Anda di halaman 1dari 6

Fisika Mulawarman, Vol.6 No.

2, November 2010

INTERPRETASI POLA SEBARAN LAPISAN BATUBARA


BERDASARKAN DATA LOG GAMMA RAY
Arif Haryono
Program Studi Fisika FMIPA, Universitas Mulawarman
Jl. Barong Tongkok No.4 Kampus Gunung Kelua Samarinda
Email: gamapad@gmail.com
ABSTRAK
Interpretasi pola sebaran batubara adalah suatu langkah atau cara
untuk menentukan lapisan, ketebalan, kedalaman dan penggambaran
bentuk lapisan dalam suatu cross section. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui gambaran pola sebaran lapisan batubara dengan
menggunakan log gamma ray dan untuk mengatahui bentuk lapisan
batubara pada masing-masing cross section.
Interpretasi pola sebaran batubara pada penelitian ini dilakukan
dengan pengukuran logging pada 16 sumur bor. Hasil interpretasi
menunjukkan bahwa di daerah penelitian lapisan batubara dapat dijumpai
pada kedalaman antara 7,10 meter sampai 60,80 meter, dengan ketebalan
antara 0,6 meter sampai dengan 7,6 meter.
Kata Kunci : log gamma ray, pola sebaran batubara
PENDAHULUAN
Batubara merupakan bahan galian strategis yang menjadi salah satu sumberdaya
energi nasional. Begitu pentingnya peranan batubara sebagai sumberdaya energi nasional,
sehingga dibutuhkan proses eksplorasi yang efisien. Salah satu metode geofisika yang
saat ini banyak digunakan untuk proses eksplorasi adalah metode well logging. Metode
ini menghasilkan tingkat akurasi data yang relatif tinggi dibanding dengan metode lain,
sehingga metode ini masih tetap menjadi pilihan utama perusahaan dalam melakukan
eksplorasi meskipun butuh biaya yang relatif lebih mahal.
Menurut Mares, 1984, well logging merupakan suatu pencatatan perekaman,
penggambaran sifat, karakter, ciri, data, keterangan, dan urutan bawah permukaan secara
bersambung dan teratur selaras dengan majunya peralatan yang dipakai. Sedangkan
Musset, 2001, berpendapat bahwa well logging adalah salah satu metode geofisika yang
relatif akurat dalam penentuan kedalaman dan ketebalan suatu lapisan dengan
menggunakan kombinasi gamma ray dan densitas.
Metode well logging bekerja dengan cara mengirimkan sinyal radioaktif ke dalam
lapisan bumi yang telah digali berupa lubang bor dan menangkap kembali respon
tersebut. Formasi batuan yang mengandung unsur-unsur radioaktif akan memancarkan
radiasi dimana intensitas radiasi tersebut akan diterima oleh detektor. Hasil penerimaan
detektor langsung dapat dilihat berupa grafik log gamma ray dan log densitas yang siap
untuk diinterpretasi.
Log gamma ray adalah suatu kurva dimana kurva tersebut menunjukkan besaran
intensitas radioaktif yang ada dalam formasi batuan, sehingga log gamma ray berguna
untuk mendeteksi adanya endapan-endapan mineral radioaktif seperti Uranium, Thorium,
dan Potasium. Prinsip log gamma ray adalah perekaman radioaktif alami bumi, yang
secara kontinu memancarkan sinar gamma dalam bentuk pulsa-pulsa energi radiasi tinggi.

| 1

Haryono, Interpretasi Pola Sebaran Lapisan Batubara

Sinar gamma merupakan sinar elektromagnet yang mampu menembus batuan


sampai pada ketebalan tertentu dan akan dideteksi oleh sensor yang berupa detektor
sintilasi. Parameter yang direkam adalah
adalah jumlah dari pulsa yang dicatat per satuan waktu
atau yang sering disebut sebagai cacah gamma ray. Terbentuknya sinar gamma
merupakan hasil disintegrasi inti atom, dimana inti atom akan membentuk inti
inti-inti baru
dengan tingkat energi yang tinggi.
Skala untuk
ntuk log gamma ray adalah dalam satuan API (GAPI), dimana satu GAPI
sama dengan satu per duaratus dari tanggapan yang diperoleh dari kalibrasi standar suatu
formasi. Manfaat dari log gamma ray ini antara lain adalah untuk korelasi antar lubang
bor dan untukk memastikan batas antar lapisan batuan.
Cara pembacaan respon log gamma ray untuk mendapatkan batas litologi adalah
dengan menetapkan titik batas antara lapisan batubara dengan batuan lain yaitu pada 1/3
dari atas dan bawah menuju garis puncak seperti terlihat
terlihat pada gambar 1. Cara ini
merupakan aturan yang digunakan untuk mendapatkan ketelitian batas litologi.

Gambar 1. Penentuan
enentuan tebal lapisan batubara berdasarkan log gamma ray
Hal yang perlu dilakukan dalam penggunaan gamma ray sebagai bahan korelasi
antar lubang bor adalah kecepatan penurunan probe ke dalam lubang bor harus
diusahakan agar selalu konstan, yaitu sekitar 5 sampai 6 meter per menit. Penurunan
probe yang terlalu cepat akan memberikan respon yang cenderung rata, sehingga
kepekaan pembacaan grafik terhadap perubahan litologi akan semakin kecil. Sebaliknya
selang waktu penurunan probe yang terlalu lambat akan menampilkan perubahan
perubahanperubahan kurva yang terlalu kecil, sehingga perbedaan yang terjadi akan sulit terbaca.
Pada batuan sedimen unsur-unsur
unsur unsur radioaktif banyak terkonsentrasi dalam shale dan
clay, sehingga besar kecilnya intensitas radioaktif akan menunjukkan ada tidaknya
mineral-mineral
mineral tersebut. Pada formasi permeabel tingkat radiasi gamma ray akan lebih
rendah, sehingga kurva
rva tersebut dapat memperlihatkan adanya pemisah antar lapisan.
Tabel 1 memperlihatkan respon litologi tiap lapisan batuan untuk beberapa tipe log.
Tabel 1. Respon litologi untuk tiap
tia lapisan batuan
Coal

Coaly Shale

Shale

Sandstone

1,3 1,5 gr/cc

1,5 2,0 gr/cc

2,0 gr/cc

2,2 2,4 gr/cc

20 70 API

75 125 API

100 150 API

50 75 API

Resistivity

High

Low Middle

Low

Low

SP

Low

Low

Low

High

Sonic

Large

Neutron

Large

Density
Gamma Ray

2 |

Fisika Mulawarman, Vol.6 No.2, November 2010

METODE
Penelitian ini dilaksanakan antara bulan Juni hingga Agustus 2009 bertempat di
Laboratorium Geofisika Fakultas MIPA, Universitas Mulawarman. Data yang diolah
adalah data sekunder berupa data log gamma ray yang diperoleh dari pengukuran 17
lubang bor dan didukung dengan data nilai densitas batuan hasil uji laboratorium.
Ketujuhbelas lubang bor tersebut terdapat di daerah Tenggarong Seberang, Kabupaten
Kutai Kartanegara.
Prosedur analisis data dimulai dengan pembuatan 4 buah cross section,
menginterpretasikan pola log yang berkaitan dengan keberadaan lapisan batubara,
kemudian membuat korelasi untuk mengetahui pola sebaran lapisan batubara. Empat
buah cross section yang dibuat dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Arah masing-masing cross section


Analisis data dikerjakan dengan dasar data kurva log dengan lembar deskripsi dari
core recovery. Tujuan utama penggunaan data ini untuk mengetahui posisi batubara dan
litologi lainnya sebagai dasar untuk melakukan korelasi. Dari proses korelasi tersebut
dapat dilihat pola penyebaran lapisan batubara yang ada.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari data log gamma ray masing-masing lubang bor yang terbagi dalam 4 cross
section, akan dikorelasikan untuk mengetahui pola sebaran batubara dan arah
penyebarannya. Nilai gamma ray pada masing-masing lapisan akan memberikan
penjelasan mengenai lokasi pengendapan. Misalnya nilai gamma ray yang relatif rendah
menunjukkan bahwa lapisan batubara terbentuk pada daerah rawa atau aluvial.
Setiap lubang bor akan memberikan bentuk kurva log yang berbeda sesuai dengan
kondisi masing-masing. Semua kurva log gamma ray yang ada kemudian diinterpretasi
untuk memberikan informasi mengenai batasan tiap lapisan sehingga litologi antara
lapisan lantai (floor) dan atap (roof) dapat dibedakan sesuai dengan kondisi sebenarnya,
seperti yang diperoleh dari data coring. Berdasarkan hasil interpretasi data log gamma ray
tersebut didapatkan informasi mengenai kedalaman lubang bor, jumlah lapisan batubara
masing-masing lubang bor, serta ketebalan batubara pada masing-masing lapisan seperti
terlihat pada tabel 2. Dari tabel 2 terlihat bahwa sebagian besar lubang bor mempunyai
dua lapisan batubara, bahkan beberapa lubang bor mempunyai tiga lapisan yaitu S22-0601R, S22-06-02R, S22-06-06R, dan S22-06-07R.

| 3

Haryono, Interpretasi Pola Sebaran Lapisan Batubara

Tabel 2. Ketebalan batubara pada masing-masing lapisan.


Lapisan 1
Cross
Section

Lapisan 2

Lapisan 3

d
(m)

h
(m)

d
(m)

h
(m)

d
(m)

39,5

1,88

40,9

5,13

55,1

1,64

84

39,8

1,45

43,8

1,80

52,8

1,90

S22-06-07R

54

28,5

2,10

37,4

0,98

43,3

1,30

S22-06-08AR

60

22,1

1,50

27,6

1,40

---

---

S22-06-08AR

60

22,1

1,50

27,6

1,40

---

---

S22-06-08R

36

7,1

2,00

31,4

1,40

---

---

S22-06-03R

34

24,4

4,40

---

---

---

---

S22-06-09R

42

25,4

7,60

---

---

---

---

S22-06-04R

49

25,4

5,70

39,6

6,90

---

---

S22-06-06R

72

12,4

5,15

34,8

2,04

---

---

S22-06-01R

84

39,8

1,45

43,8

1,80

52,8

1,90

S22-06-04R

49

25,4

5,70

39,6

6,90

---

---

S22-06-11R

66

42,7

4,63

55,8

0,95

---

---

S22-06-05R

71

46,2

4,68

60,8

1,60

---

---

S22-06-16R

60

31,4

2,50

40,9

2,20

---

---

S22-06-17R

66

35,8

2,12

---

---

---

---

S22-06-18R

36

47,2

2,95

---

---

---

---

S22-06-13R

52

25,3

4,92

36,9

1,05

---

---

S22-06-14R

60

25,3

5,30

41,2

1,40

---

---

S22-06-05R

71

46,2

4,68

60,8

1,60

---

---

S22-06-06R

72

12,4

5,15

34,8

2,04

---

---

Kedalaman
Sumur (m)

h
(m)

S22-06-02R

66

S22-06-01R

Lubang Bor

Kolom kedalaman sumur pada tabel 2 menunjukkan kedalaman maksimum setiap


lubang bor. Sedangkan kolom-kolom selanjutnya menunjukkan kedalaman (h) dan
ketebalan (d) masing-masing lapisan batubara pada setiap lubang bor. Setiap lubang bor
mempunyai jumlah lapisan, kedalaman lapisan dan ketebalan lapisan batubara yang
berbeda-beda. Misalnya untuk lubang bor S22-06-02R mempunyai 3 lapisan batubara,
yaitu lapisan 1 dengan ketebalan 1,88 m terdapat pada kedalaman 29,52 m. Sedangkan
lapisan 2 dengan ketebalan 5,13 m terdapat pada kedalaman 40,85 m dan lapisan 3
dengan ketebalan 1,64 m berada pada kedalaman 55,08 m. Setiap lubang bor yang terbagi
dalam 4 cross section tersebut kemudian dikorelasikan berdasarkan informasi geologi,
data kedalaman masing-masing lapisan batubara, serta data pada tabel 2 diatas untuk

4 |

Fisika Mulawarman, Vol.6 No.2, November 2010

melihat pola sebaran dan perlapisan batubara. Hasil korelasi masing-masing cross section
tersebut terlihat pada gambar 3.

Cross section 1

Cross section 3

Cross section 2

Cross section 4

Gambar 3. Korelasi untuk masing-masing cross section


Dari hasil korelasi untuk masing-masing cross section tersebut dapat diperoleh pola
arah penyebaran lapisan batubara tebal seperti terlihat pada gambar 4.

Gambar 4. Pola arah penyebaran batubara


Berdasarkan hasil penelitian diatas, diprediksi bahwa batubara yang ada pada
daerah penelitian merupakan batubara yang yang terbentuk di rawa atau aluvial. Hal ini

| 5

Haryono, Interpretasi Pola Sebaran Lapisan Batubara

ditandai dengan nilai gamma ray yang relatif rendah dan terjadi pada skala 0 - 70 API
serta nilai densitas yang berkisar antara 1,0 1,3 gr/cc.
Bentuk eksternal dari lapisan batubara sangat dipengaruhi oleh proses
pembentukan batubara. Timbulnya lapisan tipis pada lubang bor serta terjadinya
pemisahan lapisan menunjukkan bahwa perbedaan topografi mempengaruhi ketebalan
suatu lapisan. Dalam hal ini topografi dipengaruhi oleh posisi geotektonik yang secara
tidak langsung akan berpengaruh terhadap iklim lokal dan morfologi cekungan
pengendapan batubara ataupun kecepatan penurunan setelah pengendapan.
Penyebaran batubara yang tidak teratur kemungkinan besar disebabkan terjadinya
deformasi oleh gaya tektonik, sehingga menghasilkan batubara dengan model dan bentuk
yang berbeda. Selain itu terjadinya erosi yang intensif juga dapat menyebabkan bentuk
lapisan batubara yang tidak menerus. Sedangkan untuk penyebaran batubara yang sejajar
dan saling berhubungan antar lubang bor, disebabkan adanya kesamaan dalam proses
pengendapan.
KESIMPULAN
1.

2.

Berdasarkan kurva log gamma ray, lapisan batubara berada pada kedalaman 7,1 yang
terdapat pada lubang bor S22-06-08R hingga kedalaman 60,8 meter pada lubang bor
S22-06-05R. Sedangkan ketebalan lapisan batubara berkisar antara 0,6 hingga 7,6
meter.
Untuk posisi lubang bor yang sejajar dengan arah kemiringan cenderung memiliki
lapisan batubara yang cukup tebal, seperti terlihat pada S22-06-03R, S22-06-04R,
S22-06-09R, dan S22-06-13R.

DAFTAR PUSTAKA
Allen, G.P. 1998. Sedimentation in The Modern and Miocene Mahakam Delta.
Queensland University of Technology. Brisbane. Australia.
Hallenburg, J.K. 1984. Geophysical Logging for Mineral and Engineering Applications.
PennWell Books. Tulsa. Oklahoma.
Mares, Stanislav. 1997. Introduction to Applied Geophysics. Reidel Publishing Company.
Boston.
Milsom, J. 2003. Field Geophysics: The Geological Field Guide Series. John Wiley &
Sons Ltd. Chicester.
Musset, A.E. 2001. Loking Into The Earth. Cambridge University Press. New York.
Setia, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova. Bandung.
Sukandarrumidi. 1995. Batubara dan Gambut. Penerbit Nova. Bandung.

6 |

Anda mungkin juga menyukai