sebagai sumber tenaga, yaitu caterpillar 3056TA yang memiliki daya
110 kW dan cummins 6BTA5.9 yang memiliki daya 101 kW.
37
MFV-180 tersusun dari pump casing yang terbuat dari material cast iron,
impeller yang terbuat dari stainless steel, dan shaft yang terbuat dari 431 stainless
steel. Maksimum debit yang dapat dialirkan 140 liter per second dengan
kemampuan mengalirkan fluida yang memiliki beda ketinggian energi (Head)
maksimum 55 meter. Job site Pama-KPCS memiliki 1 unit pompa MFV-180,
dimana MFV-180 (WP-303) per 22 Juni 2014 masih beroperasi sebagai pompa
primer di Waterfill Kukam.
2. MFV-290
MFV-290 memiliki dimensi panjang 3450 mm, lebar 1495 mm, dan tinggi 1675
mm. Bobotnya seberat 2900 kg dan berat maksimum saat terisi air adalah 4000
kg. Serupa dengan pompa MFV-180, tenaga pompa MFV-290 disupply dari dua
unit mesin yaitu caterpillar 3056TA yang memiliki daya 110 kW dan cummins
6BTA5.9 memiliki daya 101 kW. Alat ini dirangkai dari pump casing yang terbuat
dari cast iron, impeller yang terbuat dari stainless steel, dan shaft yang terbuat
dari 431 stainless steel. Maksimum debit yang dapat dialirkan 103 liter per detik
dengan beda ketinggian energi (Head) maksimum 85 meter.
3. MFV-420
Pompa MFV-420 memiliki dimensi tinggi 3378 mm, panjang 7500 mm, dan lebar
2400 mm, serta memiliki berat 12260 kg dan berat maksimum saat terisi air
adalah 16260 kg. MFV-420 digerakan oleh 2 tenaga mesin caterpillar
3412DITTA. Bagian-bagian penyusunnya terdiri dari pump casing yang terbuat
dari ultrachrome 28% cr(A49), impeller yang terbuat dari Ni-Cr-Mo steel (A25),
dan shaft yang terbuat dari CS 1045 carbon steel, dan sleeve yang terbuat dari
fully hardened type 420C. Terdapat 3 jenis pompa MFV-420 yang beroperasi,
yaitu MFV-420B, MFV-
38
420E dan MFV-420EX. Maksimum debit yang dapat dialirkan oleh pompa MFV-
420B dan MFV-420 E adalah 273 liter per detik dengan beda ketinggian energi
(Head) maksimum 150 meter. MFV-420EX adalah pompa seri baru yang mampu
mengalirkan fluida dengan beda ketinggian energi (Head) maksimum 220 meter.
Selain pompa merk Multiflo, ada pula pompa EWP-420 dan Warman 8/6 AH
yang beroperasi di job site Pama-KPCS. Data populasi pompa yang terdapat di job
site Pama-KPCS ditunjukkan pada tabel 3.2.
39
Berdasarkan tabel 3.2 terdapat 18 pompa dalam kondisi ready to use, 2 pompa
dalam kondisi standby, dan 4 pompa breakdown.
3.4.2. Pipa
Pipa sangat penting dalam kelancaran dewatering karena dengan apa air dapat
dialirkan jika bukan dengan menggunakan pipa. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih jenis pipa, diantaranya adalah jenis fluida yang akan
dipompakan, tekanan yang akan dialami pipa, dan kelenturan pipa. Menurut jenis 40
bahan dasarnya pembuatanya dikenal beberapa jenis pipa yang biasanya
digunakan untuk kepentingan pengaliran fluida:
Pemilihan jenis material pipa ditentukan oleh jenis cairan yang akan
dialirkan, tekanan yang diterima pipa, lokasi penempatan pipa (outdoor atau
indoor) dan kebutuhan fleksibilitas material pipa.
41
Dalam proses dewatering tambang, pipa yang biasa digunakan adalah jenis
HDPE (High Density Polyethylene). Pipa ini termasuk jenis pipa thermoplastic,
yaitu terbuat dari resin dan dapat dibentuk pada saat pemanasan. Polyethylene
adalah struktur molekul tinggi yang termasuk dalam grup polyolefin. Formula
kimiawinya adalah -(CH2 – CH2)n.
c. Kuat terhadap tekanan dari luar, (pipa polymer lainnya kekuatannya akan
menurun bila T < 0° C);
d. Tahan menghadapi bahan kimia asam, alkali, air tanah yang asin, dan faktor
– faktor lingkungan lainnya, hal ini cocok mengingat fluida yang dialirkan
dalam dewatering tambang terbuka adalah air asam tambang;
j. Fleksibel;
l. Tersedia dalam ukuran dari 20 mm – 630 mm dan pressure dari 400 Kpa –
2000 KPa;
m. Dapat dilalui larutan dengan rentang suhu mulai dari -30° C hingga 60° C;
42
c. Mudah untuk disambung – sambung baik dengan alat butt welding
maupun dengan flange.
Performance pipa sangat dipengaruhi oleh faktor gesekan larutan dan faktor
energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, energi hanya dapat berubah
dari suatu bentuk pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Berkenaan dengan hal ini dikenal
pula konsep efisiensi energi, yaitu bahwa energi yang bekerja tidak akan pernah
mungkin memiliki efisiensi kerja 100% selalu saja ada efek dari adanya kerja atau
usaha. Hal ini pun berlaku pada saat air dilairkan melalui pipa.
Fluida yang menalir dalam pipa akan mengalami internal friction sehingga
mengalami kehilangan energi. Hal ini harus diperhitungkan pada saat proses desain
instalasi pipa sehingga fluida yang menglair dari inlet masih mempunyai energi
×× Persamaan
= 3.1
××
Dimana:
Selain itu, dikenal juga persamaan matematis yang mencoba untuk mendefinisikan faktor
gesekan larutan dalam pipa, menurut Hazen dan William:
, × × Persamaan
=( , ) , 3.2
×
Dimana:
Q = Debit (ltr/sec)
Nilai C bervariasi dari nilai 80 (pipa dengan permukaan kasar) hingga 160 (pipa
dengan permukaan halus)
Kejadian pipa tertutup padatan disebabkan kecepatan aliran air tidak mampu
menarik padatan sehingga padatan akan mengendap di dalam pipa dan
mengakibatkan pipa tertutup. VL merupakan istilah untuk mendefinisikan nilai
batas kecepatan pengendapan (Limiting Settling Velocity) dimana air dapat
memindahkan padatan sehingga tidak mengendap. Durand dan Condolios
menghasilkan sebuah formula dan diagram untuk mencari nilai VL:
44
= √[ ( − )] Persamaan 3.3
Dimana:
Pipa yang digunakan di job site Pama-KPCS yaitu jenis pipa HDPE Tyco PE
3.4.3. Gorong-gorong
46
gorong. Setelah galian selesai gorong-gorong diletakan di galian tersebut,
kemudian gorong-gorong ditimbun kembali dengan material galian.
Seringkali bukan hanya pipa dan pompa yang dibutuhkan dalam kelancaran
dewatering tambang, alat support pun memiliki peranan penting dalam hal ini.
Alat berat seperti Excavator, Grader, dan Ripper juga alat-alat seperti sling, hose,
rantai, perahu dan kunci-kunci pun sangat dibutuhkan.
47
Excavator yang digunakan biasanya tipe PC-200 yang biasa digunakan
untuk pekerjaan dengan volume rendah. Kapasitas bucket dari PC 200
berdasarkan Komatsu Handbook adalah 0,93 m3.
Gambar 3.12 Galian pipa HDPE yang dikerjakan PC-200 dan PC-800
48
Sling, hose, fuel tank, rantai, perahu dan kunci-kunci pun mendukung
kelancaran dewatering. Sling berfungsi untuk mengikat kabel baja dengan sasis
pompa dan sasis fuel tank sehingga dapat ditarik oleh alat berat.
Hose berguna untuk mengalirkan fuel dari fuel tank ke pompa sehingga
pompa dapat beroperasi. Rantai seringkali dibutuhkan untuk mengikat pipa HDPE
ke ripper pada grader. Perahu sebagai sarana pengangkut petugas yang akan
melakukan P2H pompa. Sedangkan kunci-kunci sangat berguna dalam instalasi
pipa dan pompa.
49
BAB 4
DEWATERING
h. Untuk pipa suction dibuat sependek dan sedekat mungkin dengan air
(Reff: Performance Curve masing-masing Pompa).
50
Gambar 4.1 Ujung pipa yang tidak memenuhi standar pada outlet, dua diantara tiga pipa
PN-12 12 120
PN-14 14 140
PN-16 16 160
PN-20 20 200
51
4.2. Standar Parameter Aktivitas Pemompaan
Standar parameter ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pedoman bagi Pit
Service Group Leader Dewatering atau PIC terkait dalam pelaksanaan aktivitas
pemompaan air.
A. PERSIAPAN OPERASI
B. SISTEM PEMOMPAAN
Single Stage Pump adalah sistem pemompaan dengan memanfaatkan satu unit
pompa untuk satu sistem pemompaan.
Efisiensi pompa harus dijaga pada angka minimal yang ditunjukkan pada tabel 4.2
52
EQUIPM MF MF 420 MF 12/10
ENT 420 E 390 380 340 290 AH
Maxim
RPM al 1200 1400 1120 1700 1800 1800 600
Optima
Total Head (m) l 122 122 110 80 90 70 27
Maxim
al 145 145 120 105 110 85 35
3 Optima
Debit (m ) l 830 830 660 680 360 290 1500
Minim
al 360 360 350 250 144 110 360
Optima
Efisiensi Pompa l 73% 73% 66% 69% 73% 71% 78%
(%) Minim
al 60% 60% 50% 50% 34% 35% 40%
catatan: Untuk pompa aplikasi lumpur harus dilakukan perhitungan ulang dan
evaluasi aktual di lapangan.
Apabila efisiensi pompa memiliki nilai kurang dari nilai yang tertera di tabel
4.2 maka hal yang harus dilakukan adalah menaikkan spesifikasi pompa atau
mengubah metode pemompaan. Pemipaan dilakukan sesuai dengan Standar
Parameter Aktivitas Pemipaan. Untuk ukuran diameter pipa dan pompa dilihat
sesui Standar Parameter Kombinasi Pompa Dan Diameter Pipa.
Direct Multistage Pump adalah sistem pemompaan dengan menggunakan dua unit
pompa atau lebih yang terhubung langsung antara suction dan discharge.
53
Metodenya adalah pompa primer dioperasikan terlebih dahulu, setelah air
sampai di pompa booster dilanjutkan dengan running pompa booster, dan
seterusnya. Jarak antara pompa primer dan pompa booster harus diatur agar tidak
terjadi cavitasi. Minimal passage size solid pompa booster haruslah lebih besar
dari pompa primer.
Standar parameter disusun dengan tujuan untuk memberi pedoman bagi Pit
Service Group Leader Dewatering atau PIC terkait dalam rangka pelaksanaan
monitoring flowrate pompa dalam aktivitas pemompaan baik air maupun lumpur.
Untuk keperluan praktis digunakan alat flowbar yang memiliki skala tertentu
sedemikian sehingga flowrate pada suatu aliran pada saluran tertutup (pipa) dapat
diukur.
Terkadang air yang keluar dari pipa tidak mengalir secara penuh sesuai
dengan diameter pipa. Kondisi ini akan mengurangi besarnya debit yang
dikeluarkan. Untuk menghitung debit yang keluar pada kondisi aliran tidak penuh,
54
maka nilai debit yang dibaca dengan flowbar harus dikoreksi dengan faktor tertentu.
Besarnya faktor ini sesuai dengan yang ditampilkan oleh tabel 4.4.
0.45 0.56 1 0
Keterangan:
55
Gambar 4.3 Aktivitas pengukuran debit dengan menggunakan flowbar.
Kombinasi Pompa dan Diameter Pipa adalah kesesuaian kombinasi antara alat
pompa dengan pipa dalam operasional pompa. Sasaran yang ingin dicapai dalam
hal ini adalah terciptanya kombinasi kerja yang optimal antara pompa dengan pipa
sehingga memastikan operasional dapat terlaksana dengan efisien, produktif dan
aman.
56
PUMP TYPE Pipa Suction (inch) Pipa Discharge (mm)
Multiflo 420 12 315
Tabel
4.5 Kombinasi pompa dengan diameter pipa.
Dalam rangka melakukan instalasi pompa dan pipa terdapat beberapa langkah
yang harus diperhatikan. Aktivitas ini dimulai dengan adanya kebutuhan
pemasangan pompa dan pipa.
Pit Service Section Head akan memberi respon berupa persetujuan untuk
modifikasi atau perancangan sistem pemompaan yang sesuai. Jika sudah sesuai,
57
maka Pit Service Group Leader dibantu oleh Pump Man akan mempersiapkan
pemasangan pompa dan pipa.
Tahap persiapan diawali dengan memilih tipe pompa yang akan digunakan
berdasarkan nilai Specific Gravity dan Total Head. Apakah Specific Gravity
bernilai lebih dari 1,2? Jika ya, maka menggunakan pompa tipe Slurry Pump. Jika
tidak, maka menggunakan pompa tipe Water Pump.
Gambar 4.4 Jenis pipa berdasarkan media penyambungnya. Kiri : Jenis pipa dengan sambungan
flange. Kanan : Jenis pipa polos yang disambung dengan butt joint.
58
Tahap selanjutnya yaitu melakukan aktivitas pemasangan pompa dan
penyambungan pipa sesuai dengan opsi yang diambil. Kemudian dilakukan
kontrol terhadap hasil pekerjaan penyambungan pipa dan pemasangan pompa,
apakah pekerjaan-pekerjaan tersebut sudah memenuhi standar. Jika ya, maka
rangkaian aktivitas pemasangan pompa dan pipa selesai. Jika tidak, maka
pekerjaan diulangi dari tahap persiapan.
Pit Service Group Leader menentukan jenis problem apakah mekanikal atau
operational. Jika operational, maka memperbaiki kondisi eksisting pompa dan
pipa sesuai dengan standard aktivitas pemompaan. Jika mekanikal, maka Pit
Service Group Leader menginformasikan kerusakan ke CCR yang kemudian akan
melaporkan ke mekanik untuk melakukan perbaikan.
59
Pit Service Group Leader menerima pompa yang dalam kondisi RFU
(Ready For Use) atau pompa lain sebagai pengganti. Pump Man melakukan
persiapan pengoperasian pompa dengan memeriksa posisi transmisi.
Pump Man akan memeriksa apakah transmisi pada posisi bebas. Jika ya,
maka selanjutnya melakukan pemeriksaan posisi pipa inlet terhadap muka air. Jika
tidak, maka pindahkan posisi transmisi ke posisi bebas.
Berikutnya, Pump Man memeriksa posisi pipa inlet apakah berada dibawah
permukaan air. Jika ya, maka dilakukan pencatatan muka air sebelum aktivitas
pemompaan dimulai. Jika tidak, maka menempatkan posisi pipa inlet 1 meter
dibawah permukaan air dengan syarat tidak masuk lapisan endapan (lumpur).
Gambar 4.5 Strainer pada pipa suction berfungsi sebagai penyaring agar lumpur dan material
pengotor tidak terhisap oleh pompa. Pada proses pemompaan harus dipastikan berada pada posisi
yang benar.
Setelah pipa inlet dipastikan berada pada posisi yang benar, maka Pump
Man akan mencatat elevasi muka air sump sebelum pompa dioperasikan,
kemudian menghidupkan pompa, dimulai dari pompa primer lalu mengatur
putaran mesin sesuai kebutuhan.
60
Selanjutnya Pump Man akan memeriksa vacuum gauge pada pompa,
pemeriksaan ini termasuk salah satu point dalam pelaksanaan P2H pompa yang
dilakukan oleh Pump Man
Memonitor flow rate di outlet dengan menggunakan flow bar dan table flow
rate sesuai dengan spesifikasi pompa. Apakah flow rate kurang dari target? Jika
tidak, maka melakukan monitoring specific gravity. Jika ya, maka menaikkan
putaran mesin.
Memonitor instalasi jalur pipa, apakah terjadi kebocoran? Jika ya, maka
menghentikan operasi pompa untuk sementara, kemudian dilanjutkan dengan
melakukan perbaikan pipa yang bocor. Jika tidak, maka dilanjutkan dengan
aktivitas pemompaan. Jika diperlukan, dilakukan flushing untuk pembersihan
pipa.
Pada akhir aktivitas pemompaan, elevasi muka air sump dan HU pompa
dicatat oleh Pump Man pada sebuah timesheet, kemudian timesheet tersebut
diserahkan pada Pit Service Group Leader.
61
Pada akhir shift, Pit Service Group Leader berkewajiban untuk melaporkan
kondisi terakhir aktivitas pemompaan dalam sebuah handover report sebagai
referensi dari hasil pekerjaan untuk pedoman bagi petugas pada shift selanjutnya.
Standar parameter ini disusun sebagai pedoman bagi para pengawas operasional-
dalam hal ini Pit Service Group Leader- dalam memonitor arah aliran air di lokasi
penambangan.
Disesuaikan Disesuaikan
3 Pump dengan dengan
sequence
tambang beda tinggi.
62
Elevasi Banjir
Elevasi Kritis
Elevasi Aman
Gambar 4.6 Ilustrasi kondisi penampang melintang drainage system pada berbagai kondisi elevasi
muka air.
Gambar 4.6 merepresentasikan kondisi sump saat berada pada elevasi banjir,
elevasi kritis dan elevasi amannya. Sump dinyatakan dalam kondisi aman apabila
level muka air berada diantara elevasi bottom dan elevasi aman. Kondisi kritis
terjadi apabila level muka air berada diatas elevasi aman hingga mencapai elevasi
kritis. Apabila level muka air melebihi elevasi kritis hingga elevasi banjir, maka
kondisi sump banjir dan harus dijaga agar air tidak meluap. Elevasi kritis sendiri
dicapai saat air dalam sump memiliki volume 2/3 kali volume sump.
63
BAB 5
TINJAUAN KHUSUS
Sump Panel 3 adalah salah satu sump yang berperan dalam sistem dewatering, dan
merupakan salah satu yang terbesar di job site Pama-KPCS. Sump Panel 3 terletak
di pit Pelikan. Sump Panel 3 terletak di ujung Jalan Arema, sebelah Utara sump
Panel 2 dan berbatasan dengan Jalan Intermilan di sebelah Barat. Sump Panel 3
mulai beroperasi pada kuartal kedua tahun 2014 hingga Juni 2015. Sistem
pemompaan di sump Panel 3 adalah sistem multi stage dengan satu kali booster.
Catchment area yang dibebankan pada sump Panel 3 adalah seluas 156,7 ha,
dimana air yang jatuh di daerah tersebut akan dialirkan menuju sump Panel 3.
Berdasarkan data curah hujan yang dikumpulkan, sump Panel 3 harus mampu
menampung curah hujan maksimum 135 mm dengan waktu hujan terlama yang
terjadi hingga 15,86 jam. Pada awalnya aktivitas pemompaan di sump Panel 3
dilayani oleh WP 420B yaitu sebuah pompa Multiflo tipe MFV-420B. Akan tetapi
sejak awal bulan Juli 2014 aktivitas pemompaan memanfaatkan pompa Multiflo
tipe MFV-420EX (WP 637) dengan alasan kebutuhan pemompaan yang
meningkat dan harus menggunakan pompa dengan kemampuan yang lebih baik.
65
Tidak dapat dipungkiri bahwa pipa memiliki peranan yang sangat penting
dalam proses pemompaan selain pompa itu sendiri. Ketika kualitas pipa yang
digunakan sebagai sarana pemindahan air dibawah standar, maka akan timbul
masalah yang sangat merugikan sistem dewatering secara keseluruhan. Kondisi
inilah yang terjadi pada aktivitas pemompaan di sump Panel 3.
Sebagai gambaran awal dalam bagian latar belakang masalah ini adalah
bahwa total head ( ) di sump Panel 3 mencapai 155 m. Perlu diketahui bahwa
pompa MFV-420EX yang digunakan untuk proses pemompaan memiliki
kemampuan memindahkan air dengan head 220 m, dan pipa yang digunakan
sekarang adalah pipa HDPE TYCO PE 100 PN-16 yang berarti pipa mampu
menahan tekanan hingga 16 bar atau 160 m. Jika membandingkan sump dengan
kemampuan pipa dapat dilihat bahwa kondisi pipa sudah sangat
mengkhawatirkan. Memang masih ada sisa head 5 m, tapi itu tidaklah cukup
untuk dapat menjamin pipa akan bekerja sesuai rencana mengingat bahwa pipa
yang sekarang digunakan memiliki jam kerja lama sehingga tidak dapat
dipungkiri kemampuan melayani head sebesar 160 m kini sudah mulai berkurang.
Menyikapi permasalahan yang terjadi maka dalam tinjauan khusus ini akan
dibahas mengenai pemilihan jenis dan perhitungan jumlah pipa yang dapat
menunjang aktivitas pemompaan di sump Panel 3. Sumber data yang diperoleh
untuk mendukung studi kasus ini berasal dari hasil diskusi dengan Group Leader
bagian dewatering, data numerik dari Engineering Department, dan berdasarkan
hasil bacaan dari modul dewatering. Adapun poin-poin pembahasan akan diawali
dengan penyampaian informasi kondisi pipa eksisting, analisis data, kemudian
66
pemilihan jenis pipa, dan diakhiri dengan perhitungan jumlah pipa yang
dibutuhkan.
Pipa yang digunakan di sump Panel 3 adalah jenis pipa HDPE TYCO PE 100
yang memiliki nominal pressure 16 bar. Nilai 16 bar ini berarti bahwa pipa
mampu menahan tekanan fluida dengan total head hingga 160 m. Besaran total
head sendiri merupakan nilai gabungan antara static head dan dynamic head.
+100 m
OUTLET
BOOSTER
Hs=130 m
PRIMER
-30 m FUEL
67
pipa dapat bekerja optimal hambatan total yang terjadi harus dijaga agar tidak
melebihi 160 m.
Outlet +100 m
Inlet -30
Sump Panel 3 memiliki inlet yang berada pada elevasi -30 m dan outlet
berada pada elevasi +100 m sehingga nilai hambatan statis diketahui = +100 −
(−30 ) = 130 . Nilai hambatan dinamis (dynamic head) di job site Pama-KPCS
ditentukan sebesar 25 m. Nilai ini dihasilkan dari penelitian lapangan yang
dilakukan berdasarkan atas pengalaman para Group Leader yang telah bekerja
sekian lama. Angka dynamic head 25 m dinilai mampu mewakili kehilangan
energi akibat friksi, belokan, sambungan, penyempitan dan pelebaran yang terjadi.
68
tebing berkelok-kelok dan dengan nilai friksi yang besar sehingga nilai dynamic
head lebih dari 25 m. Oleh kerena itu perhitungan dynamic head sebaiknya
dilakukan untuk semua instalasi pipa karena berbeda kasus akan berbeda hasil
perhitungan.
Kembali pada permasalahan, total head yang terjadi pada sump Panel 3
berjumlah 155 m dengan rincian 130 m static head ditambah dengan 25 m
dynamic head. Nilai total head eksisting sudah mendekati nilai total head yang
mampu di-cover oleh pipa yang digunakan. Hal ini sungguh mengancam
kelancaran proses pemompaan keselamatan kerja karena ada potensi pompa akan
meledak karena tidak kuat menahan tekanan yang terjadi.
Selama penulisan laporan ini diketahui bahwa pada hari Sabtu, 19 Juli 2014
dilakukan instalasi pipa discharge pada line pertama. Penyambungan dilakukan
pada sambungan flange. Ketika penyambungan selesai dilakukan pengoperasian
pompa dan ternyata terjadi kebocoran di bagian yang baru saja disambung.
Berdasarkan analisis dengan Group Leader diketahui bahwa penyebab kebocoran
yang terjadi adalah terdapat celah pada sambungan flange.
69
Gambar 5.5 Kebocoran yang terjadi pada sambungan flange pipa HDPE sump
Panel 3
70
Ledakan terjadi pada line pipa paling bawah yang kebetulan sudah mulai menipis.
10. Saat proses pemindahan pipa dari satu tempat ke tempat yang lain akan
terjadi gesekan antara permukaan luar pipa dengan jalan. Gesekan ini akan
menyebabkan ketebalan pipa berkurang sehingga nilai pressure number
akan berkurang pula;
Gambar 5.7 Pipa cacat karena goresan dengan jalan serta dengan bucket
PC
Goresan, luka dan cacat pada sebuah pipa akan menciptakan daerah lemah
dan ketika menerima tekanan tinggi daerah lemah tersebut tidak siap kemudian
energi yang ada akibat tekanan dilepaskan di bagian lemah tersebut dengan rupa
ledakan.
71
Pada kasus ini, ledakan pipa terjadi pada line pipa discharge pertama yang
mengalami tekanan paling tinggi sesuai dengan teori bahwa air mengalir dari
tempat bertekanan tinggi ke tempat dengan tekanan lebih rendah.
Dari kedua kejadian lapangan tadi dapat disimpulkan bahwa kondisi pipa
HDPE yang digunakan tidak lagi mumpuni untuk menunjang kelancaran proses
pemompaan di sump Panel 3. Jika terus dipaksakan maka akan mempengaruhi
produktivitas kerja dewatering di pit Pelikan. Agar pekerjaan dewatering di sump
Panel 3 tidak terganggu, maka perlu dilakukan analisis terhadap kapasitas
tampungan, kapasitas pompa dan jumlah pipa yang dibutuhkan.
Diketahui bahwa inlet sump Panel 3 berada pada elevasi -30 m sedangkan
outletnya berada pada elevasi 100 m. Berdasarkan Tabel 5.1, data hujan yang
dikumpulkan selama 7 tahun dari mulai tahun 2005 hingga 2012, curah hujan
maksimum adalah 135,00 mm dan jam hujan maksimum yaitu 15,86 jam (Juni
2012).
72
Gambar 5.8 Layout catchment area sump Panel 3 dan sump Macan.
Skematisasi pada Gambar 5.8 menunjukkan layout dari catchment area
yang membebani sump Panel 3 dan sump Macan. Garis ungu menunjukkan
catchment area. Garis kuing menunjukkan luas total dari catchment area tersebut.
Garis merah menunjukkan posisi sump Panel 3. Dari total luasan catchment area
310,04 ha, sump Panel 3 dibebani catchment seluas 156,70 ha, sisanya dibebankan
pada sump Macan.
73
Jan Feb Mar
Tahun Max Max Max
Total Total Total
(harian) (harian) (harian)
2005 0 0 48 156 39.5 185.1
2006 60.5 218.7 36 198.8 32.5 92.5
2007 33 150 80 248.9 147 249.5
2008 35 177.8 49 274.7 37 72.5
2009 26 120.5 45 183.5 62 223.7
2010 95 442 15 20.5 84 329.5
2011 25.5 85.1 40 61.5 50 184.5
2012 78 374.6 108 715.6 53 210.5
5 Tahunan 95 240 108 251.16 84 204.14
Nilai limpasan hujan ditentukan sebesar 95%. Di kawasan pit Pelikan tidak
terdapat air tanah yang mempengaruhi volume sump, sehingga nilai drain hole
diestimasi berada pada debit 0 liter/detik.
75
Analisis perhitungan kapasitas tampungan:
1. Air Hujan
ℎ = 156,7 ℎ = 1567000 2
ℎℎ = 135 = 0,135
ℎ = 15,86 = 57096
= 95% = 0,95
1567000 × 0,135 3
= × 0,95 = 3,5198 ⁄
57096
2. Drain Hole
3
0,00 ⁄
Jadi :
= +
= , + , = , ⁄
76
13. Total Volume Air dalam 1 Hari
Jadi :
= +
0 ,+ ,= ,
Dengan demikian :
= × , =
77
c. Kebutuhan Pompa Sump Panel 3
Pada bagian ini akan dihitung kebutuhan pompa di sump Panel 3 untuk melayani
aktivitas pemompaan pada bulan Juli 2014. Berdasarkan data teknis yang
diperoleh dari Engineering Department, diketahui bahwa :
ℎℎ
∶ 31 ℎ
ℎ
ℎℎ
∶ 156,7 ℎ = 1567000 2 ∶
149 = 0,149
3
( 2014) = 194744
3
( . 2014) = 47672
∶ 2%ℎ
ℎ = 0,00 3
3
= 0,00
= 92,0 %
= 80,0 %
78
Dari data yang diketahui tersebut, dapat dihitung kebutuhan pompa sebagai berikut:
e. Air Sump
0 .+ = 47672 3 + 4481,62 3
0 52153,62 3 c.
Total Volume Fluida (air+lumpur) yang Masuk
=+ℎ
+ +
3 3 3 3
2. 194744 + 224081 + 4481,62 +0
0 ,
79
3. Kemampuan Pompa
ℎ = 24× ×
Pada masa awal operasi sump Panel 3 sistem pemompaan yang dipilih
adalah Multistage dengan 1x booster. Pompa primer yang digunakan
adalah Multiflo 420 dan pompa booster yang digunakan adalah Warman
8/6 artinya dibutuhkan 1 paket unit Multiflo 420-Warman 8/6. Sistem ini
ditargetkan mampu mengalirkan debit (Q) sebesar 700 m3/jam. Sehingga :
= × ℎ
×
m3
= 700 jam × 1 × 547,58
= 383306 m3
=× ℎ
3
423306,62
= m3 = 604,72
700 jam × 1
80
= .
−
4. 423306,62 3 − 383306 m3
5. 40000,62 3
= −
. ℎ
3 3
D.401933 − 52153,62
E. ,
Status sump dinyatakan masih layak beroperasi jika sisa volume air dalam
sump tidak habis sama sekali, dan jika selisih antara kapasitas sump tersisa dengan
sisa volume air dalam sump tidak sama dengan nol. Kondisi yang terjadi
berdasarkan hasil perencanaan diatas adalah masih terdapat sisa volume air dalam
sump dan kapasitas volume sump masih lebih dari cukup untuk menampung sisa
volume air dalam sump, sehingga dinyatakan status sump pada bulan Juli adalah
“OK”.
Simpulan :
81
sebagai pompa booster. Akan tetapi sejak pertengahan bulan Juli
digunakan single stage dengan menggunakan pompa Multiflo 420EX yang
mampu mengalirkan fluida dengan total head 220 m.
Perhitungan ini diperlukan supaya larutan dapat dialirkan oleh pipa dengan aman
dan ekonomis.
Sebuah jalur pipa dibutuhkan untuk mengantarkan air sebanyak 700 m3/jam
dengan jam operasional pemompaan 17,66 jam/hari, atau dengan kata lain debit
yang dialirkan harus mencapai 12362 m3/hari. Jarak dari inlet ke outlet adalah 1,3
km. Tempat penampungan itu berjarak 130 meter di atas pompa yang berada di
dam.
Tentukan :
Pemecahannya :
82
3. Pilihan beberapa kelas pipa yang tersedia dan maksimum pressure
ratingnya. Pipa yang akan digunakan dalam merencanakan pemipaan di
sump Panel 3 adalah pipa HDPE PE100.
Pilihan Jenis Pipa PE-100 PN 8 PN 10 PN 12,5 PN 16 PN 20
Untuk pipa dengan Max Pressure Rating 80 m, 100 m, 125 m tidak dapat
digunakan karena sisa pressure terhitung menghasilkan nilai negatif.
= 1,05 ×
83
6. Hitung pressure maksimum per 100 m panjang pipa yang masih dipunyai
pompa dengan cara membagi Sisa Pressure dibagi dengan jumlah
panjang pipa dan aksesorisnya di sistem.
/ (( + ) ∗ 100 ))
DITENTUKAN
7. Memilih pipa yang tepat dengan cara mencari pada tabel nilai head loss
pipa yang paling mendekati nilai pada no.6 berdasarkan debit yang telah
dihitung pada no.2.
Nomina Head
l Vel Loss
84
Berdasarkan tabel nilai head loss untuk pipa HDPE PE 100 nilai kondisi pipa
pada debit 143,08 ⁄ yang paling mendekati nilai pressure maksimum
yang masih dimiliki pompa adalah pipa HDPE 315 mm PN 20, dengan nilai head
loss 3,09 dan kecepatan aliran 3,39 m/s.
Hal ini berarti bahwa kondisi eksisting penggunaan pipa HDPE 315 mm PN
16 sudah tidak layak pakai, dilihat dari segi kebutuhan yang meningkat tidak
didukung oleh performance pipa yang semakin menurun, sehingga disarankan
untuk mengganti spesifikasi pipa menjadi pipa HDPE 315 mm PN 20.
85
BAB 6
Berangkat dari pemaparan mengenai mine drainage system and mine dewatering
system yang dilakukan di jobsite Pama-KPCS, dapat ditarik benang merah yaitu:
2. Seiring dengan semakin dalam galian di pit Kanguru dan pit Pelikan sesuai
dengan master plan dari Engineering Department, kebutuhan akan
penanganan air sump semakin bertambah. Hal ini mendorong pengembangan
jalur pemompaan dan drainase yang semakin dinamis, untuk itu agar sistem
dewatering berjalan dengan semestinya dibutuhkan pipa HDPE tambahan dan
kemampuan pompa yang lebih besar.
3. Meski dinilai telah berjalan baik, akan tetapi kinerja sistem dewatering dan
drainase masih bisa dikembangkan dari segi man power, maksimalisasi PA
dan UA, menambah fasilitas penunjang seperti perahu yang dibutuhkan untuk
memperlancar proses pemompaan.
86
a. Pompa memiliki kemampuan yang baik untuk mengalirkan debit. Total
head yang mampu dialirkan pompa mencapai 220 m. Perlu pipa yang
memiliki kualitas lebih tinggi dari pipa HDPE PN-16 agar kerja pompa
lebih optimal
b. Kondisi pipa yang kini digunakan (pipa HDPE PN-16 315 mm) sudah
tidak layak pakai, ada banyak cacat dan sering terjadi kebocoran akibat
menurunnya kemampuan menerima tekanan.
87
LAMPIRAN
91
Lampiran L-1.5 Sampel format isian PTO.
92
Lampiran 2 Peta Desain Pit Kanguru dan Pit Pelikan
93