2, November 2010
| 1
Gambar 1. Penentuan
enentuan tebal lapisan batubara berdasarkan log gamma ray
Hal yang perlu dilakukan dalam penggunaan gamma ray sebagai bahan korelasi
antar lubang bor adalah kecepatan penurunan probe ke dalam lubang bor harus
diusahakan agar selalu konstan, yaitu sekitar 5 sampai 6 meter per menit. Penurunan
probe yang terlalu cepat akan memberikan respon yang cenderung rata, sehingga
kepekaan pembacaan grafik terhadap perubahan litologi akan semakin kecil. Sebaliknya
selang waktu penurunan probe yang terlalu lambat akan menampilkan perubahan
perubahanperubahan kurva yang terlalu kecil, sehingga perbedaan yang terjadi akan sulit terbaca.
Pada batuan sedimen unsur-unsur
unsur unsur radioaktif banyak terkonsentrasi dalam shale dan
clay, sehingga besar kecilnya intensitas radioaktif akan menunjukkan ada tidaknya
mineral-mineral
mineral tersebut. Pada formasi permeabel tingkat radiasi gamma ray akan lebih
rendah, sehingga kurva
rva tersebut dapat memperlihatkan adanya pemisah antar lapisan.
Tabel 1 memperlihatkan respon litologi tiap lapisan batuan untuk beberapa tipe log.
Tabel 1. Respon litologi untuk tiap
tia lapisan batuan
Coal
Coaly Shale
Shale
Sandstone
2,0 gr/cc
20 70 API
75 125 API
50 75 API
Resistivity
High
Low Middle
Low
Low
SP
Low
Low
Low
High
Sonic
Large
Neutron
Large
Density
Gamma Ray
2 |
METODE
Penelitian ini dilaksanakan antara bulan Juni hingga Agustus 2009 bertempat di
Laboratorium Geofisika Fakultas MIPA, Universitas Mulawarman. Data yang diolah
adalah data sekunder berupa data log gamma ray yang diperoleh dari pengukuran 17
lubang bor dan didukung dengan data nilai densitas batuan hasil uji laboratorium.
Ketujuhbelas lubang bor tersebut terdapat di daerah Tenggarong Seberang, Kabupaten
Kutai Kartanegara.
Prosedur analisis data dimulai dengan pembuatan 4 buah cross section,
menginterpretasikan pola log yang berkaitan dengan keberadaan lapisan batubara,
kemudian membuat korelasi untuk mengetahui pola sebaran lapisan batubara. Empat
buah cross section yang dibuat dapat dilihat pada gambar 2.
| 3
Lapisan 2
Lapisan 3
d
(m)
h
(m)
d
(m)
h
(m)
d
(m)
39,5
1,88
40,9
5,13
55,1
1,64
84
39,8
1,45
43,8
1,80
52,8
1,90
S22-06-07R
54
28,5
2,10
37,4
0,98
43,3
1,30
S22-06-08AR
60
22,1
1,50
27,6
1,40
---
---
S22-06-08AR
60
22,1
1,50
27,6
1,40
---
---
S22-06-08R
36
7,1
2,00
31,4
1,40
---
---
S22-06-03R
34
24,4
4,40
---
---
---
---
S22-06-09R
42
25,4
7,60
---
---
---
---
S22-06-04R
49
25,4
5,70
39,6
6,90
---
---
S22-06-06R
72
12,4
5,15
34,8
2,04
---
---
S22-06-01R
84
39,8
1,45
43,8
1,80
52,8
1,90
S22-06-04R
49
25,4
5,70
39,6
6,90
---
---
S22-06-11R
66
42,7
4,63
55,8
0,95
---
---
S22-06-05R
71
46,2
4,68
60,8
1,60
---
---
S22-06-16R
60
31,4
2,50
40,9
2,20
---
---
S22-06-17R
66
35,8
2,12
---
---
---
---
S22-06-18R
36
47,2
2,95
---
---
---
---
S22-06-13R
52
25,3
4,92
36,9
1,05
---
---
S22-06-14R
60
25,3
5,30
41,2
1,40
---
---
S22-06-05R
71
46,2
4,68
60,8
1,60
---
---
S22-06-06R
72
12,4
5,15
34,8
2,04
---
---
Kedalaman
Sumur (m)
h
(m)
S22-06-02R
66
S22-06-01R
Lubang Bor
4 |
melihat pola sebaran dan perlapisan batubara. Hasil korelasi masing-masing cross section
tersebut terlihat pada gambar 3.
Cross section 1
Cross section 3
Cross section 2
Cross section 4
| 5
ditandai dengan nilai gamma ray yang relatif rendah dan terjadi pada skala 0 - 70 API
serta nilai densitas yang berkisar antara 1,0 1,3 gr/cc.
Bentuk eksternal dari lapisan batubara sangat dipengaruhi oleh proses
pembentukan batubara. Timbulnya lapisan tipis pada lubang bor serta terjadinya
pemisahan lapisan menunjukkan bahwa perbedaan topografi mempengaruhi ketebalan
suatu lapisan. Dalam hal ini topografi dipengaruhi oleh posisi geotektonik yang secara
tidak langsung akan berpengaruh terhadap iklim lokal dan morfologi cekungan
pengendapan batubara ataupun kecepatan penurunan setelah pengendapan.
Penyebaran batubara yang tidak teratur kemungkinan besar disebabkan terjadinya
deformasi oleh gaya tektonik, sehingga menghasilkan batubara dengan model dan bentuk
yang berbeda. Selain itu terjadinya erosi yang intensif juga dapat menyebabkan bentuk
lapisan batubara yang tidak menerus. Sedangkan untuk penyebaran batubara yang sejajar
dan saling berhubungan antar lubang bor, disebabkan adanya kesamaan dalam proses
pengendapan.
KESIMPULAN
1.
2.
Berdasarkan kurva log gamma ray, lapisan batubara berada pada kedalaman 7,1 yang
terdapat pada lubang bor S22-06-08R hingga kedalaman 60,8 meter pada lubang bor
S22-06-05R. Sedangkan ketebalan lapisan batubara berkisar antara 0,6 hingga 7,6
meter.
Untuk posisi lubang bor yang sejajar dengan arah kemiringan cenderung memiliki
lapisan batubara yang cukup tebal, seperti terlihat pada S22-06-03R, S22-06-04R,
S22-06-09R, dan S22-06-13R.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G.P. 1998. Sedimentation in The Modern and Miocene Mahakam Delta.
Queensland University of Technology. Brisbane. Australia.
Hallenburg, J.K. 1984. Geophysical Logging for Mineral and Engineering Applications.
PennWell Books. Tulsa. Oklahoma.
Mares, Stanislav. 1997. Introduction to Applied Geophysics. Reidel Publishing Company.
Boston.
Milsom, J. 2003. Field Geophysics: The Geological Field Guide Series. John Wiley &
Sons Ltd. Chicester.
Musset, A.E. 2001. Loking Into The Earth. Cambridge University Press. New York.
Setia, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova. Bandung.
Sukandarrumidi. 1995. Batubara dan Gambut. Penerbit Nova. Bandung.
6 |