Anda di halaman 1dari 11

Perencanaan Jalan Tambang Awang Suwandhi, Ir., M.

Sc

PERENCANAAN
JALAN TAMBANG

1. PENDAHULUAN
Setiap operasi penambangan memerlukan jalan tambang
sebagai sarana infrastruktur yang
vital di dalam lokasi penambangan dan sekitar-nya. Jalan tambang
berfungsi sebagai penghubung
lokasi-lokasi penting, antara lain lokasi tambang dengan area
crushing plant, pengolahan bahan
galian, perkantoran, perumahan karyawan dan tempat-tempat lain di
wilayah penambangan.
Konstruksi jalan tambang secara garis besar sama dengan
jalan angkut di kota. Perbedaan
yang khas terletak pada permukaan jalannya (road surface) yang
jarang sekali dilapisi oleh aspal
atau beton seperti pada jalan angkut di kota, karena jalan tambang
sering dilalui oleh peralatan
mekanis yang memakai crawler track, misalnya bulldozer,
excavator, crawler rock drill (CRD), track
loader dan sebagainya. Untuk membuat jalan angkut tambang
diperlukan bermacam-macam alat
mekanis, antara lain:
bulldozer yang berfungsi antara lain untuk pembersihan lahan
dan pembabatan, perintisan
badan jalan, potong-timbun, perataan dll;
alat garu (roater atau ripper) untuk membantu pembabatan dan
meng-atasi batuan yang agak
keras;
alat muat untuk memuat hasil galian yang volumenya besar;
alat angkut untuk mengangkut hasil galian tanah yang tidak
diperlukan dan membuangnya di
lokasi penimbunan;
motor grader untuk meratakan dan merawat jalan angkut;
alat gilas untuk memadatkan dan mempertinggi daya dukung
jalan;
Seperti halnya jalan angkut di kota, jalan angkut di tambang
pun harus dilengkapi
penyaliran (drainage) yang ukurannya memadai. Sistem penyaliran
harus mampu menampung air
hujan pada kondisi curah hujan yang tinggi dan harus mampu pula
mengatasi luncuran partikel-
partikel kerikil atau tanah pelapis permukaan jalan yang terseret arus
air hujan menuju penyaliran.
Apabila jalan tambang melalui sungai atau parit, maka harus dibuat
jembatan yang konstruksinya
mengikuti persyaratan yang biasa diterapkan pada konstruksi
jembatan umum di jalan kota. Parit
yang dilalui jalan tambang mungkin dapat diatasi dengan
pemasangan gorong-gorong (culvert),
kemudian dilapisi oleh campuran tanah dan batu sampai pada
ketinggian jalan yang dikehendaki.

2. GEOMETRI JALAN ANGKUT


Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk
menunjang kelancaran operasi
penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat
yang mungkin terdapat
disepanjang rute jalan tambang harus diatasi dengan mengubah
rancangan jalan untuk
meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja. Apabila perlu
dibuat terowongan (tunnel)
atau jembatan, maka cara pembuatan dan konstruksinya harus
mengikuti aturan-aturan teknik sipil
yang berlaku. Lajur jalan di dalam terowongan atau jembatan
umumnya cukup satu dan alat
angkut atau kendaraan yang akan melewatinya masuk secara
bergantian. Pada kedua pintu
terowongan ditugaskan penjaga (Satpam) yang mengatur kendaraan
masuk secara bergiliran,
terutama bila terowongan cukup panjang.
Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan sama seperti
jalan raya pada umumnya,
yaitu: (1) lebar jalan angkut, (2) jari-jari tikungan dan super- elevasi,
(3) kemiringan jalan, dan (4)
cross slope. Alat angkut atau truk-truk tambang umumnya
berdimensi lebih lebar, panjang dan
lebih berat dibanding kendaraan angkut yang bergerak di jalan raya.
Oleh sebab itu, geometri jalan
harus sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar alat
angkut tersebut dapat
bergerak leluasa pada kecepatan normal dan aman.

2.1. LEBAR JALAN ANGKUT


Jalan angkut yang lebar diharapkan akan membuat lalulintas
pengangkutan lancar dan
aman. Namun, karena keterbatasan dan kesulitan yang muncul di
lapangan, maka lebar jalan
minimum harus diperhitungan dengan cermat. Perhitungan lebar
jalan angkut yang lurus dan belok
(tikungan) berbeda, karena pada posisi membelok kendaraan akan
membutuhkan ruang gerak

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 1


Unisba, 12 – 22 Juli 2004
Perencanaan Jalan Tambang Awang
Suwandhi, Ir., M.Sc

yang lebih lebar akibat jejak ban depan dan belakang


yang ditinggalkan di atas jalan melebar. Di
samping itu, perhitungan lebar jalan pun harus
mempertimbangkan jumlah lajur, yaitu lajur tunggal
untuk jalan satu arah atau lajur ganda untuk jalan
dua arah.

Lebar jalan angkut pada jalan lurus


Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan
lajur ganda atau lebih, menurut Aasho Manual
Rural High Way Design, harus ditambah
dengan setengah lebar alat angkut pada bagian
tepi
kiri dan kanan jalan (lihat Gambar1).

Dari ketentuan tersebut dapat digunakan cara


sederhana
untuk menentukan lebar jalan angkut minimum,
yaitu menggunakan rule of thumb atau angka
perkiraan seperti terlihat pada Tabel 1, dengan
pengertian bahwa lebar alat angkut sama
dengan lebar lajur.

T
a
b
e
l
1
Lebar Jalan
Angkut
Minimum
JUMLAH LAJUR
TRUCK
PERHITUNGAN
LEBAR JALAN
ANGKUT MIN.
1 1 + (2 x ½ )
2,00
2 2 + (3 x ½ )
3,50
3 3 + (4 x ½ )
5,00
4 4 + (5 x ½ )
6,50

Dari kolom perhitungan pada Tabel 1 dapat


ditetapkan rumus lebar jalan angkut minimum
pada jalan lurus. Seandainya lebar kendaraan
dan jumlah lajur yang direncanakan masing-
masing adalah Wt dan n, maka lebar jalan
angkut pada jalan lurus dapat dirumuskan
sebagai
berikut:

L min = n.Wt + (n + 1)
(½.Wt)
………………………….(1)

di mana : L min = lebar jalan angkut minimum, m


n = jumlah lajur
Wt = lebar alat angkut, m

Dengan demikian, apabila lebar truck 773D-


Caterpillar antara dua kaca spion kiri-kanan
5,076
m, maka lebar jalan lurus minimum dengan lajur
ganda adalah sebagai berikut:

L min = n.Wt + (n + 1)
(½.Wt)

= 2 (5,076) +
(3) (½ x
5,076)

= 17,77 m ˜
18 m
Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 2
Unisba, 12 – 22 Juli 2004
Perencanaan Jalan Tambang Awang
Suwandhi, Ir., M.Sc

CAT E
RP IL LAR

Tanggul
77 8 7 78

Parit

1/2 Wt 1/2 Wt 1/2 Wt Wt Wt

L
m
i
n

Gambar 1. Lebar Jalan


Angkut Dua Lajur Pada
Jalan Lurus

Lebar jalan angkut pada belokan


Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan
selalu lebih besar daripada lebar jalan lurus.
Untuk lajur ganda, maka lebar jalan minimum
pada belokan didasarkan atas:
• Lebar jejak ban;
• Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat
angkut bagian depan dan belakang pada saat
membelok;
• Jarak antar alat angkut atau kendaraan pada
saat bersimpangan;
• Jarak dari kedua tepi jalan.

Dengan menggunakan ilustrasi pada Gambar 2


dapat dihitung lebar jalan minimum pada
belokan, yaitu seperti terlihat di bawah ini:

di mana : Wmin= lebar jalan angkut minimum pada


belokan, m
U = lebar jejak roda (center to center
tires), m
Fa = lebar juntai (overhang) depan, m
Fb = lebar juntai belakang, m
Z = lebar bagian tepi jalan, m
C = jarak antar kendaraan (total lateral
clearance), m

Misalnya akan dihitung lebar jalan membelok


untuk dua lajur truck 773D-Caterpillar. Lebar
sebuah ban pada kondisi bermuatan dan
bergerak pada jalan lurus adalah 0,70 m. Jarak
antara dua pusat ban 3,30 m. Pada saat
membelok meninggalkan jejak di atas jalan
selebar
0,80 m untuk ban depan dan 1,65 m untuk ban
belakang. Bila jarak antar truck sekitar 4,50 m,
maka lebar jalan membelok adalah sebagai
berikut:

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 3


Unisba, 12 – 22 Juli 2004
Perencanaan Jalan Tambang Awang

Suwandhi, Ir., M.Sc

Fa

Z
U

Fb
Fa

Fb

W
Z

Gambar 2. Lebar Jalan


Angkut Dua Lajur Pada
Belokan

2.2. JARI–JARI TIKUNGAN DAN


SUPERELEVASI
Pada saat kendaraan melalui tikungan atau belokan
dengan kecepatan tertentu akan menerima
gaya sentrifugal yang menyebabkan kendaraan tidak
stabil. Untuk mengimbangi gaya sentrifugal
tersebut, perlu dibuat suatu kemiringan melintang ke
arah titik pusat tikungan yang disebut
superelevasi (e). Gaya gesek (friksi) melintang yang
cukup berarti antara ban dengan permukaan
jalan akan terjadi pada daerah superelevasi.
Implementasi matematisnya berupa koefisien gesek
melintang (f) yang merupakan per-bandingan
antara besar gaya gesek melintang dengan gaya
normal.
• Jari-jari tikungan
Jari-jari tikungan jalan angkut berhubungan
dengan konstruksi alat angkut yang digunakan,
khususnya jarak horizontal antara poros roda
depan dan belakang. Gambar 3 memperlihatkan
jari-jari lingkaran yang dijalani oleh roda
belakang dan roda depan berpotongan di pusat C
dengan besar sudut sama dengan sudut
penyimpangan roda depan. Dengan demikian
jari-jari
belokan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:

di mana : R = jari-jari belokan jalan angkut, m


W = jarak poros roda depan dan belakang, m
ß = sudut penyimpangan roda depan, °

Namun, rumus di atas merupakan perhitungan


matematis untuk mendapatkan lengkungan
belokan jalan tanpa mempertimbangkan faktor-
faktor kecepatan alat angkut, gesekan roda ban
dengan permukaan jalan dan superelevasi.
Apabila ketiga faktor tersebut diperhitungkan,
maka rumus jari-jari tikungan menjadi sebagai
berikut:

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 4


Unisba, 12 – 22 Juli 2004
Perencanaan Jalan Tambang Awang
Suwandhi, Ir., M.Sc

C
Gambar 3. Sudut
Maksimum
Penyimpangan
Kendaraan

Di mana V, e, f dan D masing-masing adalah


kecepatan (km/jam), super-elevasi (%),
koefisien
gesek melintang dan besar derajat lengkung.
Agar terhindar dari kemungkinan kecelakaan,
maka untuk kecepatan tertentu dapat dihitung
jari-jari minimum untuk superelevasi maksimum
dan koefisien gesek maksimum.
VR adalah kecepatan kendaraan rencana dan
hubungannya emak dan fmak terlihat pada Gambar
4, dimana titik-titik 1, 2 dan 3 pada kurva
tersebut adalah harga emak 6%, 8% dan 10%.
Untuk
pertimbangan perencanaan, digunakan emax = 10%.
Dengan menggunakan rumus (5) dapat
dihitung jari-jari tikungan minimal (Rmin) untuk
variasi VR dengan konstanta emax = 10%
serta harga fmax sesuai kurva pada Gambar 4. Hasil
perhitungan terlihat pada Tabel 2.

T
a
b
e
l
2
Jari-Jari Tikungan
Minimum Untuk ema
k = 10%

VR, km/jam 120 100 90 80 60 50 40 30


20
Rmin, m 600 370 280 210 113 77 48
27 13

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 5


Unisba, 12 – 22 Juli 2004

Anda mungkin juga menyukai