Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

GEOLOGI MIGAS DAN PANAS BUMI

CEKUNGAN SENGKANG, SULAWESI SELATAN

Disusun Oleh :

Isham Hasbi 1401259

JURUSAN S – 1 TEKNIK PERMINYAKAN

KONSENTRASI TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

BALIKPAPAN

2018
1. Cekungan Sengkang

Cekungan Sengkang merupakan downwarp Pliosen yang berlokasi di


lengan baratdaya Sulawesi. Wilayahnya pada umumnya berelief rendah. Secara
topografi cekungan Sengkang merupakan daerah yang rendah dan dekat dengan
permukaan laut, juga dekat dengan Danau Tempe yang menutupi beberapa bagian
di barat cekungan.

Gambar 1. Peta Lokasi Cekungan Sengkang

Batas – Batas Cekungan Sengkang

 Sebelah utara : pengunungan Latimojong yang disusun oleh endapan


Flysch berumur cretaceous.
 Sebelah selatan : pengunungan Bone membentuk batas bagian selatan
dari cekungan Sengkang timur dimana sediment berumur Neogen
tersingkap.
 Sebelah barat : Western Divided Range yang terdiri dari Melange
berumur Pre-Tersier yang tertutup oleh busur kepulauan vulkanik
berumur Neogen.
 Sebelah timur : Pantai Bone.
Cekungan Sengkang merupakan onshore basins yang paling utama di
Sulawesi, dikembangkan disepanjang timur lengan barat, sebagai suatu perluasan
laut (coastal extension) dari cekungan offshore Bone.

Gambar 2. Peta Geologi Cekungan Sengkang

Gambar 3. Penampang Sulawesi Selatan ( Author R. De Boer )


Klasifikasi Cekungan
Klasifikasi Cekungan Sengkang dapat di bagi 2 :
 Berdasarkan posisinya terhadap jalur subduksi, cekungan Sengkang
merupakan intra-arc basin yang dikembangkan diantara lengan barat yang
merupakan volcano-magmatic dan lengan Sulawesi tenggara yang tidak
vulkanis.
 Berdasarkan letaknya, cekungan Sengkang merupakan onshore basin,
karena merupakan cekungan yang di eksplorasi di daratan.
2. Evolusi Tektonik
A. Walanae Fault Zone dan Cekungan Sengkang Barat
Pergeseran utama yang membagi bagian timur dan barat dari cekungan
Sengkang secara regional merupakan zona sesar ekstensif Walanae. Lengan
baratdaya Sulawesi terpisah baratlaut-tenggara oleh zona sesar tersebut dengan
jarak hampir 200 km. Sesar itu bergerak utara-selatan sepanjang batas sebelah barat
dari Pegunungan Bone dengan ekspresi topografi yang jelas dan pengaruh sediment
berumur Miosen yang memiliki dip hingga 50 derajat dekat zona sesar.
Fakta regional menyebutkan bahwa zona sesar Walanae merupakan sinistral
strike-slip fault, bagian dari system yang lebih besar yang mempengaruhi seluruh
lengan baratdaya Sulawesi (Sukamto, 1975). Fakta dari pergerakan sesar strike-slip
di daerah Sengkang sedikit, tetapi sesar-sesar naik orde kedua terlihat pada data
seismik mendukung Pliosen wrenching.
Yang mendasari hingeline antara timur dan barat cekungan Sengkang, yaitu
sesar normal yang mempengaruhi penampang lapisan Pra-Pliosen dan turun kearah
barat ke cekungan Sengkang bagian barat. Pergerakan zona sesar Walanae tua
menyebabkan palung laut dalam di cekungan Sengkang sebelah barat pada Miosen.
Patahan muda terlihat di sisi timur dari cekungan Sengkang bagian barat dimana
sediment berumur Pliosen terdorong kearah timur. Zona ini membentuk hingeline
utara-selatan antara dua cekungan dan antiklin Sengkang merupakan ekspresi
permukaan zona tersebut.
Cekungan Sengkang bagian barat merupakan downwarp berumur Neogen terisi
setidaknya 3500m material sediment di timurlaut. Pada cross-section, cekungannya
tidak simetri dengan dip yang curam di batas sebelah timur.

Gambar 4. Penampang Seismik Zona Sesar Walanae

Gambar 5. Penampang Seismik Cekungan Sengkang Barat


Keselarasan yang umum dari semua refleksi seismik pada basin menyatakan
secara tidak langsung sebuah sejarah cekungan yang sederhana dan subsidence
hadir untuk tetap berkelanjutan dan tidak disela sepanjang sumbu cekungan.
Berdasarkan data seismik pada sisi sebelah barat terjadi pengisisan secara gradual
pada palung laut dalam. Pemotongan di permukaan lapisan-lapisan berumur
Miosen akhir mengindikasikan sub - recent warp.
B. Cekungan Sengkang timur
Basin sebelah timur ini terbentuk sepanjang Miosen awal hingga Miosen
akhir dengan sedimentasi bersumbu utara – selatan. Sampai ke ketebalan 1800 m
dari sediment berumur Miosen, hadir ketidakselarasan yang disebabkan oleh reefs
limestone berumur Miosen akhir. Pertumbuhan reefs mengindikasikan kedalaman
lingkungan air yang relatif stabil. Pinnacle reefs yang tebal berkembang dimana
pertumbuhan reef harus menjaga langkah terhadap kenaikan muka air laut.
Stabilitas relatif yang berkelanjutan selama Pliosen di indikasikan oleh hadirnya
banyak clastic sequence yang lebih tipis.

Gambar 6. Penampang Seismik Cekungan Sengkang Timur


3. Stratigrafi Cekungan
A. Penampang Paleogen ( Basement )
Menurut grainge & davies, IPA, 1983; basement cekungan Sengkang di
lengan barat Sulawesi ini adalah Miosen awal (kemungkinan Eosen) volcanic Langi
Formation. Namun menurut Sukamto, 1982, batuan tertua pada area cekungan
Sengkang ini adalah formasi Salo kalupang yang tersingkap pada bagian selatan
cekungan sepanjang bagian selatan pegunungan Bone (Gambar.2). Sekuennya
terlipatkan dan terdiri dari batupasir dan shale berseling dengan tuff dan lava,
dengan dip antara 20 - 30°. Formasi Salokalupang diperkirakan berumur Eosen.
Pada bagian timur laut pegunungan Bone, alterasi batuan andesitik dan
batuan volkanik basaltik terhampar dan tersesarkan formasi Salo kalupang
(Gambar. 3). Van Leeuwen (1981) mengkorelasikan kegiatan vulkanik tersebut
dengan kegiatan vulkanik Langi pada Eosen, 50 km ke selatan. Namun, Sukamto
(1982) menyatakan kegiatan vulkanik langi terjadi pada Miosen awal dan
mengkorelasikannya dengan kegiatan vulkanik kalamiseng. Pada Eosen lebih
kepada lava di formasi Salo kalupang yang mengindikasikan aktivitas vulkanik
pada Eosen (Gambar. 10).
Di dalam cekungan sengkang timur hanya ada satu sumur, kampung Baru-
1, yang mencapai lapisan Paleogen. Pada sumur dijumpai perlapisan mudstone
berwarna hijau keabuan dan siltstone yang kaya material vulkanik dengan urat-urat
kalsit dan mineral zeolit.
Unit yang sekarang belum dinamai merupakan sumur terdalam di sumur
Kampung Baru-1. Unit tersebut memiliki 400 meter lapisan mudstones yang
berwarna hijau gelap, siltstones dan material volcanik. Umur formasinya adalah
Paleogen dan menampilkan economic basement di timur cekungan Sengkang.
B. Penampang Neogen
Kerangka Lihostratigraphy dan penamaannya (Gambar. 10) berdasarkan
Sukamto (1982 ) :
 Formasi Bone
Merupakan sedimen Neogen tertua terdapat di sumur Kampung baru -1 dan
terdiri dari perlapisan batugamping dan mudstone dengan ketebalan 220m.
Interval ini diperkirakan berumur Miosen awal (? N6-N8).
Batugampingnya berwarna putih sampai abu-abu cerah, batugamping
bioklastik wackestone, dan batugamping packstone foraminifera planktonik
berbutir halus, berselingan dengan mudstone abu-abu cerah. Formasi ini
berumur sama dengan bagian atas fomasi Tonasa (Sukamto, 1982), Yang
mana terlihat sebagai sekuen batugamping yang terhampar luas dan terlihat
sampai bagian baratdaya Sengkang.
 Formasi Camba
Formasi Camba secara tidak selaras terlapiskan diatas formasi bone. Dari
data seismik lapisan paling tebal formasi Camba terdapat di Sampi-sampi
yang diperkirakan tebalnya 1800m. Umur formasi Camba adalah Miosen
tengah sampai Miosen akhir, pada bagian atas formasi konsisten pada N.16.

Gambar 7. Paleogeografi Formasi Cambar ( Author R. De Boer )

Pada formasi Camba di Cekungan Sengkang timur terdapat sekuen grey


calcareous mudstone perselingan dengan batupasir lithic berkemas buruk.
Beberapa sumur di lapangan Kampung Baru dijumpai batupasir tufaan
berselingan dengan mudstone pada bagian atas formasi (Gambar. 10).
Formasi Camba semakin ke timur semakin marine. Pada bagian yang tebal
yang terlihat di sumur Sallo Bullo-1 (1524m), sekuen calcareous mudstone
yang dominan memiliki perselingan bioclastic limestone yang tebal. Data
seismik menunjukkan dip formasi ini semakin kea rah timur area Kampung
Baru semakin meningkat. Di Sallo Bullo-1s mencirikan sedimentasi yang
kontinu dan perubahan secara berangsur kepada batugamping Tacipi.

 Formasi Tacipi
Formasi tacipi (Miosen akhir) diendapkan secara tidak selaras di atas
formasi Camba dan ditemui di seluruh cekungan Sengkang timur. Formasi
ini dibagi dalam 2 unit, yaitu; interval bawah yang terdiri dari perselingan
lapisan Batugamping dan calcareous shales, dan merupakan “platform
carbonates” biasanya disebut Unit B, bagian atas interval “reefal buildups”
yang dibatasi area pengangkatan, disebut Unit C.

Gambar 8. Paleogeografi Formasi Tacipi ( Author R. De Boer )


Interval perlapisan yang lebih rendah terlihat di banyak sumur, kisaran
ketebalan antar 20m pada area yang jauh dari perkembangan reef sampai
ketebalan maksimum 95m di sumur Kampung Baru-1.
Unit B tersingkap secara luas di bagian selatan cekungan, terlapis secara
tidak selaras pada vulkanik Langi. Secara litologi, dasar dari Unit B dikenali
dari melimpahnya fragmen batugamping dalam mudstone karbonatan.
Lapisan tipis konglomerat berfragmen vulkanik berbutir menyudut
menandai dasar formasi Tacipi dan diatasnya ditutupi mudstone karbonatan
yang kaya coral dan endapan debris bioklastik dengan endapan rework
vulkanik. Pada area ini Unit B memiliki lapisan lebih tebal (rata-rata 200m)
dan sedikit sekali bersifat argillaceous dari pada yang dibagian yang lebih
ke utara, terdiri dari lapisan wackestone bioklastik berbutir halus berwarna
putih, dengan perselingan mudstone karbonatan. Unit B memiliki porositas
yang rendah dan merupakan reservoir yang kurang berkualitas.
Bagian atas interval Unit C secara umum terdiri dari packstone bioklastik
homogen. Reefal bioklastik secara luas termodifikasikan oleh proses
diagenesis tetapi memperlihatkan komposisi utamanya yaitu coral dan
calcareous algae. Sedikitnya analisis data menggunakan mikroflora dan
fauna menyebabkan ketepatan penetapan umur formasi Tacipi tidak
mungkin didapat. Sedimen tertua diperkirakan berumur Miosen tengah
(N.14) dan pengendapan limestone terakhir terjadi pada Pliosen awal (N18-
N19).
 Formasi Walanae
Formasi Walanae yang disebut juga dengan “Celebes Molasse” (Van
Bemmelen, 1949) ini terletak sepanjang cekungan Sengkang timur sampai
barat, dan tersingkap sepanjang zona sesar Walanae. Formasi ini di
dominasi oleh mudstone abu-abu dengan perselingan siltstone, lithic
sandstone dan sedikit sisipan limestone dan tuff. Pada cekungan Sengkang
timur, formasi ini memiliki ketebalan 1800m dan pada wilayah cekungan
Sengkang barat memiliki ketebalan 3500m.
Formasi Walanae pada bagian cekungan Sengkang timur dapat dibagi
menjadi 2 bagian. Bagian bawah tersusun oleh calcareous mudstone dan
bagian atas lebih arenaceous dengan perselingan sandstone. Bagian bawah
formasi ini banyak tersingkap pada bagian selatan cekungan, didominasi
oleh calcareous mudstone dan menjemari dengan reef dari formasi Tacipi.
Bagian atas dari formasi ini tersingkap juga di selatan berupa perselingan
mudstone, siltstone dan sandstone. Kearah utara Kampung Baru,
konglomerat juga tersingkap. Sandstone pada bagian atas formasi ini
mengandung fragmen batuan beku dan batuan metamorf. Mineral mafic dan
mineral biotit euhedral yang berlimpah menunjukkan batuan sumbernya
berupa vulkanoklastik. Formasi ini telah terangkat dan tererosi di sepanjang
antiklin Sengkang dan cekungan Sengkang timur. Data dari seismik
menunjukkan bahwa sumber material sedimen berasal dari barat-laut.

Gambar 9. Paleogeografi Formasi Walanae ( Author R. De Boer )


Urutan lingkungan pengendapan formasi Walanae dari bawah ke atas yaitu
marine, marginal marine, terrestrial, dan supra tidal pada permukaannya.
Formasi Walanae berumur Pliosen, walaupun mudstonenya diduga berumur
Miosen akhir.

Gambar 10. Kolom Stratigrafi Cekungan Sengkang Timur


Gambar 11. Penampang Geologi Cekungan Sengkang
4. Sejarah Geologi
 Pra – Miosen
Langi Volcanic berumur Eosen menjadi basement dari cekungan ini.
Interval ini dicirikan dengan sedikit refleksi seismik dan bagian permukaan
menunjukkan periode deformasi dan erosi, kemungkinan pada awal Miosen.
Pada bagian selatan cekungan Sengkang timur, kelurusan berarah utara-
selatan dapat ditunjukkan pada peta penampang Pra-Miosen. Pada bagian
selatan, basement ini naik ke atas dan tersingkap sebagai Langi Volcanik.
 Miosen Awal
Perselingan limestone dan mudstone pada formasi Bone tidak terpetakan
pada seismik. Formasi ini memiliki batas tidak selaras pada bagian atas dan
bawahnya. Ini menunjukkan sisa-sisa erosi pada endapan sedimen Pra-
Miosen. Pengendapan yang lebih luas dari limestone formasi Tonasa terjadi
kearah baratdaya selama Miosen Awal.
 Miosen Tengah
Dasar dari Formasi Camba yang tidak selaras menunjukkan sedimentasi
yang terhenti pada Post-Miosen awal. Lingkungan pengendapan formasi
Camba merupakan laut dalam dengan trend utara-selatan. Periode
pengangkatan dan erosi yang terjadi pada daerah barat membentuk
kelurusan laut dalam yang sempit berarah utara-selatan. Pada bagian barat,
bagian atas lapisan Miosen tengah ditimpa oleh karbonat Miosen akhir,
menunjukkan periode lain dari erosi.
 Miosen Akhir
Reefal build up dari formasi Tacipi memiliki kelurusan utara-selatan kecuali
pada bagian utara cekungan ini. Pertumbuhan reef menunjukkan kenaikan
muka air laut. Pada singkapan di selatan, lapisan Miosen akhir menimpa
Langi Volcanik, menunjukkan transgresi yang meluas sepanjang Miosen
akhir. Dua fase pertumbuhan reef dapat dikenali yaitu fase buildup platform
yang rendah pada bagian selatan cekungan dan fase buildup pinnacle di
bagian utara. Semakin tebalnya limestone pada bagian utara cekungan
menunjukkan bahwa supply materi berasal dari utara. Data seismik
menunjukkan bahwa semakin ke utara Sampi-Sampi dan Kampung Baru,
platform karbonat semakin terjal dengan ujungnya area laut dalam.
Batas dari pertumbuhan reef dalam cekungan memiliki waktu yang berbeda-
beda, disebabkan oleh peningkatan supply material sedimen. Supply
material pada Pliosen memiliki perubahan dari karbonat ke endapan klastika
halus. Hal ini disebabkan oleh kenaikan kedalaman laut dan supply material
dari aktivitas vulkanik yang baru dari barat.
 Pliosen
Pada singkapan di selatan, formasi basal Walanae menjemari dengan reef
limestone formasi Tacipi. Pada bagian selatan dan tengah dari cekungan ini,
formasi Walanae mengisi buildup dari formasi Tacipi. Data foraminifera
menunjukkan pengendapan ini terjadi pada laut dalam.
Bagian atas formasi Walanae menunjukkan sikuen regresif. Material
kasarnya berasal dari arah barat laut. Data seismik dan data singkapan
menunjukkan periode pengangkatan pada Pliosen akhir, pada bagian utara
dan selatan cekungan. Ini menghasilkan sumbu pengendapan barat-timur
dengan supply sedimen terbesar berasal dari timur dan tenggara dan
menggambarkan perubahan besar dari kelurusan struktural dan
pengendapan yang biasanya utara-selatan. Dua sesar naik berarah barat-
timur menyebabkan perubahan sikuen. Sesar ini mungkin merupakan orde
kedua dari gerakan sesar Walanae pada Pliosen akhir.
Gambar 12. Geologi Sejarah dan Tektonik Cekungan Sengkang

Anda mungkin juga menyukai