Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKUISISI

METODE SEISMIK REFRAKSI

[Document subtitle]

KETUA :Jeremy RKK (03411740000036)

ANGGOTA :Imam Zulqaisi (03411740000012)


Syafiatun N (03411740000019)
Dhea pratama (03411740000013)
Nadhifa l. Shabrina (03411740000029)
Syafira Alif (03411740000031)
Hafizh D (03411740000054)
Fauzi A (03411740000056)
Elizia DCA (03411740007007)

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seismik merupakan salah satu metode aktif geofisika yang memanfaatkan prinsip
perambatan gelombang pada bawah permukaan bumi dengan memberi sumber getaran (source).
Selanjutnya akan diketahui respon dari bawah permukaan terhadap sumber yang diberikan
dimana respon ini ditangkap oleh receiver dalam bentuk domain waktu. Melalui respon ini,
kemudian dapat dilakukan proses pengolahan data dan interpretasi kemungkinan yang terjadi
dibawah permukan lokasi pengukuran.lokasi akuisisi adalah sekitaran gedung Forensik ITS
pada 27 Oktober 2019 ,pukul 10.30 – 17.30. alasan kenapa pratikan memilih forensic sebagai
sasaran aplikasi akuisisi dikarenakan adanya kemudahan secara teknis ( seperti posisi strategis,
luas, dan perizinan tidak terlalu sulit) dan litologinya berupa alluvial, sehingga refrensi
geologinya lebih mudah.

1.2 Permasalahan

Bagaimana bentuk dan kondisi data akuisisi dan aplikasi akusisisi seisimik refraksi
pada suatu lapisan tanah.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui bentuk dan kondisi data akuisisi dan aplikasi akusisisi
seisimik refraksi pada suatu lapisan tanah.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Metode Seismik

Metode seismik merupakan metode geofisika yang sering digunakan dalam mencitrakan
kondisi bawah permukaan bumi, terutama dalam tahap eksplorasi hidrokarbon dengan
menggunakan prinsip perambatan gelombang mekanik. Prinsip metode seismik yaitu pada
tempat atau tanah yang akan diteliti dipasang geophone yang berfungsi sebagai penerima
getaran. Sumber getar antara lain bisa ditimbulkan oleh ledakan dinamit atau suatu pemberat
yang dijatuhkan ke tanah (Weight Drop). Gelombang yang dihasilkan menyebar ke segala arah.
Ada yang menjalar di udara, merambat di permukaan tanah, dipantulkan lapisan tanah dan
sebagian juga ada yang dibiaskan, kemudian diteruskan ke geophone-geophone yang terpasang
dipermukaan. (Landmark, 1995)
Gambar 2.1 Sketsa survei seismik.

2.2 Faktor yang mempengaruhi kecepatan gelombang seismik

Sifat fisis batuan akan mempengaruhi perilaku penjalaran suatu gelombang di dalam
batuan.

2.2.1 Litologi

Perbedaan litologi akan mempengaruhi nilai dari kecepatan gelombang seismik. Secara
umum litologi dengan nilai kecepatan gelombang seismik dari yang paling rendah ke yang
paling tinggi berturut-turut adalah: batubara, lempung, batupasir, gamping, dan dolomit

2.2.2 Faktor tekanan dan kedalaman

Tekanan di bawah permukaan berbanding lurus dengan perubahan kedalaman.


Kedalaman memungkinkan terjadinya penekanan terhadap duang pori batuan, sehingga
kecepatan akan secara relatif bertambah.

2.2 Hukum Fisika Gelombang Seismik

Terdapat beberapa hukum fisika dalam gelombang seismik yaitu:

2.4.1 Hukum Snellius

Perambatan gelombang seismik dari satu medium ke medium lain yang mempunyai
sifat fisik yang berbeda seperti kecepatan dan densitas akan mengalami perubahan arah ketika
melewati bidang batas antar medium. Suatu gelombang yang datang pada bidang batas dua
media yang sifat fisiknya berbeda akan dibiaskan jika sudut datang lebih kecil atau sama dengan
sudut kritisnya dan akan dipantulkan jika sudut datang lebih besar dari sudut kritis. Sudut kritis
adalah sudut datang yang menyebabkan gelombang dibiaskan 900 . Jika suatu berkas
gelombang P yang datang mengenai permukaan bidang batas antara dua medium yang berbeda,
maka sebagian energi gelombang tersebut akan dipantulkan sebagai gelombang P dan
gelombang S, dan sebagian lagi akan dibiaskan sebagai gelombang P dan gelombang S, seperti
yang diilustrasikan pada gambar dibawah ini (Bhatia, 1986).

Gambar 2.2. Pemantulan dan pembiasan pada bidang batas dua medium untuk
gelombang P.

“Gelombang akan dipantulkan atau dibiaskan pada bidang batas antara dua medium” menurut
persamaan:

v v p1 vp2 vs 1 vs 2
= = = =
sin i sinθ p sinr p sinθ s sinr p

Ketika gelombang seismik melalui lapisan batuan dengan impedansi akustik yang
berbeda dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya, maka gelombang akan terbagi.
Gelombang tersebut sebagian terefleksikan kembali ke permukaan dan sebagian diteruskan
merambat dibawah permukaan. Penjalaran gelombang seismik mengikuti Hukum
Snellius yang dikembangkan dari Prinsip Huygens, menyatakan bahwa sudut pantul dan
sudut bias merupakan fungsi dari sudut datang dan kecepatan gelombang. Gelombang P
yang datang akan mengenai permukaan bidang batas antara dua medium berbeda akan
menimbulkan gelombang refraksi dan refleksi (Hutabarat, 2009).

2.4.2 Prinsip Huygens

Huygens mengantakan bahwa gelombang menyebar dari sebuah titik sumber


gelombang ke segala arah dengan bentuk bola. Prinsip Huygens mengatakan bahwa setiap titik-
titik penganggu yang berada didepan muka gelombang utama akan menjadi sumber bagi
terbentuknya gelombang baru. Jumlah energi total dari gelombang baru tersebut sama dengan
energi utama. Pada eksplorasi seismik titiktitik di atas dapat berupa patahan, rekahan,
pembajian, antiklin, dll. Sedangkan gelombang baru tersebut disebut sebagai gelombang
difraksi (Sheriff, 1995).

Gambar 2.3 Prinsip Huygens.


2.4.3 Prinsip Fermat

Prinsip Fermat menyatakan bahwa gelombang yang menjalar dari satu titik ke titik yang
lain akan memilih lintasan dengan waktu tempuh tercepat. Prinsip Fermat dapat diaplikasikan
untuk menentukan lintasan sinar dari satu titik ke titik yang lainnya yaitu lintasan yang waktu
tempuhnya bernilai minimum. Dengan diketahuinya lintasan dengan waktu tempuh minimum
maka dapat dilakukan penelusuran jejak sinar yang telah merambat di dalam medium.
Penelusuran jejak sinar seismik ini akan sangat membantu dalam menentukan posisi reflektor di
bawah permukaan. Jejak sinar seismik yang tercepat ini tidaklah selalu berbentuk garis lurus.
(Abdullah, 2007)

Gambar 2.4 Prinsip Fermat


2.3 Trace Seismik

Model dasar dan yang sering digunakan dalam model satu dimensi untuk trace seismik
yaitu mengacu pada model konvolusi yang menyatakan bahwa tiap trace merupakan hasil
konvolusi sederhana dari reflektivitas bumi dengan fungsi sumber seismik ditambah dengan
noise (Russell, 1996). Dalam bentuk persamaan dapat dituliskan sebagai berikut (tanda *
menyatakan konvolusi) :

S(t) = W(t) * r(t) + n(t)

Konvolusi dapat dinyatakan sebagai “penggantian (replacing)” setiap koefisien refleksi


dalam skala wavelet kemudian menjumlahkan hasilnya seperti yang dinyatakan oleh Russell
(1996) : “Convolution can be thought of as “replacing” each reflection coefficient with a scaled
versioan of waletet and summing the result” Sudah diketahui bahwa refleksi utama bersosiasi
dengan perubahan harga impedansi. Selain itu wavelet seismik umumnya lebih panjang
daripada spasi antara kontras impedansi yang menghasilkan koefisien refleksi. Dapat
diperhatikan bahwa konvolusi dengan wavelet cenderung “mereduksi” koefisien refleksi
sehingga mengurangi resolusi untuk memisahkan reflektor yang berdekatan (Sukmono, 1999).

Hasil dari konvolusi ini diilustrasikan dalam gambar dibawah ini.

Gambar 2.5 Konvolusi antara reflektivitas dengan wavelet mengurangi resolusi

2.4 Seismik Refraksi

Metode seismik dikategorikan ke dalam dua bagian yaitu seismik refraksi (seismik bias)
dan seismik refleksi (seismik pantul). Dalam penulisan ini metode yang dibahas hanya sebatas
metode seismik refraksi. Dalam metode seismik refraksi, yang diukur adalah waktu tempuh dari
gelombang dari sumber menuju geophone. Dari bentuk kurva waktu tempuh terhadap jarak,
dapat ditafsirkan kondisi batuan di daerah penelitian.
Keterbatasan metode ini adalah tidak dapat dipergunakan pada daerah dengan kondisi
geologi yang terlalu kompleks. Metode ini telah dipergunakan untuk mendeteksi perlapisan
dangkal dan hasilnya cukup memuaskan. Menurut Sismanto (1999), asumsi dasar yang harus
dipenuhi untuk penelitian perlapisan dangkal yaitu pertama, Medium bumi dianggap berlapis-
lapis dan setiap lapisan menjalarkan gelombang seismik dengan kecepatan yang berbeda beda.
Kedua, Semakin bertambah kedalamannya, batuan lapisan akan semakin kompak. ketiga,
Panjang gelombang seismik lebih kecil daripada ketebalan lapisan bumi. Keempat, Perambatan
gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga mematuhi hukum – hukum dasar
lintasan sinar. Kelima, Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan
kecepatan pada lapisan dibawahnya. Dan terakhir, Kecepatan gelombang bertambah dengan
bertambahnya kedalaman.

Masalah utama dalam pekerjaan geofisika adalah membuat atau melakukan interpretasi
hasil dari survei menjadi data bawah permukaan yang akurat. Data-data waktu dan jarak dari
kurva travel time diterjemahkan menjadi suatu penampang geofisika, dan akhirnya dijadikan
menjadi penampang geologi. Secara umum metode interpretasi seismik refraksi dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu intercept time, delay time method dan
wave front method (Taib, 1984).

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Berikut ini merupakan daftar alat yang digunakan pada praktikum ini:

1. Geophone (24 buah), sebagai penerima gelombang seismik dari source.

2. Palu Godam (1 buah), sebagai pemukul lempengan logam (pencipta


source).

3. Lempengan Logam (1 buah), sebagai alas saat palu godam dipukulkan


(pencipta source).

4. Geosam (1 buah), sebagai pengubah hasil akuisisi sinyal dari receiver ke


komputer operator.

5. Laptop (1 buah), sebagai pemantau apakah hasil akuisisi telah sesuai yang
diharapkan operator atau belum.

6. Aki (Accumulator) (1 buah), sebagai sumber teganga listrik peralatan yang


terlibat pada praktikum.

7. Kabel Trigger (2 buah), sebagai penghubung trigger menuju geosam.


8. Penutup Telinga (1 buah), sebagai alat bantu peredam suara bagi pemukul
palu godam.

9. Ekstensi (2 buah), sebagai penghubung kabel terminal ke geosam.

10. Terminal (24 buah), sebagai penghubung geophone menuju ekstensi.

11. Terminal Trigger (1 buah), sebagai penguhung trigger menuju geosam.

12. Kabel Roll (4 buah, masing-masing 2 tanda merah dan kuning), sebagai
penghubung terminal-terminal jauh (terminal 4, 8, 17 dan 21) ke ekstensi.

13. Kabel Pendek (2 buah, masing-masing bertanda merah dan kuning), sebagai
penguhubung terminal-terminal dekat (terminal 12 dan 13) ke ekstensi.

14. Charger Aki (3 buah), sebagai pengisi daya aki.

15. Meteran (100m dan 20m) (1 buah), sebagai penunjuk bentangan lintasan
akuisisi.

16. Kabel PC (1 buah), sebagai penghubung geosam ke komputer operator.

17. Kabel Aki (1 buah), sebagai penghubung aki dengan geosam.

18. Trigger (1 buah), sebagai receiver pertama yang memicu bekerjanya

geophone lainnya.

19. Handy Talkie (HT) (3 buah), sebagai alat komunikasi antara operator dengan
petugas akuisisi di titik pengukuran.

20. Inverter (1 buah), sebagai penghubung antara aki dengan charger laptop.

21. Global Positioning System (GPS) (1 buah), sebagai plot koordinal lokasi titik
awal dan akhir bentangan lintasan akuisisi.

22. Charger Laptop (1 buah), sebagai penghubung antara inverter dan pengisi
daya komputer operator.

23. Flysheet (3mx4m) (1 buah), sebagai atap basecamp.

Berikut ini merupakan daftar bahan yang digunakan pada praktikum ini:

1. Bolpoin (1 buah), sebagai pencatat manual pada kertas datasheet.

2. Kertas Datasheet (1 buah), sebagai pemuat informasi secara manual terkait


proses akuisisi data.

3.2 Diagram Alir

Berikut ini merupakan diagram alir yang digunakan pada praktikum ini:

Mulai
Membentangkan Meteran

Mendirikan Basecamp

Memasang Geophone dan


Terminal

Menguhubungkan
Terminal ke Ekstensi

Menghubungkan Ekstensi
ke Geosam

Menghubungkan Daya
Aki ke Geosam dan
Komputer Operator

Menghubungkan Trigger
BAB IV
dan Komputer Operator ke
Geosam
PEMBAHASAN

Membuka Software
Pembaca Data Akuisisi
pada Komputer Operator

Pengambilan Data pada


setiap Titik Pengukuran

Buruk
Pengecekan Data Hasil
Akuisisi oleh Operator
Baik
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam akusisii ini menggunakan bentangan sepanjang 120 meter dengan jarak setiap geophone
adalah 5 meter dan shot setiap 1 meter. Penentuan jarak antar geophone dapat dilihat dari
kebutuhan akan tujuan dari pengukuran yang dilakukan dan juga dari jumlah ketersediaan
geophone. Untuk pengambilan shot setiap 1 meter dilakukan agar mendapatkan gelombang
yang merepresentasikan daerah yang diukur dengan lebih baik. Pada pengukuran ini digunakan
3 shot dengan record length selama 2 detik. Berikut merupakan beberapa data yang didapatkan
pada saat pengukuran. Sebelum memasuki tahap pengolahan data dilakukan tahap field QC
(Quality Control) yang bertujuan untuk mengontrol kualitas dari perekaman data seismik
lapangan yang mewakili daerah bawah permukaan. Kualifikasi kualitas raw data dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu good, fair dan poor yang mana semakin tinggi frekuensi sinyal dan
energy serta kandungan noise yang sedikit maka semakin baik data yang dimiliki. Berdasarkan
dari pengukuran seismik yang dilakukan di daerah Gedung Forensik ITS pada 27 Oktober 2019
pukul 10.30 – 17.30 WIB diperoleh raw data dengan kualitas baik atau good. Ada beberapa shot
yang memiliki raw data fair atau bahkan poor yang disebabkan oleh beberapa factor misalnya
adalah dikarenakan ada orang jalan disekitar area pengukuran, terdapt kambing yang melintas,
atau kecepatan memukul yang terlalu cepat. Berikut merupakan beberapa data yang diambil
pada saat pengukuran seismic di daerah Gedung Forensik.

Gambar 1. Kualitas Raw Data Baik (Good)


Gambar 2. Kualitas Raw Data Sedang (Fair)

Gambar 3. Kualitas Raw Data Buruk (Poor)

Diatas merupakan data shot ke 55, urutan pengambilan data pada saat dilapangan adalah yang
pertama dilakukan tiga kali pemukulan pada lempeng dengan record length 2 detik.
Dikarenakan pada saat itu pemukulan dilakukan lebih cepat dari 2 detik maka gelombang yang
tercatat pada seisee adalah pada gambar 2. Kemudian dikarenakan data dinilai tidak cukup baik
maka dilakukan pemukulan ulang yang digambarkan pada gambar 3. Pada gambar 3 terlihat
banyak sekali noise yang tercatat, hal ini dapat terjadikarena pada saat pemukulan kemungkinan
terjadi pergeseran plat atau tanah disekitar tempat pemukulan retak karena kondisi tanah daerah
pengukuran kering dan retak – retak. Kemudian dikarenakan banyak noise yang tercatat
dilakukn pemukulan kembali yang dapat diliht digambar 1 dengan kkualitas baik noise yang
sangat sedikit.
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan dari pratikum seisimik ini adalah :

1. Terdapat tiga jenis kualitas data seismic ( good, pair, dan poor), dan data yang didapat
dominan good, dikarenakan sourcenya tidak menghasilkan multiple dan noise eksternal
seperti getaran dari sumber lain sangat minim.
2. Pengambilan data akusisisi di di daerah Gedung Forensik ITS memiliki banyak kendala,
seperti tanahnya merupakan tanah urukan dan memiliki banyak rekah (akibatnya
penancapan geophone dan trigger sedikit dipersulit)
3. Record length yang dipakai sebesar 4 milisekon dengan tujuan agar perekaman
gelombang seismic memiliki sasaran yang tidak terlalu dalam, disamping jenis tanahnya
yang lapuk dan transfer energy dari source yang optimal ,sehingga tidak terlalu
memakan banyak memori
4. Sampling rate yang digunakan sebesar dua sekon, dengan tujuan gambar data yang
lebih rapat dan jelas
5. Source yang dipakai sebanyak 120 bertujuan untuk mendapatkan hasil data akusisi yang
lebih presisi.
Referensi

Taib,M.I.T., 1985, Engineering Seismology, Institut Teknologi Bandung Press, Bandung.

Sismanto, 1999, Eksplorasi Dengan Menggunakan Sesimik Refraksi, UGM, Yogyakarta.

Russell. 1996. “Introduction To Seismic Inversion Methods”

S. Sukmono, 2002. “Seismik Inversi untuk Karakterisasi Reservoar,” Bandung, 2000.

Abdullah, A. 2007. “Ensiklopedi seismik”.

Sheriff, R. E. dan Lloyd P. G.. 1995. Exploration Seismology. Boston: Cambridge University
Press

Hutabarat, R.G. 2009. Integrasi Inversi Seismik dengan Atribut Amplitudo Seismik untuk
Memetakan Distribusi Reservoar pada Lapangan Blackfoot. Universitas Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai