Anda di halaman 1dari 8

ISO 18283 MANUAL SAMPLING

1. Scope.
Mencakup : Skema Sampling Manual, Metode Sampling Manual, Peralatan, Handling dan
Penyimpanan Sampel

2. Jenis Sampling Berdasarkan Cara Pengambilan


Manual (ISO 18283) dan Mekanikal (ISO 13909)

Berdasarkan inc yang diambil : Continuous Sampling (pengambilan sampel batubara dari setiap sub-
lot yang berurutan pada titik pengambilan sampel. sehingga incremen diambil pada interval yang
seragam kapan pun batubara ditangani) dan Intermittent Sampling (pengambilan sampel batubara
hanya dari sub-lot tertentu dari keseluruhan batubara yang ditangani)

3. Skema Sampling
Syarat Umum berdasarkan standar ISO : Sampler terlatih, IK sanping harus selengkap dan
sesederhana mungkin, titik sampling dan waktu pengambilan harus ditentukan (tertulis)
berdasarkan standar, sehingga meminimalkan campur tangan (pendapat pribadi) dari petugas
sampling.

Skema Sampling :
 Tentukan parameter kualitas yang akan ditentukan dan jenis sampel yang dibutuhkan.
 Tentukan jumlah Lot (tonase)
 Tentukan presisi yang diinginkan
 Tentukan atau Asumsikan Vpt dan Vi
 Tentukan/lihat Top size sampel untuk menentukan bobot minimal incremen
 Gunakan alat sampling yang sesuai
 Tetapkan jumlah sub-lot dan jumlah inkremen per sub-lot yang diperlukan untuk mencapai
presisi yang diinginkan
 Tentukan Interval sampling (Mass basis atau Time Basis)
 Tetukan Poin sampling/titik pengambilan sampel.

Pertimbangan sebelum melakukan sampling :

 Tujuan sampling : Proses control; komersial, dll


 Jenis/ukuran sampel/kondisi sampel
 Lokasi sampling dan handling system
 Transportasi
 Safety

Pembagian jumlah lot sampel :

 Presisi sampling tetap terpenuhi


 Keterjagaan sampel dari kontamisai ataupun hilangnya moisture
 Pengambilan jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama
 Jumlah dan bobot sampel yang bisa tertangani
4. Presisi Sampling
Vi
Presisi untuk single sampel ulangan/replicate : P=2 x
√ n
+ V pt

Dimana :
P : Presisi
Vi : Variance Incremen
Vpt : Variance prep and test
Replicate sampel = sampel ke-2 yang diambil dengan cara yang sama dan di lokasi yang sama.
Pengambilan sampel kontinyu (Continuous Sampling)

Vi V
P L=2 .
√ + pt
N SL . n N SL
Untuk mencari jumlah incremen : Asumsikan dulu presisi yang diinginkan kemudian tentukan
jumlah sub-lot sampel. Lakukan dengan berbagai simulasi jumlah sub-lot untuk mendapatkan
jumlah incremen yang realistis. Jika didapat inkremen kurang dari 10, bulatkan menjadi 10.
4 Vi
n= 2
P N SL −4 Vpt
L

Jika didapat nilai n yang negatif atau tidak terhingga maka terindikasi ada kesalahan dalam
menentunkan Vpt (sehingga tidak dapat mencapai presisi yang diinginkan dengan berbagai variasi
sub-lot), Atau jika n terlalu besar, bisa mengganti nilai Vpt atau menambahkan jumlah sub-lot
dengan cara :
 Ubah jumlah sub-lot sampai didapat n yang realistis (sampel akan tertangani dengan baik).
 Tentukan jumlah inkremen maksimum (realistis) kemudian hitung jumlah sub-lotnya

4(Vi+ n .Vpt )
N=
n. P2L

Pengambilan sampel spot (intermitten sampling)

N V
P L=2.
√ Vi Vpt
+
N SLS . n N SLS (
+ 1− SLS . SL
N SL N SLS )
4. Vi
n=
N
(
N SLS . P2L −4 1− SLS . V SL−4.V pt
N SL )
N=
4. N ( Vin +V SL +Vpt )
N . P2L +V SL

5. Variance Increment
Diperoleh dengan cara :
 Nilai asumsi, biasanya diasumsikan 20 (manual) atau untuk mekanikal (3 washed coal; 5
unwashed and blended coal) kemudian cek setelah pelaksanaan.
 Pengujian langsung : 50 incremen analisa kadar abu (db) atau TM (ar)

2
( Σ xi )
Vi=
1
n−1 [
Σ x 2i −
n ]
−Vpt

6. Preparation and testing variance


 Nilai asumsi hasil pengukuran dengan bahan yang sejenis dan dengan skema preparasi yang
sama. Biasanya diasumsikan 0,2, kemudian di cek setelahnya.
 20 sub-sampel dari keseluruhan lot atau dari beberapa sub-lot, kemudian dibagi 2 dan
dipreparasi serta analisa (abu) dengan cara yang sama.

∑ d 2i
Vpt =
2 np

 Cara lain dengan membagi dari 1 sub-lot atau lebih menjadi minimal 20 sampel, preparasi
dan analisa (abu) dengan cara yang sama.

2
( Σ xi )
Vpt =
1
n−1 [
Σ x 2i −
n ]
7. Jumlah Sub-Lot dan inkremen taip sub-lot
Dalam suatu proses pengambilan sampel, sampel bisa didapat dari keseluruhan lot menjadi 1 sampel
atau membagi menjadi bebrapa sub-lot dan menjadikan sampel sub-lot yang berdiri sendiri. Manfaat
mebagi sampel dalam beberapa sub-lot yaitu untuk menjaga integritas sampel (mencegah hilangnya
moisture) karena pengambilan sampel yang memerlukan waktu yang lama dan untuk menjaga
sampel tetap tertangani.

8. Bobot minimal inkremen

9. Bobot minimal
sampel
Values for the minimum mass
of samples are shown in Table
3 and for the reduced
minimum sample mass in Table
4.

Gabungan bobot seluruh


increment kemungkinan lebih
besar dari bobot minimal yang
dipersyaratkan di tabel 3, maka
incremen boleh dibagi
sedemikian rupa tetapi harus
memenuhi persyaratan bobot
minimal tabel 3. Jika bobot incremen karena suatu hal tidak memenuhi bobot minimal tabel 3 maka
harus dialkukan pemerkecilan ukuran dimana bobot minimal terpenuhi kemudian baru dilakukan
pembagian. Minimum sampel untuk beberapa presisi pembagian dihitung dengan rumus :

Pb
m s =m0.s ( )²
Pr
10. Penentuan presisi yang diperoleh dengan mereplikasi sampling
Dengan menggunakan prosedur replicate sampling, adalah mungkin untuk menguji presisi dari
sampling yang diperoleh dengan suatu skema sampling tertentu. Dengan prosedur yang sama,
incremen yang sama seperti biasanya dikumpulkan tetapi increment berturut-turut ditempatkan ke
dalam sejumlah wadah sampel yang berbeda untuk memberikan sejumlah ulangan sub-sampel. Dari
masing-masing sub-sampel laboratorium yang terpisah disiapkan dan pengujian dilakukan pada:
masing-masing sehingga pada akhirnya ada sejumlah nilai sub-sampel yang berbeda untuk abu atau
karakteristik lainnya diuji. Perlu dicatat bahwa setiap sub-sampel ulangan terdiri dari jumlah
kenaikan yang lebih kecil dari biasanya.

Cara Menentukan :

Tetapkan parameter yang akan dianalisis, mis. abu (basis kering), dan buat skema pengambilan
sampel untuk presisi yang dibutuhkan sesuai dengan 4.3.(skema sampling)

Alih-alih membentuk sampel dari setiap sub-lot, kombinasikan jumlah total incremen, nT, sebagai
replicate sampel. Jumlah sampel replicat, NRS, tidak boleh kurang dari jumlah sub-lot, NSL, yang
digunakan dalam perhitungan dan tidak kurang dari 10. Jika ada sepuluh sampel dan wadah sampel
diberi label A,B, C, D, E, F, G, H, I, J,… maka increment replicat masuk ke wadah sebagai berikut: A, B,
C, D, E, F, G, H, I,J,...

Contoh :

No Kadar Abu (%db) Xi2


A 15,3 234,09
B 17,1 292,41
C 16,5 272,25
D 17,2 295,84
E 15,8 249,64
F 16,4 268,96
G 15,7 246,49
H 16,3 265,69
I 18,0 324,00
J 16,7 278,89
Total 165,0 2728,26
1652
s= √V =

Preal=

2728,26−
9
10

2 s 2 x 0,8
=
=0,800

=0,506
√ N √ 10
11. Size analysis
Faktor-faktor ini harus diperhitungkan ketika menerapkan teknik untuk menghitung jumlah
inkremen untuk presisi tertentu (lihat 4.4.2). Dengan tidak adanya informasi tentang varians
inkremen, dll., awalnya mengambil 24 inkremen per sampel.

Bobot minimal sampel ada di tabel bobot minimal sampel analisa ayak.

12. Methods of Sampling


Lokasi sampling :

a) Stopped belt;
b) Falling stream;
c) Moving belt;
d) Stockpiles (building/reclaiming);
e) Grabs/front-end loaders;
f) Barges/trucks/railcars (loading/unloading).

Lampiran B menyajikan metode pengambilan sampel yang informatif dari bahan bakar di lot
stasioner dan pengambilan sampel dari bahan bakar besar (>150mm). Pengambilan sampel dari lot
yang terdiri dari bahan bakar yang berbeda dijelaskan pada 5.8; penggunaan pemilihan acak dari
kenaikan dijelaskan dalam 5.9.

Interval sampling :

60. m sl
Time Basis : ∆ t ≤
qmax n
Msl : bobot sub-lot (ton)

Qmax : flow rate (t/h)

n : jumlah inc

msl
Mass Basis : ∆ m=
n

13. Pengambilan sampel acak (bertingkat)


Penentuan time basis atau mass basis bersifat random, jadi kemungkinan ada pengambilan inc yang
berdekatan.

Bisa time basis atau mass basis : misal time basis tiap 2 menit, pada sampling teratur maka inc
diambil tiap 2 menit (tepat), tetapi jika dilakukan dengan stratified random sampling maka
pengambilan ke-1 pada interval 0-2 menit; pengambilan ke-2 pada interval 2-4 menit, dst. Begitu
juga jika dengan mass basis.

14. Pengambilan Increment


 Ukuran device 3 x top size
 Ukuran minimal device 30mm
 Hindari tumpahan (tertumpah)
 Hindari sampel basah menempel di device
 Hati-hati terhadap segregasi
Lokasi sampling :

 Stopped belt
Cara pengambilan paling baik tetapi tidak praktis (sulit diterapkan)
 Falling stream
Harus dapat mencapai seluruh penampang
Flow rate maksimal 100 ton/jam flow rate diatas 100 t/h tidak boleh menggunakan
cara manual ini.
Kecepatan pengambilan sampel <0,6 m/s dan konstan
 Moving belt
Sampling manual dari moving belt tidak direkomendasikan.
 Stockpile (building/reclaiming)
Harus dilakukan saat proses building/reclaiming, tidak dianjurkan saat stockpile diam
Jika tetap dilakukan dalam kondisi stockpile diam, diperlukan alat berat untuk
membantu mengambil inc yang fresh.
Sekop atau auger
Auger dan Probe tidak boleh digunakan jika ada analisa ayak
Auger dan probe hanya untuk maksimal ukuran 25mm
Lihat lampiran B
 Grabs/front-end loaders
 Barges/trucks/railcars (loading/unloading)
Tidak boleh hanya mengambil dipermukaan (pengaruh segregasi dan cuaca)
Lebih baik saat bongkar muat.

15. Moisture/common sample


Mungkin ada keadaan yang membuat perlu atau nyaman untuk mengumpulkan sampel terpisah
untuk: penentuan kadar air total dan/atau untuk penggunaan lain yang dimaksudkan: misalnya,
sampel kadar air terpisah saat batubara sangat basah/terlihat basah.

Poin tambahan berikut harus dipertimbangkan saat pengambilan sampel untuk moisture :
Batubara yang disimpan, atau Washing coal
Uap air bebas (FM)
Lama waktu pengambilan sampel yang terlalu lama.

16. Different fuels


Jika ada beberapa batubara yang memiliki spek berbeda dan ditempatkan pada lokasi yang berbeda
maka ambil sampel masing-masing dan dianalisa masing-masing.

17. Random selection of increments


Semua area pengambilan sampel yang mungkin (grabs, front-end loader, tongkang, barge-hold atau
bagiannya, truk, gerbong atau timbunan ketika pengambilan sampel dari permukaan horizontal)
harus diidentifikasi dan diberi nomor. Daerah yang akan sampel dipilih dengan salah satu metode
berikut :

a) Hasilkan nomor acak untuk setiap inc yang diperlukan dari satu set yang sesuai dengan total
yang diidentifikasi; atau
b) Sediakan satu set disk bernomor, satu disk sesuai dengan setiap area pengambilan sampel,
dan kemudian lanjutkan dengan cara sbb :
18. Peralatan sampling
a) Bukaan device = 3 x Top size (mm); minimal 30 mm
b) Kapasitas harus sesuai dengan bobot minimal inc, sehingga tidak terjadi tumpahan atau over
fill
c) Alat sampling Falling stream harus memiliki lebar yang bisa menampung lebar jatuhan
d) Bongkahan tidak boleh disidihkan.

PERALATAN SAMPLING MEKANIS:

 Bebas bias
 Terawat, sehingga terhindar dari kerusakan saat sampling
 Kapasitas yang memenuhi untuk menghindari tumpahan
 Terhindar dari blocking
 Terhindar dari kontaminasi
 Tidak membuat sampel terdegradasi (untuk analisa ayak)
 Terhindar dari kehilangan moisture dan fine coal.

Jenis alat sampling manual :

Ladles
Shovels
Scoops
Probes
Augers
Manual Cutter
Stopped belt sampling frame

19. Lampiran B Methods of sampling large fuels and fuels from stationary lots
Umum

Pengambilan sampel lot stasioner tidak memberikan sampel uji yang representatif. Ketika dianalisis,
sampel-sampel ini hanya memberikan hasil tes indikatif; oleh karena itu, penggunaan metode ini
tidak sesuai dengan Internasional Standar ini.

Batubara yang berukuran besar

Jika ada ukuran >150mm termasuk dalam batubara yang disampling, bisa dijadikan sebagai sub-
sampel terpisah. Dan dianalisa terpisah kemudian dihitung/dikumulatifkan berdasarkan proporsi dari
sampel (hasil analisa ayak), atau sebagai alternatif bisa dihancurkan kemudian digabungkan sesuai
proporsi.

Sampling dari stationary lots

Lihat sampling stock pile, bagi rata dengan garis imajiner. Tidak ada ketetapan kedalaman
pembukaan permukaan, intinya harus fresh coal (yg tidak terekspose) atau menggunakan dengan
alat berat.

20. Lampiran B Methods of sampling large fuels and fuels from stationary lots
Contoh Soal :
1. Kargo 20000 ton dimuat dengan kereta kapasitas 5000 ton. Presisi yang diinginkan
(PL)=0,25%. Diketahui Vi=0,5 dan Vpt=0,05, setiap kereta menjadi 1 sublot. Berapa inc yang
diambil?

4 vi 4∗0,5
n= = =40inc
( Nsl∗P )−( 4∗Vpt ) ( 4∗0,25∗0,25 )−( 4∗0,05 )
2

2. Kargo 100000 dimuat 5000 ton/hari. Presisi yang diinginkan =0,25%. Diketahui Vi=5;
Vpt=0,2. Berapa inc yang diambil jika jumlah sublotnya adalah 20 dan 40

4 vi 4∗5
n= = =45inc
( Nsl∗P )−( 4∗Vpt ) (20∗0,25∗0,25 ) −( 4∗0,2 )
2

4 vi 4∗5
n= = =12inc
( Nsl∗P )−( 4∗Vpt ) ( 40∗0,25∗0,25 )−( 4∗0,2 )
2

3. 100000 ton washed coal dimuat dengan conveyor dengan flow rate 10000 t/h.Presisi yang
diinginkan = 0,2%, Vi=3 (estimated for washed coal), Vpt=0,05, sub lot =10, berapa inc?
4 vi 4∗3
n= = =60 inc
( Nsl∗P )−( 4∗Vpt ) (10∗0,2∗0,2 )−( 4∗0,05 )
2

4. Kargo 8000 t, P=0,5%, Vi=5, Vpt=0,2, konsumen memeinta 2 sub-lot, berapa inc?
4 vi 4∗5
n= = =−66,7 inc
( Nsl∗P )−( 4∗Vpt ) (2∗0,5∗0,5 )− ( 4∗0,2 )
2

Tanda minus menandakan bahwa dengan Vpt yang ada tidak mencukupi dengan sub-lot
yang diminta. Maka atur ulang jumlah sub-lot atau jumlah incnya. Misal jumlah inc tiap sub-
lot =50, maka jumlah sub-lot adalah :
4(Vi+ n .Vpt )
N= =4 ¿ ¿
n. P2L
Atau bisa kita naikkan jumlah sub-lot sampai Nsl*P 2>4*vpt

Anda mungkin juga menyukai