Anda di halaman 1dari 9

NAMA : JEFFRI NORRIS

NIM : F1D213010
PRODI : TEKNIK GEOLOGI
Ruang Lingkup Geofisika dalam Kegiatan Eksplorasi

Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan kaidah atau
prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga meteorologi, elektrisitas atmosferis dan fisika
ionosfer. Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan
pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di
dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah
permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horisontal.

Bumi sebagai tempat tinggal manusia secara alami menyediakan sumber daya alam yang
berlimpah. Kekayaan sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, Keterbatasan ilmu untuk
mengolah sumberdaya alam tersebut memang menjadi kendala bagi kita untuk melakukan
eksplorasi terhadap kekayaan alam yang kita miliki tersebut. Sehingga kita merasa perlu untuk
mempelajari cara atau metode untuk mengungkap suatu informasi yang terdapat di dalam perut
bumi. Salah satu cara atau metode untuk memperoleh informasi tersebut adalah dengan
menggunakan metode survei geofisika. Survei geofisika yang sering dilakukan selama ini antara
lain

1. Metode Gravity
2. Metode Resistivity
3. Metode Magnetik
4. Metode Seismik Refraksi

1. METODE GRAVITY

Metode Gravity adalah salah satu metode eksplorasi dalam geofisika, yang memenfaatkan sifat
daya tarik antar benda yang didapat dari densitasnya, jadi prinsip eksplorasi dengan metode gravity
ini yaitu mencari anomali gravity pada subsurface. Metoda ini jarang digunakan pada tahapan
lanjut eksplorasi bijih, namun cukup baik digunakan untuk mendefinisikan daerah target spesifik
untuk selanjutnya disurvei dengan metoda-metoda geofisika lain yang lebih detil. Metode ini lebih
sering digunakan untuk menemukan oil trap yang berupa cebakan struktur dengan menggunakan
lintasan penampang.

Adanya variasi medan gravitasi bumi ditimbulkan oleh adanya perbedaan rapat massa
(density) antar batuan. Adanya suatu sumber yang berupa suatu massa (masif, lensa, atau bongkah
besar) di bawah permukaan akan menyebabkan terjadinya gangguan medan gaya berat (relatif).
Adanya gangguan ini disebut sebagai anomali gaya berat. Karena perbedaan medan gayaberat ini
relatif kecil maka diperlukan alat ukur yang mempunyai ketelitian yang cukup tinggi.

Beberapa endapan seperti zinc, bauksit, atau barit sangat sulit dideteksi melalui metoda
magnetik maupun elektrik, namun dapat dideteksi dengan metoda gaya berat (gravity), tapi hanya
untuk mengetahui profil batuan sampingnya (tidak dapat langsung mendeteksi bijihnya) melalui
anomali densiti. Dasar teori yang dipakai dalam metoda ini adalah Hukum Newton tentang
gravitasi bumi. Untuk bumi yang berbentuk bulat, homogen, dan tidak berotasi, maka massa bumi
(M) dengan jari-jari (R) akan menimbulkan gaya tarik pada benda dengan massa (m) di permukaan
bumi. Karena bentuk bumi bukan merupakan bola pejal yang sempurna, dengan relif yang tidak
rata, berotasi serta ber revolusi dalam sistem matahari, tidak homogen. Dengan demikian variasi
gayaberat di setiap titik permukaan bumi akan dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu :

1. Lintang
2. Ketinggian
3. Topografi
4. Pasang surut
5. Variasi densitas bawah permukaan
 Interpretasi

Setelah dilakukan akuisisi/pengukuran data medan gravitasi di lapangan, melakukan analisa


data (menerapkan koreksi-koreksi), langkah kemudian adalah menafsirkan hasilnya. Penafsiran
dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

Penafsiran ini mempertimbangkan :

 Apakah anomali akan ditampilkan sebagai penampang profil 2 dimensi atau peta kontur
distribusi 3 dimensi.
 Mengantisipasi ambiguitas, diperlukan integrasi pemahaman dengan informasi geologi.
 Penafsiran dalam forward modeling atau inverse modeling

Gmbr. Hasil survey gravitasi, menyatakan peta kontur Anomali Bouger Lengkap (kiri) dan
Anomali Lokal (kanan). (gambar hasil fieldcamp geofisika ugm 2013)

2. METODE RESISTIVITY

Metoda resistivity adalah salah satu metoda geofisika untuk menyelidiki kondisi bawah
permukaan, yaitu dengan mempelajari sifat aliran listrik pada batuan di bawah permukaan bumi.
Penyelidikan ini meliputi pendeteksian besarnya medan potensial, medan elektromagnetik dan
arus listrik yang mengalir di dalam bumi baik secara alamiah (metoda pasif) maupun akibat injeksi
arus ke dalam bumi (metoda aktif) dari permukaan. Dengan metoda elektrik (salah satunya tahanan
jenis) mempunyai prinsip dasar mengirimkan arus ke bawah permukaan, dan mengukur kembali
potensial yang diterima di permukaan. Hanya saja perlu diingat bahwa untuk daerah dengan
formasi yang bersifat isolator metoda elektrik ini tidak efektif.

Dalam melakukan eksplorasi tahanan jenis (resistivitas) diperlukan pengetahuan secara


perbandingan posisi titik pengamatan terhadap sumber arus. Perbedaan letak titik tersebut akan
mempengaruhi besar medan listrik yang akan diukur. Besaran koreksi terhadap perbedaan letak
titik pengamatan tersebut dinamakan faktor geometri. Faktor geometri diturunkan dari beda
potensial yang terjadi antara elektroda potensial MN yang diakibatkan oleh injeksi arus pada
elektroda arus AB. Faktor geometri K, merupakan unsur penting dalam perdugaan geolistrik baik
pendugaan vertikal maupun horizontal, karena faktor geometri akan tetap untuk posisi AB dan
MN yang tetap.

Dalam pelaksanaan survey dikenal beberapa metoda pengambilan data sesuai dengan
peletakan elektroda yang dilakukan : Metoda Wenner, Metoda Gradien, Metoda Schlumberger,
Metoda Dipole-dipole, Metoda Pole-dipole yang harus diperhatikan dalam pengkoreksian data
dilapangan.

 SOUNDING DAN MAPPING

Metode geolistrik hambatan-jenis dapat dilakukan secara sounding dan mapping. Sounding
merupakan pengukuran perubahan resistivitas bawah permukaan pada arah vertikal. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengubah/membuat variasi jarak antar elektroda arus dan potensial, pada
titik pengukuran yang sama. Konfigurasi elektroda yang umum digunakan adalah konfigurasi
Schlumberger.

Mapping atau Traversing merupakan pengukuran perubahan resistivitas bawah permukaan


secara lateral (horisontal). Mapping ini dapat dilakukan dengan cara berpindah titik pengukuran,
namun mempertahankan jarak antar elektroda arus dan potensial. Konfigurasi elektroda yang
umum digunakan adalah konfigurasi Winner atau Dipole-Dipole.

 PENGOLAHAN DATA DAN INTERPRETASI

Setelah dilakukan pengukuran (akuisisi data), data resistivitas hasil pengukuran tersebut
kemudian dianalisa dan lalu ditafsirkan. Untuk data mapping, data resistivitas dapat langsung
ditampilkan dalam bentuk peta kontur nilai resistivitas area pengukuran. Penafsiran pun dapat
langsung dilakukan dari peta kontur tersebut. Sedangkan untuk data sounding, dapat dilakukan
dengan curva matching maupun inverse modeling, yang kemudian dapat ditampilkan sebagai
penampang model vertikal variasi resistivitas bawah permukaan. Bentuk penafsiran untuk tingkat
lebih lanjut memerlukan integrasi dan pencocokan dari referensi nilai resistivitas jenis-jenis batuan
dari hasil uji laboratorium atau berdasarkan tabel resistivitas batuan, dan dari informasi geologi
yang terkait.

Perbandinga profil penampang resistivitas dengan kondisi geologi di lapangan.


(sumber:www.ggl.gmbh.de)

Metoda yang digunakan dalam interpretasi data tahanan jenis ini adalah metoda pencocokan
kurva (curve mutching). Metoda ini dilakukan karena dari data hasil pengukuran lapangan yang
kita dapatkan adalah harga resistivitas semu (apparent resestivity) sebagai fungsi dari spasi
elektrodanya ,ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam metode ini, yaitu :

1. Interpretasi lapangan, yaitu penentuan bentangan maksimal dan penentuan tipe kurva
lapangan,
2. Interpretasi awal untuk menentukan harga resistivitas masing-masing lapisan dengan
menggunakan kurva standar dan kurva bantu (curve matching partial). Setelah diperoleh
nilai resistivitas lapisan dan ketebalannya, maka selanjutnya dapat kita interpretasikan jenis
batuan berdasarkan tabel resistivity beberapa jenis batuan.
3. Interpretasi akhir, Pada tahap ini hasil interpretasi pendahuluan harus dikonfirmasikan
dengan data lainnya, misalnya data geologi, sehingga informasi yang disajikan lebih
lengkap.
3. METODE MAGNETIK

Survey magnetik merupakan metoda eksplorasi geofisika yang mengukur medan magnet
bumi di setiap titik yang ada di muka bumi. Penggunaan metode magnetik berdasarkan pada
adanya anomali medan magnetik bumi yang diakibatkan oleh adanya perbedaan sifat
kemagnetan dari berbagai macam batuan. Dalam kegiatan eksplorasi, survei magnetik dapat
dilakukan di darat, laut maupun udara.

Beberapa tipe bijih seperti magnetit, ilmenit, dan phirotit yang dibawa oleh bijih sulfida
menghasilkan distorsi dalam magnet kerak bumi, dan dapat digunakan untuk melokalisir
sebaran bijih. Disamping aplikasi landsung tersebut, metoda magnetik dapat juga digunakan
untuk survei prospeksi untuk mendeteksi formasi-formasi pembawa bijih dan gejala-gejala
geologi lainnya (seperti sesar, kontak intrusi, dll).

Penggunaan metoda magnetik didalam prospek geofisika adalah berdasarkan atas adanya
anomali medan magnet bumi akibat sifat kemagnetan batuan yang berbeda satu terhadap
lainnya. Alat untuk mengukur perbedaan kemagnetan tersebut adalah magnetometer.

Setiap batuan pada bawah permukaan bumi memiliki karakteristik tertentu baik dari sifat
umum kemagnetannya hingga kerentanan batuan setiap hasil yang diperoleh dilapangan wajib
disesuaikan dengan literatur yang ada sehingga diketahui harga pasti. Sedangkan pada bagian
interpretasi banyak hal yang perlu diperhatikan dalam metode magnetik yaitu :

1. Kedalaman dari permukaan


2. Panjang (dimensi) endapan
3. Arah endapan
4. Batas bawah endapan
5. Ketebalan dari penampang
6. Intensitas magnetik untuk memperkirakan tipe tubuh bijih

4. METODE SESISMIK REFLEKSi

Metode seismik merupakan salah satu bagian dari seismologi eksplorasi yang
dikelompokkan dalam metode geofisika aktif, dimana pengukuran dilakukan dengan
menggunakan ‘sumber’ seismik (palu, ledakan,dll). Setelah usikan diberikan, terjadi gerakan
gelombang di dalam medium (tanah/batuan) yang memenuhi hukum-hukum elastisitas ke
segala arah dan mengalami pemantulan ataupun pembiasan akibat munculnya perbedaan
kecepatan. Kemudian, pada suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di rekam sebagai
fungsi waktu. Berdasar data rekaman inilah dapat ‘diperkirakan’ bentuk lapisan/struktur di
dalam tanah.

Kegiatan survey seismik (eksplorasi) dapat dikelompokkan dalam tiga serangkaian


kegiatan/tahapan utama, yaitu :

1. Akuisisi Data Seismik

Akuisisi data seismik, tidak lain adalah tahapan pengukuran guna mendapatkan data
seismik berkualitas baik di lapangan. Data seismik yang diperoleh dari tahapan ini akan
menentukan kualitas hasil tahapan berikutnya. Sehingga, dengan data yang baik akan
membawa hasil pengolahan yang baik pula, dan pada akhirnya, dapat dilakukan interpretasi
yang akurat, yang menggambarkan kondisi bawah permukaan sebagaimana mestinya.

Untuk memperoleh data berkualitas baik perlu diperhatikan pemilihan desain survey dan
beberapa faktor terkait. Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi pada khususnya, ada beberapa
faktor yang menjadi pertimbangan yang akan mempengaruhi kegiatan survey, termasuk juga
kualitas data, yaitu :

 Kedalaman jebakan hidrokarbon yang menjadi target


 Resolusi vertikal
 Kualitas refleksi pada batuan
 Sumber gangguan/noise yang dominan
 Ciri-ciri jebakan hidrokarbon
 Kemiringan target paling curam
 Kemungkinan adanya proses lain yang perlu dilakukan

Medan pengukuran seismik mencakup pengukuran di darat, di laut, dan di lingkungan


transisi. Selain itu, survey seismik juga dapat dilakukan secara 2 dimensi maupun 3 dimensi.
Masing-masing kondisi tersebut akan memerlukan desain survey dan teknologi yang berbeda-
beda sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya.

Survey seismik refleksi darat.

Survey seismik refleksi laut.

2. Pengolahan Data Seismik

Pengolahan data seismik, pada dasarnya dimaksudkan untuk mengubah data seismik
lapangan yang terekam menjadi suatu penampang seismik yang kemudian dapat dilakukan
interpretasi darinya. Sedangkan tujuan pengolahan data seismik adalah untuk menghasilkan
penampang seismik dengan kualitas signal to noise ratio (S/N) yang baik tanpa mengubah
bentuk kenampakan-kenampakan refleksi/pelapisan batuan bawah permukaan, sehingga dapat
dilakukan interpretasi keadaan dan bentuk dari struktur pelapisan bawah permukaan bumi
seperti kenyataannya. Atau dapat dikatakan bahwa pengolahan data seismik didefinisikan
sebagai suatu tahapan untuk meredam noise dan memperkuat sinyal.

Gambar Proses pengolahan data, dan data seismik mentah (raw data) ( sumber: various )

3. Interpretasi Data Seismik

Dari pengolahan data seismik, hasilnya yang berupa penampang seismik kemudian
diinterpretasikan/ditafsirkan. Tujuan interpretasi seismik adalah menggali dan mengolah
berbagai informasi-informasi geologi bawah permukaan dari penampang seismik. Pada
eksplorasi minyak dan gas bumi, interpretasi ditujukan untuk mengetahui lokasi reservoar
hidrokarbon di bawah permukaan.

Pada umumnya, penampang seismik ditampilkan sebagai penampang waktu (time section),
namun dapat juga ditampilkan sebagai penampang kedalaman (depth section) setelah melalui
beberapa tahapan perhitungan tertentu.

Interpretasi seismik. ( sumber: various )

Anda mungkin juga menyukai