Anda di halaman 1dari 15

Bab II Tinjauan Pustaka

Cekungan Waipoga atau yang juga sering disebut sebagai Cekungan Meervlakte termasuk
dalam daerah Cekungan Papua Utara dengan arah umum timur-barat. Cekungan ini termasuk
kedalam cekungan tersier yang memiliki dimensi 14.410 Km2. Secara geografis lokasi
penelitian berada pada 136o - 139o BT dan 2o – 4o LS (Gambar 2.1). Batas utara dari
Cekungan Waipoga merupakan daerah lepas pantai dengan ketebalan sedimen makin menipis
dan menumpang paparan batuan dasar Niengo. Cekungan Waipoga merupakan cekungan
hibrida, dimulai sebagai cekungan depan busur dan didasari oleh kerak samudra, dan ketika
subduksi terjadi, cekungan tersebut menjadi lebih kompleks. Secara umum rezim tekanan
kompresi menghasilkan anjakan dan sesar mendatar major, diasumsikan merupakan respons
dari sistem oblik saat ini berupa gerak konvergen dari Lempeng Caroline Pasifik dan
Lempeng Indo-Australia.

Gambar II.1 Peta lokasi Cekungan Waipoga (Indonesia Basin Summaries, 2005).

II.1 Evolusi Tektonik Papua

Pembentukan Pulau Papua telah banyak didiskusikan oleh para ahli geologi dan
mendapat perhatian yang cukup besar karena geologinya yang kompleks tersebut. Pada

8
mulanya Pulau Papua merupakan dasar lautan Pasifik yang paling dalam. Awal
terpisahnya benua yang mencakup Papua di dalamnya (Benua Australia) terjadi pada masa
Kapur Tengah (kurang lebih 100 juta tahun yang lalu). Lempeng Benua India-Australia
(atau biasa disebut Lempeng Australia) bergerak ke arah utara keluar dari posisi kutubnya
dan bertubrukkan dengan Lempeng Samudra Pasifik yang bergerak ke arah barat.

Pulau Papua merupakan pulau yang terbentuk dari endapan dengan masa yang panjang pada
tepi utara kraton Australia yang pasif dimulai pada Zaman Karbon sampai Tersier Akhir.
Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal, sampai laut
dalam dan mengendapkan batuan klastik kuarsa, termasuk lapisan batuan klastik karbonat,
dan berbagai batuan karbonat yang ditutupi oleh Kelompok Batugamping New
Guinea berumur Miosen. Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai lebih dari 12.000 meter.

Selain itu, Papua juga terbentuk berdasarkan tumbukan yang dihasilkan dari interaksi
konvergen kedua lempeng yaitu Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia, dijelaskan bahwa
Lempeng Pasifik mengalami subduksi sehingga lempeng ini berada di bawah Lempeng
Australia. Pada saat dimulainya gerakan ke utara dan rotasi dari benua super ini, seluruh
Papua dan Australia bagian utara berada di bawah permukaan laut. Bagian daratan paling
utara pada Lempeng India-Australia antara 90-100 juta tahun lalu berada pada 48o Lintang
Selatan yang merupakan titik pertemuan Lempeng India-Australia dan Pasifik. Ketika
Lempeng India-Australia dan Lempeng Pasifik bertemu di sekitar 40 juta tahun lalu, Pulau
Papua mulai muncul di permukaan laut pada sekitar 35o Lintang Selatan, dengan kata lain
dapat dijelaskan bahwa subduksi antara kedua lempeng tersebut telah menyebabkan endapan
Benua Australia terangkat sehingga memunculkan Pulau Papua. Proses ini berlanjut selama
masa Pleistosen hingga Pulau Papua terbentuk seperti sekarang ini. Proses pengangkatan
ini berdasarkan skala waktu geologi, kecepatannya adalah 2,5 km per juta tahun.

Hill dan Hall (2002) menjelaskan evolusi dari Papua secara keseluruhan sebagai berikut.
Dimulai pada kala Mesozoikum Tengah, Australia terpisah dari Gondwana, berlanjut dengan
bukaan dasar samudra di tepi baratlaut Australia pada kala Jura Tengah, membentuk
Lengguru Graben berarah utara-timurlaut-selatan-baratlaut. Pada kala Kapur-Tersier Awal,
bagian utara kerak Benua Australia bertumbukan dengan Kerak Samudra Pasifik. Peristiwa
ini memunculkan busur kepulauan ofiolit di Papua bagian utara yang disebut sebagai Busur
Sepik (Sepic Arc). Kemudian diikuti oleh perubahan arah gerakan Kerak Samudra Pasifik
dari utara ke arah barat, mengakibatkan penunjaman menyerong tepi utara Kerak Benua

9
Australia terhadap tepi utara Kerak Samudra Pasifik. Hal ini memunculkan satu sistem sesar
mendatar mengiri utama, yaitu Sesar Sorong berarah timur-barat, Sesar Waiponga berarah
timurlaut-baratdaya dan Sesar Ransiki berarah utara-selatan. Sistem sesar pada tepi utara
Papua menyebabkan gerakan ke barat Sulawesi. Sistem Sesar Rensiki dan Sesar Waipoga
membentuk graben terdalam pada wilayah yang diapitnya. Sementara sistem sesar mendatar
mengiri Sorong dan Terera-Aiduna membentuk cekungan tarik-pisah (pull-aprt basin)
dengan sedimentasi yang cepat pada wilayah yang diapitnya. Apabila
dijabarkan berdasarkan periode-periodenya, maka aktivitas tektonik penting yang menjadi
asal mulanya Papua saat ini terjadi melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Pada Kala Oligosen terjadi pergerakan tektonik besar pertama di Papua,yang
merupakan akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur
Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis
hijau berbutir halus dan turbidit karbonat pada sisi benua sehingga membentuk Jalur
“Metamorf Rouffae” yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo". Akibat lebih lanjut dari
aktivitas tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke atas jalur
malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua.

Gambar II.2 Evolusi Tektonik Papua kala Oligosen (Hill dan Hall, 2002).

2. Peristiwa tektonik penting kedua yang melibatkan Papua adalah Orogenesa


Melanesia yang dimulai pada pertengahan Miosen yang diakibatkan oleh adanya tumbukan
Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi
dan pengangkatan kuat dari batuan sedimen Karbon-Miosen (CT) dan
membentuk jalur aktif peristiwa tektonik penting kedua yang melibatkan Papua adalah
Orogenesa Melanesia yang dimulai pada pertengahan Miosen yang diakibatkan oleh adanya
tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi
dan pengangkatan kuat dari batuan sedimen Karbon-Miosen (CT) dan membentuk Jalur
Aktif. Berikut peta dan penampang evolusi Papua menurut Hill dan Hall (2002):
10
Gambar II.3 Evolusi Tektonik Papua kala Miosen (Hill dan Hall, 2002).

Gambar II.4 Evolusi Tektonik Papua kala Pliosen hinnga Plistosen (Hill dan Hall, 2002).

11
II.2 Struktur Regional Cekungan Papua Utara

Bagian utara dari Papua merupakan suatu komplek geologi yang pembentukan dan
pengembangannya dipengaruhi secara langsung oleh satu seri aktifitas tektonik lempeng yang
melibatkan interaksi tepian benua Australia dan Lempeng Samudra Pasifik sejak
Mesozoikum hingga saat ini.
Pada Cekungan Waipoga, penunjaman kerak benua Australia ke bawah busur kepulauan
memunculkan batuan beku dan batuan malihan Pre-Tersier sebagai batuan dasar, yang
menempati area pegunungan. Daerah rendahan ditempati oleh sedimen berumur Miosen Atas
Formasi Makats dan Anggota B Formasi Memberamo yang berumur Pliosen. Sedimen ini
tersesarkan dan terlipat kuat ditandai dengan sembulan lumpur. Rendahan lainnya ditempati
Anggota E Formasi Memberamo dan Formasi Koenkoen dari Cekungan Waipoga.
Sementara itu, sebuah zona Sesar Yapen, selebar 12 km, berumur Miosen-Resen merupakan
sesar transform mendatar mengiri yang merupakan batas tektonik utama. Gerak kompresif
Sesar Yapen ini menghasilkan negative flower structure pada bagian utara daerah Waipoga
dan penyesaran mendatar sintetik, perlipatan dan pemunculan batuan dasar melalui sesar
anjak (thrust faults) di Waipoga.

Zona Sesar Yapen


Zona Sesar Yapen (YFZ) merupakan tektonik umum yang bekerja pada Cekungan Waipoga.
yaitu adalah zona sesar sinistral strike-slip dengan lebar 15 km pada permukaan, merupakan
pengaruh compresional dengan 50 km lebar wilayah. Zona Sesar Yapen dicirikan dengan
sesar mendatar, perlipatan intensif dan diapir serpih yang bersama dengan kehadiran fasies
turbidit, variasi fasies yang cepat dan pengendapan syn-slumping. Orientasi dari zona sesar
ini berarah barat-timur atau barat – utara barat hingga timur – timur selatan. Orientasi sesar
timurlaut – baratdaya merupakan arah pergerakan mendatar dari pola ini.

Zona Sesar Waipoga


Zona Sesar Waipoga merupakan sesar mendatar mengiri yang membentuk pinggiran selatan -
timur Pantai Cendrawasih. Jurus sesar yang berarah baratdaya-timurlaut terpisah akibat Zona
Sesar Yapen dengan Zona Sesar Waipoga yang berada dekat dengan batas timur dari Pantai
Waropen. Sesar ini paralel dan en-echelon dengan offset Gauttier.

12
Waipoga Trough
Waipoga Trough adalah depresi dalam yang terbentuk antara Zona Sesar Waipoga dan
daratan Papua. Waipoga Trough berasal dan berhubungan dengan Cekungan Papua Utara dan
kurang jelas terlihat, namun bagi eksplorasi petroleum dapat dikatakan sebagai deposenter
pada Cekungan Papua Utara.

Offset Gauttier
Offset Gautier merupakan offset pada trend pegunungan Gauttier, kemungkinan diakibatkan
oleh sesar mendatar mengiri berarah baratdaya-timurlaut. Displacement horizontal sepanjang
sesar sekitar beberapa kilometer dan sesar mengakibatkan terjadinya offset dari sumbu
Cekungan Papua Utara. Sesar ini dapat membentuk batas barat dari sub-cekungan sepanjang
sumbu utama Cekungan Papua Utara. Kemungkinan sesar ini berhubungan dengan rezim
stress yang sama dengan penyebab terbentuknya Zona Sesar Waipoga karena kedua sesar
Gauttier dan Waipoga paralel dan en-echelon.

Zona Sesar Apauwar


Zona Sesar Apauwar terlihat dari gambaran radar pada pantai utara Papua. Zona Sesar
Apauwar berarah utara timurlaut - selatan baratdaya menerus ke timur hingga Offset Gauttier
dan terkadang dinamakan Sesar Nawa. Anomali strike pada Zona Sesar Apauwa/Nawa
adalah unik dan berlawanan dengan elemen struktur lain yang ada pada Cekungan Papua
Utara. Pergerakan sepanjang Sesar Apauwar/Nawa lebih dominan berupa anjakan dibanding
mendatar. Struktur pada Cekungan PapuaUtara tidak begitu jelas. Sesar Apauwar, Nawa, dan
Yapen membatasi sub-cekungan Teer River.

13
Gambar II.5 Peta Struktur Regional Papua bagian utara memeperlihatkan gejala struktur akibat tektonik (Sapiie,
2001).

II.3 Stratigrafi Regional

Batuan dasar yang melandasi Cekungan Waipoga berupa batuan beku ofiolit dan batuan
malihan berumur Pre-Tersier. Secara tidak selaras di atas batuan Tersier tersebut
diendapkan runtunan sedimen Tersier dari batuan Paleosen-Oligosen Bawah dari Formasi
Auwewa berupa batugamping koral, kastilutit, kalkarenit dan produk batuan gunungapi
berupa lava, intrusi diorit, breksi, tuf kristal gampingan dengan sisipan greywacke.
(Gambar II.6)

14
Gambar II.6 Kolom stratigrafi Cekungan Waipoga (Indonesia Basin Summaries, 2005).

Di atas Formasi Auwewa secara berurutan diendapkan sedimen berumur Oligosen Akhir-
Miosen Tengah dari Formasi Darante berupa batugamping terumbu, greywacke, breksi, tufa,
serpih, dan perselingan batupasir dan batugamping. Selaras di atas Formasi Darante
diendapkan runtunan sedimen dari Formasi Makats berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir
yang tersusun atas konglomerat (komponen utama berupa batuan beku, kalsilutit dan
batugamping malihan), greywacke, batulanau, serpih, batugamping, napal, dan batupasir

15
berbutir sedang-halus, turbidit laut dalam. Pada umur yang relatif sama (Miosen Tengah-
Pliosen) secara menjari diendapkan Formasi Memberamo. Formasi Mamberamo meliputi
empat anggota yaitu:
 Anggota B meliputi runtunan sedimentasi distal yang bersifat turbidit yaitu meliputi
batulanau, napal, serpih dengan lingkungan pengendapan laut dalam.

 Anggota C meliputi runtunan tebal konglomerat, batupasir subgreywacke, batulanau dan


serpih. Anggota ini terletak tidak selaras diatas batugamping berlapis “P”.

 Anggota D meliputi serpih dan batupasir halus yang bersifat turbidit distal. di bagian
utara anggota ini berhubungan tidak selaras dengan batugamping berlapis Anggota
Waipoga.

 Anggota E meliputi konglomerat, batupasir, batulanau, serpih, dan lignit. Anggota ini
berhubungan tidak selaras dengan batugamping berlapis dari Anggota Waipoga.

Kemudian secara tidak selaras di atas Formasi Memberamo diendapkan satuan batuan dari
Formasi Holandia yang terdiri atas batugamping, perselingan batupasir dan batulanau, dan
batupasir konglomeratan yang dapat dilihat pada tabel stratigrafi Cekungan Waipoga.
Berdasarkan peta Geologi Lembar Regional (Gafoer dan Budhitrisna, 1995), pada daerah
penelitian Waipoga ini terdapat beberapa formasi, berikut antara lain formasi dan
penjelasannya:
 Alluvium: Lempung, pasir dan kerikil ; berupa endapan sungai, pantai dan rawa
 Fanglomerat: Konglomerat, pasir dan lempung pasiran, tidak mampat, tebal kurang
dari 100 meter dan telah terangkat
 Endapan Lumpur: Leleran lumpur dan lempung lembek dengan kepingan bongkah
batuan tua, dengan kepingan poton. Beberapa poton masih giat, sebagian mengandung
gas(metan, nitrogen, CO2), garam dan hidrokarbon, Tinggi kerucut poton 110 m, garis
tengah beberapa kilometer, umur diduga Holosen, satuan ini tersebar di bagian utara
cekungan Waipoga.
 Batuan Campur Aduk: Lempung tergerus, lumpur dengan bongkah/ kepingan batuan
yang lebih tua yang berasal dari formasi batuan yang lebih tua, hubungan stratigrafi
dengan batuan lain tidak diketahui tetapi setara dengan satuan Endapan Lumpur.
Satuan ini terbentuk akibat tektonika kompresi pada umur plistosen – Holosen. Satuan
ini tersingkap di bagian barat laut Blok Waipoga.

16
 Formasi Unk: greywacke, batulanau, batulempung, konglomerat dan sisipan lignit.
Berlapis, lunak, agak kompak: mengandung kuarsa, mika, felspar, kepingan batuan,
karbonan dan gampingan. Struktur lapisan bersusun, silang-siur, sejajar dan liang
bekas binatang, tebal mencapai 1500 m. Fosil foram kecil dan moluska. Umur N21 –
N23 (Pliosen Akhir – Pleistosen); Menindih selaras formasi Aurumi. diendapkan di
lingkungan laut dangkal sampai laut agak dalam
 Formasi Diawawe: Konglomerat, batupasir, batulempung dan napal. Satuan ini
berumur Pliosen menindih secara tidak selaras Formasi Auwewa, terendapkan di
lingkungan fluvial. Tebalnya sampai 1000 m. Tersingkap di bagian barat daya Block
Waipoga
 Formasi Aurimi : Napal, kalkarenit, batupasir, batulanau dan batu lempung, Setempat
batugamping napalan berlapis tipis-tebal, berstruktur nandetan, lapisan halus
bergelombang, sejajar, konvolut dan silang-siur, Kompak, getas, terlipat tersesarkan
dan setempat tergerus. Tebal 300 -1200 m. Banyak foram kecil, cangkang moluska
dan ganggang. Umur N12 – N20 (Miosen Akhir – Pliosen); Tertindih selaras oleh
formasi Wapoga, menindih tak selaras Formasi Makats, diendapkan dalam
lingkungan laut dangkal dan paralis
 Formasi Makats: Perselingan greywacke, batulanau, batulempung, serpih dan napal;
setempat bersisipan dengan sisipan konglomerat dan batugamping, berlapis baik,
padat dan keras, konglomerat berkomponen utama batuan beku mafik, kalsitutit, dan
batugamping malihan. Terlipat kuat dan tersesarkan. Berupa sedimen tipe flysch
dengan lapisan bersusun, lapisan halus sejajar dan konvolut. Tebal lebih dari 2000 m.
Fosil foram kecil dan foram besar. Umurnya Tf1 sampai Tf2-3 (bagian bawah Miosen
Tengah sampai bagian bawah Miosen Akhir); diendapkan di lingkungan neritik.
 Batuan Mafik/Ultramafik: Gabro, serpentinit dan batuan terserpentinitkan,
tergeruskan dan terbreksikan. Umur diperkirakan lebih tua dari kapur Akhir.

Gambar II.7 merupakan kesebandingan terminologi penamaan formasi batuan pada cekungan
Waipoga antara Peta Geologi Permukaan (Gafoer dan Budhitrisna, 1995) dengan geologi
bawah permukaan (McAdoo, IPA 1999).

17
Gambar II.7 Kesebandingan terminologi penamaan formasi batuan cekungan Waipoga antara geologi
permukaan dengan geologi bawah permukaan

II.4 Sistem Perminyakan Cekungan Waipoga

Elemen sistem perminyakan dapat dikenali keberadaannya di Cekungan Waipoga


berdasarkan data-data yang didapatkan dari literatur. Hal yang terpenting menunjukkan
adanya beberapa rembesan minyak dan gas sebagaimana yang dilaporkan (Gambar II.8)

18
Gambar II.8 Peta Wilayah Indikasi Hidrokarbon Cekungan Waipoga

Berikut adalah elemen-elemen sistem perminyakan yang diidentifikasikan berdasarkan studi


literatur:

II.4.1 Batuan Induk

Batuan induk hidrokarbon di Cekungan Waipoga berasal dari serpih Formasi Darante, serpih
Formasi Makat, dan serpih Formasi Memberamo. Data pirolisis di sumur Apauwar-1, Iroran-
1 dan Muwar-1 yang terletak di utara dan timurlaut daerah Waipoga menunjukkan bahwa
batuan sumber potensial untuk menghasilkan gas dan kondensat yang hadir berasal dari
Formasi Memberamo dan Formasi Makat. Serpih dari Formasi Memberamo Anggota C dan
Formasi Makat memiliki total kandungan organik tinggi (TOC) dengan nilai antara 1% dan
3%. Kandungan kerogen adalah vitrinit Tipe III dan telah teroksidasi, diperkirakan hanya
mampu membentuk gas dengan sedikit kondensat.

II.4.2 Batuan Waduk

Batuan waduk utama pada Cekungan Waipoga berasal dari batugamping Formasi Auwewa,
batupasir Formasi Makats, batupasir Formasi Memberamo, dan batugamping Formasi
Holandia. Batuan waduk di Cekungan Waipoga diperkirakan dapat dikelompokkan ke dalam
tiga kategori yang mungkin sesuai dengan lingkungan pengendapan yaitu batupasir endapan

19
turbidit, batupasir fluvio-delta dan karbonat reefal. Lingkungan ini memiliki porositas sedang
sampai baik, permeabilitas sedang sampai baik, bersih dan sortasi baik. Batupasir fluvio-delta
menawarkan eksplorasi lebih menantang dikarenakan lebih kompleks. Phillips Petroleum
mencatat bahwa karbonat non – terumbu yang kompak karena efek sementasi atau
pemadatan, sementara pada karbonat terumbu berkembang bio-moldic porositas, dan yang
berkurang karena sementasi parsial. Lingkungan yang baik terjadi dalam karbonat air dangkal
dari Pliosen Memberamo Anggota B seperti kapur basal ditemui di Niengo-1 yang memiliki
sifat yang baik dengan berasal porositas inti dalam kisaran 17-30% dan permeabilitas dari 33
millidarcies (Tabel II.1). Meskipun reservoir karbonatnya memliki kualitas yang baik,
mereka tidak pernah terbukti mengandung hidrokarbon.

II.4.3 Batuan Tudung

Batuan tudung sebagai penyekat di Cekungan Waipoga berasal dari intraformational shale
yang terdapat pada Formasi Memberamo dan Formasi Makats.

II.4.4 Perangkap

Perangkap hidrokarbon yang berkembang pada kawasan ini berupa perangkap struktur barupa
lipatan dan sesar, serta perangkap stratigrafi berupa sembulan karbonat. Migrasi hidrokarbon
berupa migrasi vertikal melalui bidang sesar dan migrasi lateral berupa up dip.

Tabel II. 1 Sistem Perminyakan Cekungan Waipoga (Lemigas, 2015).


Basin : North WAIPOGA (Cekungan Waipoga
Utara)
Petroleum System Area :
Source : Darante (La Oligo-Mid Mioc.), Makats
(Mid-La Mioc.), Memberamo (Plio-Pleist.)
 shale
Reservoir : Auwewa (Paleo.-Ea Oligo.), Makats (Mid-
La Mioc.), Hollandia (Plio-Pleist.) 
carbonate
Memberamo (Plio-Pleist.)  sandstone
Trap : Struct. (fault, fold), Strat. (reefal build-up)
Seal : Intraformational shale in Memberamo,
Makats

20
TOC min : 1.2 % (sh)
TOC max : 6.55% (sh), 43.02 (coal)
RO :
HC-Generation :
Kerogen Type :
Migration Type : Vertical via fault, Lateral  dip up
Migration Time :
Estimated HC Expelled :
Note :

Data analisis geokimia dari 80 sampel singkapan dikumpulkan oleh Phillips Petroleum di
bekas Wilayah Kerja Waipog (yang saat ini merupakan wilayah studi Cekungan Waipoga)
menunjukkan hasil yang baik dengan nilai TOC berkisar dari 0,27% menjadi 3,3% dengan
nilai yang lebih tinggi umumnya dalam formasi yang lebih muda.
Hasil analisis dari dari sumur-sumur di utara daerah Waipoga yang berasal dari daerah
Memberamo memiliki nilai TOC sebesar 0,4 sampai 1%. Nilai mengarah pada kesimpulan
bahwa Formasi Memberamo memiliki potensi miskin untuk sumber minyak dan potensi
sedang hingga baik untuk menghasilkan gas.

II.4.5 Konsep Play Regional


Beberapa jenis play diidentifikasi dalam Cekungan Waipoga (Gambar II.10):

a. Antiklin dan sesar yang terkait dengan pembentukan perangkap.


b. Struktur terkait yang terbentuk pada Plio-Pleistosen
c. Penutupan terhadap batuan tudung berupa shale.
d. Facies reefal carbonate, meskipun distribusi terbatas pada tinggian tua data refleksi
seismik kadang-kadang sangat sulit dikarenakan terdapat kemiripan dengan tinggian
basement vulkanik.
e. Perangkap stratigrafi dari batupasir turbidit.

21
Gambar II. 10 Gambar penampang bawah permukaan Cekungan Waipoga Utara (Nations Petroleum).

22

Anda mungkin juga menyukai