Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum pengertian tambang bawah tanah adalah suatu sistim
penambangan mineral atau batubara dimana seluruh aktivitas penambangan tidak
berhubungan langsung dengan udara terbuka. Tambang bawah tanah mengacu
pada metode pengambilan bahan mineral yang dilakukan dengan membuat
terowongan menuju lokasi mineral tersebut. Berbagai macam logam bisa diambil
melalui metode ini seperti emas, tembaga, seng, nikel, dan timbal. Karena letak
cadangan yang umumnya berada jauh dibawah tanah, jalan masuk perlu dibuat
untuk mencapai lokasi cadangan.
Selain hanya untuk mengambil endapan bahan galian yang berada
dibawah tanah juga diperlukan diperhatikan seperti teknologi keselamatan bawah
tanah. Hal tersebut dikarenakan kegiatan tambang bawah tanah sangat rentan
terhadap bahaya kecelakaan. Hal ini dapat dilihat dari tingginya tingkat kecelakaan
yang ditimbulkan karena kurangnya tindakan pengamanan baik itu Perlindungan
atau pencegahan yang dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu seperti
teknologi ventilasi, evakuasi menggunakan peta tambang, pencegahan swabakar,
teknologi penambangan bawah bawah tanah, dan pencegahan ledakan gas.
Dalam menangani kecelakaan yang terjadi dalam pertambangan sangat
diperlukan ahli khusus yang mengetahui teknik dan langkah yang dilakukan ketika
kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Oleh sebab itu dibutuhkan pelatihan dan
pembelajaran mengenai “Teknologi Keselamatan Tambang Bawah Tanah” untuk
bisa mengurangi dan menangani kecelakaan tambang bawah tanah. Sehingga
dapat menciptakan lapngan kerja yang aman, nyaman dan efisien bagi para
pekerja tambang.
1.2 Maksud Dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari kegiatan yang dilakukan yaitu agar mendapatkan
pengetahuan mengenai “Teknologi Keselamatan Tambang Bawah Tanah”
sehingga dapat mencegah dan meminimalisir kecelakaan tambang yang sewaktu-
waktu dapat terjadi khususnya pada tambang bawah tanah.
1.2.2 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui kaidah teknik pertambang sesuai dengan
ketetapan yang diberlakukan.
2. Untuk dapat mengetahui teknologi ventilasi
3. Untuk dapat mengetahui teknolgi pencegahan swabakar
4. Untuk dapat mengetahui teknologi penambangan dan keselamatan
tambang bawah tanah
5. Untuk dapat mengetahui teknologi pencegahan ledakan gas dan debu
batubara
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 UU dan Permen Keselamatan Pertambangan Indonesia


Setiap kegiatan penambangan tentunya harus sesuai kaidah peraturan
yang di tetapkan. Agar dapat tercipta kegiatan penambangan yang aman, nyaman,
dan ekonomis. Terdapat UU dan Permen yang mengatur tentang teknis
penambangan di indonesia yaitu:
1. UU No 4 tahun 2009 Tentang pertambangan mineral dan batubara
2. PP No 23 Tahun 2010 tentang pelaksanaan kegiatan usaha penambangan
minerba
3. PP No 55 Tahun 2010 tentang pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan minerba
4. PP No 78 Tahun 2010 tentang reklamasi dan pascatambang
5. Permen ESDM No 28 tahun 2009 tentang penyelenggaraan usaha jasa
pertambangan mineral dan batubara sebagaimana telah diubah dengan
permen ESDM no 24 tahun 2014
Selain mengatur tentang teknis pelaksanaan penambangan terdapat pula
dasar hukum tentang K3 pertambangan agar kegiatan penambangan dapat
terhindar dan meminimalisir kecelakaan tambang. Dasar hukum yaitu sebagai
berikut
1. Kepmen no 555 K/26/M.P3/1995 tentang keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan umum
2. Permen ESDM No 26 Tahun 2018 tentang pelaksanaan kaidah
pertambangan yang baik dan pengawasan pertambangan mineral dan
batubara
3. Kepmen ESDM No 1827 Tahun 2018 tentang pedoman pelaksanaan
kaidah teknik pertambangan yang baik
4. Permen ESDM No 11 Tahun 2018 Jo Permen ESDM No 22 Tahun 2018
tentang tatacara pemberaian wilayah, perizinan dan pelaporan pada
kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara
2.2 Perusahaan Pertambangan di Jepang
1. Tambang Matsushima
Merupakan tambang batubara di jepang yang berlokasi di Matsushima.
Berdiri pada tahun 1913. Lama beroperasi sekitar 23 tahun. Jumlah
produksi 8,766 juta ton. Kemudian tutup pada tahun 1936
2. Tambang Takashima
Merupakan tambang batubara dijepang yang berdiri pada tahun 1704.
Tambang tersebut merupakan awal tambang batubara modern dan jugas
besarnya setara denga tambang ikeshima. Sistem ventilasinya yaitu
dengan membuat vertical shaft dipulai-pulau kecil disekitarnya. Tambang
Takashima tutup pada tahun 1987.
3. Tambang Hasshima
Merupakan tambang batubara di Jepang dengan fasilitas tambang
dibangun diatas karang yang telah diperkuat dengan konkrit. Tambang
Hassima dibangun pada tahun 1876. Kemudian tutup pada tahun 1974.
4. Tambang Gunkan Jima
5. Tambang Oshiima
Merupakan tambang batubara di jepang. Berdiri pada tahun 1935. Lama
beroperasi sekitar 35 tahun. Jumlah produksi 14,946 juta ton. Kemudian
tutup pada tahun 1970.
6. Tambang ikeshima
Merupakan tambang batubara di jepang. Berdiri pada tahun 1952. Lama
beroperasi sekitar 49 tahun. Jumlah produksi 44,537 juta ton. Kemudian
tutup pada tahun 2001. Biaya penambangan yaitu sekitar 4,8 miliyar yen.
Keliling pulau yaitu 4km dan luas 0,86 km2. Terdapat pelabuhan buatan di
tambang ikeshima dengan Luas kolam kagami 0,06 km2. Biaya konstruksi
470 yen. Selain itu merupakan konstruksi sipil yang tercatat dalam sejarah
konstruksi jepang saat itu. Kedalam max 8m. Kemudian dapat menampung
kapal pengangkut kelas 3000 ton.
2.3 Evaluasi Keekonomisan Tambang
Terdapat empat metode perhitungan untuk analisis ekonomi tambang
diantaranya
1. Simple Interest And Compound Interest
Rumus
Untuk tunggal S= P(1+I x n)
Untuk majemuk S = P(1+n)n
2. Free Cash Flow
Dalam perhitunggan perlu diketahui dulu parameter seperti pada tabel di bawah
ini

Rumus FCF = NOPAT +Depreciation


3. Kind Of Project Evaluation Method
Terdapat 3 metode perhitungan Kind Of Project Evaluation Method
 Payback Period
Rumus = investment amount / free cash flow for each period average
 ROI (Return On Investment)
Rumus = current net profit / investmen Amount
 NPV (Net Present Value)
Rumus = P(n/(1+n)n
 IRR (Internal Rate of Return)
Rumus = I (S1/(1+r)) +...(Sn/(1+r)n
4. Fixed Profit Per Year
Contoh perhitungan
2.4 Teknologi Ventilasi
Ventilasi sangat dibutuhkan pada tambang bawah tanah karena berfungsi
untuk menyuplai udara segar bagi para pekerja agar dapat bernafas. Selain itu
juga ventilasi berfungsi sebagai:
1. mengencerkan dan membuang berbagai macam gas yang muncul
dibawah tanah.
2. menahan kenaikan temperatur di terowongan bawah tanah akibat panas
bumi dan panas oksidasi
3. membuang berbagai macam debu akibat penambangan yang telah
dilakukan
Gas gas yang ada pada tambang bawah tanah diantaranya:
1. metan (CH4)
2. karbon monoksida (CO)
3. karbon dioksida (CO2)
4. sulfur dioksida (SO2)
5. nitrogen dioksida (NO2)
6. hidrogen sulfida (H2S)
Terdapat ventilasi utama pada penambangan bawah tanah. Jenis ventilasi
utama yaitu ventilasi alami dan mekanik, ventilasi tiup sedot dan dorong, ventilasi
tipe terpusat, dan tipe diagonal. Selain ventilasi utama juga ada ventilasi lokal.
Ventilasi lokal berada pada lokasi yang sudah tidak dapat terjangkau lagi oleh
ventilasi utama, maka diperlukan ventilasi lokal. Jenis ventilasi lokal yaitu tipe
blowing dan tipe discharge.
Untuk dapat mengetahui aliran udara yang masuk maka dilakukan
pengukurnan ventilasi. Hal tersebut dapat mengetahui atau mendeteksi
kekcacatan ventilasi, desain ventilasi yang kurang tepat, serta perbaikan ventilasi.
Alat yang dibutuhkan untuk mengukur ventilasi tambang bawah tanah yaitu
dengan vane anemometer dan micro anemometer. Item yang dilakukan
pengukuran yaitu suhu udara, kelembaban, tekanan udara, kecepatan angin,
aliran udara, penurunan tekanan, tekanan kipas, volume debu, dll.
Dalam mendesain ventilasi dapat menggunakan aplikasi software yaitu
Kazeemaru. Software Kazeemaru dapat mendesain ventilasi beserta arah aliran
dan volume udara yang dibutuhkan. Selain itu juga software kazeemaru dapat
dilakukan simulasi kebakaran underground.
2.5 Teknologi Pencegahan Kebakaran Terowongan Tambang
Penyebab utama kebakaran peledakan, alat listrik, rokok, mesin dan lain-
lain. Ciri khas adanya kebakaran dalam tambang yaitu
1. tambang memiliki ruangan yang sempit
2. banyak barang yang mudah terbakar seperti kayu, mesin, belt, kabel,
oli dan batubara.
3. Aliran udara oleh ventilasi yang kuat
4. Ruang yang terbatas
5. Lingkungan yang tidak menguntungkan untuk pencegahan kebakaran
tambang.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara:
1. memasang alat pencegahan slip
2. membuat konstruksi tahan api ruang listrikyang dilakukan pada:
 ruang mesin penggulung
 tempat penyimpanan minyak
 ruang listrik
 ruang kompresor
 bagian yang bergerak pada belt konveyor
 tempat charge listrik
 daerah penyemprotan air
3. adanya daerah tahan api penutup lorong yang terbuat dari beton
Alat pendeteksi kebakaran:
1. detektor karbon monoksida
2. heat sensor
3. detektor asap
4. detektor temperature
Selain hanya dapat mengetahui cara pencegahan kebakaran tetapi
diperukan kegiatan latiahan evakuasi. Latihan evakuasi diatas peta sangat penting
karena untuk mencegah bencana demi penyelamatan jiwa manusia secara dini
apabila terjadi kecelakaan. Selain itu juga bekerja pada tambang bawah tanah
banyak sekali batasannya, kesulitan, dan pada suatu saat akan dibutuhkan
kemampuan untuk dapat melakukan tindakan yang cepat.
2.6 Teknologi Pencegahan Swabakar
Swabakar atau spontaneous combustion merupakan salah satu fenomena
yang terjadi pada batubara pada waktu batubara disimpan pada stockpile dalam
jangka waktu dalam jangka waktu tertentu. Batubara akan teroksidasi saat
tersingkap dipermukaan sewaktu penambangan , demikian pada saat batubara
ditimbun proses oksidasi ini terus berlanjut. Akibat reaksi oksidasi antara oksigen
dengan gas-gas yang mudah terbakar dari komponen zat terbang akan
menghasilkan panas.bila reaksi oksidasi berlangsung terus menerus , maka panas
yang dihasilkan juga akan meningkat, sehingga dalam timbunan batubara juga
akan mengalami peningkatan. Peningkatan suhu ini disebabkan oleh sirkulasi
udara dan panas dalam timbunan tidak lancar, sehingga suhu dalam timbunan
akan terakumulasi dan naik sampai mencapai suhu titik pembakaran yang
akhirnya menyebabkan terjadinya proses swabakar pada timbunan tersebut.
Tempat yang sering terjadi swabakar yaitu
1. pada dek kargo kapal
2. pada stock pile dipermukaan
3. lumpukan limbah batubara
4. tambang batubara underground
5. tambang batubara open cut
6. singkapan batubara
gejala swabakar
1. naiknya suhu di bagian tertentu
2. sisi atap lembab
3. timbul tetesan air pada permukaan dinding batubara, pilar penyangga
4. timbul kabut dan membentuk lapisan pada lorong
5. terasa bau pada lorong
6. timbul asap dan timbul nyala api
pencegahan swabakar:
1. melakukan penamangan longwall
2. melakukan retreat sistem
3. mencegah kebocoran udara pada goaf
4. mempercepat kemajuan front kerja
5. setelah selesai penambangan segera membongkar peralatan dan
segera menutup
2.7 Teknologi penambangan Dan Keselamatan Tambang Bawah
Tanah
1. Room and pillar
Room and pillar merupakan suatu sistem penambangan bawah tanah
untuk endapan batubara, dengan bentuk blok-blok persegi. Seluruh block
batubaranya dibuat jalan dan pillar menggunakan kombinasi continuous miner
(CM), roof bolter, dan shuttle catr.
Metode ini paling-paling hanya mengambil 30-40% dari total batubara yang
ada. Oleh karena itu, untuk menaikkan produksi, setelah semua block tersebut di
tambang, ketika kembali ke jalan utama dekat shaft, pilar-pilar yang ditinggalkan
di kikis sedikit (proses ini namanya retreat mining). Selama proses ini, tidak ada
operator yang boleh berada di bawah atap batuan semuanya dikendalikan oleh
remote dari jauh.
2. Longwall
Metode longwall mining adalah metode penambangan batubara bawah
tanah dengan membuat lorong membentuk suatu panel atau blok panjang yang
merupakan bidang penambangannya.
Adapun ciri-ciri dari metode penambangan ini adalah :
 Perolehannya tinggi, karena mengekstraksi sebagian besar batubara.
 Permuka kerja dapat dipusatkan, karena dapat berproduksi besar di satu
permuka kerja.
 Pada umumnya, apabila kemiringannya landai, mekanisasi ekstraksi
batubara, pengangkutan dan penyanggaan menjadi mudah, sehingga
dapat meningkatkan efisiensi ekstraksi batubara.
3. Kakkuchi (cut&fill)
Cut and fill adalah salah satu metoda penambangan, dalam metoda
penambangan ini, dengan cara menggali atau membuat bukaan-bukaan dan
kemudian mengisi kembali dengan material lain bekas bukaan tersebut. Cut and
fill merupakan metode penambangan dengan cara memotong batuan untuk
membuat stope dalam level. Setelah selesai menambang dalam satu stope, maka
stope tersebut diisi kembali tanpa menunggu selesai dalam satu level. Biasanya
metode ini digunakan untuk mengambil bahan galian jenis bijih.
2.8 Teknologi Pencegahan Ledakan Gas Dan Debu Batubara
Faktor utama terkumpulnya gas yang bersifat sementara
1. Keluar pada kondisi normal dari lapisan batubara
2. Perubahan kondisi geologis yang drastis
3. Pendorongan keluar dari area goaf
4. Pendorongan keluar gas karbonisasi oleh swabakar
5. Penyemburan gas dari retakan lapisan batubara
6. Penyemburan gas dari lubang ledakan
7. Penyemburan gas mudah terbakar akibat peledakan
8. Semburan gas
9. Penyemburan dari retakan dalam batuan
10. Penyemburan atau terkumpulnya gas dari daerah runtuhan atap
Usaha pencegahan ledakan gas
1. Penanganan ventilasi
2. Pengelolaan dan perawatan peralatan ventilasi
3. Perawatan terowongan ventilasi
4. Mempertahankan volume udara yang cukup ke tempat kerja
5. Mengetahui perkiraan gas pada daerah penambangan , drainase
6. Tindakan pada saat kelainan ventilasi
7. Sistem pengontrol gas
8. penangan
2.9 Preparasi Batubara
Preparasi merupakan proses pemisahan batubara bersih dengan batuan
setelah proses penambangan

Gambar 2.
Preparasi batubara
Proses dasar preparasi batubara diantaranya:
1. penampungan batubara
2. penggerusan dan penghancuran
3. penetapan ukuran
4. penyortiran
5. penanganan produk
6. transportasi
hal yang dapat di preparasi
1. kontrol mutu batubara (penghilangan kandungan sulful)
2. pengolahan kandungan air
3. pengelolaan ukuran
4. penghilangan benda asing
5. pengaturan mutu berdasarkan campuran
Dalam setiap metode preparasi batubara ada tingkat butiran optimal yang di
inginkan dan ini merupakan faktor penting saat penyortiran metode pemisahan.
Dengan mengetahui kondisi pendistribusian tersebut maka akan dapat
menentukan jenis atau model mesin pemisah. Sifat batubara dapat berpengaruh
langsung pada penyortiran dengan berat jenis. Berat jenis batubara ada
korelasinya dengan komposisi kandungan dan nilai kalor. Berat jenis bahan
anorganik yaitu bertambahnya kadar abu, maka berat jenisnya pun akan
bertambah.

BAB III
KESIMPULAN
Setelah dilakukan kegiatan pelatihan teknologi keselamatan tambang
bawah tanah, maka dari pembuatan laproan ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Dasar hukum dalam kegiatan penambangan yaitu ada pada Peraturan
Pemerintah ESDM No.26 Tahun 2018 mengenai pelaksanaan kaidah
pertambangan yang baik dan pengawasan pertambangan mineral
batubaran yang berisikan tentang good mining practice.
2. Teknologi ventilasi terbagi atas dua jenis, yaitu ventilasi alami dan ventilasi
mekanik. Dimana ventilasi alami yaitu aliran yang terjadi karena udara
pada downcast shaft lebih dingin dari pada udara pada upcast shaft yang
dipengaruhi oleh perbedaan tekanan serta densitas udara. Sedangkan
ventilasi mekanik yaitu pembuatan ventilasi dengan membuat tekanan
ventilasi pada saluran udara oleh mesin fan.
3. Untuk dapat mencegah terjadinya swabakar yaitu dengan melakukan
penambangan longwall, melakukan penambangan dengan retreat system,
mencegah kebocoran udara ke goaf, mempercepat kemajuan front
tambang, membersihkan sisa batubara di front penambangan, apabila
setelah dilakukan penambangan segera membongkar peralatan dan
menutupnya.
4. Teknologi penambangan bawah tanah dapat dilakukan dengan system
longwall (props & cap), system room & pillar, system kakkuchi (cut&fill),
system hydraulic, multi slicing longwall
5. Usaha dalam pencegahan ledakan gas yaitu dengan cara penanganan
ventilasi, pengelolaan dan perawatan ventilasi, mempertahankan volume
udara yang cukup ke tempat kerja, sistem pengontrol gas, penanganan gas
pada daerah penambangan, penanganan gas pada waktu perubahan
ventilasi, penutupan terowongan sementara.

Anda mungkin juga menyukai