Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PENDAHULUAN

PRAKTIKUM METODE SEISMIK TG3105

MODUL KE – II dan III


SIMULASI AKUISISI DATA 2D SEISMIK REFRAKSI DAN
INTERPRETASI MODEL KEDALAMAN

Oleh:
Aulia Ramadhan (118120033)

Asisten :
Roy Limbong 12115027
M Irvan 12116118
Nisrina Zalfa Syariefah 12116109
Yolanda Elok Sasmitasari 12117002
Lestari Sukma Apriliana 12117009
Yola Wulanda Masri 12117079
Didian Noveni Waruwu 12117131
Muhammad Ichsan 12117143

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR DAN MINERAL KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2020
1.1 Tujuan
Adapun Tujuan Praktikum Kali ini adalah:
1. Dapat memahami pengaruh model penampang geologi sintetik dengan
rekaman data sintetik.
2. Dapat melakukan interpretasi model menggunakan metode ITM dan Plus-
Minus.
3. Dapat mengolah data dan menginterpretasikan seismik refraksi dengan
menggunakan metode Hagiwara dan GRM
4. Dapat membandingkan hasil yang diperoleh dengan metode Hagiwara dan
GRM

1.2 Dasar Teori


Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui bumi.
Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang
seismik ada yang merambat melalui interior bumi yang disebut sebagai body wave,
dan ada juga yang merambat melalui permukaan bumi yang disebut surface wave.
Body wave dibedakan menjadi dua berdasarkan pada arah getarnya. Gelombang P
(Longitudinal) merupakan gelombang yang arah getarnya searah dengan arah
perambatan gelombang, sedangkan gelombang yang arah getarnya tegak lurus
dengan arah rambatannya disebut gelombang S (Transversal). Surface wave terdiri
atas Rayleigh wave (ground roll) dan Love wave (Telford et al., 1976).
Metode seismik merupakan salah satu metode yang ada di geofisika.Metode
ini mempunyai ketepatan serta resolusi yang tinggi di dalam menentukan struktur
geologi. Metode seismik dikategorikan ke dalam dua bagian yaitu seismik refraksi
(seismik bias) dan seismik refleksi (seismik pantul). Metode seismik refraksi
digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai struktur geologi bawah
permukaan. Metode ini didasarkan pada sifat penjalaran gelombang yang
mengalami refraksi dengan sudut kritis yaitu bila dalam perambatannya, gelombang
tersebut melalui bidang batas yang memisahkan suatu lapisan dengan lapisan yang
di bawahnya, yang mempunyai kecepatan gelombang lebih besar. Parameter yang
diamati adalah karakteristik waktu tiba gelombang pada masing-masing geophone.
Dalam metode seismik terdapat beberapa metode yakni :
A. Metode interpretasi Intercept Time Method (ITM) merupakan salah satu
metode interpretasi seismik refraksi yang sangat sederhana dan hasilnya relatif
kasar karena hanya dapat digunakan untuk menghitung kedalaman pada lapisan di
bawah titik tertentu saja pada gelombang refraksi pertama untuk mewakili
kedalaman model di bawah lintasan seismik refraksi, sehingga metode ini hanya
akurat apabila dilakukan untuk kondisi geologi yang tidak kompleks (Kanli, 2009).
Dalam perhitungannya, metode ITM mengasumsikan lapisan dibawah permukaan
adalah lapisan yang homogen (kecepatan lapisan relatif seragam) serta batas lapisan
atau refraktor cenderung datar (tanpa undulasi).
B. Metode Hagiwara ,merupakan salah satu metode perhitungan waktu tiba
gelombang seismik untuk mencerminkan lapisan bawah permukaan.Metode ini
merupakan metode waktu tunda yang berdasarkan asumsi bahwa undulasi bawah
permukaan tidak terlalu besar.Kelebihan dari metode hagiwara adalah lapisan
bawah permukaan dapat ditampilkan mengikuti kontur bawah permukaan.

Gambar 1.Metode Hagiwara

Persamaan umum

yang dipakai pada metode Hagiwara :

Persamaan untuk menghitung v2:

Persamaan untuk menghitung kedalaman di tiap geofon

C. Metode GRM, Sumber seismik berada di ujung-ujung lintasan, yaitu titik A


dan titik B. Ambil tAB sebagai waktu rambat gelombang bias dari A ke B, tAC
sebagai wakturambat gelombang bias dari C ke B. Dengan demikian dapat
diturunkan besarnya kedalaman hC sebagai.

Dengan V1 adalah kecepatan lapisan pertama, dan V2 adalah kecepatan


lapisan kedua (refraksi), maka bentuk :

Dengan memanfaatkan sudut Ꝋ maka diperoleh persamaan berikut:

Dari kurva T-X dapat diperoleh besar kecepatan V1 dan dibaca tCA, tCB, dan tAB
yang diperoleh dari rekaman geophone yang dipasang di titik titik C,A,B dalam
penembakan secara bergantian di tiitk A dan titik B. besar kedalahan hC akan
sekitar 6% jika V2>>3V1. Metode ini menggunakan asumsi bahwa lapisan pertama
homogen dan variasi kedalaman relative tidak kasar serta kontras kecepatan cukup
besar dengan kemiringan lapisan kecil.

D. Metode Plus-Minus,Plus Time adalah jumlah waktu rambat gelombang dari


sumber forward dan sumber reverse dikurangi waktu total. Tujuannya yaitu untuk
analisis kedalaman (depth). Minus time merupakan analisa dari pengurangan waktu
rambat antara gelombang dari geophone pada sumber forward dan geophone pada
sumber reverse lalu dikurangi dengan travel time antara sumber keduanya. Gambar
3 menunjukkan ilustrasi penentuan nilai minus time pada geophone D dan D’ yang
terpisah sebesar ∆𝑥.

Gambar 2.Metode Plus


Gambar 3.Metode Minus

1.3 Langkah Pengerjaan

A. Langkah Kerja
Adapun Langkah kerja dalam praktikum kali ini adalah:
1. Melakukan picking data pada seira (model 2 dan 3 (near dan far))
2. Pemprosesan data yang telah dipicking pada exel
3. Melakukan pemprosesan data ITM pada exel ,lalu buatlah kurva
penampang
4. Melakukan pemprosesan data Hagiwara pada exel ,lalu buatlah kurva
penampang
5. Melakukan pemprosesan data GRM pada exel ,lalu buatlah kurva
penampang
6. Melakukan pemprosesan data Plus-minus pada exel ,lalu buatlah kurva
penampang
7. Interpretasi data hasil estimasi pengolahan metode-metode yang
dilakukan
B. Diagram Alir
1.4 Hasil dan Pembahasan
1.4.1. Hasil
Tabel 1.1. Data Awal Model 2
Geophone ke Offset Elevation (m) First Arrival Time Forward (ms) First Arrival Time Reverse (ms)
1 5 100 4 121
2 10 100 16 118
3 15 100 28.5 116
4 20 100 41.5 113
5 25 100 53.5 109.5
6 30 100 64.5 107
7 35 100 65.5 104
8 40 100 68.5 101
9 45 100 72 98
10 50 100 74.5 94.5
11 55 100 77.5 92.5
12 60 100 81 89
13 65 100 84.5 86.5
14 70 100 88 83
15 75 100 91 80.5
16 80 100 94.5 78
17 85 100 98.5 75.5
18 90 100 101 75
19 95 100 104 65.5
20 100 100 107 53.5
21 105 100 111 41
22 110 100 114.5 29
23 115 100 117.5 16.5
24 120 100 121 4

Tabel 1.2. Data Awal Model 3


Geophone ke Offset Elevation (m) First Arrival Time Forward (ms) First Arrival Time Reverse (ms)
1 5 100 4 90.5
2 10 100 16 88.5
3 15 100 28 87
4 20 100 41 85.5
5 25 100 44 83.5
6 30 100 45.5 82
7 35 100 48 80.5
8 40 100 50 79
9 45 100 51.5 77.5
10 50 100 53 75.5
11 55 100 54 74
12 60 100 56 72.5
13 65 100 56.5 69.5
14 70 100 58.5 67.5
15 75 100 60 65.5
16 80 100 61.5 63
17 85 100 63.5 61
18 90 100 65 58.5
19 95 100 66.5 56.5
20 100 100 68 54
21 105 100 69.5 51.5
22 110 100 71 37.5
23 115 100 73 26.5
24 120 100 74.5 13.5
1. Metode ITM
A. Model 2 (Miring)

150 Kurva T-X Lapisan Miring


y = -0,5797x + 124,14
y = 0,6556x + 42,05
100

50
y = 2,4457x - 8,1333

y = -2,3964x + 292,27
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Near Far
Near Direct Near Refrac
Far Direct Far Refrac

Kurva 1.1. T-X Lapisan Model 2

14000

12000

10000

8000
BATAS LAPISAN 1
6000
BATAS LAPISAN 2
4000

2000

0
0 5 10 15 20 25 30

Kurva 1.2. Batas Lapisan


B. Model 3 (Datar)

y100
= -0,3778x + 93,411
y = 0,3127x + 36,804 Far
90
80 Near
70 Near Direct
60 Near Refract
50
Far Direct
40
Far Refract
30
20 Linear (Near Direct)
10 y = -2,5x + 313,5 Linear (Near Refract)
0 Linear (Far Direct)
0 y = 2,46x - 8,550 100 150

Kurva 1.3. T-X Lapisan Model 3

Kurva Kedalaman
40000
35000
30000
25000
20000 Batas Kedalaman 1
15000 Batas Kedalaman 2
10000
5000
0
0 5 10 15 20 25 30

Kurva 1.5. Batas Lapisan


2. Metode Hagiwara
A. Model 2 (Miring)

140

120 y = 0,6556x + 42,05

100

80 y = -0,5797x + 124,14

y = 2,4457x - 8,1333
60
y = -0,6031x + 100,74
40
y = 0,6031x + 20,262
20
y = -2,3964x + 292,27
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Near Far
Near Direct Near Refrac
Far Direct Far Refrac
Tap' Tbp'
Linear (Near Direct) Linear (Near Refrac)

Kurva 1.6. T-X Lapisan Model 2

Hagiwara
100,002
100
99,998
99,996
99,994
99,992
99,99
99,988
99,986
99,984
99,982
99,98
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Series1 Series2

Kurva 1.7. Penampang Lapisan Model 2 Metode Hagiwara


B. Model 3 (Datar)

100
y = -0,3778x + 93,411 Far
90 y = 0,3127x + 36,804
80 Near

70 Near Direct

60 Near Refract

50 y = 0,3548x + 12,248 Far Direct

40 Far Refract

30 Tap'
y = -0,3548x + 70,252
20 Tbp'

10 Linear (Near Direct)


y = -2,5x + 313,5
0 y = 2,46x - 8,5 Linear (Near Refract)
0 20 40 60 80 100 120 140

Kurva 1.8. T-X Lapisan Model 3

Chart Title
100,002
100
99,998
99,996
99,994
99,992
99,99
99,988
99,986
99,984
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Series1 Series2

Kurva 1.9. Penampang Kedalaman Model 3 Metode Hagiwara


3. Metode GRM
A. Model 2 (Miring)

Kurva tV
120

100 xy=5
xy=10
80
y = 0,6031x + 20,262 xy=15
60
xy=20
40 xy=25

20 xy=30
Linear (xy=5)
0
0 20 40 60 80 100 120 140

Kurva 2.0. Penampang Kurva tV

kurva hG
18
16
14
12
10
8 kurva hG
6
4
2
0
0 20 40 60 80 100

Kurva 2.1.Penampang Kurva hG


B. Model 3 (Datar)

kurva tV
80

70

60 xy=5
y = 0,3548x + 12,248
50 xy=10

40 xy=15

30 xy=20
xy=25
20
Linear (xy=5)
10

0
0 20 40 60 80 100 120 140

Kurva 2.2. Penampang Tv

Kurva hG
45
40
35
30
25
20 Kurva tG

15
10
5
0
0 20 40 60 80 100

Kurver 2.3. Penampang hG


4. Metode Plus-minus
A. Model 2 (Miring)

penampang bawah permukaan


39

38

37

36

35

34

33

32
0 20 40 60 80 100 120 140

Kurva 2.4. Penampang Bawah Permukaan Plus-minus

B. Model 3 (Datar)

penampang bawah permukaan


39

38

37

36

35

34

33

32
0 20 40 60 80 100 120 140

Kurva 2.5. Penampang Bawah Permukaan Plus-minus


1.4.2. Pembahasan
Pemilihan wavelet untuk first arrival time dari tiap shot berdasarkan dimana letak
gelombang direct berada,namun perlu diperhatikan apakah gelombang tersebut
merupakan gelombang direct atau noise yang terjadi pada saat pembacaan
geophone.
Mekanisme penjalaran gelombang seismik didasarkan pada hukum Snellius, Prinsip
Huygens dan Prinsip Fermat. Penjelasan dari hukum Snellius, Prinsip Huygens dan Prinsip
Fermat dijelaskan sebagai berikut : a. Hukum Snellius Ketika gelombang seismik melalui
lapisan batuan dengan impedansi akustik yang berbeda dari lapisan batuan yang dilalui
sebelumnya, maka gelombang akan terbagi. Gelombang tersebut sebagian terefleksikan
kembali ke permukaan dan sebagian diteruskan merambat dibawah permukaan. Penjalaran
gelombang seismik mengikuti Hukum Snellius yang dikembangkan dari Prinsip Huygens,
menyatakan bahwa sudut pantul dan sudut bias merupakan fungsi dari sudut datang dan
kecepatan gelombang. Gelombang P yang datang akan mengenai permukaan bidang batas
antara dua medium berbeda akan menimbulkan gelombang refraksi dan refleksi (Hutabarat,
2009).

Gambar 4. Pemantulan dan Pembiasan Gelombang


Sebagian energi gelombang akan dipantulkan sebagai gelombang P dan gelombang
S, dan sebagian lagi akan diteruskan sebagai gelombang P dan gelombang S
(Hutabarat, 2009). Hukum Snellius dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut :

Prinsip Fermat Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan
tersingkat waktu penjalarannya. Dengan demikian jika gelombang melewati sebuah
medium yang memiliki variasi kecepatan gelombang seismik, maka gelombang
tersebut akan cenderung melalui zona-zona kecepatan tinggi dan menghindari zona-
zona kecepatan rendah (Jamady, 2011).
Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang merupakan
sumber bagi gelombang baru. Posisi dari muka gelombang dalam dapat ditemukan
dengan membentuk garis singgung permukaan untuk semua wavelet sekunder.
Prinsip Huygens mengungkapkan sebuah mekanisme dimana sebuah pulsa seismik
akan kehilangan energi seiring dengan bertambahnya kedalaman (Asparini, 2011).
Atenuasi adalah peredaman sinyal dari hasil penangkapan geophone,hal ini terjadi
karena menurunnya level daya sinyal akibat pengaruh jarak transmisi. Untuk
menghindari hal ini, jarak media transmisi dibatasi sehingga pengaruh atenuasi
tidak banyak mengganggu kualitas sinya. Pengaruh atenuasi terhadap sinyal
berbeda-beda antar satu media transmisi dengan lainnya.
Pengaruh parameter akusisi terhadap resolusi seismik,terdapat beberapa pengaruh
yang mempengaruhi pada praktikum kali ini telah ditentukan parameter-parameter
guna mencari data yang dinginkan. Parameter yang digunakan yaitu Panjang
lintasan sejauh 125 meter, jumlah source sebanyak 3 buah, jumlah geophone
sebanyak 24 buah, jarak antar geophone sejauh 5 meter, dan elevasi sebesar 100
meter. Panjang lintasan tidak berpengaruh pada data, melainkan menyesuaikan
dengan area yang akan dilakukan pengamatan, semakin besar area maka akan
semakin Panjang lintasannya. Jumlah Source berpengaruh terhadap data yang akan
didapatkan yaitu semakin luas area maka kita harus memperbanyak source yang
digunakan demi mencakup semua area pengamatan, akan tetapi jika area yang
diamati kecil dengan source banyak maka data yang didapatkan nantinya akan
berantakan karena gelombang akan bertumpuk tumpuk sehingga sulit dalam
pengolahan. Semakin banyak jumlah geophone yang digunakan maka akan
semakin detail juga data yang didapatkan atau gelombang yang terekam. Semakin
dekat jarak antar geophone juga akan semakin detail data yang terekam. Besar
elevasi disesuaikan dengan seberapa dalam kita akan melakukan pengamatan,
semakin dalam kedalaman yang diamati maka elevasi yang digunakan akan
semakin besar.
Hasil kecepatan tiap lapisan,dilihat dari hasil penelitian kali ini dapat dilihat pada
model 2 memiliki kecepatan rata-rata (v1) bernilai 413 mm/s2 dengan nilai v2 rata-
rata bernilai 1625 mm/s2 model 3 memiliki kecepatan rata-rata (v1) bernilai 403
mm/s2 dengan nilai v2 rata-rata bernilai 2922 mm/s2.Dari kecepatan itu dapat
disimpulkan bahwa kecepatan pada lapisan kedua lebih cepat hal ini dikarenakan
shot tembakan pada kedua menemui lapisan permukaan keras (solid) sehingga nilai
kecepatan rata rata yang didapatkan lebih besar dari pada kecepatan pada lapisan
pertama.
Berdasarkan nilai kecepatan yang didapat pada penelitian ini dapat dilihat litologi
batuan yang berada pada struktur geologi,berdasarkan ketebalan yang didapat pada
kurva kedalaman dapat dilihat bahwa pada lapisan pertama merupakan lapisan
alluvial yang terdiri material lepas yang berukuran bongkahan,sedangkan pada
lapisan kedua merupakan lapisan clay.
Berdasarkan data penelitian yang didapat ketebalan yang dihasilkan berdasarkan
pengolahan data yang didapatkan bahwa lapisan yang dihasilkan merupakan lapisan
clay hal ini didasarkan pada kecepatan 1000-2500 m/s.
E. Metode interpretasi Intercept Time Method (ITM) merupakan salah satu
metode interpretasi seismik refraksi yang sangat sederhana dan hasilnya relatif
kasar karena hanya dapat digunakan untuk menghitung kedalaman pada lapisan di
bawah titik tertentu saja pada gelombang refraksi. Metode Hagiwara ,merupakan
salah satu metode perhitungan waktu tiba gelombang seismik untuk mencerminkan
lapisan bawah permukaan.Metode ini merupakan metode waktu tunda yang
berdasarkan asumsi bahwa undulasi bawah permukaan tidak terlalu besar. Metode
GRM, Sumber seismik berada di ujung-ujung lintasan, yaitu titik A dan titik B.
Ambil tAB sebagai waktu rambat gelombang bias dari A ke B, tAC sebagai
wakturambat gelombang bias dari C ke B. Metode Plus-Minus,Plus Time adalah
jumlah waktu rambat gelombang dari sumber forward dan sumber reverse dikurangi
waktu total. Tujuannya yaitu untuk analisis kedalaman (depth). Minus time
merupakan analisa dari pengurangan waktu rambat antara gelombang dari geophone
pada sumber forward dan geophone pada sumber reverse lalu dikurangi dengan
travel time antara sumber keduanya. Gambar 3 menunjukkan ilustrasi penentuan
nilai minus time pada geophone D dan D’ yang terpisah sebesar ∆𝑥.

1.5 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Data pick yang dihasilkan dari seira dan pengolahan di exel ,dapat menentukan
litologi dari lapisan lokasi penelitian dan juga dapat menentukan kecepatan
pada lapisan tersebut.
2. Metode ITM merupakan metode yang paling sederhana akan tetapi hasil yang
dihasilkan kasar, mengasumsikan bahwa lapisan dibawah permukaan adalah
lapisan homogen dan batas lapisan cenderung datar.
3. Metode Hagiwara dapat menampilkan lapisan bawah permukaan mengikuti
kontur bawah permukaan itu, terutama untuk lapisan bawah permukaan yang
detail maka metode ini menjadi pilihan utama.
4. GRM menyediakan cara untuk mengenali dan mengakomodasi lapisan yang
tidak terdeteksi, asalkan nilai XY yang optimal dapat dipulihkan dari data
waktu tempuh, analisis kecepatan refraktor, dan atau kedalaman waktu.
5. Metode Plus-Minus mengasumsikan bahwa bidang batas adalah lurus dan
kemiringan dari reflektor < 10ο, dengan analisis untuk perhitungan
menggunakan analisa plus time yang digunakan untuk menganalisis kedalaman
dari lapisan sedangkan analisa minus time digunakan untuk menentukan
kecepatan.
1.6 Daftar Pustaka
1. Ayers, J. F., 1999, Analysis of Travel time Data By Seismic Refraction
Inverse Modelling, University of Nebraska Lincoln, Nebraska Lincoln.
2. Taib, M. I. T., 2000, Seismik Refraksi, Institut Teknologi Bandung Press:
Bandung.
3. Hawkins, L.V., 1961, The Reciprocal Method of Routine Shallow Seismic
Refraction Investigation: Geophysics, volume XXVI no 6 (November 1961), pp
806 – 819.
4. Susilawati. ( 2004). Seismik refraksi (dasar teori dan akuisisi data), USU
Digital Library.
1.7 Lampiran

Gambar 1. Picking Model 2 Far shot

Gambar 2. Picking Model 2 Near shot


Gambar 3.Picking model 3 Far shot

Gambar 4.Picking Model 3 Near Shot

Anda mungkin juga menyukai