Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BAHAN PELEDAK DAN

TEKNIK PELEDAKAN
KRITERIA PENGGALIAN

Nama : Ramadhan Thariq Al-fati


Nim : D1101161040
Dosen : M. Khalid Syafrianto , ST, MT.
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
BAB I
PEMBAHASAN

1. Peledakan
Peledakan merupakan kegiatan penggalian atau penambangan melaui
pemberaian batuan, menggunakan bahan kimia tertentu yang dapat menciptaan
suatu ledakan. Kegiatan peledakan dilakukan apabila material yang akan digali
sulit dilakukan secara mekanis atau dengan alat mekanis, sehingga material
tersebut perlu diberaikan terlebih dahulu untuk memudahkan kegiatan yang akan
dilakukan selanjutnya (pemuatan dan pengangkutan).
Kegiatan peledakan dapat diterapkan pada berbagai jenis bahan galian,
contohnya peledakan pada bijih. Kegiatan peledakan pada tambang bijih bertujuan
untuk melepaskan batuan dari massa batuan induknya. Sedangkan untuk tambang
batu bara, peledakan tidak hanya diterapkan pada lapisannya saja melainkan pada
lapisan penutup (over burden) diatasnya. Namun perlu diperhatikan peledakan
pada batu bara dapat menyebabkan terbakarnya batu bara tersebut. Peledakan
tidak hanya dilakukan begitu saja demi mendapatkan bahan galian yang
diinginkan, tetapi diperlukan teknik peledakan yang baik, ekonomis, efisien dan
ramah lingkungan sehingga perolehan bahan galian ini dapat menutupi biaya
operasi termasuk biaya pemindahan overburden.

Sumber : azzuhrycorp.blogspot.com
Foto 2.1
Contoh kegiatan peledakan
1.1 Bahan Peledak
Dalam kegiatan peledakan diperlukan bahan peledak. Bahan peledak atau
handak merupakan bahan kimia yang apabila diberi aksi akan berbalik
memberikan reaksi berupa gas yang disertai panas dan tekanan yang sangat tinggi.
Aksi yang diberikan pada bahan peledak dapat berupa gesekan, panas, benturan
atau bahkan ledakan awal. Reaksi panas yang dihasilkan oleh ledakan ini berkisar
4000oC dengan tekanan 100.000 atm, energi 25.000 MW dan kecepatan
detonasinya 2500-7500 m/s yang menggambarkan bahwa proses ledakan ini
hanya terjadi beberapa detik saja.
Ada beberapa sifat dari bahan peledak yang akan menentukan kualitas dari
bahan peledak tersebut, diantaranya adalah kekuatan (strength), bobot isi
(density), stabilitas kimia, ketahanan terhadap air (water resistance), kepekaan
(sensitivity), kecepatan detonasi, tekanan detonasi, sifat gas beracun.
a. Kekuatan (strength)
b. Bobot isi (density)
c. Stabilitas kimia
d. Kepekaan (sensitivity).
e. Ketahanan terhadap air

Sumber : www.academia.edu
Foto 2.2
Bahan ledak yang tahan terhadap air (emulsi)

Ada beberapa macam bahan ledak sesuai dengan jenis ledakannya, mulai
dari bahan ledak lemah, bahan ledak kuat sampai blasting agent. Contohnya
adalah black powder, dynamite, slurry/watergel/emulsi, blasting agent dan
permissible explosive.
1.2 Kegiatan Peledakan
Kegiatan peledakan tidak dilakukan begitu saja, diperlukan rancangan
yang tepat guna menghasilkan ledakan yang diinginkan serta dapat memenuhi
fragmentasi yang tepat dan memenuhi target produksi, maka diperlukan adanya
pola peledakan. Pola peledakan adalah urutan suatu ledakan antar lubang ledak
pada suatu baris dengan lubang ledak pada baris berikutnya atau dapat juga antara
lubang satu dengan lubang lainnya. Pola peledakan diurutkan berdasarkan urutan
waktu ledak serta arah runtuhan material yang diharapkan. Adanya urutan lubang
ledak menandakan adanya waktu tunda, atau lebih dikenal delay time. Beberapa
fungsi dari pola peledakan, diantaranya adalah :
a. Mengurangi getaran yang dihasilkan dari kegiatan peledakan
b. Mengarahkan lemparan material
c. Memaksimalkan fragmentasi yang diinginkan
d. Mengurangi flyrock

Sumber : azzuhrycorp.blogspot.com
Foto 2.5
Contoh flying rock

Ada beberapa acuan dasar yang digunakan dalam penentuan pola


peledakan pada tambang terbuka, agar menghasilkan ledakan yang tepat dan logis,
diantaranya adalah peledakan tunda antar lubang, peledakan tunda antar beberapa
lubang dan peledakan tunda antar baris.
Pola peledakan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa factor, yaitu
berdasarkan arah runtuhan dan berdasarkan urutan waktu peledakan atau delay
time. Klasifikasi pola peledakan berdasarkan arah runtuhan, diantaranya adalah :
a. Box cut
Box cut merupakan pola peledakan dimana arah runtuhannya menuju
kearah depan (free face) dengan membentuk kotak atau persegi.
Sumber : fileq.wordpress.com
Gambar 2.3
Arah runtuhan box cut

b. V cut
Arah runtuhan v cut merupakan arah runtuhan yang mengarah ke free face
dengan bentuk menyerupai huruf v.

Sumber : fileq.wordpress.com
Gambar 2.4
Arah runtuhan v cut

c. Corner cut
Berbeda dengan box cut dan v cut, arah runtuhan corner cut akan
mengarah menuju salah satu sudut free face.
Sedangkan untuk penklasifikasian Pola peledakan berdasarkan waktu
peledakan (delay time), pola peledakan dibagi menjadi dua :
 Pola peledakan beruntun
Dikatakan pola peledakan beruntuk karena adanya perbedaan waktu ledak
atau waktu tunda antara baris satu dengan baris lainnya
 Pola peledakan serentak
Pola peledakan serentak tidak menggunakan waktu tunda, sehingga setiap
lubang akan meledak secara bersamaan.
1.3 Rangkaian Peledakan
Rangkaian peledakan dapat dikatakan sebagai susunan peledakan dengan
tujuan agar peledakan berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Ada 3 hal yang
menunjang rangkaian peledakan terutama pada rangkaian listrik, diantaranya
adalah detonator listrik, sumber tenaga dan kawat rangkaian.
Ada beberapa macam rangkaian peledakan, diantaranya adalah rangkaian
listrik dan rangkaian nonel. rangkaian listrik dibagi menjadi beberapa jenis
ragkaian, yaitu :
a. Rangkaian seri
Rangkaian seri dapat dikatakan sebagai rangkaian peledakan yang cukup
sederhana. Arus yang diperlukan pada setiap detonator berkisar 1,5 Amper
yang disuplai dari blasting machine. Arus yang dialurkan tersebut
diharapkan dapat meledakan setiap detonator dengan sempurna. Prinsip
dari rangkaian seri ini yaitu menghubungkan legwire dari lubang yang satu
ke lubang lainnya secara menerus, sehingga jika rangkaian terputus akibat
salah satu detonator mati maka seluruh rangkaian akan terputus yang
mengakibatkan gagal ledak atau misfire. Secara umum jumlah detonator
yang digunakan pada system rangkaian seri sekitar 40 buah atau bahkan
kurang, dengan panjang legwire 7 m.

Sumber : ml.scribd.com
Gambar 2.5
Rangkaian seri
2. Rangkaian seri
Rangkaian seri adalah rangkaian yang memiliki komponen dan beban
(lampu, resistor atau lain - lain) saling terhubung satu sama lain dengan
sejajar, maka dari itu rangkaian ini akan mengurutkan satu komponen ke
komponen lain. Karena pemasangan dari rangkaian seri ini berjajar, maka
pembagian tegangan dari sumber tegangan akan merata ke seluruh
komponen
Coba perhatikan gambar

Gambar Rangkaian Seri diatas menunjukan bahwa ke -4 lampu yang disusun seri diatas
akan saling berbagi tegangan karena memiliki sumber yang sama dalam satu jalur yang
sama pula

2.1 Rangkaian Seri Resistor Beserta Rumus

Bentuk rangkaian seri hambatan(resitor) adalah seperti berikut ini:

Arus pada rangkaian hambatan seri memiliki nilai yang sama sehingga :

Itot=I1=I2=I3

Sedangkan tegangan pada rangkain hambatan seri yaitu :


Vtot=V1+V2+V3
Maka hambatan total pada rangkaian hambatan seri (hambatan pengganti
) yaitu :
Vtot=V1+V2+V3
Itot⋅Rtot=I1⋅R1+I2⋅R
2+I3⋅R3
Rtot =R1+R2+R3
2.2 Sifat-sifat Rangkaian Seri
1. Arus yang mengalir pada masing beban adalah sama.
2. Tegangan sumber akan dibagi dengan jumlah tahanan seri jika besar
tahanan sama. Jumlah penurunan tegangan dalam rangkaian seri dari
masing-masing tahanan seri adalah sama dengan tegangan total sumber
tegangan.
3. Banyak beban listrik yang dihubungkan dalam rangkaian seri, tahanan
total rangkaian menyebabkan naiknya penurunan arus yang mengalir
dalam rangkaian. Arus yang mengalir tergantung pada jumlah besar
tahanan beban dalam rangkaian.
4. Jika salah satu beban atau bagian dari rangkaian tidak terhubung atau
putus, aliran arus terhenti
2.3 Fungsi rangkaian seri
a. Rangkaian seri berfungsi untuk memperbesar hambatan total
b. Rangkaian seri berfungsi sebagai pembagi tegangan
c. Pada rangkaian seri memiliki arus yang sama pada masing-masing hambatan

2.4 Prinsip dalam Rangkaian Seri adalah sebagai berikut:


1. Hambatan total merupakan hasil penjumlahan tiap-tiap hambatan serinya.
2. Kuat arus dalam tiap-tiap hambatannya tetap dan besar kuat arus setiap
hambatan sama dengan kuat arus totalnya,
3. Beda potensial/tegangan tiap-tiap hambatannya berbeda-beda dan hasil
penjumlahan tegangan tiap-tiap hambatannya sama dengan tegangan
totalnya.

2.5 Contoh Kasus untuk menghitung Rangkaian Seri Resistor


Sebuah rangkaian resistor dipasang secara seri dengan hambatan masing-
masing 20 ohm, 15 ohm, 30 ohm. Tegangan pada rangkaian tersebut adalah 12
volt. Berapa total resistansi dan arus yang mengalir pada rangkaian tersebut?

Jawab :
Total Resistor(R) : 10 + 15 + 30 = 55 ohm
Arus (I) = V/R = 12 /55 = 0,21 A.
3. Rangkaian Paralel
Rangkaian Paralel adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun
secara
(paralel). Lampu yang dipasang di rumah umumnya merupakan rangkaian
paralel.

3.1 Rangakain listrik paralel


Suatu rangkaian listrik, di mana semua input komponen berasal
dari sumber yang sama. Semua komponen satu sama lain tersusun paralel.
Hal inilah yang menyebabkan susunan paralel dalam rangkaian listrik
menghabiskan biaya yang lebih banyak (kabel penghubung yang
diperlukan lebih banyak). Selain kelemahan tersebut, susunan paralel
memiliki kelebihan tertentu dibandingkan susunan seri. Adapun
kelebihannya adalah jika salah satu komponen dicabut atau rusak, maka
komponen yang lain tetap berfungsi sebagaimana mestinya Berikut contoh
gambar rangkaian paralel : Contoh pengaplikasian rangkaian paralel pada
3 buah lampu : Pada umumnya hambatan(R) yang dirangkaia paralel akan
menghasilkan hambatan tota(RT) yang semakin kecil . Untuk mengetahui
hambatan total dari hambatan(RT) yang dipasang paralel dapat
menggunakan perhitungan di bawah:
Hubungan Antara Tegangan (V), Arus (I) Dan Hambatan (R) Dan
Hukum Ohm Hukum Ohm adalah hukum yang mengatakan bahwa apabila
arus listrik mengalir ke dalam sebuah penghantar, intensitas arusnya sama
dengan tegangan yang mendorongnya dibagi dengan tahanan penghantar.
Hukum Ohm digunakan untuk melihat besarnya arus (I), tegangan (V) dan
hambatan (R). Rumus: V = I . R bunyi Hukum Ohm “Besarnya kuat arus
(I) yang melalui konduktor antara dua titik berbanding lurus dengan beda
potensial atau tegangan (V) di dua titik tersebut, dan berbanding terbalik
dengan hambatan atau resistansi (R) di antara mereka”. Arus adalah
elektron yang mengalir dari satu atom ke atom lainnya melalui penghantar
dan diukur dalam ampere. Satu ampere adalah aliran arus listrik dari 6,28
x 10 pangkat 28 elektron / detik pada sebuah penghantar. Jadi, arus adalah
jangkauan aliran listrik yang diukur dalam ampere atau elektron / detik.
Arus dapat digolongkan atas dua macam, yaitu arus searah (DC) dan arus
bolak-balik (AC).

a. Arus Searah (DC)

Arus searah (DC) yaitu arus yang mengalir ke satu arah saja
dengan harga konstanta. Salah satu sumber arus searah adalah batere. Di
samping itu arus searah dapat diperoleh dengan menggunakan komponen
elektronik yang disebut Dioda pada pembangkit listrik arus bolak-balik
(AC).

b. Arus Bolak-balik (AC)

Arus bolak-balik (AC) adalah arus yang mengalir dengan arah


bolak-balik. Arus ini bisa juga disebut arus tukar sebab polaritasnya selalu
bertukar-tukar. Juga dapat disebut dengan arus AC sebagai istilah
singkatan asing (Inggris) yaitu Alternating Current. Sumber arus listrik
bolak-balik adalah pembangkit tegangan tinggi seperti PLN (Perusahaan
Listrik Negara) dan generator.
Tegangan adalah suatu tekanan yang menyebabkan terjadinya aliran arus
listrik pada sebuah penghantar. Biasanya tegangan tergantung pada ujung-
ujung kawat penghantar. Apabila ujung-ujung penghantar tersebut
dihubungkan dengan batere atau generator, maka akan terjadi tegangan.
Jadi, tegangan adalah daya potensial yang tetap ada walaupun tidak ada
arus. Walaupun tidak ada hubungan terhadap peralatan lain tegangan tetap
ada. Tegangan tetap ada walaupun tanpa arus, tetapi arus tidak akan ada
tanpa ada tekanan dari tegangan-tegangan
3.2 Rangkaian Paralel Resistor

Adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau lebih


Resistor yang disusun secara berderet atau berbentuk Paralel. Sama seperti
dengan Rangkaian Seri, Rangkaian Paralel juga dapat digunakan untuk
mendapatkan nilai hambatan pengganti. Perhitungan Rangkaian Paralel
sedikit lebih rumit dari Rangkaian Seri.

3.2.1. Rumus dari Rangkaian Seri Resistor adalah :

1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + ….. + 1/Rn

Dimana :
Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n

Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Paralel :

V total = V1 = V2 = V3 = .. Vn
I total = I1 + I2 +.. In
1/R total = 1/R1 + 1/R2 + … 1/R n

3.3. Sifat-sifat Rangkaian Paralel


1. Tegangan pada masing-masing beban listrik sama dengan tegangan
sumber.
2. Masing-masing cabang dalam rangkaian parallel adalah rangkaian
individu. Arus masing-masing cabang adalah tergantung besar tahanan
cabang.
3. Sebagaian besar tahanan dirangkai dalam rangkaian parallel, tahanan total
rangkaian mengecil, oleh karena itu arus total lebih besar. (Tahanan total
dari rangkaian parallel adalah lebih kecil dari tahanan yang terkecil dalam
rangkaian.)
4. Jika terjadi salah satu cabang tahanan parallel terputus, arus akan terputus
hanya pada rangkaian tahanan tersebut. Rangkaian cabang yang lain tetap
bekerja tanpa terganggu oleh rangkaian cabang yang terputus tersebut.

3.4 Fungsi rangkaian paralel


a. Rangkaian paralel berfungsi untuk memperkecil hambatan total
b. Rangkaian seri berfungsi sebagai pembagi arus
c. Pada rangkaian seri memiliki tegangan yang sama pada masing-masing hambatan

3.5 Prinsip dalam Rangkaian Paralel


Seper hambatan paralel merupakan hasil penjumlahan seper tiap-tiap
hambatan paralelnya.
1. Kuat arus dalam percabangannya berbeda-beda dan perbandingan kuat
arus tiap-tiap percabangan berbanding terbalik dengan perbandingan
hambatan tiap-tiap percabangannya serta hasil penjumlahan kuat arus tiap-
tiap percabangannya sama dengan kuat arus totalnya.
2. Beda potensial/ tegangan tiap-tiap percabangannya tetap dan besar
tegangan setiap percabangan sama dengan tegangan totalnya.

3.6 Contoh Kasus untuk Menghitung Rangkaian Paralel Resistor

Terdapat 3 Resistor dengan nilai-nilai Resistornya adalah sebagai berikut :


R1 = 100 Ohm
R2 = 200 Ohm
R3 = 47 Ohm

Berapakah nilai hambatan yang didapatkan jika memakai Rangkaian


Paralel Resistor?
Penyelesaiannya :

1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3


1/Rtotal = 1/100 + 1/200 + 1/47
1/Rtotal = 94/9400 + 47/9400 + 200/9400
1/Rtotal = 341 x Rtotal = 1 x 9400 (→ Hasil kali silang)
Rtotal = 9400/341
Rtotal = 27,56

Jadi Nilai Hambatan Resistor pengganti untuk ketiga Resistor tersebut


adalah 27,56 Ohm.

Hal yang perlu diingat bahwa Nilai Hambatan Resistor (Ohm) akan
bertambah jika menggunakan Rangkaian Seri Resistor sedangkan Nilai
Hambatan Resistor (Ohm) akan berkurang jika menggunakan Rangkaian
Paralel Resistor.

4. Rangkaian Seri-Paralel

Rangkaian listrik campuran (seri-paralel) merupakan rangkaian


listrik gabungan dari rangkaian listrik seri dan rangkaian listrik paralel.
Untuk mencari besarnya hambatan pengganti rangkaian listrik gabungan
seri - paralel adalah dengan mencari besaranya hambatan tiap tiap model
rangkaian (rangkaian seri dan rangkaian paralel), selanjutnya mencari
hambatan gabungan dari model rangkaian akhir yang didapat.
Hukum I Kirchoff
Hukum I Kirchoff merupakan hukum kekekalan muatan listrik
yang menyatakan bahwa jumlah muatan listrik yang ada pada sebuah
sistem tertutup adalah tetap. Hal ini berarti dalam suatu rangkaian
bercabang, jumlah kuat arus listrik yang masuk pada suatu percabangan
sama dengan jumlah kuat arus listrik yang ke luar percabangan itu.
Perbandingan antara hukum Ohm dengan hukum Kirchoff yaitu dimana
keduanya sama membahas tentang arus, hanya bedanya ohm lebih pada
arus yang mengalir pada konduktor yang memiliki beda potensial,
sedangkan kirchoff menelaah kuat arus pada rangkaian, baik tertutup atau
pada percabangan. Hukum ini berbunyi “ Jumlah kuat arus yang masuk
dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari
titik percabangan. Hukum I Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan
sebagai:

 dibaca ‘sigma’ artinya jumlah


Hukum Kirchoff pertama : Jumlah aljabar arus yang masuk ke
dalam suatu titik cabang suatu rangkaian adalah nol.
i=0 (6-5)
Persamaan (6-5) ini diartikan bahwa arus yang menuju titik cabang
diberi tanda positif dan yang meninggalkan titik diberi tanda negatif. Jadi
pada setiap titik cabang terlebih dahulu ditentukan arah-arah arusnya. Jika
dalam perhitungan diperoleh harga arus positif, maka arah yang kita
berikan tersebut benar dan sebaliknya jika hasilnya negatif, arah arus
yang kita berikan terbalik.

Skema diagram untuk Hukum I Kirchhoff

Rangkaian untuk menyelidiki kuaat arus yang masuk dan keluar dari suatu titik
simpul
4.1 Alat Yang Digunakan

1. Resistor : 3 buah
2. Amperemeter : 1 buah
3. Multimeter analog : 1 buah
4. Obeng : 1 buah
5. Kabel capit buaya ( crocodile) : 4 buah
6. Kabel colokan ( banana plug) : 4 buah
7. Sumber tegangan ( power supply) : 1 buah

4.2 Gambar Rangkaian

A
R2

A
R1

A
R3

4.3 Langkah Kerja


Mengukur arus total dan arus pada tiap tahanan pada rangkaian paralel :

a) Memilih tiga buah resistor yang berbeda nilainya yaitu 47 Ω, 100 Ω


dan 220 Ω .
b) Merangkai resistor dan multimeter secara seri paralel dengan
menggunakan kabel capit buaya (crocodile).
c) Menentukan sumber tegangan dengan nilai 4 V dengan multimeter
analog.
d) Menghubungkan banana plug pada ujung rangkaian seri dan paralel
dengan sumber tegangan.
e) Menghubungkan banana plug pada ujung rangkaian seri paralel pada
amperemeter.
f) Menghubungkan banana plug pada amperemeter dan sumber tegangan.
g) Menentukan range pada amperemeter sesuai arus yang akan diukur.
h) Mengukur arus yang melewati tahanan 47 Ω dengan menghubungkan
kabel capit pada amperemeter dan menghubungkan banana plug dari
amperemeter ke resistor.
i) Mengukur arus yang melewati tahanan 100 Ω dengan menghubungkan
kabel capit pada amperemeter dan menghubungkan banana plug dari
amperemeter ke resistor.
j) Mengukur arus yang melewati tahanan 220 Ω dengan menghubungkan
kabel capit pada amperemeter dan menghubungkan banana plug dari
amperemeter ke resistor.
k) Mengulang percobaan menggunakan tegangan yang berbeda yaitu 6 V,
8 V dan juga dengan nilai tahanan total yang berbeda.
l) Membaca dan menghitung hasil pengukuran arus rangkaian melalui
amperemeter.
m) Mencatat hasil pengukuran.

4.4 Percobaan

 Hasil Pengukuran arus total rangkaian


R1 = 47Ω, R2 = 100Ω, R3 = 220Ω, Rtot = 115,75Ω
No Sumber Tegangan Arus Terhitung Arus Terukur

1 4V 34mA 20mA

2 6V 51mA 30mA

3 8V 69mA 40mA

 Pengukuran Arus Pada Masing-Masing Tahanan

No Sumber Tegangan Tahanan Arus Terhitung Arus Terukur

1 4V 100Ω 23 mA 12,5 mA

220 Ω 11 mA 7,5 mA

2 6V 100 Ω 35 mA 21mA

220 Ω 16 mA 9mA

3 8V 100 Ω 47mA 27mA

220 Ω 21mA 13mA

a) Terukur
 4V
I1 = I2+I3
I1 = 12,5 + 7,5
I1 = 20 mA
 6V
I1 = I2+I3
I2 = 21 mA
I3 = 9 mA
I1 =Itot = 30 mA
 8V
I1 = I2+I3
I2 = 27 mA
I3 = 13 mA
I1 =Itot = 40 mA
b) Terhitung
 4V
I1 = I2+I3
I1 = 23+11
I1 = 34 mA
 6V
I1 = I2+I3
I2 = 35 mA
I3 = 16 mA
I1 =Itot = 51 mA
 8V
I1 = I2+I3
I2 = 47 mA
I3 = 22 mA
I1 =Itot = 69 mA
4.5 Analisa Data Hasil Percobaan

Setelah melakukan percobaan dengan sumber tegangan 4V,arus total


terukur sebesar 20 mA,sedangkan arus total terhitung 34 mA.Sumber
tegangan 6V,arus total terukur 30 mA,sedangkan arus total terhitung 51
mA.Dan sumber tegangan 8V,arus total terukur 40 mA,sedangkan arus
total terhitung 69 mA.
Dalam perbedaan hasil arus yang diperoleh pada percobaan diatas saya
dapat menganalisa adanya faktor-faktor yang berpengaruh pada proses
pengukuran sehingga nilai yang diperoleh tidak sama dengan nilai yang
dihitung sebelumnya. Dari hasil analisa dapat diperoleh faktor-faktor yang
berpengaruh sebagai berikut. Faktor yang berpengaruh bisa faktor dari
luar/faktor eksternal atau faktor dari dalam/faktor internal.
1. Faktor Eksternal :
 Ketelitian,dalam membaca alat ukur diperlukan ketelitian yang
tinggi,karena hasil dari jarum penunjuk terkadang berubah-ubah dan
angka pada alat ukur yang kecil sehingga butuh ketelitian untuk
membacanya.
 Keadaan lingkungan yang mempengaruhi pengukuran
Faktor internal :
 Panjang kabel,semakin panjang kabel yang dipakai dalam rangkaian
maka arus yang mengalir akan semakin kecil,karena kabel juga
merupakan hambatan.
 Usia resistor,bila usia resistor semakin tua/lama,umumnya
kualitas/efisiensi perangkat akan menurun meskipun telah dilakukan
perawatan.
 Sumber tegangan,tegangan yang kami peroleh dari power supply
besarnya selalu berubah-ubah meskipun sidah disetel sesuai
kebutuhan,sehingga mempengaruhi hasil pengukuran.
 Letak alat ukur,alat ukur harus diletakkan menghadap ke atas, karena
bila menghadap ke samping atau ke bawah akan mendapat pengaruh
gaya gravitasi,sehingga pengukuran menjadi kurang akurat.

5. TEOREMA THEVENIN

3.1. Teori Thevenin


Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari
satu buah sumber tegangan yang dihubungserikan dengan sebuah tahanan
ekivelennya pada dua terminal yang diamati.
Tujuan sebenarnya dari teorema ini adalah untuk menyederhanakan
analisis rangkaian, yaitu membuat rangkaian pengganti yang berupa sumber
tegangan yang dihubungkan seri dengan suatu resistansi ekivalennya.

Pada gambar diatas, dengan terorema substitusi kita dapat melihat


rangkaian sirkuit B dapat diganti dengan sumber tegangan yang bernilai sama saat
arus melewati sirkuit B pada dua terminal yang kita amati yaitu terminal a-b.
Setelah kita dapatkan rangkaian substitusinya, maka dengan menggunakan
teorema superposisi didapatkan bahwa :
1. Ketika sumber tegangan V aktif/bekerja maka rangkaian pada sirkit linier A
tidak aktif (semua sumber bebasnya mati diganti tahanan dalamnya), sehingga
didapatkan nilai resistansi ekivalennya.

2. Ketika sirkit linier A aktif/bekerja maka pada sumber tegangan bebas diganti
dengan tahanan dalamnya yaitu nol atau rangkaian short circuit.
Dengan menggabungkan kedua keadaan tadi (teorema superposisi) maka
didapatkan:

Pada saat terminal a-b di open circuit (OC), maka i yang mengalir sama dengan
nol
(i = 0), sehingga :

3.2. Rumus Teorema Thevanin

Dari persamaan (1) dan (2) , didapatkan :

Cara memperoleh resistansi penggantinya (Rth) adalah dengan mematikan atau


menonaktifkan semua sumber bebas pada rangkaian linier A (untuk sumber
tegangan tahanan dalamnya = 0 atau rangkaian short circuit dan untuk sumber
arus tahanan dalamnya = ∞ atau rangkaian open circuit).

Jika pada rangkaian tersebut terdapat sumber dependent atau sumber tak
bebasnya, maka untuk memperoleh resistansi penggantinya, terlebih dahulu kita
mencari arus hubung singkat (isc), sehingga nilai resistansi penggantinya (Rth)
didapatkan dari nilai tegangan pada kedua terminal tersebut yang di-open circuit
dibagi dengan arus pada kedua terminal tersebut yang di- short circuit.

BAB II
PENUTUP

6. Kesimpulan
Rangkaian seri adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah
atau lebih Resistor yang disusun secara sejajar atau berbentuk Seri.
Dengan Rangkaian Seri ini kita bisa mendapatkan nilai Resistor Pengganti
yang kita inginkan.
Rangkaian peralel adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah
atau lebih Resistor yang disusun secara berderet atau berbentuk Paralel.
Sama seperti dengan Rangkaian Seri, Rangkaian Paralel juga dapat
digunakan untuk mendapatkan nilai hambatan pengganti. Perhitungan
Rangkaian Paralel sedikit lebih rumit dari Rangkaian Seri.
Rangkaian seri-paralel merupakan rangkaian listrik gabungan dari
rangkaian listrik seri dan rangkaian listrik paralel.Untuk mencari besarnya
hambatan pengganti rangkaian listrik gabungan seri - paralel adalah
dengan mencari besarnya hambatan tiap tiap model rangkaian (rangkaian
seri dan rangkaian paralel), selanjutnya mencari hambatan gabungan dari
model rangkaian akhir yang didapat.
Dari hasil percobaan yang dilakukan,dapat disimpulkan bahwa arus total
terukur pada rangkaian seri-paralel memiliki nilai yang lebih kecil
dibandingkan dengan arus total terhitung pada rangkaian tersebut,hal ini di
pengaruhi oleh factor eksternal maupun internal ,diantaranya: (panjang
kabel, usia resistor, sumber tegangan, letak alat ukur, ketelitian, dan
keserasian.) internal. (User / manusia , lingkungan.) Eksternal.
DAFTAR PUSTAKA

https://tianphysics.wordpress.com/2013/11/05/rangkaian-seri-dan-rangkaian-paralel/

http://teknikelektronika.com/rangkaian-seri-dan-paralel-resistor-serta-cara-menghitung-
nilai-resistor/

https://id.wikipedia.org/wiki/Rangkaian_seri_dan_paralel

https://www.scribd.com/doc/226925230/Rangkaian-Listrik-Seri

http://www.rangkaianelektronika.org/rangkaian-thevenin.htm

https://www.academia.edu/28544029/LAPORAN_PERCOBAAN_TEOREMA_THEVENIN

http://elektronika-dasar.web.id/teorema-thevenin/

http://elektronika-elektronika.blogspot.com
http://id.wikipedia.org
http://multimeter-analog.blogspot.com/
http://www.geocities.ws
http://husnirofiq.blogspot.com/2011/09/rangkaian-seri-paralel-dan-campuran.html
http://www.mediabali.net/fisika_hypermedia/rangkaian_listrik_campuran.html
http://ml.scribd.com/doc/32934630/Hukum-Kirchhoff
http://www.mediabali.net/listrik_dinamis/hukum_i_kirchoff.html

Anda mungkin juga menyukai