3.1.2. Litologi
Secara fisiografi daerah penyelidikan merupakan bagian dari tepian utara Sub-
Cekungan Barito yang berbatasan dengan Cekungan Kutai, pada bagian utara
dan barat masing-masing dibatasi oleh Tinggian Kucing dan Paparan Sunda
(Gambar 3.2.).
500 meter, dan di endapkan di atas transisi. Formasi Warukin berada selaras di
atas Formasi Barai dan Montalat. Sesuai dengan sifat fisiknya formasi ini
menempati daerah morfologi dataran menggelombang landai.
Terdiri dari akumulasi kerakal, kerikil, pasir, lumpur dan sisa-sisa tumbuhan,
bersifat lepas, belum terkonsolidasi, bentuk butir-butir membulat, berasal dari
berbagai macam batuan hasil proses disintegrasi, transportasi dan denudasi yang
kegiatannya masih berlangsung hingga sekarang.
Dari hasil eksplorasi didapat hasil bahwa pada blok prospek Muara Bakah dan
Juju Baru dapat dibagi menjadi beberapa sekuen sebagai berikut :
1. Sekuen E, terdiri dari 1 seam major dengan ketebalan 2,70 m dan 5 seam
minor dibawahnya dengan ketebalan 0,30 – 0,50 m.
2. Sekuen Pit A, terdiri dari 1 seam major dengan ketebalan 3,10 m dengan
seam minor di atasnya dan 6 seam minor dibawahnya.
Formasi Warukindan Formasi Kelinjau yang menindih tidak selaras Formasi Berai,
Montalat, Jangka, Keramuan dan Purukcahu sedangkan di cekungan Kutai terjadi
pengendapan Formasi Pulubalangyang disertai oleh kegiatan gunung api
Maragoh. Pada Miosen Akhir di Cekungan Kutai terbentuk Formasi Balikpapan.
Pada Miosen Akhirsampai Kuarter terjadi kegiatan gunung api Mentulang dan
Badang di Cekungan Barito sedangkan si Cekungan Kutai terbentuk Formasi
Kampung Baru.
3.1.3. Geoteknik
Kajian geoteknik bertujuan untuk melakukan kajian terhadap sifat fisik dan
mekanik batuan yang menyusun material penutup (overburden), interburden,
batuan dasar dan lapisan batubara. Pengkajian data hasil pengujian geoteknik
akan menghasilkan data sifat material yang akan digunakan untuk perancangan
tambang, terutama dalam penentuan dimensi lereng (sudut dan tinggi jenjang)
yang aman/mantap untuk lereng penggalian batubara dan lereng timbunan
tanah penutup.
Kelongsoran suatu lereng umumnya bergerak pada suatu bidang tertentu yang
disebut bidang gelincir (slip surface). Berdasarkan konsep kesetimbangan batas
(limit equilibrium concept), kemantapan lereng tergantung pada gaya penggerak
dan gaya penahan yang ada pada bidang gelincir tersebut. Gaya penggerak
adalah gaya yang menyebabkan kelongsoran, sedangkan gaya penahan adalah
gaya yang melawan kelongsoran. Perbandingan antara total gaya penahan
dengan total gaya penggerak disebut faktor keamanan (FK).
Menurut Hoek & Bray (1981), kemantapan lereng dapat dianalisis sesuai dengan
jenis kelongsoran yang direpresentasikan dalam bentuk bidang gelincir. Beberapa
bentuk bidang gelincir yang dapat terjadi adalah bentuk busur, bidang, baji, dan
guling. Tujuan dilakukan analisis kemantapan lereng penambangan adalah untuk
menentukan geometri lereng yang mantap dalam bentuk tinggi dan sudut
kemiringan lereng.
Data masukan yang diperlukan untuk analisis ini adalah keadaan topografi,
struktur geologi berupa perlapisan batuan, serta sifat fisik dan mekanik material
pembentuk lereng.
Melihat kenyataan ini maka kemungkinan longsoran yang dapat terjadi pada
lapisan penutup tersebut mempunyai bentuk bidang gelincir berupa busur
lingkaran (longsoran busur).
Rekapitulasi Data Hasil uji Laboratium yang dilakukan terhadap 2 (dua) inti bor
meliputi uji kadar air, berat isi kering, berat isi basah, derajat kejenuhan, kohesi,
sudut gesek dalam, dan kuat tekan. Hasil uji laboratorium pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Hasil uji laboratorium sifat dan mekanik PT.Duta Nurcahya
1. Pendekatan Analisis
2. Perhitungan
3. Hasil Perhitungan
4. Rekomendasi
Rekomendasi yang diberikan berdasarkan perhitungan dan data adalah:
a. Untuk lereng mudstone sebaiknya tidak menggunakan sudut 70o
atau ketinggian 15 m dikarenakan kurangnya faktor
keamanan.Sedangkan untuk sudut 60o disarankan hanya
menggunakan ketinggian lereng 10 m dan untuk sudut 50o dapat
menggunakan ketinggian lereng 10 dan 13 m.
b. Untuk lereng sandstone sebaiknya tidak menggunakan sudut 70o
dengan ketinggian 15 m dikarenakan kurangnya faktor keamanan.
Sedangkan untuk sudut dan ketinggian yang laen dapat digunakan
karena faktor keamanan sudah di atas 1,3.
1. Pendekatan Analisis
Analisa terhadap lereng keseluruhan dilakukan berdasarkan profile litologi
yang menyusun di rencana pit PT.Duta Nurcahya. Simulasi lereng
dilakukan dengan beberapa alternative besaran sudut lereng single dan
total kedalaman yang ditentukan ±100 m, kondisi lereng diasumsikan
stabil bila diperoleh nilai faktor keamanan≥ 1,5.
2. Parameter Batuan
Mayoritas litologi batuan penyusun lereng keseluruhan di pit PT. Duta
Nurcahya adalah mudstone dan sandstone.
3. Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan digunakan dengan program Slide.
4. Hasil Perhitungan
Berikut adalah hasil perhitungan lereng tunggal.
5. Rekomendasi
Sebaran lapisan batubara membentuk pola arah jurus yang dipengaruhi oleh
struktur geologi yang berkembang, yaitu membentuk sayap sinklin dengan arah
relatif timurlaut -baratdaya.Blok prospek Muara Bakah dan Juju Baru merupakan
sayap sinklin bagian selatan sedangkan Blok prospek Luwe merupakan sayap
sinklin bagian utara.Secara fisik batubara di daerah telitian berwarna hitam,
mengkilap – kusam, sebagian concoidal, lunak sampai sedang, sebagian
menyerpih, tidak mengotori tangan sampai mengotori tangan, cleat jarang, ada
fragmen resin, berlapis baik, jurus kemiringan U 380 – 450 T/120 – 240 dan U
PT. Duta Nurcahya telah melakukan eksplorasi pengeboran dengan jumlah titik
sebanyak 384 titik bor dengan total kedalaman sekitar 18.975 m, melingkupi blok
prospek Muara Bakah dan blok prospek Juju Baru. Penyebaran lokasi pengeboran
dapat dilihat pada Peta Penyebaran Lubang Bor(Gambar 3.28.).
Metode yang digunakan dalam pengeboran ini meliputi open hole, touch coring
dan full coring untuk pengeboran geoteknik.(Tabel 3.29.)
Berdasarkan hasil analisis statistik terhadap data model geologi, diperoleh jumlah
seam batubara yang tertembus oleh kurang dari 5 (lima) titik bor adalah 20seam
(Tabel 3.30.) sedangkan dari 54 seam batubara yang tertembus oleh lebih dari
5 (lima) titik bor diperoleh 8seam batubara dengan ketebalan rata-rata lebih dari
1 m (Tabel 3.31.).
3 Kelembaban (adb) ± 11 %
6 HGI 48 %
Semua perconto diambil dari inti bor, perconto batubara ini dimasukkan ke dalam
kantong plastik berukuran 5 kg, kemudian dikirimkan ke laboratorium
Geoservices untuk dianalisa.
Kandungan air total kumulatif insitu (Total Moisture) PT. Duta Nurcahyabervariasi
antara 11,47 – 22,61 % (ar) dengan rata-rata 16,70 %. Untuk batubara dengan
spesifikasi seperti ini, maka kandungan air total menjadi penting karena
batubara jenis ini dipasarkan dengan acuan as received basic (ar).Kandungan
zat terbang (volatile matter) kumulatif insitu bervariasi antara37,63–49,89 %
(adb) dengan rata-rata 40,80 %. Karbon tertambat (fixed carbon) kumulatif
Nilai Hardgrove Grindability Index (HGI) termasuk sedang, atau dengan kata lain
batubara ini termasuk golongan batubara agak keras. Dari 39 sample komposit
untuk penelitian HGI, diperoleh kisaran nilai HGIbervariasi antara 37– 56.
Ketebalan lapisan batubara adalah jarak terpendek antara atap dan lantai
lapisan batubara yang diukur dari data singkapan batubara, lubang bor,
dan pengamatan pada tambang aktif.
1 2008 15.169,810
2 2009 79.739,189
3 2010 145.447,811
4 2011 106.369,928
5 2012 41.525,275
6 2013 280,109
Jumlah 388.532,122
Sekuen P Coal OB
Pit PM1 13,735,046 133,309,046
Pit PL6L 4,775,589 52,565,249
Sekuen HM
Pit HM3 2,374,990 25,256,430
Pit HM5_A 3,534,935 33,773,199
Pit HM5_B 301,477 2,312,081
Pit HM5_C 725,808 5,471,234
Sekuen HL
Pit HL3_A 1,048,321 9,765,061
Pit HL3_B 738,786 7,771,477
Sekuen A
Pit A3 1,586,085 13,860,481
Pit A7A 7,235,412 94,663,574
Pit A7B 584,349 6,336,551
Sekuen E
Pit K3_A 595,146 6,808,257
Pit K3_B 534,392 5,889,978