Anda di halaman 1dari 8

Peledakan merupakan tindak lanjut dari kegiatan pemboran, dimana tujuannya adalah untuk

melepaskan batuan dari batuan induknya agar menjadi fragmen-fragmen yang berukuran lebih
kecil sehingga memudahkan dalam pendorongan, pemuatan, pengangkutan, dan konsumsi
material pada crusher yang terpasang.
Bahan peledak merupakan sarana yang efektif sebagai alat pembongkar batuan dalam industri
pertambangan. Oleh karena itu perlu dimanfaatkan sebagai barang yang berguna, disamping juga
merupakan barang yang berbahaya. Untuk itu dalam pelaksanaan pekerjaan peledakan harus hatihati sesuai dengan peraturan dan teknik-teknik yang diterapkan, sehingga pemanfaatannya lebih
efisien dan aman.
Kegiatan peledakan pada massa batuan mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
a. Membongkar atau melepaskan batuan (bahan galian) dari batuan induknya.
b. Memecah dan memindahkan batuan
c. Membuat rekahan
Untuk mencapai pekerjaan peledakan yang optimum sesuai dengan rencana, perlu
diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
a. Karakteristik batuan yang diledakkan
b. Karakteristik bahan peledak yang digunakan
c. Teknik atau metode peledakan yang diterapkan.
Pada dasarnya bahan peledak (explosive) terdiri dari campuran tiga bahan yaitu :
a. Zat kimia yang mudah bereaksi, yang berfungsi debagai bahan peledak dasar (explosive
base), misalnya Nitrogliserin (NG), Trinitrotiliene (TNT), Ethylene glycoldinitrate,dan lain-lain.
b. Oksidator, yang berfungsi memberikan oksigen, misalnya KClO 3, NaClO3, NaNO3, dan
sebagainya
c. Zat penyerap/tambahan misalnya serbuk kayu, serbuk batubara, dan lain-lain.
Berdasarkan kecepatan perambatan reaksinya, bahan peledak dapat dibagi menjadi :
1. Low Explosive, ciri-cirinya adalah :
- kecepatan perambatan reaksinya rendah
- Tidak seluruhnya bahan yang ada berubah dari phase padat menjadi phase gas sehingga
menimbulkan tekanan dan temperatur yang tinggi
- Hanya menghasilkan proses pembakaran yang relatif lambat (deflagrasi) dan tidak
menghasilkan getaran gelombang.
2. High Explosive, ciri-cirinya adalah :
- Kecepatan perambatan reaksinya relatif lebih cepat dari low ecplosive
- Semua bahan peledak berubah menjadi phase gas
- Menghasilkan peoses propagasi yaitu mengembangbiakan daripada gelombang getaran
melalui bahan yang diikuti dengan reaksi kimia yang menyediakan energi untuk kelanjutan
propagasi secara stabil.
Persiapan peledakan
Persiapan peledakan adalah semua kegiatan, baik teknis maupun tindakan pengamanan yang
ditujukan untuk dapat melaksanakan peledakan dengan aman dan berhasil. Persiapan peledakan
dapat dibagi atas beberapa bagian atau tahapan kerja diantaranya :
1. Pengamanan lapangan kerja selama pelaksanaan persiapan peledakan; ini dimaksudkan
untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan atau terjadinya kerusakan pada alat-alat
tambang maupun keamanan pekerja tambang.
2. Persiapan alat bantu peledakan, antara lain : detonator, kabel pembantu, kabel utama,
blasting ohm meter, dan blasting machine.
3. Pembuatan primer; yang berfungsi untuk menghentakkan (shock) isian utama atau blasting
agent, sedangkan primer itu sendiri dihentakkan dengan detonator.
4. Pengisian lubang ledak; syarat pengisian lubang ledak adalah :
a. Periksa lebih dahulu keadaan lubang. Pemerikasaan ini dapat dilakukan dengan pantulan sinar
dari sepotong cermin atau tongkat kayu yang cukup panjang.
b. Waktu pengisian ke dalam lubang ledak harus hati-hati sehingga detonator atau leg wire tidak
terluka.
c. Hindari pemakaian leg wire yang terlalu pendek, namun kalau terpaksa sambungansambungan harus diisolasi dengan baik.
d. Jangan memadatkan primer (tapping)

e. Diameter primer harus lebih kecil dari diameter lubang ledak. Bila waktu memasukkan primer
agak susah turunnya ke dalam lubang maka dapat dibantu atau didoromg dengan tongkat
kayu secara perlahan-lahan.
f. Setelah primer telah sampai benar-benar didasar lubang maka bahan peledak dapat
dimasukkan. Bila memakai bahan peledak ANFO maka dilarang memadatkannya sehingga
berat jenisnya bertambah
g. Pengisian bahan peledak, paling banyak dua per tiga dari tinggi lubang ledak.
5.
Stemming; syarat pengisian stemming adalah sebagai berikut:
a. Bahan stemming adalah tanah liat atau cutting pemboran
b. Stemming harus dibuat cukup padat, untuk itu perlu dipadatkan (di-tapping) dengan tongkat
kayu.
c. Stemming diusahakan bisa memperkecil suara peledakan.
6.
Sistem Rangkaian
Dalam melakukan penyambungan detonator listrik ada empat cara atau sistem rangkaian, antara
lain :
a.
Hubungan Seri
Rangkaian yang disusun secara seri, arus dari sumber tenaga hanya melalui satu jalan. Jumlah
arus yang melalui setiap detonator adalah sama. Rangkaian seri sangat cocok untuk meledakkan
jumlah detonator yang tidak banyak, maksimum 50 buah atau tahanannya 100 ohm. Arus
minimum untuk peledakan dalam rangkaian seri adalah 1,5 Ampere untuk DC dan 2,0 Ampere
untuk AC.
b. Hubungan Paralel
Dalam rangkaian paralel setiap cabang hanya berisi satu detonator; tahanan detonator dalam
rangkaian paralel adalah kecil dan yang terbesar adalah tahanan firing line. Salah satu jalan untuk
menambah total arus yang mengalir dalam setiap detonator adalah mengurangi tahanan firing
line. Caranya adalah dalam peledakan tersebut dipakai firing line dengan kawat yang ukurannya
lebih besar. Arus yang mengalir dalam rangkaian dibatasi 10 Ampere, apabila terlalu besar akan
terjadi arcing. Sedangkan arus minimum yang mengalir untuk setiap detonator adalah 0,5 Ampere.
c.
Rangkaian Seri Paralel
Pada rangkaian Seri-Paralel, masing-masing seri dihubungkan satu dengan yang lainnya dalam
paralel. Rangkaian ini biasanya dipakai apabila jumlah detonator dalam peledakan lebih dari 50
buah. Setiap seri dibatasi tidak lebih dari 40 detonator atau tahanan maksimumnya 100 ohm.
Dalam rangkaian paralel-seri jumlah arus yang mengalir dalam firing line dibagi dalam masingmasing seri yang diperhatikan bahwa tahanan di setiap seri adalah sama atau tahanan satu seri
mendekati serta sama dengan tahanan seri yang lainnya. Hal ini disebut series balancing dan akan
menjamin bahwa total arus yang mengalir dalam firing line terbagi sama pada setiap seri.
d.
Hubungan Paralel Seri
Rangkaian paralel-seri merupakan kebalikan dari rangkaian seri-paralel dimana setiap rangkaian
paralel digabungkan dalam hubungan seri dengan sambungan paralel lainnya.
7.
Penyambungan Rangkaian
Dengan menggunakan detonator listrik maka harus diperhatikan hal-hal berikut :
a. Sambungan leg wire dengan kabel pembantu harus baik dan kuat.
b. Penyambungan rangkaian antara semua lubang ledak harus dilaksanakan secepatnya dan
ujung rangkaian diikat satu sama lain, sebelum dihubungkan dengan kabel utama
c. Rangkaian harus dibuat rapi dan efektif, hindari kabel agar tidak kusut dan terlipat.
d. Sebelum rangkaian antara lubang ledak disambung dengan kabel utama, maka tahanan listrik
dan kesinambungan arus dari rangkaian harus ditest dengan blasting ohm meter. Tahanan
listrik rangkaian harus sesuai dengan perhitungan teoritis, namun dengan toleransi 10% dapat
dianggap baik.
8. Setelah semuanya aman maka selanjutnya siap diledakkan dengan blasting machine.
Parameter rancangan peledakan yang perlu diperhatikan yaitu :
1.
Ketinggian teras (bench height)
Ketinggian teras biasanya ditentukan oleh parameter dilapangan misalnya jangkauan oleh
peralatan bor dan alat gali-muat yang tersedia. Tinggi jenjang disesuaikan dengan kemampuan
alat bor dan diameter lubang, dimana jenjang yang rendah dipakai diameter lubang kecil
sedangkan diameter lubang bor besar utnuk jenjang yang tinggi. Penerapan tinggi jenjang
dilapangan bervariasi, tergantung dari posisi endapan bahan galian.

2.
Diameter lubang ledak (hole diameter)
Untuk mencapai tingkat penyebaran energi yang baik digunakan diameter lubang peledakan (mm)
yang sebanding dengan ketinggian teras (m) dikalikan 8, atau didasarkan pada ketersediaan alat
bor yang dipakai. Secara umum diameter lubang akan sedikit lebih besar daripada diameter mata
bor yang mengakibatkan kepadatan pengisian lebih tinggi.
3.
Burden
Burden adalah jarak dari lubang peledakan ke bidang bebas yang terdekat. Penentuan burden
tergantung pada densitas batuan, densitas bahan peledak (bahan peledak yang digunakan),
diameter bahan peledak atau diameter lubang peledakan, dan fragmentasi yang dibutuhkan.
Peledakan dengan jumlah row (baris) yang banyak, true burden tergantung penggunaan bentuk
pola peledakan yang digunakan. Bila peledakan digunakan delay detonator dari tiap-tiap baris
delay yang berdekatan akan menghasilkan free face yang baru.
4.
Spacing
Spacing adalah jarak diantara lubang tembak dalam baris (row) yang sama, tegak lurus terhadap
burden, baik untuk nomor delay yang sama maupun beda waktu delaynya. Distribusi energi
optimum diperoleh apabila jarak lubang sebanding dengan dimensi burden dikalikan 1,15 dan
polanya disusun dengan konfigurasi yang berselang-seling. Jika spacing lebih kecil daripada
burden, cenderung mengakibatkan stemming injection yang lebih dini.
5.
Stemming
Stemming adalah penempatan material isian (cutting pemboran) diatas bahan peledak pada
lubang peledakan untuk menahan energi, mencegah terjadinya gelombang tekanan udara (air
blast) dan batuan melayang (flying rock) yang disebabkan tekanan gas-gas hasil ledakan. Ukuran
stemming secara umum dapat ditentukan dengan cara dimensi burden dikalikan dengan 0,7.
Di lapangan, biasanya material stemming yang digunakan adalah cutting pemboran, yang menjadi
masalah adalah pada saat musim hujan; untuk mengisi lubang ledak dengan material stemming,
susah karena basah. Lubang ledak yang basah membutuhkan material stemming yang lebih
banyak untuk pengungkungan energi bahan peledak daripada lubang ledak yang kering,
karenanya perlu ditentukan pengungkungan relatif (relative confinement = RC) dari suatu bahan
peledak sehingga energi dapat tertahan dengan baik. Faktor pengungkungan relatif bersifat sangat
spesifik terhadap lokasi, tergantung pada kondisi geologi disekitar lubang peledakan. Secara
umum pengungkungan relatif harus lebih besar dari 1,4 untuk mencegah hilangnya energi yang
terkungkung secara berlebihan.
6.
Subdrilling
Subdrilling merupakan jarak pemboran lubang peledakan yang berada di bawah dasar teras
(jenjang). Subdrilling perlu untuk menghindari problem tonjolan (toe) pada lantai, karena dibagian
ini merupakan tempat yang paling sukar diledakkan. Dengan demikian gelombang ledak yang
ditimbulkan pada lantai dasar jenjang akan bekerja secara maksimum. Peledakan dengan
subdrilling memberikan tegangan tarik yang cukup besar pada dasar jenjang, selain itu juga
mengurangi keterikatan dengan bagian lainnya yang menyebabkan bagian dasar mudah hancur
dan tidak terjadi tonjolan (toe). Secara umum panjang subdrilling dapat ditentukan paling tidak 0,3
~ 0,5 kali panjang burden.
7.
Kedalaman Lubang Ledak
Merupakan dimensi tinggi teras ditambahkan dengan dimensi panjang subdrilling
8.
Volume Hasil Ledakan
Volume hasil ledakan merupakan dimensi burden (B) dikalikan dengan jarak lubang dalam satu
row yang sama (S) serta dikalikan dengan ketinggian teras (H). Satuan volume hasil ledakan
dinyatakan dalam bank cubic metric (BCM), untuk mendapatkan volume dalam satuan Ton,
dikalikan dengan densitas batuan.
9.
Kepadatan Pengisian
Kepadatan pengisian merupakan jumlah bahan peledak setiap satuan panjang, sama dengan
0,000785 dikalikan dengan densitas bahan peledak dikalikan dengan kuadrat diameter bahan
peledak.
10. Blasting Ratio
Blasting ratio adalah jumlah berat bahan peledak setiap volume hasil ledakan. Penerapan blasting
ratio dilapangan jarang tepat karena pengaruh pengisian bahan peledak.
11. Kofigurasi Pola Lubang Peledakan

Hal ini tergantung pada diameter lubang ledak, sifat-sifat batuan, sifat-sifat bahan peledak, tinggi
jenjang dan hasil yang diinginkan. Pada umumnya ada tiga jenis pola peledakan yang sering
diterapkan, yaitu pola persegi panjang (rectangular), pola bujur sangkar (square), dan pola selangseling (staggered).
Hal-Hal Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Membuat Rancangan peledakan :
1.
Kepekaan Lokasi
2.
Fragmentasi yang diperlukan
3.
Perpindahan tumpukan material hasil ledakan (muckpile)
Arah perpindahan tergantung pada jalur daya tahan paling kecil yang dapat ditelusuri energi
bahan peledak, dimana rancangan peledakan yang tepat (stemming yang baik, distribusi
energi yang tepat, toe yang kecil, dll); urutan delay dapat mengendalikan arah dan tingkat
perpindahan material hasil ledakan.
4.
Pengendalian dinding
Interval delay yang terlalu singkat antara lubang dalam satu baris dan antar baris dapat
menyebabkan overbreak yang berlebihan.
5.
Geologi
Batuan berlapis-lapis dengan kohesi terbatas dapat bergeser sehingga menyebabkan patahnya
bahan peledak. Sedangkan batuan besar yang banyak retakannya dapat mengalirkan gas
bahan peledak ke semua arah sehingga meningkatkan potensi terjadinya cutoff. Batuan yang
lunak memerlukan waktu yang lebih lama untuk melakukan perpindahan sehingga diperlukan
waktu yang lebih lama antara baris-baris untuk mengendalikan pecah yang berlebihan.
6.
Kondisi air
Batuan jenuh (lubang peledakan yang terisi air) dapat meneruskan tekanan air dari titik peledakan
ke daerah-daerah di sekitarnya (water hammer). Tekanan ini dapat menyebabkan decoupling
isi bahan peledak atau meningkatkan densitasnya sampai ke titik yang tidak memungkinkan
peledakan (deadpressed)
7.
Bahan peledak yang digunakan
Produk bahan peledak dengan densitas yang lebih besar (> 1,25 g/cc) yang menggunakan udara
tersirkulasi untuk mengatur kepekaan, mudah terkena dead pressing dari peledakan lubang
peledakan yang berdekatan.
8.
Sederhana
Rancangan yang rumit akan memerlukan waktu tambahan untuk menghubungkan dan
mengevaluasi rangkaian (dengan memeriksa penyambungan pada konfigurasi delay)
9.
Biaya
Dengan meningkatnya tingkat kerumitan rancangan, biaya biasanya akan meningkat. Biaya ini
harus dipertimbangkan berdasarkan biaya modifikasi rancangan lain agar diperoleh efisiensi
biaya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam peledakan tambang bawah tanah yaitu:
Pemilihan bahan peledak
Metode dan teknik yang digunakan
Pengendalian peledak terkait dengan keselamatan dan kondisi lingkungan
Asap dan uap hasil peledakan yang mengandung gas-gas berbahaya
Penggunaan bahan peledak didalam tambang bawah tanah harus diperhatikan faktorfaktor :
1. Sifat dari bahan peledak
- Api peledaknya kecil
- Peledakan berlangsung cepat
- Temperatur peledakan relative rendah
- Tidak menghasilkan gas beracun
2. Disesuaikan dengan material yang diledakkan
3. Particular set dari standar blasting (OB dan BR)
4. Besarnya biaya
Macam bahan peledak yang digunakan untuk pembuatan terowongan dan proses
penambangan pada tambang bawah tanah yaitu :
1. Blasting agent, yaitu bahan peledak yang merupakan suatu campuran kimiawi atau komposisi
kimia dari bahan-bahan yang tak mengandung Nitrogliserin dan hanya dapat diledakkan oleh

High strength ecplosive primer. Sifat-sifatnya yang mengentungkan adalah lebih aman
dalam faktor pengangkuta karena tidak mengandung Nitrogliserin, tidak membuat rasa pusing
akibat baunya, dapat dipaket dalam satu tabung metal sehingga tahan terhadap air dan
harganya lebih murah.
2. Permissible Explosive, yaitu bahan peledak yang khusus dipakai pada tambang bawah tanah,
misalnya tambang batubara. Bahan peledak ini tidak mengandung gas-gas beracun,
mengandung 60-80% Amonium Nitrate dan 7-15% Nitrogliserin. Syarat-syarat untuk
permissible explosive adalah :
- Api peledakannya kecil dan peledakan berlangsung cepat
- Temperatur peledakan relatif rendah
- Tidak menghasilkan gas-gas beracun.
3. Water gels (slurries), yaitu campuran oxidizer seperti sodium nitrat dan ammonium nitrat,
bahan bakar sebagai sensitizer dan air kurang lebih 15%. Water gels sangat cocok digunakan
pada tambang bawah tanah oleh karena ketahanannya terhadap air. Kelebihan lain water gels
adalah:
- Tidak meledak bila dibanting ataupun diledakkan secara tiba-tiba
- Tidak meledak bila dipanaskan ataupun dibakar tetapi akan mengeluarkan asap dengan
tekanan tinggi
- Setelah ledakan uap atau asap ledakannya lebih sedikit bila dibandingkan dengan ANFO atau
Dinamit.
5. Dinamit, terdiri dari granular dinamit, semi gelatin dan gelatir dinamit.
2.2. Metode Peledakan Didalam Terowongan
2.2.1. Pola Lubang Tembak
Peledakan didalam terowongan selalu dimulai dengan satu atau lebih peledakan pemula untuk
menciptakan satu gua atau bolongan pada permukaan terowongan yang akan ditembus. Gua atau
bolongan ini disebut Cut yang berfungsi sebagai bidang bebas terhadap paledakan berikutnya.
Cut ini kemudian diperbesar dengan peledakan dua atau lebih susunan lubang tembak easer.
Peledakan berikutnya atau yang terakhir adalah peledakan lubang trimmer yang menentukan
bentuk dari terowongan.
Efisiensi peledakan didalam terowongan sangat tergantung pada sukses tidaknya peledakan cut.
Cut dapat dibuat melalui beberapa pola lubang tembak. Nama-nama pola ini disebut sesuai
dengan jenis cut yang dibentuk. Dalam memilih tipe cut yang sesuai maka pertimbangan
harus didasarkan atas :
- Kondisi batuan yang akan ditembus
- Bentuk dan ukuran terowongan
- Kemajuan yang ditargetkan, yaitu besar kemajuan setiap ronde peledakan yang ditentukan
oleh kedalaman daripada cut.
Jenis-jenis pola lubang tembak yang sering dan pernah dipakai pada peledakan didalam
terowongan yaitu:
a. Drag Cut
Pola ini sesuai dipakai pada batuan yang mempunyai struktur bidang perlapisan, misalnya batuan
serpih. Lubang cut dibuat menyudut terhadap bidang perlapisan pada bidang tegak lurus,
sehingga batuan akan terbongkar menurut bidang perlapisan. Cut ini cocok untuk terowongan
berukuran kecil (lebar 1,5-2m) dimana kemajuan yang besar tidak terlalu penting.
b.Fan Cut
Pada Fan Cut lubang tembaknya dibuat menyudut dan berada pada bidang mendatar. Setelah
cut diledakkan maka batuan yang ada diantara dua baris lubang cut akan terbongkar.
Selanjutnya lubang-lubang easer dan trimmer akan memperbesar bukaan cut sampai
kepada bentuk geometri daripada terowongan. Cut ini cocok dipakai pada batuan yang berstruktur
berlapis-lapis.
c. V-Cut
V-Cut sering dipakai dalam peledakan didalam terowongan. Lubang tembak pada pola ini diatur
sedemikian rupa sehingga tiap dua lubang membentuk V. Sebuah Cut dapat terdiri dari dua atau
tiga pasang V, masing-masing pada posisi horizontal. Lubang-lubang tembak pada cut biasanya
dibuat membentuk sudut 60o terhadap permukaan terowongan. Dengan demikian panjang
kemajuan tergantung pada lebar daripada terowongan karena panjang batang bor terbatas pada

lebar tersebut. Satu atau dua buah lubang tembak yang lebih pendek disebut burster dan dapat
dibuat ditengah cut untuk memperbaiki hasil fragmentasi.
d. Pyramid Cut
Pyramid Cut terdiri dari 4 buah lubang tembak yang saling bertemu pada satu titik ditengah
terowongan. Pada batuan yang keras banyaknya lubang cut ditambah hingga menjadi 6 buah.
e. Burn Cut
Pola ini berbeda dengan cut yang lain. Perbedaannya yaitu pada cut lain lubang cut
membentuk sudut satu sama lain sedang dalam burn cut lubang cut dibuat sejajar satu sama
lain dan tegak lurus terhadap permukaan terowongan. Pada pola ini beberapa lubang cut tidak
diisi dengan bahan peledak yang berfungsi sebagai bidang bebas terhadap lubang cut yang diisi
dengan bahan peledak. Lubang cut yang kosong dapat lebih dari satu dan ukurannya lebih besar
dari lubang cut yang diisi. Keuntungan dari pada burn cut adalah :
- Kemajuan tidak lagi tergantung pada lebar terowongan karena semua lubang dibuat sejajar
dengan sumbu terowongan
- Proses pemboran menjadi lebih mudah.
2.2.2. Lubang easer dan Trimmer
Lubang easer dibuat mengelilingi cut untuk memperbesar bukaan cut sehingga lubang
trimmer dapat membuat bentuk daripada terowongan. Untuk terowongan berukuran biasa, satu
ronde peledakan terdiri dari sekitar 40 buah lubang tembak dimana setiap lubang tembak
membuat bukaan seluas sekitar 0,25-0,5 m2.
Banyaknya lubang easer serta penempatannya tergantung kepada pola lubang cut. Pada pola
burn cut penempatan lubang easer tidak boleh terlalu dekat pada cut untuk menghindari
terjadinya ledakan premature daripada lubang easer. Disarankan untuk menempatkan lubang
easer antara 30-50 cm dari cut.
Lubang trimmer pada akhirnya akan membuat bentuk dari terowongan. Banyak dan posisi
daripada lubang trimmer tergantung daripada ukuran terowongan, kekerasan batuan, dan
fragmentasi yang disesuaikan dengan system pemuatan.

Jenis-jenis kabel penghubung :


1. Connecting wire; kawat penyambung leg wire antar lubang
Kondisi udara normal dan kering digunakan kawat tembaga berukuran 20 AWG yang
diisolasi plastik PVC.
Untuk menyambung sampai ke dalam lubang, karena leg wire terlalu pendek, dan
kondisi basah dipakai kawat tembaga berdiameter antara 21 23 AWG dan diisolasi
plastik PVC.
2. Bus wire, adalah kawat tembaga tanpa isolasi atau kawat terbuka berukuran 10, 12 atau 14
AWG yang diperlukan untuk peledakan bawah tanah. Kawat alumunium dilarang karena
khawatir teroksidasi (resistensi tinggi)
3. Lead wire atau lead lines atau firing line atau kawat utama, berfungsi meng-hubungkan
rangkaian peledakan listrik ke alat pemicu ledak listrik (blasting machine).
kondisi normal dipakai kawat tembaga ganda berukuran 23/0,076; diisolasi plastik
PVC; tahanan 4,6 - 5,8 ohms/100 m.
untuk peledakan berat (heavy duty) dipakai kawat tembaga ukuran 70/0,76 mm;
diisolasi plastik PVC; tahanan 1,8 ohms/100 m; atau kawat tembaga 50/0,25 mm;
tahanan 1,4 ohms/100 m.
Perlengkapan Peledakan : Didefinisikan sebagai bahan-bahan pembantu peledakan yang
HABIS PAKAI, yaitu:
DETONATOR
SUMBU PELEDAKAN
SAMBUNGAN
Profiling

Profiling adalah suatu pekerjaan merekayasa bentuk profil dinding jenjang atau bidang
bebas (free face), sehingga dapat ditentukan kemiringan relatif (semu) bidang bebas
Tujuannya: agar lubang ledak mempunyai burden yang sama sepanjang dinding bidang
bebas atau kemiringan lubang ledak sejajar dengan kemiringan relatif bidang bebas
Manfaatnya: agar terhindar dari kemungkinan terjadinya flying rock, burden yg terlalu tipis
pada tinggi jenjang tertentu (bisa outbursting), atau lubang bor tembus keluar dinding
jenjang.
Pemboran Tegak :
KEUNTUNGAN:
Pelaksanaan pengeboran lebih mudah, cepat, dan akurat
Untuk jenis batuan yang sama, asesoris bor berumur lebih panjang
Bahan peledak lebih sedikit
Biaya pengeboran lebih kecil
KELEMAHAN:
Potensi terbentuk toe dan backbreak besar
Lereng kurang stabil terhadap getaran, perlu analisis kestabilan lereng
Hanya baik untuk batuan yang kompeten (kuat)
Permukaan bidang bebas sering tidak rata
Pemboran Miring :
KEUNTUNGAN:
Akan diperoleh jenjang yang stabil
Mengurangi resiko timbulnya toe dan backbreak
Bentuk muck pile lebih baik
Dapat diterapkan pada batuan yang lemah
Permukaan bidang bebas lebih mungkin rata
KELEMAHAN:
Sulit melakukan pengeboran miring yang akurat
Umur asesoris bor lebih pendek
Diperlukan supervisi yang ketat
Perhitungan Geometri Peledakan
Beberapa peneliti peledakan yang telah memperkenalkan perhitungan geometry peledakan
a.l: Anderson (1952), Pearse (1955), R.L. Ash (1963), Langefors (1978), Konya (1972),
Foldesi (1980), Olofsson (1990), Rustan (1990) dan lainnya
Perhitungan didasarkan pada pertimbangan ukuran burden, diameter lubang ledak, kondisi
batuan setempat, dan jenis bahan peledak
Disamping itu produsen bahan peledak memberikan cara coba-coba (rule of thumb) untuk
menghitung geometri peledakan, diantaranya ICI Explosive, Dyno Wesfarmer Explosives,
Atlas Powder Company, Sasol SMX Explosives Engineers Field Guide, dan lain-lain
Kesimpulan yang dapat diambil adalah:
Diameter dan burden dan dijadikan referensi sebelum menghitung parameter
geometri peledakan lainnya
Perhitungan parameter geometri peledakan lainnya merupakan fungsi diameter atau
burden yang mempunyai limitasi/batasan terendah dan tertinggi.
Batasan tsb memberi peluang bagi perancang peledakan utk melakukan uji coba
sampai diperoleh standar ukuran parameter geometri yg sesuai di lokasi mereka

Cara sederhana untuk mengestimasi diameter lubang (inci) yang dihubungkan dgn ketinggian
jenjang (feet), yaitu tinggi jenjang Lima kali diameter lubang ledaknya.

Anda mungkin juga menyukai