Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM INTERPRETASI SEISMIK REFLEKSI

MODUL KE – II
INTERPRETASI REKAMAN SEISMIK UNTUK DIRECT HYDROCARBON
INDICATOR (DHI) & NOISE

Oleh:
AULIA RAMADHAN
118120033

Asisten :
REINALDI SAMUEL TUA MANIK
12116105

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu negara yang kaya akan sumber daya alam
yang tersimpan di dalam perut bumi. Terutama pada minyak bumi dan gas bumi,
seiring berjalannya waktu permintaan akan gas bumi semakin meningkat setelah
pemerintah mengkonversikan bahan bakar rumah tangga dari minyak tanah ke
gas maupun sebab lain seperti meningkatnya produksi kendaraan bermesin yang
menggunakan bahan bakar gas dikarenakan ramah lingkungan. Oleh sebab itu,
dilakukan peningkatan teknologi dalam eksplorasi sumber daya alam yakni salah
satunya menggunakan metode seismik refleksi untuk mengoptimalkan pencarian
minyak bumi dan gas bumi di indonesia.
Metode seismik merupakan metode yang menyelidiki bentuk lapisan
bawah permukaan bumi serta mencitrakan bawah permukaan bumi dengan
memanfaatkan sifat rambat gelombang seismik. Prinsip dari metode ini yaitu
berdasarkan pada sifat perambatan gelombang pada material bumi. Dalam
eksplorasi minyak dan gas bumi, salah satu data utama yang digunakan adalah
data seismik. Pada data seismik terdapat berbagai anomali yang dapat ditemukan
yang merupakan hal baik dan hal buruk. Anomali yang baik dapat membantu
interpreter dalam menemukan minyak dan gas bumi. Salah satu anomali yang
baik adalah DHI atau Direct Hydrocarbon Indicator. Anomali yang buruk dapat
mempersulit interpreter dalam menemukan minyak dan gas bumi. Salah satu
anomali yang buruk yang ada di data seismik adalah noise.

1.2. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari dilakukannya praktikum modul 2 yang berjudul
“Interpretasi Rekaman Seismik Untuk Direct Hydrocarbon Indicator (DHI) &
Noise” yaitu:
1. Dapat menginterpretasi noise pada data seismik.
2. Dapat menginterpretasi Direct Hydrocarbon Indicator (DHI).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Metode Seismik
Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui bumi.
Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang
seismik ada yang merambat melalui interior bumi yang disebut sebagai body
wave, dan ada juga yang merambat melalui permukaan bumi yang disebut
surface wave. Body wave dibedakan menjadi dua berdasarkan pada arah
getarnya. Gelombang P (Longitudinal) merupakan gelombang yang arah
getarnya searah dengan arah perambatan gelombang, sedangkan gelombang
yang arah getarnya tegak lurus dengan arah rambatannya disebut gelombang S
(Transversal). Surface wave terdiri atas Rayleigh wave (ground roll) dan Love
wave (Telford et al., 1976). Metode seismik merupakan salah satu metode yang
ada di geofisika.Metode ini mempunyai ketepatan serta resolusi yang tinggi di
dalam menentukan struktur geologi. Metode seismik dikategorikan ke dalam dua
bagian yaitu seismik refraksi (seismik bias) dan seismik refleksi (seismik
pantul). Metode seismik refraksi digunakan untuk mendapatkan informasi
mengenai struktur geologi bawah permukaan. Metode ini didasarkan pada sifat
penjalaran gelombang yang mengalami refraksi dengan sudut kritis yaitu bila
dalam perambatannya, gelombang tersebut melalui bidang batas yang
memisahkan suatu lapisan dengan lapisan yang di bawahnya, yang mempunyai
kecepatan gelombang lebih besar. Parameter yang diamati adalah karakteristik
waktu tiba gelombang pada masing-masing geophone. Gelombang seismik
adalah gelombang elastik yang menjalar ke seluruh bagian dalam bumi dan
permukaan bumi, akibat adanya gempabumi, aktivitas vulkanik atau ledakan
buatan manusia. Metode seismik adalah salah satu metode eksplorasi yang
didasarkan pada pengukuran respon gelombang seismik yang dimasukkan ke
dalam tanah dan kemudian direfleksikan atau direfraksikan sepanjang
perbedaaan lapisan tanah atau batas-batas batuan. Metode seismik refraksi
adalah salah satu metode dari dua metode seismik, prinsip dari metode seismik
refraksi adalah penjalaran gelombang yang menggunakan hukum Snellius.
Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh gelombang
untuk menjalar pada batuan dari posisi sumber seismik menuju penerima pada
berbagai jarak tertentu.
2.2. Direct Hydrocarbon Indicator (DHI)
Direct Hydrocarbon Indicator (DHI) merupakan respon yang di tunjukan pada
penampang seismik dengan parameter anomali amplitudo bernilai tinggi. Pada
umumnya anomali tinggi menunjukkan keberadaan gas yang terakumulasi pada
formasi batupasir atau formasi lainnya. Secara khusus, amplitudo dengan nilai
tinggi pada seismik menunjukan penurunan impedansi, hal ini disebabkan oleh
penurunan yang besar pada Modulus Bulk yang terdapat pada fuida pori, sebagai
gas bebas yang terkompresi dibandingkan dengan minyak dan air. Ada beberapa
jenis direct hydrocarbon indicator (DHI) yaitu:
1. Flat spot
Flat spot merupakan anomali dengan respon amplitudo yang sangat besar,
refleksi horizontal yang berasosiasi dengan kontak gas – air dan
menunjukkan refleksi dengan polaritas positif. Flat spot digambarkan pada
data seismik dengan tampilan reflektor yang flat dan umumnya berasosiasi
dengan bright spot. Adanya reflektor ini karena kontak fluida baik gas/air,
gas/minyak, maupun minyak/air. Kontak minyak/air sulit terlihat pada
penampang seismik berkenaan dengan tidak mencukupinya kontras
impedansi yang ditimbulkan. Jika salah satu kontak mengandung gas yang
tebal, maka akan dicerminkan oleh flat spot yang tidak benar-benar flat
namun agak melengkung ke bawah (push down/velocity sag). Selain itu,
fenomena flat spot juga tidak pasti datar namun agak miring yang
dikarenakan faktor tekanan.
2. Bright Spot
Bright spot merupakan anomali amplitudo kuat dengan koefisien refleksi
yang negatif. Amplitudo tinggi pada top reservoir akibat kandungan
hidrokarbonnya (umumnya karena gas) menyebabkan kontras impedansinya
lebih kontras jika dibandingkan baik pada litologi yang sama yang hanya
terisi air maupun litologi sekitarnya. Bright spot dapat terjadi baik pada
batuan silisiklastik maupun batuan karbonat. Bright spot dahulu cukup
populer di era tahun 1980-an. Namun seiring berjalannya waktu, pengeboran
pada zona bright spot menuai kegagalan sehingga akhirnya disadari bahwa
adanya bright spot tidak serta merta menandakan adanya reservoar.
Konfigurasi litologi nya dapat digambarkan dalam kasus nilai impedansi
sand < impedansi shale. Terkadang batas pinggir bright spot menandakan
juga batas kontak fluida.
3. Dim Spot
Dim spot merupakan amplitudo rendah dengan koefisien refleksi positif,
sering dihubungkan dengan gas yang terdapat didalam reservoir karbonat.
Nilai impedansi batuan reservoir sedikit lebih besar daripada batuan di
atasnya sehingga akan terlihat pada penampang seismik dengan amplitudo
rendah dibandingkan sekitarnya. Konfigurasi litologi nya dapat digambarkan
baik dalam kasus nilai impedansi sand > impedansi shale maupun impedansi
karbonat > dari sand/shale.
4. Polarity reversal
Polarity reversal terjadi pada top reservoir terisi hidrokarbon dengan top
reservoir yang tidak terisi dengan hidrokarbon. Faktor hidrokarbonlah yang
membuat kontras impedansinya berkebalikan. Konfigurasi litologinya dapat
digambarkan dalam kasus nilai impedansi sand sedikit lebih tinggi dari
impedansi shale.
2.3. Noise
Noise merupakan sinyal atau gangguan yang tidak diinginkan. Secara garis besar
noise dapat dikategorikan menjadi dua, yakni koheren dan inkoheren. Noise
koheren memiliki pola keteraturan dari trace ke trace sementara noise inkoheren
atau acak atau random terdiri dari noise-noise yang tidak memiliki pola teratur.
Noise acak biasanya mempunyai frekuensi yang lebih tinggi dan fasanya tidak
sama, sedangkan pada noise koheren frekuensi dan fasanya sama dengan sinyal
seismik Ekasapta, 2008. Menurut Yilmaz 1987, jenis-jenis noise yang biasanya
ditemui dalam trace gather antara lain sebagai berikut :
1. Direct wave, yaitu gelombang yang langsung merambat dari sumber getar
ke receiver tanpa mengalami peristiwa refleksi.
2. Gelombang bias atau refraksi, yaitu noise koheren di daerah first arrival.

3. Ground-roll, yaitu noise koheren berfrekuensi rendah sering dijumpai pada


datadarat.
4. Noise electro-static, trace yang mengandung noise ini biasanya
berfrekuensitinggi.
5. Multiple, yaitu noise koheren dimana event seismik mengalami lebih dari
satukali refleksi dari posisi reflektor primernya.
6. Noise reverse polarity, yaitu pembalikan polaritas trace seismik yang
disebabkanoleh kesalahan penyambungan konektor pada kanal detektor.
7. Slash, yaitu gangguan pada trace seismik yang disebabkan oleh konektor
antarkabel yang kurang baik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
1. Pensil warna.
2. Alat tulis.
3. Sticky note.

3.2. Langkah Praktikum


Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini, antara lain:
1. Print data seismik yang ada di modul 2.
2. Kemudian lakukan interpretasi.
3. Interpretasi noise pada data seismik 1 dan 2.
4. Interpretasi Direct Hydrocarbon Indicator (DHI) pada data seismik.
5. Lakukan analisis pada hasil interpretasi.

3.3. Diagram Alir


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum

Gambar 1. Hasil Interpretasi Lembar Pertama


Gambar 2. Hasil Interpretasi Lembar Kedua

Gambar 3. Hasil Interpretasi Lembar Ketiga


Gambar 4. Hasil Interpretasi Lembar Kempat

Gambar 5. Hasil Interpretasi Lembar Kelima


Gambar 6. Hasil Interpretasi Lembar Kenam

Gambar 7. Hasil Interpretasi Lembar Ketujuh


4.2 Pembahasan Praktikum
Pada praktikum kedua intrepetasi seismik refleksi ini (ISR) dengan judul
“Interpretasi Rekaman Seismik Untuk Direct Hydrocarbon Indicator (Dhi) &
Noise”.Pada gambar pertama dan kedua dilakukan interpretasi noise pada
seismik.,dimana pada soal tersebut terdapat noise yang disebabkan karena
adanya difraksi dan pantulan refraksi yaitu noise yang muncul akibat perubahan
“tajam” dari suatu bidang reflektor sehingga membuat data seismik yang
terekam seolah-olah berbentuk X, dan tentunya noise sangat mengganggu karena
menutupi bentuk bawah permukaan bumi sebenarnya, bisa juga dikarenakan
side-seattered noise yaitu noise yang disebabkan oleh hamburan tepi. Untuk
menghilangkan noise ini dapat dilakukan pengolahan data seismik yaitu teknik
migrasi.
Pada gambar ketiga, dapat dilihat dan dideteksi atau ditentukan bahwa
dalam lingkaran merah tersebut merupakan jenis anomali amplitudo Dim Spot
dikarenakan di lokasi tersebut jenis anomali amplitudonya tidak berkelanjutan.
Pada gambar keempat, dapat dilihat pada data keempat merupakan data trace
yang memiliki jenis anomali amplitudo Bright Spot, yang ditandai dengan
polaritas SEG keterangan biru: merupakan trough dan merah merupakan peak.
Pada gambar kelima, dapat dilihat pada lingkaran merah juga merupakan data
anomali amplitudo Bright Spot yang menunjukkan amplitudonya sangat kuat
dengan koefisien refleksi yang bernilai negatif dan kebanyakan dihubungkan
dengan gas pada reservoir batuan pasir.
Pada gambar keenam, dapat dilihat pada lingkaran merah yang
merupakan salah satu jenis anomali amplitudo Flat Spot yang merupakan
anomali dengan respon amplitudo yang sangat besar, refleksi horizontal yang
berasosiasi dengan kontak gas-air dan menunjukkan refleksi dengan polaritas
yang positif. Pada gambar ketujuh, dapat dilihat lingkaran merah yang
menunjukkan bahwa data tersebut mengalami polarity reversal yang terjadi
karena anomali amplitudo seismik dan juga memiliki kemungkinan daerah yang
mengalami polarity reverse merupakan daerah yang memiliki kehadiran jebakan
hidrokarbon. Jadi secara tidak langsung, polarity reverse merupakan
hydrocarbon indicator.Dapat dilihat juga bahwa dari lingkaran merah tersebut
bahwa data kedelapan merupakan anomali amplitudo seismik Dim Spot yang
menunjukkan amplitudo rendah dengan koefisien refleksi positif dan
mempunyai kemungkinan keterkaitannya dengan gas reservoir.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini yaitu:
1. Secara umum, jenis direcr hydrocarbon indicator (DHI) yaitu flat spot, dim
spot, bright spot, dan polarity reversal. Dimana biasanya daerah hidrokarbon
dicirikan oleh besar kecilnya amplitudo.
2. Noise merupakan sinyal atau gangguan yang tidak diinginkan. Secara garis
besar noise dapat dikategorikan menjadi dua, yakni koheren dan inkoheren.
Noise koheren memiliki pola keteraturan dari trace ke trace sementara noise
inkoheren atau acak atau random terdiri dari noise-noise yang tidak memiliki
pola teratur.
3. Direct Hydrocarbon Indicator (DHI) merupakan respon yang di tunjukan
pada penampang seismik dengan parameter anomali amplitudo bernilai
tinggi. Pada umumnya anomali tinggi menunjukkan keberadaan gas yang
terakumulasi pada formasi batupasir atau formasi lainnya
5.2. Saran
1. Sebelum praktikum, diharapkan para praktikan membaca modul yang akan
dilakukan praktikum agar mengetahui hal apa yang akan dilakukan saat
praktikum.
2. Lebih baik lagi dalam melakukan pewarnaan identifikasi pada gambar yang
akan diidentifikasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Goudarzi, Alireza dan Mohammad Ali Riahi. 2012. Seismic coherent and
random noise attenuation using the undecimated discrete wavelet transform method
with WDGA technique. Journal of Geophysics and Engineering, Volume 9, Issue 6,
December 2012, Pages 619–631.
Modul Praktikum. Interpretasi Rekaman Seismik Untuk Direct Hydrocarbon
Indicator (DHI) & Noise. Insitut Teknologi Sumatera.
S. Sigit, S. Dona . 2019. Practical Seismic Interpretation for Petroleum
Exploration. ITB Press.
Y. Ozdogan. 2001. Seismic Data Analysis: Processing, Inversion, and
Interpretation of Seismic Data. SEG Books.

Anda mungkin juga menyukai