oleh :
1606833223
DEPOK
OKTOBER 2018
Cekungan Bengkulu
Cekungan Bengkulu berada di bagian Barat Daya dari pulau Sumatra, yang mencakup
daerah onshore dan offshore serta berorientasi paralel dengan pulau sumatera yang mana
berukuran panjang 600 km dan lebar 150-200 km. Pada bagian Utara dan Timur Laut Cekungan
Bengkulu terdapat Perbukitan Barisan serta pada bagian Selatan dan Barat Daya dikelilingi oleh
pulau atau lereng dari Sunda Arc Trench System. Pada bagian onshore dari Cekungan Bengkulu
dibagi menjadi 2 sub-basin yang disebut Pagarjati di bagian utara dan Kedurang di bagian Selatan
dimana dipisahkan oleh north - south trending Masmambang High (gambar 1).
Pada Pulau Sumatra terdapat Indian Ocean Plate yang tersubduksi oblique pada Eurasian
Continental Plate. Zona oblique yang mengalami konvergensi yang ditandai dengan adanya Sunda
arc-trench system yang memanjang lebih dari 5000 km. Pada bagian forearc, yang dinamai Burma
plate mengalami pergerakan dekstral sejajar sepanjang dari Sumatra Fault System (SFS) yang
disebut Mentawai Fault. Berarti keberdaan Pulau Mentawai ini menandakan terdapat strike-slip
fault besar yang paralel terhadap Sumatra Fault System. Bengkulu Forearc Basin merupakan
depression yang berada antara Sesar Mentawai dan Sesar Sumatra. Oleh karena itu semua
cekungan fore-arc di sebelah barat Sumatra termasuk Cekungan Bengkulu, menjadi terbuka (pull-
apart opening).
Gambar 1. Peta Lokasi Cekungan Bengkulu (After Yulihanto et a/., 1995)
Untuk stratigrafi dari onshore, cekungan berisi sedimen berumur Oligo-Miocene sampai
Pliocene yang berada di atas Pretertiary basements complex. Dari beberapa hasil seismik dan
lubang bor daerah offshore Bengkulu diketahui ketebalan sedimen 4000m (1000 ft). Dari hasil log
gravitasi terakhir telah diindikasi terdapat 2 sub-basin dengan anomali bouguer yang rendah, yaitu
:
1. Pretertiary Rocks
Formasi Lingsing berhubungan menjadi dengan Formasi Sepitiang dan Formasi Saling
serta mengandung batulempung, batulanau, dan calcilutite dengan batupasir juga
interkalasi rijang berumur jurassic akhir - akhir Cretaceous.
Formasi Sepitiang mengandung batugamping dengan beberapa calcirudite dan calcarenite
Formasi Saling kebanyakan mengandung material volkanik, seperti lava, breksi, dan tuff.
2. Tertiary Succesion
Tertiary Succesion berasal dari Formasi Hulusimpang, Formasi Seblat, Formasi Lemau,
Formasi Simpangaur, dan Formasi Bintunan.
Formasi Hulusimpang (Oligosen Awal) terdiri dari lava andesitik dan lava basaltic, breksi
volkanik, dan tuff dengan interkalasi batupasir. Formasi Hulusimpang memiliki hubungan
menjari dengan bagian bawah dari Formasi Seblat,
Formasi Seblat (Akhir Oligosen – Awal Miosen) terdiri dari batupasir, batulanau,
batulempung, dan konglomerat dengan interkalasi batugamping.
Formasi Lemau (Tengah – Akhir Miosen) terdiri dari batulempung, batupasir karbonat,
batupasir, breksi, lapisan batubara tipis dan interkalasi batugamping yang mengandung
banyak foram kecil dan molluska yang terdeposit di perairan dangkal sampai zona transisi.
Formasi Simpangaur (Akhir Miosen – Pliosen) terdiri dari batupasir tufaan, tuff, batulanau
tufaan dengan interkalasi lignit, dan ditandai dengan banyaknya fragmen foram dan
molluska.
Formasi Bintunan (Plio-Pleistosen) terdiri dari batupasir, batulempung tufaan dengan
pumice clast, konglomerat, breksi, batugamping dengan lignit, dan interkalasi karbon.
Gambar 2. Korelasi Stratigrafi Regional bagian onshore dan offshore dari Cekungan Bengkulu (
Yulihanto et al., 1995)
Persebaran strkutur geologi pada Cekungan Bengkulu secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu NE – SW, NW – SE, dan N – S.
Sesar dengan orientasi NW–SE yang terdapat pada SFS (Sumatera Fault System) dan MFS
(Mentawai Fault System) membentuk dua sistem graben atau sub cekungan yaitu Graben Pagarjati
di barat laut dan Graben Kedurang di tenggara. Pada sistem Cekungan Bengkulu ini berisi dari
Formasi Hulusimpang berupa aliran debris dan terdapat sekuen transgresi yang diisi oleh
perselingan batupasir dan breksi konglomerat, shale tufaan, dan batugamping dari Formasi Seblat.
Pada pertengahan hingga akhir miosen proses evolusi cekungan dilanjutkan dengan sekuen regresi
yang mengakibatkan proses deposisi batupasir tufaan, dan batulanau interkalasi coal dan
batugamping dari formasi Lemau. Cekungan ini kemudian mengalami proses penurunan
(subsidence) yang mengakibatkan deposisi clay dan silt dengan sedikit batupasir dan tuff di miosen
– pliosen hingga akhirnya mengalami uplift sebagai akibat dari orogenesa Bukit Barisan.
Cekungan Sibolga
Cekungan Sibolga merupakan cekungan fore-arc yang berarti sama dengan Cekungan
Bengkulu, namun keberadaan Cekungan Sibolga terdapat di barat laut Sumatera (gambar 3).
Cekungan ini kira-kira memiliki lebar 110 km dan panjang 800 km yang berorientasi northwest-
southeast
1. Pre-Neogene
Section sedimen pre-Neogene disebut juga paleogene terpisah dari batuan Neogene karena
adanya angular unconformity. Interpretasi seismic mengindikasi adanya ratusan meter batuan
sedimen terlipatkan karena adanya ketidakselaran di daeerah Meulaboh – Teunom. Rekristalisasi
belemnites yang berada di core mengindikasikan batuan mesozoikum kecuali fosil telah ter-
reworked. Pada akhir eosen – awal oligosen didominasi oleh mudstone dengan sedikit perselingan
shale, batulanau, dan batupasir. Mudstone ini berwarna abu tua – hitam, lumayan lembut di atas,
dan makin dalam makin kompak. Lingkungan pengendapan diperkirakan berupa shelf.
Sedangkan, menurut Rose (1983) Cekungan Sibolga dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu
pre-neogen dan neogen (gambar 4).
‘
Darman, H. & Sidi, F.S. (2000). An Outline The Geology of Indonesia. Jakarta : IAGI.
Rose, R. (1983). Miocene Carbonate Rocks of Sibolga Basin, Noethwest Sumatra.
Indonesian Petroleum Association, 12th Annual Convention Proceedings.
Hal.107-125.
Yulihanto B., Siturnorang, B., Nurdjajadi, A. & Sain, B. (1995). Structural analysis of the
Onshore Bengkulu Forearc Basin and its Implication for Future Hydrocarbon
Esploration activity. Proceed. Indon. Petrol. Assoc. 24 th Ann. Conv