Anda di halaman 1dari 31

MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT

Geologi dan Keadaan Endapan

Secara Administratif PT.Duta Nurcahya berada di daerah Muara Bakah,


Kecamatan Lahei, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah. Daerah
Izin Usaha Pertambangan terbagi menjadi beberapa blok prospek yaitu blok
prospekLuwe, blok prospek Muara Bakah dan blok prospek Juju Baru (Gambar
3.1.). Blok prospek yang menjadi kajian kelayakan dalam laporan ini adalah blok
prospek Muara Bakah dan Juju Baru.

Gambar 3.1. Peta Batas IUP dan Daerah Blok Prospek


PT. Duta Nurcahya

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-1


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

3.1. GEOLOGI REGIONAL

3.1.1. Topografi dan Geomorfologi

Topografi Kabupaten Nganjuk meliputi, sebelah barat daya merupakan daerah


pegunungan (Gunung Wilis) dengan ketinggian 1.000 sampai dengan 2.300 m
DPL, potensial untuk tanaman perkebunan dan holtikultura. Bagian tengah
merupakan dataran rendah dengan ketinggian 60-140 m DPL, merupakan daerah
pertanian tanaman pangan dan holtikultura. Bagian utara merupakan daerah
pegunungan (Pegunungan Kendeng) dengan ketinggian 60-300 m DPL, yang
merupakan daerah hutan jati, lahan potensial untuk tanaman tembakau dan
bahan galian kapur. Sebagian besar kecamatan berada pada dataran rendah
dengan ketinggian antara 46 meter sampai dengan 95 meter di atas permukaan
laut. Sedangkan 4 (empat) kecamatan berada pada daerah pegunungan dengan
ketinggian 150 meter sampai 750 meter di atas permukaan laut. Daerah tertinggi
terletak di Desa Ngliman Kecamatan Sawahan. Pada bagian dataran rendah,
keadaan air tanah merupakan air tanah dangkal. Kabupaten Nganjuk dilewati
oleh Kali Widas yang berasal dari Kabupaten Madiun dan Kali Kuncir yang
melewati Kota Nganjuk di bagian utara dan selatan. Kedua sungai tersebut
bertemu di Kali Kedungsoko yang mengalir ke utara bertemu dengan Kali Widas.
Kali Widas tersebut mengalir ke timur melalui Kecamatan Lengkong dan
bermuara di Kali Brantas yang merupakan batas wilayah kabupaten Nganjuk
bagian timur.

3.1.2. Litologi

Secara fisiografi daerah penyelidikan merupakan bagian dari tepian utara Sub-
Cekungan Barito yang berbatasan dengan Cekungan Kutai, pada bagian utara
dan barat masing-masing dibatasi oleh Tinggian Kucing dan Paparan Sunda
(Gambar 3.2.).

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-2


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

Gambar 3.2. Kerangka Tektonik Kalimantan

Geologi daerah penyelidikan Izin Usaha Pertambangan PT. Duta Nurcahya


terletak pada lingkungan pengendapan transisi dan delta, banyak terbentuk
lapisan batubara dalam berbagai ketebalan, karakteristik, kualitas dan pola
struktur yang mempengaruhinya, bersama-sama dengan batuan sedimen
pembawa batubara (Coal Bearing Formation).

Pola arah sebaran batuan pembawa batubara, sangat dipengaruhi oleh


struktur geologi regional dan tektonikanya. Struktur geologi dan tektonika yang
berkembang disekitar daerah penyelidikan adalah berupa pelipatan dan sesar
dengan kelurusan berarah timurlaut - baratdaya.Adapun batuan yang terdapat di
daerah penyelidikan Izin Usaha PertambanganPT. Duta Nurcahya temasuk ke
dalam Formasi Warukin (Tmw) dan Aluvium (Qa).

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-3


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

Secara umum morfologi daerah penyelidikan terbagi menjadi 2 (dua) satuan


morfologi, yaitu :

1. Satuan morfologi pedataran yang menempati bagian timur blok prospek


Muara Bakah dan bagian barat blok prospek Juju Baru yang tersebar di
sepanjang daerah tepian Sungai Lahei. Area ini memiliki ketinggian
berkisar antara 40 – 60 mdpl dan tersusun oleh batupasir, batulempung,
batulanau dan hasil pelapukan batu yang lebih tua serta endapan sungai.

2. Satuan morfologi perbukitan bergelombang lemah sampai sedang


menempati sekitar 70% dari luas Izin Usaha Pertambangan dan tersebar
mulai dari blok prospek Luwe sampai blok prospek Juju Baru. Memiliki
ketinggian berkisar antara 60 – 110 mdpl dan tersusun oleh litologi
Formasi Warukin.

Daerah penyelidikan termasuk dalam Peta Geologi Lembar Muara Teweh


(Supriatna dkk, 1994 dan 1995).Batuan penyusun daerah penyelidikan terdiri dari
batuan sediment Tersier yang berumur Miosen.

Tidak semua satuan batuan dalamCekunganBaritotersingkapdidearah


penyelidikan, yangada hanyalahFormasi Warukin (+99% luas), dan Endapan
Alluvium (± 1% luas), (Gambar 3.3.)

3.1.2.1. Formasi Warukin (Satuan Berlumpur / Mudstones)

Batupasir kasar-sedang, sebagai konglomeratan, bersisipan Batu lanau, Batubara


dan serpih, setengah padat, berlapis dan berstruktur perairan silang-siur dan
lapisan bersusun. Struktur lipatan terbuka dengan kemiringan lapisan sekitar 100.
Formasi ini berumur Miosen Tengah – Miosen Atas, dengan tebal bisa mencapai

500 meter, dan di endapkan di atas transisi. Formasi Warukin berada selaras di
atas Formasi Barai dan Montalat. Sesuai dengan sifat fisiknya formasi ini
menempati daerah morfologi dataran menggelombang landai.

3.1.2.2. Endapan Aluvium (qa)

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-4


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

Terdiri dari akumulasi kerakal, kerikil, pasir, lumpur dan sisa-sisa tumbuhan,
bersifat lepas, belum terkonsolidasi, bentuk butir-butir membulat, berasal dari
berbagai macam batuan hasil proses disintegrasi, transportasi dan denudasi yang
kegiatannya masih berlangsung hingga sekarang.

Satuan berlumpur diatas merupakan Satuan Batuan pembawa batubara (Coal


Bearing Formation) termasuk anggota Formasi Warukin (Tmw).Selama kegiatan
Eksplorasi telah dijumpai singkapan batubara sebanyak 51 buah singkapan yang
tersebar dari blok prospek Luwe hingga blok prospek Juju Baru. Singkapan
batubara dijumpai pada satuan batulumpur anggota Formasi Warukin.

Gambar 3.3. Peta Geologi Regional Daerah Penyelidikan

Dari hasil eksplorasi didapat hasil bahwa pada blok prospek Muara Bakah dan
Juju Baru dapat dibagi menjadi beberapa sekuen sebagai berikut :

1. Sekuen E, terdiri dari 1 seam major dengan ketebalan 2,70 m dan 5 seam
minor dibawahnya dengan ketebalan 0,30 – 0,50 m.
2. Sekuen Pit A, terdiri dari 1 seam major dengan ketebalan 3,10 m dengan
seam minor di atasnya dan 6 seam minor dibawahnya.

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-5


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

3. Sekuen HM terdiri dari 6 seam major dan 9 seam minor.


4. Sekuen P, yang merupakan area yang sedang dilakukan kegiatan
penambangan terdiri dari 3 seam major dan 15 seam minor.
5. Sekuen HL, merupakan sekuen paling selatan terdiri dari 3 seam minor.
(Tabel 3.1.)

Tabel 3.1. Stratigrafi Daerah Telitian

Secara fisik batubara di daerah telitian berwarna hitam, mengkilap – kusam,


sebagian concoidal, lunak sampai sedang, sebagian menyerpih, tidak mengotori
tangan sampai mengotori tangan, cleat jarang, ada fragmen resin, berlapis baik,
jurus kemiringan U 380 – 450 T/120 – 240 dan U 2800 – 3500 T/120 – 310.
Umumnya berselingan dengan lempung karbon berwarna kehitaman yang
bersisipan dengan lapisan berlumpur.

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-6


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

3.1.2. Struktur Geologi

Struktur geologi yang berkembang di daerah penyelidikan adalah berupa


perlipatan yang membentuk sinklin Lahei yang menunjam di Desa Lahei.Sinklin
ini dinamakan demikian karena lokasi sumbunya yang melewati Sungai
Lahei.Arah daripada sumbu utama Sinklin relatif timurlaut - baratdaya.Struktur
geologi yang dijumpai di daerah ini merupakan sasar, perlipatan dan kelurusan
secara umum berarah baratdaya -timurlaut dan baratlaut - tenggara.Lipatan
inilah yang membatasi antara blok prospek Luwe dengan kedua blok yang lain.
Sesar yang berkembang merupakan sesar normal (Sesar Bakah) yang berarah
relatif tenggara – baratlaut yang ditemukan di Sekuen P dan kemungkinan
menerus hingga sekuan HM. Sesar tersebut melibatkan batuan sendimen yang
berumur Tersier dan pra-Tersier.Kelurusan-kelurusan ini diduga merupakan
jejak/petunjuk sesar dan kekar yang berarah sejajar dengan struktur umum.
Lipatan-liptan yang berupa sinklin dan antiklin seperti halnya sesar dan
kelurusan, juga berarah dengan struktur regional timurlaut-baratdaya litologi
didaerah ini didominasi oleh bantuan yang berumur Tersier, diduga kehadiran
sesar, kelurusan dan lipatan berhubungan erat dengan kegiatan tektonik yang
terjadi pada jaman tersier.

Kegiatan didaerah ini dimulai sejak Mesozoikum dengan munculnya batuan


granit, granodiorit, diorite dan gabro dalam komplek busang. Kemudian diikuti
oleh munculnya gunungapi Kasale dan pengendapan Kelompok Selangkai pada
Kapor Akhir, pada Ewal Eosen Tengah, terjadi kegiatan gunung api yang
menghasilkan batuan gunungapi Nyaan. Pada kala Eosen Akhir di cekungan
Barito dan hulu Mahakam, terbentuk Formasi Haloq, Formasi Haloq dan Batuan
yang tak terpisahkan, Formasi Batuayaudan Tanjung. Formasi ini ditutup secara
selaras oleh Formasi Ujohbilang sejak Oligosen dan waktu yang sama juga
terbentuk Formasi Tuyu di Cekungan Kutai. Pada kala Oligosen Akhir hingga
Miosen Awal, terbentuk Formasi Berai, Montalat, Keramuan, Puruk Cahu yang
diikuti oleh kegiatan gunungapi alasan, yang semuanya menindik secara tidak
selaras Formasi Unjohbilang. Pada kala yang sama terjadi terobosan Sintang.
Pada cekungan Kutai, terbentuk Formasi Pamaluan yang menindih tidak
selaras Formasi Tuyu. Pada kala Miosen tengah di Cekungan Barito terbentuk

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-7


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

Formasi Warukindan Formasi Kelinjau yang menindih tidak selaras Formasi Berai,
Montalat, Jangka, Keramuan dan Purukcahu sedangkan di cekungan Kutai terjadi
pengendapan Formasi Pulubalangyang disertai oleh kegiatan gunung api
Maragoh. Pada Miosen Akhir di Cekungan Kutai terbentuk Formasi Balikpapan.
Pada Miosen Akhirsampai Kuarter terjadi kegiatan gunung api Mentulang dan
Badang di Cekungan Barito sedangkan si Cekungan Kutai terbentuk Formasi
Kampung Baru.

3.1.3. Geoteknik

Kajian geoteknik bertujuan untuk melakukan kajian terhadap sifat fisik dan
mekanik batuan yang menyusun material penutup (overburden), interburden,
batuan dasar dan lapisan batubara. Pengkajian data hasil pengujian geoteknik
akan menghasilkan data sifat material yang akan digunakan untuk perancangan
tambang, terutama dalam penentuan dimensi lereng (sudut dan tinggi jenjang)
yang aman/mantap untuk lereng penggalian batubara dan lereng timbunan
tanah penutup.

Kelongsoran suatu lereng umumnya bergerak pada suatu bidang tertentu yang
disebut bidang gelincir (slip surface). Berdasarkan konsep kesetimbangan batas
(limit equilibrium concept), kemantapan lereng tergantung pada gaya penggerak
dan gaya penahan yang ada pada bidang gelincir tersebut. Gaya penggerak
adalah gaya yang menyebabkan kelongsoran, sedangkan gaya penahan adalah
gaya yang melawan kelongsoran. Perbandingan antara total gaya penahan
dengan total gaya penggerak disebut faktor keamanan (FK).

Menurut Hoek & Bray (1981), kemantapan lereng dapat dianalisis sesuai dengan
jenis kelongsoran yang direpresentasikan dalam bentuk bidang gelincir. Beberapa
bentuk bidang gelincir yang dapat terjadi adalah bentuk busur, bidang, baji, dan
guling. Tujuan dilakukan analisis kemantapan lereng penambangan adalah untuk
menentukan geometri lereng yang mantap dalam bentuk tinggi dan sudut
kemiringan lereng.

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-8


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

Data masukan yang diperlukan untuk analisis ini adalah keadaan topografi,
struktur geologi berupa perlapisan batuan, serta sifat fisik dan mekanik material
pembentuk lereng.

Material pembentuk lereng pada lokasi penambangan PT. Duta Nurcahya


termasuk dalam klasifikasi tanah. Tanah dapat dianggap sebagai batuan yang
mempunyai bidang lemah berupa rekahan-rekahan yang arahnya tidak menentu
tetapi merata pada seluruh permukaan, oleh karena itu pengaruh struktur bidang
lemah tersebut tidak akan tampak pada tanah. Karena lapisan penutup endapan
batubara berupa material lunak dan bersifat seperti tanah maka masalah struktur
tidak berpengaruh dalam analisis kemantapan lereng.

Melihat kenyataan ini maka kemungkinan longsoran yang dapat terjadi pada
lapisan penutup tersebut mempunyai bentuk bidang gelincir berupa busur
lingkaran (longsoran busur).

Parameter-parameter geoteknik yang diperlukan adalah sifat fisik dan mekanik


batuan yang menyusun material penutup overburden, interburden, maupun
batuan dasar, yang hasilnya diperlukan untuk menentukan tinggi dan sudut
lereng yang mantap untuk penambangan maupun penimbunan.

Kegunaan parameter yang diperoleh dari pengujian, khususnya dalam rancangan


tambang terbuka, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1.Kegunaan Parameter Hasil Pengujian

No. Jenis Pengujian Kegunaan

1 Sifat fisik Analisis kemantapan lereng


2 Kuat tekan uniaksial Analisis kemantapan lereng
3 Geser langsung Analisis kemantapan lereng
4 Ultrasonik Analisis kemampugaruan
5 Point Load Analisis kemampugalian
Kajian dan kegiatan penyelidikan geoteknik dilakukan dengan tahap sebagai
berikut:
1. Pengamatan sifat fisik tanah dan batuan di permukaan, untuk mengetahui
sifat dan karateristik dari tanah dan batuan daerah tersebut yang meliputi:

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-9


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

tingkat pelapukan batuan, indeks kekuatan batuan, rekahan-rekahan dan


jenis batuan.
2. Penemuan inti bor (core) untuk mengetahui penampang susunan batuan,
kondisi fisik dan struktur, stratigrafi. joint and joint spacing, indeks
kekuatan batuan (strength index), tingkat pelapukan batuan.
3. Pengambilan dan pengujian contoh di laboratorium untuk mendapakan
data secara kuantitatif yang akan digunakan dalam analisa perhitungan
kemantapan lereng.

Pengamatan kajian geoteknik dilakukan dengan menyelidiki dan menganalisa


beberapa parameter yang meliputi:
1. Susunan lapisan tanah batuan (stratigrafi) daerah penyelidikan.
Pengamatan dilakukan terhadap susunan lapisan batuan meliputi:
a. Lapisan tanah pucuk (top soil) yang meliputi jenis, sifat fisik,
ketebalan tanah pucuk dan sebagainya.
b. Lapisan batuan penutup, merupakan batuan yang masih kompak
sampai sedikit lapuk.
c. Kondisi lapisan, jarak antara seam rekahan-rekahan, kekerasan dan
sebagainya.
2. Analisa Kemantapan Lereng Jenjang.
Analisa kemantapan lereng jenjangdilakukan dengan terlebih dahulu
melaksanakan pengujian terhadap contoh batuan dari inti bor. Pengujian
yang dilaksanakan meliputi pengujian sifat fisik dan sifat mekanik.
Pengujian sifat fisik dilakukanuntuk menentukan kadar air, berat isi basah
dan kering, berat jenis, porositas, derajatkejenuhan.
Pengujian sifat mekanik yang dilakukan adalah pengujian geser langsung,
untuk memperoleh kohesi(c) dan sudut gesek dalam() kondisi puncak
maupunsisa. Kemudian pengujian triaksial diperlukan untuk mendapat-
kan nilai kohesi dan sudut gesekdalam puncak (c dan  puncak).

Rekapitulasi Data Hasil uji Laboratium yang dilakukan terhadap 2 (dua) inti bor
meliputi uji kadar air, berat isi kering, berat isi basah, derajat kejenuhan, kohesi,
sudut gesek dalam, dan kuat tekan. Hasil uji laboratorium pada Tabel 3.2.

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-10


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

Tabel 3.2 Hasil uji laboratorium sifat dan mekanik PT.Duta Nurcahya

Parameter Min Max Mean


Kadar air, w, (%) 7,47 20,43 13,04
Berat isi kering, ɣd (ton/m3) 1,685 2,122 1,927
Berat isi basah, ɣw(ton/m3) 1,954 2,304 2,258
Derajat kejenuhan, S (%) 2,030 2,330 2,210
Kohesi, c (kg/cm2) 64,75 98,55 87,26
1,083 5,20 2,613
Sudut gesek dalam, ( ... °) 17,586 50,22 36,22
0,316 2,430 0,900
Kuat tekan (kg/cm2) 6,083 38,19 29,55
5,96 54,16 20,1
Keterangan:
Nilai kohesi dan sudut gesek diperoleh pengujian puncak (peak) dan sisa (residual).
Sumber : PT. Duta Nurcahya, 2014

3.1.3.1. Analisis Kemantapan Lereng

Tujuan dilakukannya analisis kemantapan lereng penambangan adalah untuk


menentukan geometri (tinggi dan sudut kemiringan) lereng yang mantap. Data
masukan yang digunakan untuk analisis ini adalah keadaan topografi, perlapisan
batuan, serta sifat fisik dan mekanik dari batuan pembentuk lereng.
Longsoran yang akan terjadi diperkirakan berbentuk busur dan perhitungan
analisis dilakukan dengan metode kesetimbangan batas (Metode Bishop) yang
menggunakan program Galena dari BHP Engineering Pty Ltd. Perhitungan
dilakukan untuk lereng tunggal (individual slope), lereng keseluruhan (overall
slope) dan lereng penimbunan tanah penutup. Mengingat luasnya daerah kajian,
maka analisis dilakukan per daerah/blok dengan memaksimalkan data uji
laboratorium.
Analisis Kemantapan lereng perlu dilakukan untuk mengetahui apakah lereng
akan aman jika dibuat dengan sudut dan ketinggian tertentu. Analisis
kemantapan lereng yang dilakukan meliputi:
 Analisis Lereng Tunggal
 Analisis Lereng Keseluruhan
 Analisis Lereng Timbunan

3.1.3.1.1. Lereng Tunggal (Individual Slope)

1. Pendekatan Analisis

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-11


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

Analisa lereng tunggal dilakukan pada 2 litologi batuan mayoritas yang


berada di pit PT. Duta Nurcahya yaitu mudstone dan sandstone. Simulasi
beberapa geometri lereng tunggal dilakukan untuk mendapatkan kondisi
lereng yang stabil, dimana kondisi stabil bila lereng memiliki faktor
keamanan ≥ 1,3

2. Perhitungan

Perhitungan yang dilakukan digunakan dengan program Slide.

3. Hasil Perhitungan

Berikut adalah hasil perhitungan lereng tunggal menggunakan program


Slide:

Tabel 3.3 Analisa Lereng Tunggal pada Mudstone

Tinggi Sudut Lereng


No
Lereng 50 60 70
1 10 1,681 1,505 1,275
2 13 1,325 1,172 0,970
3 15 1,173 1,010 0,858

Gambar 3.4. Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=10 m; α =50° dengan FK = 1,681

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-12


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

Gambar 3.5. Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=10 m; α =60° dengan FK = 1,505

Gambar 3.6. Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=10 m; α =70 dengan FK = 1,275

Gambar 3.7. Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=13 m; α =50° dengan FK = 1,325

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-13


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

Gambar 3.8. Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=13 m; α =60° dengan FK = 1,172

Gambar 3.9. Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=13 m; α =70° dengan FK = 0,970

Gambar 3.10. Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=15 m; α =50° dengan FK = 1,173

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-14


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

Gambar 3.11. Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=15 m; α =60° dengan FK = 1,010

Gambar 3.12. Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=15 m; α =70° dengan FK = 0,858

Tabel 3.4 Analisa Lereng Tunggal pada Sandstone

Tinggi Sudut Lereng


No
Lereng (m) 50o 60o 70o
1 10 2,205 1,994 1,743
2 13 1,708 1,548 1,312
3 15 1,496 1,333 1,135

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-15


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

Gambar 3.13.Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=10 m; α =50° dengan FK = 2,205

Gambar 3.14.Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=10 m; α =60° dengan FK = 1,994

Gambar 3.15.Keluaran Program Slide Lereng Tunggal

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-16


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

Pada H=10 m; α =70° dengan FK = 1,743

Gambar 3.16.Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=13 m; α =50° dengan FK = 1,708

Gambar 3.17.Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=13 m; α =60° dengan FK = 1,548

Gambar 3.18.Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=13 m; α =70° dengan FK = 1,312

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-17


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

Gambar 3.19.Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=15 m; α =50° dengan FK = 1,496

Gambar 3.20.Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=15 m; α =60° dengan FK = 1,333

Gambar 3.21.Keluaran Program Slide Lereng Tunggal


Pada H=15 m; α =70° dengan FK = 1,135

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-18


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

4. Rekomendasi
Rekomendasi yang diberikan berdasarkan perhitungan dan data adalah:
a. Untuk lereng mudstone sebaiknya tidak menggunakan sudut 70o
atau ketinggian 15 m dikarenakan kurangnya faktor
keamanan.Sedangkan untuk sudut 60o disarankan hanya
menggunakan ketinggian lereng 10 m dan untuk sudut 50o dapat
menggunakan ketinggian lereng 10 dan 13 m.
b. Untuk lereng sandstone sebaiknya tidak menggunakan sudut 70o
dengan ketinggian 15 m dikarenakan kurangnya faktor keamanan.
Sedangkan untuk sudut dan ketinggian yang laen dapat digunakan
karena faktor keamanan sudah di atas 1,3.

3.1.3.1.2. Lereng Keseluruhan (Overall Slope)

1. Pendekatan Analisis
Analisa terhadap lereng keseluruhan dilakukan berdasarkan profile litologi
yang menyusun di rencana pit PT.Duta Nurcahya. Simulasi lereng
dilakukan dengan beberapa alternative besaran sudut lereng single dan
total kedalaman yang ditentukan ±100 m, kondisi lereng diasumsikan
stabil bila diperoleh nilai faktor keamanan≥ 1,5.
2. Parameter Batuan
Mayoritas litologi batuan penyusun lereng keseluruhan di pit PT. Duta
Nurcahya adalah mudstone dan sandstone.
3. Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan digunakan dengan program Slide.
4. Hasil Perhitungan
Berikut adalah hasil perhitungan lereng tunggal.

Tabel 3.5.Analisa Lereng Keseluruhan


Tinggi Faktor
No Sudut Lereng Keseluruhan (°)
Keseluruhan (m) Keamanan
1 Sudut Lereng 38 97 1,617
2 Sudut Lereng 40 98 1,416
3 Sudut Lereng 42 100 1,277
4 Sudut Lereng 44 101 1,259

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-19


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

Gambar 3.22.Keluaran Program Slide Lereng Keseluruhan


Pada α = 38° dengan FK = 1,617

Gambar 3.23. Keluaran Program Slide Lereng Keseluruhan


Pada α = 40°, FK =1,416

Gambar 3.24. Keluaran Program Slide Lereng Keseluruhan


Pada α = 42°, FK =1,277

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-20


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

Gambar 3.25.Keluaran Program Slide Lereng Keseluruhan


Pada α =44°, FK=1,259

5. Rekomendasi

Rekomendasi untuk lereng keseluruhan adalah ketinggian 97 m dengan


sudut lereng keseluruhan (ultimate pit slope) 38° karena hanya kombinasi
ketinggian dan sudut inilah yang menghasilkan faktor keamanan diatas
1,5.

3.2. KEADAAN ENDAPAN

Selamakegiatan Ekplorasi di Blok Prospek PT. Duta Nurcahya, telah di jumpai


singkapan batubara sebanyak 51 buah singkapan.Lapisan-lapisan batubara
umumnya tersingkap pada dasar dinding sungai serta jalan HPH.Kondisi batubara
umumnya dalam keadaan segar–hingga melapuk, sebagian terendam
air.Singkapan batubara ini dijumpai pada satuan batulumpur anggota Formasi
Warukin.

Sebaran lapisan batubara membentuk pola arah jurus yang dipengaruhi oleh
struktur geologi yang berkembang, yaitu membentuk sayap sinklin dengan arah
relatif timurlaut -baratdaya.Blok prospek Muara Bakah dan Juju Baru merupakan
sayap sinklin bagian selatan sedangkan Blok prospek Luwe merupakan sayap
sinklin bagian utara.Secara fisik batubara di daerah telitian berwarna hitam,
mengkilap – kusam, sebagian concoidal, lunak sampai sedang, sebagian
menyerpih, tidak mengotori tangan sampai mengotori tangan, cleat jarang, ada
fragmen resin, berlapis baik, jurus kemiringan U 380 – 450 T/120 – 240 dan U

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-21


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

2800– 3500 T/120 – 310. Umumnya berselingan dengan lempung karbon


berwarna kehitaman yang bersisipan dengan lapisan berlumpur.

3.2.1. Bentuk dan Penyebaran Endapan

PT. Duta Nurcahya telah melakukan eksplorasi pengeboran dengan jumlah titik
sebanyak 384 titik bor dengan total kedalaman sekitar 18.975 m, melingkupi blok
prospek Muara Bakah dan blok prospek Juju Baru. Penyebaran lokasi pengeboran
dapat dilihat pada Peta Penyebaran Lubang Bor(Gambar 3.28.).

Metode yang digunakan dalam pengeboran ini meliputi open hole, touch coring
dan full coring untuk pengeboran geoteknik.(Tabel 3.29.)

Tabel 3.29. Data Statistik Pengeboran

Projects Drillholes Statistic


Open Hole Core Hole Geotech Total Total Depth
243 78 0 321 13.797,09
Survey GPS Survey GPS Survey GPS
DN 38 205 16 62 0 0
Sebelum Not Not Not
Logged Logged Logged
Akuisisi Logged Logged Logged
177 66 53 25 0 0
Quality Quality Quality

Open Hole Core Hole Geotech Total Total Depth


45 16 2 63 5.178,85
Survey GPS Survey GPS Survey GPS
DN 45 0 16 0 2 0
Setelah Not Not Not
Logged Logged Logged
Akuisisi Logged Logged Logged
44 1 16 0 2 0
Quality Quality Quality
0 43 0
Total 384 18.975,94

Berdasarkan hasil analisis statistik terhadap data model geologi, diperoleh jumlah
seam batubara yang tertembus oleh kurang dari 5 (lima) titik bor adalah 20seam
(Tabel 3.30.) sedangkan dari 54 seam batubara yang tertembus oleh lebih dari

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-22


MUHAMMAD ABDUL KARIM MANAGEMENT
Geologi dan Keadaan Endapan

5 (lima) titik bor diperoleh 8seam batubara dengan ketebalan rata-rata lebih dari
1 m (Tabel 3.31.).

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-23


Geologi dan Keadaan Endapan

Gambar 3.28.Peta Penyebaran Lubang Bor dan Penyebaran Endapan Batubara

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-24


Geologi dan Keadaan Endapan

Tabel 3.30. Seam Batubara yang ditembus oleh ≤ 5 titik bor

Statistik Ketebalan Batubara


SEAM
Jumlah Data Rata-rata Min Max SD
K7 4 0,53 0,30 1,00 0,32
K8 1 0,50 0,50 0,50 -
A0 1 0,80 0,80 0,80 -
AA5A 1 0,25 0,25 0,25 -
A8 3 0,37 0,10 0,85 0,42
M13 1 0,42 0,42 0,42 -
M12U 2 0,76 0,72 0,80 0,06
M12L 2 0,60 0,59 0,60 0,01
M11 4 0,54 0,29 0,81 0,25
M10 4 0,43 0,25 0,67 0,20
M9U 5 0,55 0,40 0,95 0,23
M9L 5 0,67 0,40 1,20 0,31
M8 5 0,43 0,14 0,75 0,23
M4 5 1,50 1,41 1,55 0,06
M2U 3 0,46 0,34 0,52 0,10
M2L 3 1,53 1,28 1,73 0,23
PL1 5 0,97 0,84 1,17 0,13
HL5 4 1,28 1,20 1,30 0,05
HL4 3 0,40 0,40 0,40 -
HL3 4 1,00 0,80 1,47 0,32

Tabel 3.31. Seam Batubara dengan Ketebalan Rata-rata > 1 m dan


Jumlah Penembusan Titik Bor > 5 Titik Bor

Statistik Ketebalan Batubara


SEAM
Jumlah Data Rata-rata Min Max SD
K3 41 2,77 1,98 3,60 0,29
A3 38 3,13 1,80 4,70 0,40
M7U 13 1,33 1,11 1,56 0,14
M7L 13 1,17 0,90 1,42 0,16
M3 10 1,16 0,96 1,43 0,16
PM2L 89 1,12 0,35 1,79 0,27
PM1 94 3,22 0,35 4,10 0,58
PL7 42 1,12 0,07 2,31 0,37

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-25


Geologi dan Keadaan Endapan

3.2.2. Sifat dan Kualitas Endapan

Hasil analisa contoh batubara dan kualitas batubara di daerah


penyelidikan PT. Duta Nurcahya cukup baik, termasuk sub
bituminous, dengan komposisinya antara lain seperti pada Tabel 3.32.

Tabel 3.32. Kualitas Batubara PT. Duta Nurcahya

No Parameter Kualitas Satuan

1 Nilai Kalori (adb) 5.900 - 6.100 Kcal/Kg

2 Total Kelembaban (arb) 16 – 20 %

3 Kelembaban (adb) ± 11 %

4 Total Surfur (adb) 0,2 – 1,7 %

5 Kandungan Abu (adb) 6–8 %

6 HGI 48 %

Kualitas batubara ditentukan berdasarkan hasil analisa sebanyak 384 conto


batubara yang meliputi seam-seam utama maupun pada seam-seam sporadis.
Masing-masing perconto dianalisa proksimat, kandungan belerang, dan nilai
kalori. Disamping itu juga dilakukan analisa composite sebanyak 39 perconto
untuk parameter : komposisi abu, ultimate, ash fusion, water soluble alkalis, CO2,
HGI (Hardgrove Grindability Index) dan Trace Element(major & minor).

Semua perconto diambil dari inti bor, perconto batubara ini dimasukkan ke dalam
kantong plastik berukuran 5 kg, kemudian dikirimkan ke laboratorium
Geoservices untuk dianalisa.

Kandungan air total kumulatif insitu (Total Moisture) PT. Duta Nurcahyabervariasi
antara 11,47 – 22,61 % (ar) dengan rata-rata 16,70 %. Untuk batubara dengan
spesifikasi seperti ini, maka kandungan air total menjadi penting karena
batubara jenis ini dipasarkan dengan acuan as received basic (ar).Kandungan
zat terbang (volatile matter) kumulatif insitu bervariasi antara37,63–49,89 %
(adb) dengan rata-rata 40,80 %. Karbon tertambat (fixed carbon) kumulatif

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-26


Geologi dan Keadaan Endapan

insitu bervariasi antara 33,19–46,26 % (adb) dengan rata-rata 41,03 %.


Kandungan belerang kumulatif insitu termasuk rendah bervariasi antara 0,13–
0,95 % (adb) dengan rata-rata 0,36 %. Nilai kalori kumulatif insitu (ar)bervariasi
antara 5.725–6.795 kkal/kg dengan rata-rata 6.322 kkal/kg.

Nilai Hardgrove Grindability Index (HGI) termasuk sedang, atau dengan kata lain
batubara ini termasuk golongan batubara agak keras. Dari 39 sample komposit
untuk penelitian HGI, diperoleh kisaran nilai HGIbervariasi antara 37– 56.

3.2.3. Cadangan Batubara

Dalam perhitungan sumber daya dan cadangan batubara menggunakan acuan


StandardJORC code, yang dalam aplikasinya tidak jauh berbeda dengan Standard
Nasional Indonesia (SDCB Amandemen 1, SNI 13-5014 1998), tentang Klasifikasi
Sumber Daya dan Cadangan Batubara.

Batasan yang digunakan untuk memenuhi standar tersebut adalah sebagai


berikut ini :

 Sumber daya batubara merupakan endapan batubara yang diharapkan


dapat dimanfaatkan. Sumber daya batubara ini dapat meningkat menjadi
cadangan apabila memenuhi kriteria layak ekonomi.

 Cadangan batubara merupakan bagian dari sumber daya batubara yang


telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya yang telah di
kaji kelayakannya dan dinyatakan ekonomis untuk ditambang.

 Keyakinan geologi batubara, adalah tingkat kepercayaan tentang


keberadaan batubara yang ditentukan oleh tingkat kerapatan titik informasi
geologi yang meliputi : ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk, korelasi
lapisan batubara, sebaran, struktur, ketebalan tanah penutup, kuantitas
dan kualitasnya sesuai dengan tingkat penyelidikan.

 Ketebalan lapisan batubara adalah jarak terpendek antara atap dan lantai
lapisan batubara yang diukur dari data singkapan batubara, lubang bor,
dan pengamatan pada tambang aktif.

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-27


Geologi dan Keadaan Endapan

 Perhitungan Cadangan berdasarkan keadaan endapan batubara di awal


tahun 2014 atau setelah produksi akhir tahun 2013. Adapun besarnya
produksi sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 seperti dicantumkan
pada Tabel 3.33.

Tabel 3.33. Produksi Batubara PT. Duta Nurcahya


Tahun 2008 – 2013

Nomor Tahun Produksi (MT)

1 2008 15.169,810

2 2009 79.739,189

3 2010 145.447,811

4 2011 106.369,928

5 2012 41.525,275

6 2013 280,109

Jumlah 388.532,122

1. Cara Perhitungan Cadangan

Perhitungan cadangan bertujuan untuk mengetahui kuantitas atau jumlah


batubara yang dapat ditambang (secara open pit) berdasarkan batasan nisbah
kupas (stripping ratio atau SR) tertentu.Perhitungan cadangan batubara
dilakukan dengan menggunakan software Mincom/Ventyk.

Geometri lereng sesuai rekomendasi kajian geoteknik akan dijadikan pembatas


cadangan tertambang. Berdasarkan kajian geoteknik maka digunakan geometri
lereng yaitu :

 Lereng tunggal (individual slope)


- Sudut lereng tunggal : 70°
- Tinggi lereng tunggal : 10 m
 Lereng keseluruhan (overall slope)
- Sudut lereng 38° dengan tinggi lereng maksimum sekitar 97 m.

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-28


Geologi dan Keadaan Endapan

- Sudut lereng 40° dengan tinggi lereng maksimum sekitar 98 m.


- Sudut lereng 42° dengan tinggi lereng maksimum sekitar 100 m.
- Sudut lereng 44° dengan tinggi lereng maksimum sekitar 101 m.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan cadangan batubara antara


lain:

 Seam-seam yang digunakan dalam perhitungan cadangan hanya seam


yang tebalnya > 30 cm, dan ketebalan parting < 10 cm.
 Sudut lereng yang digunakan adalah sesuai rekomendasi geoteknik.
 Top loss dan bottom loss berturut-turut adalah 5 cm dan 10 cm.
 Tinggi jenjang 10 m, lebar berm 5 m, dan catch berm disesuaikan
ditempatkan ditengah overall slope.
 Offsetdari seam terbawah (yaitu seam PM1).
 Cadangan Terbukti menggunakan radius 0 – 250 m dari sumber data.
 Cadangan Terkira menggunakan radius >250 dan dibatasi oleh area Izin
Usaha Pertambangan PT. Duta Nurcahya.
 Cadangan batubara dihitung hingga ratio antara Volume Overburden
(BCM) dan Tonase Batubara (Ton) 10.53 : 1

2. Klasifikasi dan Jumlah Cadangan

Berdasarkan perhitungan cadangan batubara yang dilakukan dengan


menggunakan software Mincom/Ventyk, rekomendasi kajian geoteknik tentang
Lereng tunggal (individual slope) dan Lereng keseluruhan (overall slope) serta
beberapa asumsi-asumsi yang digunakan maka dihasilkan perhitungan cadangan
batubara :

 Cadangan Terbukti 11.871.230 MT.


 Cadangan Terkira 25.399.606 MT.
 Total Cadangan 37.270.336 MT
 Total Overburden 397.782.618 m3
 Stripping ratio atau SR 10,53 : 1

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-29


Geologi dan Keadaan Endapan

Hasil perhitungan cadangan batubara, overburden dan Stripping ratioyang


perhitungannya dilakukan pada setiap Seam, dapat dilihat pada Tabel
3.33.Batas Perhitungan Cadangan Batubara di cantumkan pada Gambar 3.29.

Tabel 3.34. Hasil Perhitungan Cadangan Batubara Tertambang per Pit

Sekuen Blok Cadangan / Reserved (MT)


(Muara Barkah PIT Terbukti Terkira Over Borden SR
& Juju Baru) Total
(Proven) (Probable)

P PM1, PL6L 6.731.231 11.779.404 18.510.635 185.874.295 10,04

HM HM5_A,HM5_B,HM5_C 1.194.547 5.742.663 6.937.210 66.812.944 9,63

HL HL3_A, HL3_B 175.858 1.611.249 1.787.107 17.536.538 9,81

A A7_A, A7_B, A3 3.447.310 5.958.536 9.405.846 114.860.606 12,21

K K3_A, K3_B 322.284 807.254 1.129.538 12.698.235 11,24

11.871.230 25.899.606 37.770.336 397.782.618 10,53


Keterangan : Situasi end of Dec'2013

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-30


Geologi dan Keadaan Endapan

Total Cadangan Batubara 37,770,336


Overburden 397,782,618
SR 10.53

Sekuen P Coal OB
Pit PM1 13,735,046 133,309,046
Pit PL6L 4,775,589 52,565,249
Sekuen HM
Pit HM3 2,374,990 25,256,430
Pit HM5_A 3,534,935 33,773,199
Pit HM5_B 301,477 2,312,081
Pit HM5_C 725,808 5,471,234
Sekuen HL
Pit HL3_A 1,048,321 9,765,061
Pit HL3_B 738,786 7,771,477
Sekuen A
Pit A3 1,586,085 13,860,481
Pit A7A 7,235,412 94,663,574
Pit A7B 584,349 6,336,551
Sekuen E
Pit K3_A 595,146 6,808,257
Pit K3_B 534,392 5,889,978

Gambar 3.29. Batas Perhitungan Cadangan Batubara

Dokumen Studi Kelayakan 2014 III-31

Anda mungkin juga menyukai