TINJAUAN PUSTAKA
Letak geografis dari Desa Sukomoro adalah S 020 54’ 26,9” dan E 1040 37’56,3”
terletak pada jalur timur trans Sumatera yang menghubungkan provinsi Sumatera
Selatan dengan provinsi Jambi dengan elevasi 40 mdpl. Sebagian besar daerah ini
merupakan daratan rendah yang pada beberapa tempat merupakan bekas penambangan
tanah atau pasir. Daerah Sukomoro dan Air Batu adalah daerah yang dahulunya
merupakan daerah pesisir pantai atau daerah perbatasan lingkungan darat dan juga
lingkungan laut, dan juga merupakan daerah pertemuan dua formasi utama, yaitu
formasi Talangakar dan formasi Gumai. Secara geografis Kabupaten Banyuasin
berbatasan dengan:
a. Sebelah Utara : Propinsi Jambi, Kabupaten Musi Banyuasin, dan Selat Bangka.
b. Sebelah Selatan : Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan Komering Ilir, dan
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii Kota Palembang.
c. Sebelah Barat : Kabupaten Musi Banyuasin.
d. Sebelah Timur : Selat Bangka dan Kabupaten Ogan Komering Ulu.
II-1
II. 2 Geologi Regional Telitian
Dua aktivitas pertama menyebabkan Half graben sysem, horst, dan sesar blok
pada cekungan sumatera selatan. Aktivitas terakhir, rogenesa Plio-Pleistosen
menghasilkan adanya struktur barat laut-tenggara dan depresi ke arah timur laut (de
Coster,1974). Perkembangan struktur maupun evolusi cekungan sejak Tersier
merupakan hasil interaksi dari ke empat arah struktur utama yaitu, berarah timur laut-
barat daya (Pola Jambi), berarah barat laut-tenggara (Pola Sumatra), dan berarah
utaraselatan (Pola Sunda). Hal inilah yang membuat struktur geologi di daerah
Cekungan Sumatra Selatan lebih kompleks dibandingkan cekungan lain di daerah
Sumatra seperti Cekungan Sumatera Bagian Tengah , Bagian Utara,dan Lainnya.
Cekungan Sumatra Selatan terbentuk selama ekstensi timur-barat pada akhir pra-
Tersier sampai awal Tersier (Daly et al., 1987). Geologi Cekungan Sumatera Selatan
adalah suatu hasil kegiatan tektonik yang berkaitan erat dengan penunjaman Lempeng
Hindia-Australia, yang bergerak ke arah utara hingga timur laut terhadap Lempeng
Eurasia yang relatif diam.
Zona penunjaman lempeng meliputi daerah sebelah barat Pulau Sumatera dan
selatan Pulau Jawa. Beberapa lempeng kecil (micro-plate) yang berada di antara zona
interaksi tersebut turut bergerak dan menghasilkan zona konvergensi dalam berbagai
bentuk dan arah.
II-2
Gambar 2. Peta Cekungan di Pulau Sumatera.
Ada tiga peristiwa tektonik yang berperan pada perkembangan Cekungan Sumatera
Selatan dan proses sedimentasinya, yaitu :
1. Tektonik pertama
Tektonik pertama ini berupa gerak tensional pada Kapur Akhir sampai Tersier
Awal yang menghasilkan sesar-sesar bongkah (graben) berarah timur lautbarat daya
atau utara-selatan. Sedimentasi mengisi cekungan atau graben di atas batuan dasar
bersamaan dengan kegiatan gunung api.
2. Tektonik kedua
Tektonik ini berlangsung pada Miosen Tengah-Akhir (Intra Miosen)
menyebabkan pengangkatan tepi-tepi cekungan dan diikuti pengendapan bahan-bahan
klastika.
3. Tektonik Ketiga
Tektonik berupa gerak kompresional pada Plio-Plistosen menyebabkan sebagian
Formasi Airbenakat dan Formasi Muaraenim telah menjadi tinggian tererosi, sedangkan
II-3
pada daerah yang relatif turun diendapkan Formasi Kasai. Selanjutnya, terjadi
pengangkatan dan perlipatan utama di seluruh daerah cekungan yang mengakhiri
pengendapan Tersier di Cekungan Sumatera Selatan.
Pada umumnya stratigrafi regional dapat dikenal sebagai satu daur besar
(megacycle) yang terdiri dari suatu trangresi yang diikuti regresi. Formasi yang
terbentuk dalam fase trangresi dikelompokkan menjadi Kelompok Telisa (Formasi
Lahat, Formasi Baturaja dan Formasi Gumay). Sedangkan yang terbentuk dalam fase
regresi dikelompokkan menjadi Kelompok Palembang (Formasi Air Benakat, Formasi
Muara Enim dan Formasi Kasai). Formasi pembawa batubara pada Cekungan Sumatera
Selatan adalah Formasi Talang Akar, Air Benakat, Muara Enim dan Kasai, tetapi yang
paling potensial adalah Formasi Muara Enim, sedangkan Formasi Baturaja merupakan
pembawa endapan batu gamping yang banyak terdapatdi sekitar kota Baturaja. Urutan
stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan dari tua kemuda adalah Batuan Dasar, Formasi
Lahat, Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, Formasi Gumai, Formasi Air Benakat,
Formasi Muara Enim, Formasi Kasai, dan Endapan Kuarter.
Sumber : De Coaster,1974.
II-4
Urutan stratigrafi regional daerah penyelidikan dari muda ketua adalah sebagai
berikut :
Pulau Sumatra memiliki orientasi barat laut yang terbentang pada ekstensi dari
Lempeng Benua Eurasia. Pulau Sumatra memiliki luas area sekitar 435.000 km2,
dihitung dari 1650 km dari Banda Aceh pada bagian utara menuju Tanjungkarang pada
bagian selatan. Lebarnya mencapai 100-200 km pada bagian utara dan sekitar 350 km
pada bagian selatan. Pulau Sumatera terletak disebelah baratdaya Kontinen Sundaland
dan merupakan jalur konvergensi antara Lempeng Hindia-Australia yang menyusup di
sebelah barat Sundaland / Lempeng Eurasia. Konvergensi lempeng menghasilkan
subduksi sepanjang Palung Sunda dan pergerakan lateral menganandari Sistem Sesar
Sumatera (Darma dan Sidi, 2000).
Trendline utama dari pulau ini cukup sederhana. Bagian belakangnya dibentuk oleh
Pegunungan Barisan yang berada sepanjang bagian barat. Daerah ini membagi pantai
barat dan timur. Lereng yang menuju Samudera Hindia biasanya curam yang
menyebabkan sabuk bagian barat biasanya berupa pegunungan dengan pengecualian 2
embayment pada Sumatra Utara yang memiliki lebar 20 km. Sabuk bagian timur pada
pulau ini ditutupi oleh perbukitan besar dari Formasi Tersier dan dataran rendah aluvial.
Pada diamond point di daerah Aceh, sabuk rendah bagian timur memiliki lebar sekitar
II-5
30 km, lebarnya bertambah hingga 150-200 km pada Sumatra Tengah dan Selatan. Van
Bemmelen membaginya menjadi 6 zona fisiografi yaitu zona jajaran barisan, zona
semangko, zona pegunungan tiga puluh, zona kepulauan busur luar, zona paparan
sunda, zona dataran rendah dan berbukit.
II-5
II-6