Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLISTRIK

METODE VES

OLEH :
Urbatut Thayyibah 03411740000007
Vahira Tri Kemalasari 03411740000011
Rizha Rizky Aisyah 03411740000015
Pranata Setiawan 03411740000018
Muthi’ul Padlilah 03411740000032
Arham Zakki Edelo 03411740000033
Zaid Syaiful Fatih 03411740000037
Joana Maria Sarmento 03411740007001
Paulino Da Costa D J 03411740007004

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geofisika adalah ilmu yang mempelajari struktur bawah permukaan bumi dengan
memanfaatkan parameter-parameter dari bumi itu sendiri yang menggunakan teori fisika
dan geologi. Dalam pengaplikasiannya metode geofisika ini menggunakan sumber-sumber
pengukuran yang berbeda-beda. Salah satu contohnya adalah sifat kelistrikan pada bumi.
Metode geofisika yang memanfaatkan sifat kelistrikan bumi contohnya adalah geolistrik.
Metode geolistrik merupakan metode yang umum digunakan untuk mengetahui
kondisi di bawah permukaan bumi. Metode Vertical Electrical Sounding (VES) adalah
salah satu bagian dari metode geolistrik dimana dengan menggunakan metode ini dapat
menghasilkan profil bawah permukaan secara vertikal pada suatu titik pengamatan.
Konfigurasi yang sering digunakan untuk melakukan VES adalah Konfigurasi
Schlumberger. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan air tanah pada
batuan. Informasi kondisi bawah permukaan yang dihasilkan dengan menggunakan metode
ini sulit untuk dibuktikan akurasinya. Terdapat beberapa kondisi bawah permukaan yang
dapat mempengaruhi hasil interpretasi dari metode ini seperti keberadaan air tanah,
ketebalan lapisan, dan struktur bawah permukaan. Pengaruh dari faktor-faktor tersebut
dalam interpetasi kondisi bawah permukaan belum dapat diidentifikasi apabila belum
dilakukan pengeboran secara langsung. Selain itu ketepatan dalam prosedur pengambilan
data di lapangan juga dapat mempengaruhi hasil pengukuran dan interpretasi.
Daerah Kabupaten Serang terletak di pesisir utara Provinsi Banten yang terletak
diantara Cilegon dan Tangerang. Daerah penelitian tersusun atas dua formasi geologi, yaitu
endapan aluvial kuarter (Qa; pasir dan kerikil bersusunan andesitan serta fragmen
batugamping) di sepanjang pesisir utara, endapan tufa Banten (Qpvb; Tuf, breksi batu-
apung dan batupasir tufaan) yang menutupi sebagian besar wilayah Kabupaten Serang.
Dengan demikian mengingat betapa pentingnya pengukuran dengan metode VES (Vertical
Electrical Sounding), maka dalam laporan ini akan dibahas mengenai interpretasi data VES
dari Cekungan Air Tanah Serang.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang dapat dirumuskan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengolahan data pengukuran metode VES sehingga diperoleh penampang
melalui satu titik dan gabungan seluruh titik pengukuran?
2. Berapa persentase nilai kesalahan maksimal (RMS error) dari pemodelan yang masih
dapat menggambarkan nilai ketebalan lapisan yang akurat dalam penggunaan metode
resistivitas VES Schlumberger?
3. Bagaimana interpretasi kondisi geologi bawah permukaan dan litologi batuan yang
terdapat di Cekungan Air Tanah (CAT) Serang tersebut?
1.3 Tujuan
Pada praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengolahan data pengukuran metode VES sehingga diperoleh penampang
melalui satu titik dan gabungan seluruh titik pengukuran.
2. Mengetahui presentase nilai kesalahan maksimal (RMS error) dari pemodelan yang
menggambarkan nilai ketebalan lapisan dengan metode resistivitas VES Schlumberger.
3. Menjelaskan kondisi geologi bawah permukaan yang terdapat di Cekungan Air Tanah
(CAT) Serang.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Gambaran Wilayah Penelitian
Ditinjau dari batuannya, sebagian besar Serang Tenggara tersusun oleh aluvium dan
tuf. Material aluvium berada pada topografi datar hingga landau dengan tekstur dominan
lempung yang dihasilkan oleh endapan hasil proses denudasi gunungapi. Berdasarkan
hidrogeologinya, Serang Tenggara merupakan bagian dari Cekungan Airtanah (CAT)
Serang-Tangerang. Cekungan Airtanah ini merupakan cekungan airtanah terluas di Provinsi
Banten, meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Serang, Kabupaten Serang,
Kota Cilegon, sebagian Kabupaten Lebak dan sebagian Kabupaten Pandeglang.

Gambar 1 Peta geologi Kabupaten Serang, dengan daerah penelitian dalam kotak hitam.
Peta geologi disusun berdasarkan Rusmana et al. (1991).
Daerah Kabupaten Serang terletak di pesisir utara Provinsi Banten yang terletak
diantara Cilegon dan Tangerang. Secara umum, menurut van Bemmelen (1949), Kota dan
Kabupaten Serang terletak di dataran Aluvial Jawa Barat Utara atau dataran Pantai Jakarta
serta sebagian kecil berada di daerah antiklinorium Bogor. Daerah penelitian tersusun atas
dua formasi geologi, yaitu endapan aluvial kuarter (Qa) di sepanjang pesisir utara, endapan
tufa Banten (Qpvb) yang menutupi sebagian besar wilayah Kabupaten Serang.
a. Formasi Tufa Banten (Qpvb)
Tuf, breksi batu-apung dan batupasir tufaan. Tuf terdiri dari tuf kaca, tuf kaca dan
tufhablur. Tuf kaca, kelabu; terdiri dari masadasar kaca halus dengan fenokris felspar,
mineral mafik dan sedikit kuarsa; bersusunan andesit; umumnya mengandung batuapung.
Tuf sela, kelabu gelap, terutama ter-diri dari kepingan andesit dan batuapung serta sedikit
felspar dan tuf halus sebagai masadasar. Tuf hablur, kelabu pulih; tersusun dari felspar,
mika, mineral mafik, kaca dan sedikit kepingan andesit serta batuapung. Batupasir tufaan,
putih kelabu, berbutir menengah sampai kasar, agak padat, mengandung batuapung, Breksi
batuapung, berkomponen batuapung (5 - 10 cm); andesit dengan masadasar tuf berbutir
halus sampai kasar. Umur satuan ini diperkirakan Plistosen Awal bagian atas tebalnya
diduga melebihi 200 m.
b. Formasi Alluvium (Qa)
Formasi alluvium merupakan endapan material lepas terdiri dari kerakal, kerikil dan
lempung yang proses pengendapannya masih berlangsung sampai sekarang (Holosen).
Satuan ini menghampar luas di bagian utara dan sepanjang sungai-sungai utama Sebaran
endapan sungai terlihat secara baik di lembah K. Cisadane dan menempati hampir sepertiga
daerah penyelidikan. Endapan aluvial sungai terutama terdiri atas pasir dan kerikil
bersusunan andesitan serta fragmen batugamping, sebagai hasil rombakan (reworked) dari
satuan batuan yang lebih tua.
2.2 Metode Geolistrik Resistivitas
Metode geolistrik resistivitas merupakan salah satu metode yang paling umum
digunakan dalam eksplorasi geolistrik. Metode ini digunakan untuk menggambarkan
keadaan bawah permukaan dengan mempelajari resistivitas listrik dari lapisan batuan di
dalam bumi, dimana bumi tersusun atas batuan yang memiliki daya hantar listrik yang
berbeda-beda. Pada metode ini arus listrik dialirkan ke dalam lapisan bumi melalui dua
buah elektroda potensial. Dengan diketahuinya harga arus potensialnya maka bisa
ditentukan nilai resistivitasnya. Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa bumi
mempunyai sifat homogen isotropis. Dengan asumsi ini, tahanan jenis yang terukur
merupakan tahanan jenis yang terukur merupakan tahanan jenis yang sebenarnya dan tidak
tergantung pada spasi elektroda. Namun pada kenyataannya, bumi terdiri atas lapisan-
lapisan dengan tahanan jenis yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur
merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Dengan demikian tahanan jenis yang
terukur bukan merupakan harga tahanan jenis untuk satu lapisan saja, terutama untuk spasi
elektroda yang lebar. Dalam hal ini yang terukur adalah tahanan jenis semu (apparent
resistivity ρa).
2.3 Metode Vertical Electrical Sounding (VES)
Berdasarkan teknik pengukuran geolistrik, dikenal dua teknik pengukuran yaitu
metode geolistrik resistivitas mapping dan sounding. Metode geolistrik resistivitas
sounding bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah permukaan
secara vertikal. Pada metode ini, pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan
jalan mengubah-ubah jarak elektroda. Perubahan jarak elektroda dilakukan dari jarak
elektroda kecil kemudian membesar secara gradual. Biasanya penelitian yang
menggunakan metode geolistrik VES adalah untuk memantau kondisi akuifer secara
vertikal. Hal ini dikarenakan kemampuan VES untuk pendugaan skala vertikal yang baik.
Karena metode ini bertujuan untuk melihat gambaran umum akuifer dan persebaran
airtanah asin, maka titik pendugaan geolistrik metode VES ini akan dilakukan di beberapa
titik di wilayah penelitian secara merata. Metode VES digunakan untuk menduga lapisan-
lapisan material di bawah permukaan bumi berdasarkan sifat resistivitasnya (Telford et al.,
2004). Nilai resistivitas (ρ) dihitung berdasarkan data arus listrik (I) dan beda potensial (V)
yang diperoleh di lapangan (Allred et al., 2008). Data arus listrik dan beda potensial
diperoleh dari injeksi arus listrik ke bawah permukaan Bumi melalui pasangan elektroda
arus (C1,C2) dan elektroda potensial (P1, P2) (Loke, 2000). Pada metode ini, digunakan
konfigurasi schlumberger.

Gambar 2. Susunan Elektroda Konfigurasi Schlumberger


2.4 Resistivitas Batuan dan Faktor Yang Mempengaruhi
Harga tahanan jenis batuan tergantung pada macam-macam materialnya, densitas,
porositas, ukuran dan bentuk pori-pori batuan, kandungan air, serta kualitas dan suhu.
Dengan demikian tidak ada kepastian harga tahanan jenis untuk setiap macam batuan pada
akuifer yang terdiri dari material lepas. Variasi resistivitas material bumi ditunjukkan oleh:

Tabel 1. Nilai resistivitas material bumi (batuan dan mineral)(Telford, 1974).


Faktor yang mempengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah :
1. Ukuran butir penyusun batuan, semakin kecil butir batuan makakelolosan arus akan
semakin baik, sehingga mereduksi nilai resitivitas tanah.
2. Kandungan air, air tanah, atau air permukaan merupakan media yang mereduksi nilai
tahanan jenis.
3. Kepadatan, semakin padat batuan maka nilai resistivitas akan semakin tinggi pula.
4. Kelarutan garam dalam air di dalam batuan akan mengakibatkanmeningkatnya
kandungan ion di dalam air, sehingga berfungsi sebagaikonduktor.
5. Komposisi mineral dari batuan, semakin meningkat kandungan mineral clay (lempung)
akan mengakibatkan menurunnya nilai resistivitas.

2.5 Sifat Batuan Terhadap Airtanah


Menurut Krusseman (Bakri, 2003) ditinjau dari sifat dan prilaku batuan terhadap air tanah
terutama sifat fisik, struktur dan tekstur maka batuan dapat dibedakan kedalam 4 (empat)
macam :
1. Akuifer adalah lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga
dapat meyimpan dan mengalirkan air tanah yang cukup berarti seperti batu pasir,
dan batugamping
2. Akuiklud adalah lapisan batuan yang dapat meyimpan air akan tetapi tidak dapat
mengalirkan air tanah dalam jumlah yang cukup berarti seperti lempung, shale, tuf
halus
3. Akuitar adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi hanya dapat
mengalirkan air tanah dalam jumlah yang sangat terbatas seperti basal scoria, serpih,
napal, dan batulempung
4. Akuiflug adalah lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air
tanah seperti batuan beku dan batuan metamorf dan kalaupun ada air pada lapisan
batuan tersebut hanya terdapat pada kekar atau rekahan batuan saja.
BAB III
METODOLOGI
1.1 Alat dan Bahan
Dalam pengolahan data penelitian ini, berikut merupakan alat dan bahan yang
diperlukan adalah laptop yang telah terinstall software Microsoft Excel, IPI2WIN, IPI_res3,
dan Surfer 14.
1.2 Alur Kerja
Adapun alur kerja yang dilakukan dalam pengolahan data VES ini disampaikan
dengan menggunakan diagram alir sebagai berikut:

Gambar 3. Diagram Pengolahan Data Metode VES


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai keadaan lapisan batuan dibawah
permukaan. Berikut hasil pengolahan data untuk masing-masing titik pendugaan :
➢ Titik duga GL-66

Penampang titik GL-66


Tabel 4.4 Interpretasi Nilai Tahanan Jenis Titik Duga GL 66
NILAI
KEDALAMAN TEBAL INTERPRETAS
LAPISAN TAHANAN HIDROGEOLOGI
(m) (m) I LITOLOGI
JENIS (Ωm)
1 0 - 0,572 0,572 181 Topsoil -
2 0,572 - 5,06 4,49 22,2 Batuan Lempung Akuitard
3 5,06 - 33,5 28,4 6,86 Lempung Akuiklud
4 33,5 - 64,1 30,6 3,4 Lempung Akuiklud
5 64,1 - 102 37,7 54,5 Batuan Pasir Akuifer
6 102 - ~ ~ 0,139 Lempung Akuiklud

Hasil pengolahan geolistrik di titik duga GL-66 dengan metode sclumberger mempunyai
hasil resistivitas yang cukup bervariasi yaitu rentang 3,4 ohm.m – 181 ohm.m. Pada titik
pengukuran ini diperoleh 6 lapisan. Dilihat dari nilai resistivitas nya, maka dapat ditentukan
jenis litologinya. Pada lapisan pertama merupakan batuan lempung dengan nilai resistivitas
22,2 ohm.m. Karena batuan lempung dapat menyimpan air namun hanya mampu
mengalirkan air dalam jumlah terbatas, maka diduga hidrogeologi lapisan tersebut
merupakan akuitar. Kemudian pada lapisan ketiga, keempat, dan keenam memiliki nilai
resistivitas <10 ohm.m sehingga diduga merupakan lempung (tanah lempung). karena
batuan tersebut dapat menyimpan air, namun tidak dapat meloloskan air dalam kadar yang
cukup., maka diduga hidrogeologi lapisan tersebut merupakan akuiklud. Pada lapisan
kelima diduga merupakan batuan pasir dengan nilai resistivitas 54,5 ohm.m pada
kedalaman 64,1 – 102 ohm.m, karena batuan tersebut dapat menyimpan dan mengalirkan
air, maka diduga hidrogeologi lapisan tersebut merupakan akuifer.
➢ Titik duga 68

Penampang titik GL 68
Tabel 4.5 Interpretasi Nilai Tahanan Jenis Titik Duga GL 68
NILAI
KEDALAMAN TEBAL INTERPRETASI
LAPISAN TAHANAN HIDROGEOLOGI
(m) (m) LITOLOGI
JENIS (Ωm)
1 0 - 1,28 1,28 42,6 Topsoil -
2 1,28 - 2,61 1,33 10,2 Lempung Akuiklud
3 2,61 - 4,06 1,45 55,6 Batuan pasir Akuifer
4 4,06 - 46,2 42,1 7,46 Lempung Akuiklud
5 46,2 - ~ ~ 10,3 Lempung Akuiklud

Hasil pengolahan geolistrik di titik duga GL-68 dengan metode sclumberger mempunyai
hasil resistivitas yang cukup bervariasi yaitu rentang 7,46 ohm.m – 55,6 ohm.m. Pada titik
pengukuran ini diperoleh 5 lapisan. Dilihat dari nilai resistivitas nya, maka dapat ditentukan
jenis litologinya. Pada lapisan pertama, keempat, dan kelima memiliki nilai resistivitas
kisaran 10 ohm.m sehingga diduga merupakan lempung (tanah lempung). Karena batuan
tersebut dapat menyimpan air, namun tidak dapat meloloskan air dalam kadar yang cukup,
maka diduga hidrogeologi lapisan tersebut merupakan akuiklud. Pada lapisan ketiga diduga
merupakan batuan pasir dengan nilai resistivitas 55,6 ohm.m pada kedalaman 2,61 – 4,06
ohm.m, karena batuan tersebut dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah, maka
diduga hidrogeologi lapisan tersebut merupakan akuifer.

➢ Titik duga 74
Penampang titik GL 74

Tabel 4.5 Interpretasi Nilai Tahanan Jenis Titik Duga GL 74


NILAI
LAPIS KEDALAMAN TEBAL INTERPRETASI
TAHANAN HIDROGEOLOGI
AN (m) (m) LITOLOGI
JENIS (Ωm)
1 0 - 0,9 0,9 50 Topsoil -
2 0,9 - 8,12 7,22 17,8 Lempung pasiran Akuifer
3 8,12 - 16,8 8,68 8,04 Lempung Akuiklud
4 16,8 - 34,8 18 27,2 Batuan lempung Akuitar
5 34,8 - 72,3 37,4 6,02 Lempung Akuiklud
6 72,3 - ~ ~ 22,5 Batuan lempung Akuitar

Hasil pengolahan geolistrik di titik duga GL-74 dengan metode sclumberger mempunyai
hasil resistivitas yang cukup bervariasi yaitu rentang 6,02 ohm.m – 50 ohm.m. Pada titik
pengukuran ini diperoleh 6 lapisan. Dilihat dari nilai resistivitas nya, maka dapat ditentukan
jenis litologinya. Pada lapisan kedua merupakan lempung pasiran dengan nilai resistivitas
17,8 ohm.m. Karena batuan tersebut dapat menyimpan dan mengalirkan air, maka diduga
hidrogeologi lapisan tersebut merupakan akuifer. Kemudian pada lapisan ketiga dan kelima
memiliki nilai resistivitas <10 ohm.m sehingga diduga merupakan lempung (tanah
lempung). Karena batuan tersebut dapat menyimpan air, namun tidak dapat meloloskan air
dalam kadar yang cukup, maka diduga hidrogeologi lapisan tersebut merupakan akuiklud.
Pada lapisan keempat dan keenam diduga merupakan batuan lempung, karena batuan
lempung dapat menyimpan air namun hanya mampu mengalirkan air dalam jumlah
terbatas, maka diduga hidrogeologi lapisan tersebut merupakan akuitar.

➢ Titik duga 119


Penampang titik GL 119

Tabel 4.5 Interpretasi Nilai Tahanan Jenis Titik Duga GL 119


NILAI
KEDALAMAN TEBAL TAHANAN INTERPRETASI
LAPISAN HIDROGEOLOGI
(m) (m) JENIS LITOLOGI
(Ωm)
1 0 - 0,843 0,843 23 Topsoil -
2 0,843 - 6,39 5,55 7,98 Lempung Akuiklud
3 6,39 - 13,5 7,06 96,6 Batuan pasir Akuifer
4 13,5 - 30 16,6 7 Lempung Akuiklud
5 30 - 67,1 37 53,2 Batupasir Akuifer
6 67,1 ~ ~ 0,963 Lempung Akuiklud
Hasil pengolahan geolistrik di titik duga GL-119 dengan metode sclumberger mempunyai
hasil resistivitas yang cukup bervariasi yaitu rentang 0,963 ohm.m – 96,6 ohm.m. Pada titik
pengukuran ini diperoleh 6 lapisan. Dilihat dari nilai resistivitas nya, maka dapat ditentukan
jenis litologinya. Pada lapisan kedua, keempat, dan keenam merupakan lempung (tanah
lempung). karena batuan tersebut dapat menyimpan air, namun tidak dapat meloloskan air
dalam kadar yang cukup, maka diduga hidrogeologi lapisan tersebut merupakan akuiklud.
Kemudian pada lapisan ketiga dan kelima memiliki nilai 50-100 ohm.m sehingga diduga
merupakan batuan pasir, karena batuan tersebut dapat menyimpan dan mengalirkan air
dalam jumlah, maka diduga hidrogeologi lapisan tersebut merupakan akuifer.

➢ Titik duga 158

Penampang titik GL 158


Tabel 4.5 Interpretasi Nilai Tahanan Jenis Titik Duga GL 158
NILAI
LAPISA KEDALAMAN TEBAL INTERPRETASI
TAHANAN HIDROGEOLOGI
N (m) (m) LITOLOGI
JENIS (Ωm)
1 0 - 1,58 1,58 23,4 Topsoil -
2 1,58 - 40,1 38,5 102 Batuan pasir Akuifer
3 40,1 - 146 106 19,6 Lempung pasiran Akuifer
4 146 - ~ ~ 10,2 Lempung Akuiklud
Hasil pengolahan geolistrik di titik duga GL-158 dengan metode sclumberger mempunyai
hasil resistivitas yang cukup bervariasi yaitu rentang 10,2 ohm.m – 23,4 ohm.m. Pada titik
pengukuran ini diperoleh 4 lapisan. Dilihat dari nilai resistivitas nya, maka dapat ditentukan
jenis litologinya. Pada lapisan kedua merupakan batuan pasir dengan nilai resistivitas 102
ohm.m. Karena batuan tersebut dapat menyimpan dan mengalirkan air, maka diduga
hidrogeologi lapisan tersebut merupakan akuifer. Kemudian pada lapisan ketiga memiliki
nilai resistivitas 19,6 ohm.m sehingga diduga merupakan lempung pasiran. Karena batuan
tersebut dapat menyimpan dan mengalirkan air, maka diduga hidrogeologi lapisan tersebut
merupakan akuifer. Pada lapisan keempat diduga merupakan batuan lempung dengan nilai
resistivitas 10,2 dan diduga hidrogeologi lapisan tersebut merupakan akuiklud.

➢ Titik duga 159


Penampang titik GL 159

Tabel 4.5 Interpretasi Nilai Tahanan Jenis Titik Duga GL 159


NILAI
KEDALAMAN TEBAL INTERPRETASI
LAPISAN TAHANAN HIDROGEOLOGI
(m) (m) LITOLOGI
JENIS (Ωm)
1 0 - 1,55 1,55 24,6 Topsoil -
2 1,55 - 3,19 1,64 80,3 Batuan pasir Akuifer
3 3,19 - 36,5 33,3 99,1 Batuan pasir Akuifer
4 36,5 64 27,5 34,8 Batuan lempung Akuitar
5 64 132 67,8 23,5 Batuan lempung Akuitar
6 132 ~ ~ 7,24 Lempung Akuiklud

Hasil pengolahan geolistrik di titik duga GL-159 dengan metode sclumberger mempunyai
hasil resistivitas yang cukup bervariasi yaitu rentang 7,24 ohm.m – 99,1 ohm.m. Pada titik
pengukuran ini diperoleh 6 lapisan. Dilihat dari nilai resistivitas nya, maka dapat ditentukan
jenis litologinya. Pada lapisan kedua dan ketiga merupakan batuan pasir dengan range nilai
resistivitas 50-100 ohm.m. Karena batuan tersebut dapat menyimpan dan mengalirkan air,
maka diduga hidrogeologi lapisan tersebut merupakan akuifer. Kemudian pada lapisan
keempat dan kelima memiliki nilai resistivitas 20-40 ohm.m sehingga diduga merupakan
batuan lempung. Karena batuan lempung dapat menyimpan air namun hanya mampu
mengalirkan air dalam jumlah terbatas, maka diduga hidrogeologi lapisan tersebut
merupakan akuitar. Pada lapisan keenam diduga merupakan lempung dengan nilai
resistivitas <10 ohm.m dan diduga hidrogeologi lapisan tersebut merupakan akuiklud.

➢ Titik duga 160

Penampang titik GL 160


Tabel 4.5 Interpretasi Nilai Tahanan Jenis Titik Duga GL 160
NILAI
LAPIS KEDALAMAN TEBAL INTERPRETASI
TAHANAN HIDROGEOLOGI
AN (m) (m) LITOLOGI
JENIS (Ωm)
1 0 - 1,96 1,96 28,9 Topsoil -
2 1,96 - 9,69 7,73 143 Pasir tufaan Akuifer
3 9,69 - 46,4 3,7 72,2 Batuan pasir Akuifer
4 46,4 - ~ ~ 15,2 Lempung pasiran Akuifer
Hasil pengolahan geolistrik di titik duga GL-160 dengan metode sclumberger mempunyai
hasil resistivitas yang bervariasi. Dari mulai resistivitas tertinggi 143 ohm yang berada pada
kedalaman 1,96-9,69 m dari permukaan tanah. Mempunyai resistivitas terendah 15,2 ohm
yang berada pada kedalaman 46,6-tak hingga. Pada pengukuran ini mempunyai resistivitas
15,2-143 ohm. Batuan yang mungkin pada rentang resistivitas ini yakni Pasir Tufaan,
Batuan Pasir, dan Lempung Pasiran. Pada titik ini diduga merupakan Pasir Tufaan, Batuan
Pasir, dan Lempung Pasiran dapat menyimpan dan mengalirkan air, maka diduga
hidrogeologi lapisan yaitu akuifer.

➢ Titik duga 161

Penampang titik GL 161


Tabel 4.5 Interpretasi Nilai Tahanan Jenis Titik Duga GL 161
NILAI
KEDALAMAN TEBAL TAHANAN INTERPRETASI
LAPISAN HIDROGEOLOGI
(m) (m) JENIS LITOLOGI
(Ωm)
1 0 - 1,15 1,15 22,6 Topsoil -
2 1,15 - 9,77 8,62 66,3 Batuan pasir Akuifer
3 9,77 - 27,1 17,3 79,9 Batuan pasir Akuifer
4 27,1 - 49,6 22,5 55,1 Batuan pasir Akuifer
5 49,6 - 77,1 27,5 85,2 Batuan pasir Akuifer
6 77,1 - ~ ~ 11,3 Lempung pasiran Akuifer
Hasil pengolahan geolistrik di titik duga GL-161 dengan metode sclumberger mempunyai
hasil resistivitas yang bervariasi. Dari mulai resistivitas tertinggi 85,2 ohm yang berada
pada kedalaman 49,5 – 77,1 m dari permukaan tanah. Mempunyai resistivitas terendah
11,3 ohm yang berada pada kedalaman 77,1 – tak hingga. Pada pengukuran ini mempunyai
resistivitas 11,3-85,2 ohm. Batuan yang mungkin pada rentang resistivitas ini yakni Batuan
pasir, dan Lempung Pasir. Pada titik ini diduga merupakan Batuan Pasir, dan Lempung
Pasiran mempunyai sifat dapat menyimpan dan mengalirkan air, sehingga diduga hidrologi
lapisan diduga merupakan akuifer.

➢ Titik duga 162

Penampang titik GL 162


Tabel 4.5 Interpretasi Nilai Tahanan Jenis Titik Duga GL 162
NILAI
LAPISA KEDALAMAN TEBAL INTERPRETASI
TAHANAN HIDROGEOLOGI
N (m) (m) LITOLOGI
JENIS (Ωm)
1 0 - 3,48 3,48 92,5 Topsoil -
2 3,48 - 7,23 3,75 31,4 Batuan lempung Akuitar
3 7,23 - 21,9 14,7 192 Pasir Tufaan Akuifer
4 21,9 - 35,4 13,5 141 Pasir Tufaan Akuifer
35,4 ~ ~ 17 Lempung pasiran Akuifer

Hasil pengolahan geolistrik di titik duga GL-162 dengan metode sclumberger mempunyai
hasil resistivitas yang bervariasi. Dari mulai resistivitas tertinggi 92,5 ohm yang berada
pada kedalaman 0-34,8 m dari permukaan tanah. Mempunyai resistivitas terendah 17 ohm
yang berada pada kedalaman 35,4 m. Pada pengukuran ini mempunyai resistivitas 17-192
ohm. Batuan yang mungkin pada rentang resistivitas ini yakni Topsoil, Batuan Lempung,
Pasir Tufaan, dan Lempung Pasiran. Pada lapisan kedua merupakan batuan lempung,
dikarenakan batuan lempung dapat menyimpan air dalam jumlah terbatas, maka diduga
lapisan kedua merupakan akuitar. Sedangkan lapisan ketiga sampai lapisan tak terhingga
merupakan pasir tufaan, dan lempung pasiran, karena batuan ini dapat menyimpan air,
maka diduga hidrologi lapisan tersebut merupakan akuifer.

Setelah dibuat dugaan litologi sesuai range resistivitasnya maka dengan Software
Surfer 14 dibuat korelasi pertitik di sesuaikan dengan elevasi titik mulai soundingnya.
Mulai dari kiri merupakan titik- titik sounding dengan ururtan 158, 159, 160, 162, 161, 119,
74, 88, dan 66. Melalui Surfer dubuat garis bantu dalam mengkorelasikan antar titik
sounding, acuan utama dalam pengkorelasian ini tentu keseragaman litologi namun tetap
memerhatikan kaidah geologi. Kemudian dilakukan korelasi semua titik sounding untuk
membuat dugaan lapisan dengan menggunakan software Surfer 14, dan hasilnya adalah
sebagai berikut,
Figure 2 korelasi semua titik untuk dugaan model lapisan
Lingkaran kuning diasumsikan merupakan zona terinfitrasi air, dimana sifat batu
pasir dan tufa sebagai akuifer yang sangat baik dalam menyimpan dan mengalirkan fluida..
Zona ini dapat diasumsikan lebih lanjut sebagai Unconfined akuifer (Akuifer bebas),
merupakan,suatu akuifer dimana muka air tanah merupakan bidang batas sebelah atas dari
zona jenuh air. Air tanah yang terdapat pada lapisan akuifer ini disebut air tanah tidak
tertekan dimana muka air tanahnya disebut muka air tanah pheartik . sementara lingkaran
merah kami asumsikan merupakan zona akuifer tertekan atau confined akuifer yang
tersusun oleh batu pasir dengan resistivitas 50-100 ohm.meter. asumsi ini muncul akibat
sifat lapisan batuan yang mengapit lapisan batuan pasir itu merupakan lempung dengan
sifat impermeabelnya yang tinggi. Meskipun begitu lapisan batu lempung pada bagian atas
masih dapat mengalirkan fluia meskipun dalam jumlah sedikit, sehingga dapat meneruskan
fluida menuju lapisan confide akuifer dibawahnya.

Selain itu, diperoleh hasil korelasi gabungan seluruh titik dengan menginput data elevasi
menggunakan IPI2WIN sehingga diperoleh sebagai berikut

Figure 3 Cross Section Resistivity gabungan korelasi semua titik

Gambar diatas merupakan cross-section resistivity. Melalui grafis tersebut kita bisa melihat
seberapa besar nilai resistivitas sebenarnya dan berapa kedalaman dari masing-masing
lapisan. Perbedaan nilai resistivitas sebenarnya ini pada analisa kami menunjukan adanya
perbedaan litologi, contohnya pada data GL158 terdapat 4 warna yaitu hijau pada lapisan
pertama yang menunjukan nilai resistivitas sebenarnya dengan nilai sekitar 20-22 ohm.m
diduga merupakan batu lempung kemudian dibawahnya lapisan disimbolkan dengan warna
merah dengan nilai resistivitas kisaran 100-140 ohm.meter diduga merupakan batu pasir
tufaan, kemudian dibawahnya kembali disimbolkan dengan warna hijau dengan kisaran
resistivitas 20-22 ohm.m diduga kembali merupakan batu lempung dan pada lapisan
terbawah merupakan lempung dengan kisaran harga resistivitas 7-12 ohm.meter.
BAB V
KESIMPULAN

Setelah data diolah dengan menggunakan beberapa Software, yakbi IP2Win, IP


Res3, dan Surfer 14. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan bantuan informasi berupa
kondisi Kabupaten Serang, dominasi material batuan pada titik sounding adalah tufa, breksi
batu-apung dan batupasir tufaan yang terkonfirmasi pada Formasi Qpvb. Lalu pasa formasi
Qa terdapat material berupa kerakal, kerikil dan lempung yang proses pengendapannya
masih berlangsung hingga sekarang. Terdapat zona prediksi dengan bentuk lapisan yang
miring serta didapati adanya cekungan dengan sifat impermeabel lempung lanauan
dibawahnya. Yang membuat fluida atau air mudah tersimpan di zona cekungan batu pasir
diatasnya. Zona ini dapat diasumsikan lebih lanjut sebagai topsoil. Dengan nilai range
resistivitas air tanah yang terukur sebagai pendukung asumsi berkisar 30 – 100 ohm.meter
DAFTAR PUSTAKA
https://desdm.bantenprov.go.id/read/berkala/111/Peta-Cekungan-Air-Tanah-Banten.html
https://desdm.bantenprov.go.id/read/berita/195/AIR-TANAH-KOTA-TANGERANG-
SELATAN.html
Aryanto, M. 2018. Aplikasi Geolistrik Untuk Menentukan Potensi Akuifer Air Tanah:
Studi Kasus Di Kecamatan Masaran, Kecamatan Kedawung Dan Kecamatan
Sidoharjo Kabupaten Sragen. Proceeding, Kongres & Pertemuan Ilmiah Tahunan Ke-
2 Perhimpunan Ahli Airtanah Indonesia (Pit-Paai) 13 – 15 September 2017,
Yogyakarta
Mohammad, F., Mardiana, U., Yuniardi, Y., dan Alfadli, M. Geometri Akuifer
Berdasarkan Data Geolistrik Dan Sumur Pemboran Di Daerah Jasinga, Kecamatan
Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jurnal Bulletin of Scientific Contribution,
Volume 15, Nomor 3, Desember 2017 : 223 – 232
Solichin, M., Asmaranto, R., dan Pratiwi, S. Penerapan Program Resistivity 2d Untuk
Analisa Potensi Airtanah Di Cekungan Airtanah Pasuruan.
Suyarto, R. Kajian Akifer Di Kecamatan Denpasar Barat Provinsi Bali. Jurnal BLJE Vol 12
No 1
Telford, W. & Sheriff, 1990. Applied Geophysics. London: Cambridge University.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai