Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MAKALAH STRATIGRAFI INDONESIA

CEKUNGAN BOGOR

OLEH :

JEFFRI NORRIS ( F1D213010 )

AGRI FADHIL ( F1D213004 )

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI
2016
1.Tektonik

Secara tektonik, Cekungan Bogor merupakan Cekungan Busur-Belakang (Back-Arc Basin)


terhadap busur vulkanik Oligo-Miosen yang berada di selatannya. Aktivitas tektonik yang terjadi
di Jawa telah menyebabkan terbentuknya unsur – unsur tektonik berupa zona akresi, cekungan,
dan busur magmatik. Evolusi tektonik Jawa Barat menyebabkan posisi cekungan yang telah
terbentuk dapat berubah kedudukannya terhadap busur magmatik. Cekungan Bogor pada kala
Eosen-Oligosen merupakan cekung-an busur muka magmatik, namun pada kala Oligo-Miosen
posisi cekungan berubah menjadi cekungan busur-belakang. Kegiatan tektonik Plio-Plistosen
Cekungan Bogor ditempati oleh jalur magmatik hingga kini (Satyana & Armandita, 2004).

Daerah paparan (Northwest Java Basin) yang berada di utara Cekungan Bogor – Kendeng
pada awalnya (Eosen – Oligosen) juga merupakan daerah cekungan busur muka dalam bentuk
terban yang diisi oleh endapan Paleogen nonmarin vulkanosklatika dan endapan lakustrin Formasi
Jatibarang serta endapan fluviatil, kipas aluvial, fluvio deltaik, dan material lakustrin Formasi
Talang Akar (Sudarmono drr., 1997, op. cit. Ryacudu drr., 1999). Dalam perkembangannya,
pascatektonik Oligo-Miosen, daerah ini menjadi paparan hingga lingkungan laut dangkal sebagai
tempat diendapkannya sedimen Miosen Formasi Baturaja (karbonat), Formasi Cibulakan, dan
Formasi Parigi (karbonat) yang berpotensi sebagai reservoir.

Gambar 1. Cekungan Bogor sebagai cekungan yang busur belakang Magmatik Oligosen-
Miosen.yang ditutupi oleh kuarter dan vulkanis (Satyana &Armandita 2004)
2. Sejarah Sedimentasi

Cekungan Bogor merupakan penamaan bagi suatu mandala sedimentasi yang melampar
dari utara ke selatan di daerah Jawa Barat, posisi tektonik dari Cekungan Bogor ini sendiri dari
zaman Tersier hingga Kuarter terus mengalami perubahan (Martodjojo,1984). Batuan tertua pada
Mandala Cekungan Bogor berumur Eosen Awal. Formasi dalam cekungan bogor dibagi atas
beberapa cekungan yaitu :
 Formasi Ciletuh
 Formasi Bayah
 Formasi Batu Asih
 Formasi Rajamandala
 Formasi Jampang
 Formasi Citarum
 Formasi Cimandiri
 Formasi Bojonglopang
 Formasi Cigadung
 Formasi Cantayan
 Formasi Subang
 Formasi Kaliwangu
 Formasi Bentang
 Formasi Beser
 Formasi Tambakan
Penjelasan dari formasi tersebur diuraikan sebagai berikut :
Di bawah formasi ini diendapkan kompleks Melange Ciletuh yang merupakan olisostrom.
Formasi ini terdiri dari lempung, pasir dengan sisipan breksi, diendapkan dalam kondisi laut
dalam, berupa endapan lereng palung bawah (Martodjojo, 1984 dalam Argapadmi, 2009).
Pada Kala Oligo-Miosen diendapkan Formasi Bayah yang dicirikan dengan lingkungan
berupa sungai teranyam dan kelok lemah. Formasi ini merupakan perselingan pasir konglomeratan
dan lempung dengan sisipan batubara (Martodjojo, 1984 dalam Argapadmi, 2009). Lalu di atasnya
diendapkan secara tidak selaras Formasi Batu Asih dan Formasi Rajamandala yang merupakan
endapan laut dangkal.
Formasi Batuasih terdiri dari lempung laut dengan sisipan pasir gampingan sedangkan
Formasi Rajamandala merupakan endapan khas tepi selatan Cekungan Bogor yang terdiri dari
batugamping. Kedudukan Cekungan Bogor pada kala ini tidak dapat diidentifikasikan dengan
jelas. Hadirnya komponen kuarsa yang dominan pada Formasi Bayah memberikan indikasi bahwa
sumber sedimentasi pada kala tersebut berasal dari daerah yang bersifat granitis, kemungkinan
besar berasal dari Daratan Sunda yang berada di utara .
Pada Kala Miosen Awal berlangsung aktivitas gunung api dengan batuan bersifat basalt
sampai andesit yang berasal dari selatan dan terendapkan dalam Cekungan Bogor yang pada kala
ini merupakan cekungan belakang busur. Cepatnya penyebaran dan pengendapan rombakan
deratan gunung api ini telah mematikan pertumbuhan terumbu Formasi Rajamandala sehingga
endapan volkanik yang dikenal dengan nama Formasi Jampang dan Formasi Citarum mulai
diendapkan pada lingkungan marine.
Formasi Jampang yang berciri lebih kasar daripada Formasi Citarum diendapkan di bagin
dalam dari sistem kipas laut sedangkan Formasi Citarum diendapkan di bagian luar dari sistem
kipas laut
Pada Kala Miosen Tengah status Cekungan Bogor masih merupakan cekungan belakang
busur dengan diendapkannya Formasi Saguling pada lingkungan laut dalam dengan mekanisme
arus gravitasi. Ciri umum dari formasi ini memiliki banyak sisipan breksi atau breksi
konglomeratan.
Formasi Cimandiri yang juga berumur Miosen Tengah menutupi Formasi Jampang.
Formasi ini terdiri dari lempung gamping yang konglomeratan yang dikenal sebagai Nyalindung
Beds, tetapi peneliti yang lainnya (Effendi etal, 1998 dalam Argapadmi, 2009) menamakan
Formasi Cimandiri di beberapa daerah sebagai Formasi Nyalindung yang terdiri atas batupasir
glaukonit gampingan hijau, batulempung, napal pasiran, konglomerat,breksi, dan batugamping.
Formasi Bojonglopang yang memiliki hubungan menjemari dengan Formasi Cimandiri
juga diendapkan pada Miosen Tengah. Peneliti yang lain (Duyfjes, 1939 dalam Martodjojo, 1984
dalam Argapadmi, 2009) menamakan formasi ini sebagai Anggota Bojonglopang Formasi
Cimandiri. Karakteristik utama dari formasi ini adalah litologi batugampingnya. Pada kala akhir
Miosen Tengah mulai diendapkan Formasi Bantargadung yang dicirikan oleh endapan turbidit
halus aktivitas kipas laut dalam yang terdiri dari perselingan batupasir greywacke dan lempung.
Cekungan Bogor pada kala ini sudah semakin sempit menjadi suatu cekungan memanjang
yang mendekati bentuk fisiografi zona Bogor (van Bemmelen, 1949). Pada daerah ini penurunan
merupakan gerak tektonik yang dominan.
Pada Kala Miosen Akhir, Cekungan Bogor masih merupakan cekungan belakang busur
dengan diendapkannya Formasi Cigadung dan Formasi Cantayan yang diendapkan pada
lingkungan laut dalam dengan mekanisme arus gravitasi. Formasi Subang diendapkan di bagian
utara menunjukan lingkungan pengendapan paparan (Kurniawan, 2008).
Pada Kala Pliosen, Cekungan Bogor sebagian sudah merupakan daratan yang ditempati
oleh puncak-puncak gunungapi yang merupakan jalur magmatis. Sebenarnya pendangkalan
Cekungan Bogor ini dimulai dari selatan pada umur Miosen Tengah dan berakhir di sebelah utara
pada umur Plistosen.
Formasi Kaliwangu diendapkan di atas Formasi Subang pada Pliosen Awal dan
menunjukan lingkungan pengendapan transisi. Daerah pegunungan selatan bagian selatan
mengalami penurunan dan genang laut yang menghasilkan Formasi Bentang sedangkan di bagian
utara terjadi aktivitas gunung api yang menghasilkan Formasi Beser. Pada Kala Plistosen sampai
Resen, geologi Pulau Jawa sama dengan sekarang. Aktivitas gunungapi yang besar terjadi pada
permulaan Plistosen yang menghasilkan Formasi Tambakan dan Endapan Gunungapi Muda,
sekaligus pusat gunung api dari selatan berpindah ke tengah Pulau Jawa yang merupakan gejala
umum yang terjadi di seluruh gugusan gunung api sirkum pasifik (Karig dan Sharman, 1955 dalam
Martodjojo, 2003 dalam Santana, 2007)

Anda mungkin juga menyukai