Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN GEOLOGI

2.1 Geologi Regional Papua Barat

Fisiografi Papua secara umum dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu

bagian Kepala Burung, Leher Burung, dan Badan Burung. Cekungan Bintuni

berada di daerah Teluk Bintuni–Papua Barat, tepatnya terletak di bagian Kepala-

Leher Burung (Gambar 2.1).

Gambar 2.1PosisiCekunganBintuni (Dumex, dkk 2007)

Papua Barat dibatasi sebelah timur oleh Lengguru Fold-Thrust Belt(LFB),

sebelah utara oleh Kemum Block, sebelah barat oleh tinggian structural Sekak dan

Onin-Kumawa, dan sebelah selatan oleh Patahan Tarera-Aiduna. Batas daerah ini

adalah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Pieters dkk (1983), Chevallier dan

Bordenave (1986), serta Perkins dan Livsey (1993). Fisiografi Papua Barat

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
mengalami deformasi pada umur Tersier Akhir, pada masa ini terjadi proses

transgresi yang besar yang berarah Baratdaya dan berakhir pada New Guinea

Mobile Belt sehingga berbentuk Kepala dan Leher Burung.

Tatanan Geologi daerah KB dibentuk oleh adanya kompresi pada umur

Paleogen tepatnya Oligosen–Resen. Kompresi ini disebabkan karena adanya

oblique convergent antara Lempeng Australia yang bergerak ke arah N-W dan

Lempeng Pasifik yangbergerak ke arah S-E (Dow dan Sukamto, 1984).

Struktur elemen penting yang berada di daerah KB (Gambar 2.2), antara

lain :

1. Sesar Sorong, terletak di sebelah Utara

Sesar Sorong adalah salah satu sesar mayor yang terletak di sebelah utara

KB, dengan arah sesar berarah Timur-Barat. Jenis Sesar Sorong ini yakni sesar

mendatar kiri (left-lateral strike-slip fault)

2. Sesar Tarera Aiduna, terletak di sebelah Selatan

Sesar Tarera Aiduna juga merupakan sesar mayor yang berada di daerah

KB dimana sesar ini terletak di sebelah selatan dengan arah sesar Barat- Timur.

3. Lengguru Fold–Belt ( LFB ), berada di sebelah Timur

LFB merupakan serangkaian antiklin yang mempunyai arah umum NW-

SE, yang kemudian terangkat ketika terjadi proses oblique convergent antara

Lempeng Pasifik–Australia. Di sebelah selatan, LFB ini dipotong oleh Sesar

Tarera Aiduna. Pada saat LFB ini terbentuk, mengakibatkan adanya penurunan

(subsidence) sehingga mengalami sedimentasi pada cekungan. LFB sebagian

10

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
besar tersusun atas kelompok New Guinea Limestone (NGL) yang mengisi

Cekungan Bintuni.

4. Seram Through, berada disebelah barat.

Palung Seram berada di sebelah Baratdaya KB. Sesar ini terbentuk akibat

adanya konvergen lempeng Australia.

Gambar 2.2 Peta Tektonik Regional Kepala Burung (KB). (PND, 2006).

2.2KerangkaTektonikRegional

KB dibentuk oleh adanya kompresi pada Paleogen tepatnya kala Oligosen-

Resen. Kompresi ini disebabkan karena adanya oblique convergent antara

Lempeng Australiayang bergerak ke utara dengan Lempeng Pasifik. Cekungan

Bintuni merupakan cekungan berumur Tersier, berkembang pesatselama Plio-

Pleistosen yang diikuti dengan pembentukan LFB yang berada di sebelah timur

11

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
dan Blok Kemum sebelah utara. Berdasarkan stratigrafi Cekungan Bintuni, dapat

dibagi dalam beberapa tahapan tektonikyaitu :

1. Tahapan pemisahan Gondwana dan Asia

2. Tahapan tumbukan Lempeng Australia dan Pasifik

3. Tahapan pembalikan zona subduksi.

1. Tahapan Pemisahan Gondwana dan Asia

Tahapan pemisahan Gondwana dan Asia berlangsung pada umur

Paleozoikum Akhir, dibagi menjadi 3 periode pengendapan pre-rift, syn-rift, post-

rift.

a. Pre- Rift (Paleozoikum)

Batuan dasar dari daerah KB terdiri dari sedimen pada umur Silur–Devon

yang kemudian terlipat dan mengalami metamorfisme. Kegiatan sedimen ini terus

berlangsung sampai umur Karbon-Permian diendapkan Kelompok Aifam yang

terdiri dari 3 formasi dari tua–muda yaitu Formasi Aimau, Aifat dan Ainin.

Kelompok ini tersebar luas pada bagian KB, tetapi tidak terlihat dipengaruhi oleh

metamorfisme melainkan lebih terdeformasi. Pada bagian Tubuh Burung

Kelompok Aifam ini setara dengan Formasi Aiduna yang berumur Karbon Akhir-

Permian dan terdiri atas batuan silisiklastik serta batubara, dengan lingkungan

pengendapan berupa fluvial hingga delta. Kelompok Aifam ini dapat

dikelompokan dalam tahap Pre-rifting yakni proses pengendapan yang tejadi

sebelum tahap tektonik(rifting) pada masa Mezosoikum.

b. Syn-Rift (Mezosoikum)

12

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Pada Triasik, di daerah KB ditemukan kejadian yang jarang terjadi yakni

ditemukan adanya red–beds. Hal ini menandakan sebagian area terekspos atau

terangkat ke permukaaan sehingga mengalami oksidasi pada lingkungan yang

kering.

Sebagian daerah yang terangkat ini mengakibatkan Cekungan Bintuni mengalami

ketidakselarasan (unconformity) antara Permian Akhir dengan Yura, dengan

demikian selama umur Trias Cekungan Bintuni tidak terjadi proses sedimentasi

(Perkins & Livsey, 1993). Sementara pada beberapa bagian KB terendapkan

Formasi Tipuma pada umur Trias Awal–Akhir.

Sedimen yang diendapkan pada periode rift pada Mesozoikum adalah

sedimen Formasi Tipuma. Hal ini ditandai dengan diendapkannya formasi ini

pada graben–graben yang terbentuk akibat adanya kegiatan tektonik di sepanjang

batas utara LempengAustralia. Namun periode rifting itu sendiri dimulai pada

umur Yura, sedangkanFormasi Tipuma berumur Trias Awal–Akhir, jadi dapat

disimpulkan bahwa endapanini merupakan endapan pertama pada periode

rifting.Setidaknya pada kisaran umur ini terdapat dua komponen utama rifting

pada batas Kontinental Australia yaitu pada bagian utara dan bagian baratlaut

kontinental Australia. Rifting pada bagian utara diperkirakan dibatasi oleh batas

yang kompleks berupa Palung New Guinea, Fold Belt Papua dan Sorong Koor

Suture. Sementara rifting yang terjadi pada bagian baratlaut dapat diperkirakan

dibatasi oleh Timor Trough hingga Aru Trough.

c. Post-Rift / Passive Margin (Mesozoikum)

13

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Pada umur Jurasik Tengah-Akhir terjadi suatu proses transgresi. Naiknya

muka air laut ini terjadi secara global. Hal ini memberikan dampak lokal bagi

kondisi geologi di daerah KB. Batupasir yang diendapkan pada umur Jurasik

merupakan unit dari endapan laut dangkal yang diendapkan pada saat proses

transgresi. Pada proses ini diendapkan Kelompok Kambelangan Bawah yang

berumur Jurasik Awal–Akhir.Berdasarkan data Lapangan Wiriagar, Bintuni di

atas Kelompok Kembelangan Bawah ini dijumpai pengendapan batulempung

berwarna coklat gelap sebagai endapan maksimum transgresi laut.

Disamping itu, pada umur Jurasik merupakan tahapan post–rift / passive

margin hal ini ditandai dengan adanya seafloor spreading pada umur Yura,

hinggaterpecahnyaKontinental Australia pada bagian timurlaut menjadi lempeng-

lempengkontinen berukuran kecil (mikro kontinen). Pada masa ini bagian

timurlaut KontinenAustralia masih bertindak sebagai passive margin. Kontinental

Australia ini diendapkan Kelompok Kambelangan Bawah yang menindih secara

tidak selaras sekuen rift (syn-rift) yakni Formasi Tipuma.

Kemudian terjadi proses pengangkatan yang terjadi sepanjang zaman

Kapur Awal membentuk apa yang dikenal dengan intra–cretaceous uncorformity

(Perkins danLivsey,1993) sehingga tidak ada proses sedimen pada Kapur Awal

pada CekunganBintuni. Ketidakselarasan ini muncul memisahkan Kelompok

Kembelangan Bawahdengan Kelompok Kembelangan Atas.

Pada umur Kapur Akhir diperkiran terjadi proses extensional rift, sehingga

memisahkan KB dengan wilayah Kontinental Australia. Dengan adanya aktivitas

iniFormasi Tipuma dan Kelompok Kembelangan mengalami pengangkatan

14

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
sehingga menghasilkan erosional pada sedimen yang lebih tua atau malah tidak

terjadinya proses pengendapan. Kelompok ini diendapakan hingga terjadi

pengurangan suplai sedimen pada umur Kapur Akhir sehingga memberikan jalan

untuk berkembangnya batuan karbonat (Batugamping New Guinea) pada umur

Eosen–Miosen Akhir. Catatan Batugamping New Guinea terdiri atas: (1) Formasi

Waripi (Paleosen), (2) Formasi Faumai (Eosen-Oligosen), (3) Formasi Sirga

(Miosen Awal), (3) Formasi Kais (Miosen Tengah).

2.Tahap Tumbukan Lempeng Australia dengan Pasifik (Kenozoikum)

Pada umur Kenozoikum adalah waktu tektonik aktif di daerah KB,

sehingga membentuk geografi, struktur geologi dan stratigrafi KB. Pada

Kenozoikum Awal (Paleosen–Eosen), kemungkinan bahwa Lempeng KB

(mungkin bersamaan Misool, Sula, Buru) menjadi terlepas dari Lempeng

Australia–New Guinea. Namun secara umum, daerah KB menjadi lempeng kecil

(micro plate), terlepas dari Lempeng Australia–New Guinea pada umur Eosen

atau paling lambat Oligosen.

Pada umur Eosen-Oligosen ditandai oleh kemunculan batuan transgresi

karbonat Formasi Faumai. Sebuah ketidakselarasan muncul pada kolom stratigrafi

dari lapangan Wariagar, Bintuni yang berumur Oligosen Akhir. Pada kolom

stratigrafi ketidakselarasan ini justru terjadi lebih awal yaitu pada umur Oligosen

Awal. Ketidakselarasan menandakan terjadinya peristiwa kompresi, yang

membagi Formasi Faumai dengan Formasi di atasnya (Formasi Sirga dan Kais).

Fase kompresi ini terjadi akibat adanya tumbukan antara Lempeng Australia

dengan Lempeng Pasifik pada umur Eosen. Pada umur Eosen Akhir Lempeng

15

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Australia bergerak ke arah utara dan menyusup sebagai subduksi terhadap Kerak

Samudra dari Lempeng Pasifik dan kemudian membentuk busur-busur kepulauan

(island arc). Kompresi ini mengakibatkan pembentukan antiklin yang berarah

NW-SE dan merupakan pusat berkembangnya kelompok BNG dalam Cekungan

Bintuni. Proses subduksi ini terus berlanjut ke arah utara hingga akhirnya kerak

samudera dari Lempeng Australia termakan habis (overriding plate) oleh

Lempeng Samudra Pasifik. Proses ini berlanjut terus hingga terjadinya tumbukan

(collision) pada umur Oligosen antara Lempeng Australia dan busur kepulauan

Samudera Pasifik.

3.Tahap Pembalikan Zona Subduksi (Neogen)

Pada Neogen telah terjadi pembalikan arah subduksi. Pada mulanya

Lempeng Australia menunjam ke dalam Lempeng Pasifik ke arah utara, tetapi

setelah terjadi tumbukan terjadi perubahan arah subduksi, dimana Lempeng

Pasifik menunjam ke dalam Lempeng Australia ke arah selatan yang kini dikenal

sebagai Palung New Guinea. Berdasarkan tektonik KB, umur penunjaman Palung

New Guinea ke arah selatan ini berumur Miosen. Hal ini diperkuat oleh

kemunculan pertama sedimen klastik tebal setelah pengendapan BNG Formasi

Kais, formasi silisiklastik ini dikenal dengan Formasi Klasafet. Tahap tektonik

tumbukan umur ini menghasilkan New Guinea Mobile Belt dan Lengguru Fold

Belt, sesar–sesar aktif (Sesar Sorong, Terera dan sebagainya) dan cekungan–

cekungan foreland seperti Cekungan Salawati dan Cekungan Bintuni di wilayah

KB.

16

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Pada Miosen Akhir–Pleistosen diendapkan sedimen klastik, disebut

dengan

Formasi Steenkool. Rangkaian formasi ini merupakan tudung (seal) dari Formasi

Kais yang merupakan batugamping reservoir. Kemudian terjadi penurunan

cekungan, sedimentasi yang cepat dengan kedalaman yang sangat dalam sehingga

baik untuk “Kitchen area“ sebagai syarat pembentukan hidrokarbon dari Permian

Akhir–Awal Yura yang sebelumnya telah terendapkan pada Cekungan Bintuni.

2.3 Stratigrafi Regional

Cekungan Bintuni ini merekam semua aspek sejarah stratigrafi dan

peristiwa tektonik Papua khususnya KB yang dimulai pada Paleozoikum-Resen

(Gambar 2.3)

17

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Gambar 2.3Stratigrafi Regional Papua Barat (ChevallierdanBordenave, 1986).

18

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
1. Formasi Kemum

Formasi Kemum merupakan batuan dasar sekuen turbidit dari Cekungan

Bintuni yang diendapakan pada umur Silur–Devon. Formasi ini terangkat di

sebelah timurlaut KB dan sepanjang laut timur Leher Burung. Litologi

penyusunnya berupa batulempung, graywackes dan klastik kasar. Formasi

Kemum mengalami perlipatan dan intrusi batuan granit plutonik selama umur

Devon.

2. Kelompok Aifam ( Formasi Aimau, Formasi Aiduna/Aifat, Formasi

Ainim)

Kelompok Aifam diendapakan di atas Formasi Kemum secara tidak

selaras pada umur Karbon–Permian Akhir. merupakan hasil transgresi–regresi

selama Kapur dengan lingkungan pengendapan berupa fluvial deltaik, paparan

hingga laut dangkal. 3 Formasi yang termasuk dalam Kelompok Aifam dari tua–

muda dan diendapkansecara selaras yaitu: Formasi Aimau, Formasi Aifat,

Formasi Ainim. Litologi penyusun kelompok ini berupa batupasir, lempung dan

batubara.

3. Formasi Tipuma

Proses regresi yang terjadi selama Permian Akhir terus terjadi sampai

Trias Awal–Yura Awal, pada umur ini diendapkan Formasi Tipuma yang

terendapkan secara selaras di atas Kelompok Aifam. Litologi penyusun berupa

batupasir dan serpih dan sedikit lapisan batugamping. Lingkungan pengendapan

di lingkungan laut dangkal.

4. Kelompok Kembelangan (Kembelangan Bawah dan Kembelangan Atas)

19

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Pada umur Yura Awal–Kapur Akhir diendapkan Kelompok

Kembelangan.Kelompok ini di bagi menjadi 2 dari tua–muda yaitu :

Kembelangan Bawah dan Kembelangan Atas.

a. Kembelangan Bawah

Kembelangan Bawah diendapkan pada umur Jurasik Awal–Kapur Awal

yang diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Tipuma. Litologi penyusun

berupa batupasir, batuan karbonat dan batubara dengan lingkungan pengendapan

berupa deltaik hingga laut tertutup. Formasi yang termasuk dalam Kembelangan

Bawah yaitu Formasi Kopai dan Ayot.

b. Kembelangan Atas

Kembelangan Atas diendapkan pada umur Kapur Awal–Akhir.

Diendapkan secara tidak selaras di atas Kembelangan Bawah. Litologi penyusun

Kembelangan Atas berupa batupasir dan batulempung. Kembelangan Atas terdiri

dari tua-muda yakni batugamping Piniya, batupasir Ekmai dan Formasi Jass.

Kembelangan Bawah dan Kembelangan Atas dipisahkan oleh adanya

ketidakselarasan yang berumur Kapur Awal atau disebut dengan intra–

cretaceousunconformity dan juga merupakan awal dari fase rifting.

5. Formasi Waripi

Pada umur Paleosen diendapkan Formasi Waripi yang diendapkan secara

selaras di atas Kelompok Kambelangan Atas. Litologi penyusun Formasi ini

berupa batupasir, batulempung dan serpih yang merupakan ciri dari endapan

lingkungan laut dalam.

6. Kelompok Batu Gamping New Guinea (New Guinea Limestone)

20

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Pada Kala Tersier tepatnya umur Eosen–Miosen Tengah diendapkan

Kelompok Batu Gamping New Guinea. Pada Akhir Kapur terjadi penghentian

suplai detritus klastik ke utara laut Australia, dan terjadi akumulasi karbonat yang

merupakan sekuen batugamping yang tebal. 3 Formasi yang termasuk dalam

Kelompok Batugamping New Guinea dari tuamuda yakni: Formasi Faumai yang

berumur Eosen-Oligosen, Formasi Sirga berumur Miosen Awal dan Formasi Kais

berumur Miosen Tengah. Lapisan karbonat ini meluas sepanjang Cekungan

Bintuni dengan lingkungan pengendapan berupa shallow-shelf. Kelompok

Batugamping New Guinea ini diketahui merupakan batas akhir fase kompresi

antara Lempeng Australia dengan Lempeng Pasifik.

7. Formasi Klasafet

Formasi Klasafet diendapakan pada umur Miosen Akhir–Pliosen

yangdiendapakan secara tidak selaras di atas Formasi Kais. Litologi penyusun dari

Formasi Klasafet berupa Serpih. Lingkungan pengendapan dari formasi ini berupa

lingkungan lagoon.

8. Formasi Steenkool

Pada Pliosen Awal-Pleistosen, terjadi tektonik aktif sehingga

membentukCekungan Bintuni dan Lengguru Fold Belt sehingga diendapkan

Formasi Steenkool. Fasies dalam Formasi Steenkool berubah secara vertical dan

horizontal dalamjarak, di selatan atau pun utara Cekungan Bintuni. Litologi dari

Formasi ini berupa batulanau, batupasir serpihan, batulempung.

21

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
2.4 Struktur Regional

Daerah Kepala Burung mengalami kompresi ke selatan sejak Oligosen

sampai Resen. Elemen-elemen struktur utama adalah Sesar Sorong, Blok Kemum-

Plateu Ayamaru di utara, Sesar Ransiki, Jalur Lipatan-Anjakan Lengguru dan

Cekungan Bintuni dan Salawati di Timur dan Sesar Tarera-Aiduna, Antiklin

Misool-Onin-Kumawa dan Cekungan Berau di selatan dan barat daya. Cekungan-

cekungan Bintuni Berau dan Salawati diketahui sebagai cekungan-cekungan

Tersier. (Gambar 2.4).

Gambar 2.4 Elemen Tektonik Kepala Burung (dimodifikasi oleh Piagram dkk.,

1982).

22

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Sistem Sesar Sorong memanjang dari daratan Irian Jaya bagian Utara yang

mengikuti garis pantai melewati Selat Sele dan bagian Utara Pulau Salawati.

Lebarnya hingga 10 kilometer dan berarah barat-baratdaya. Sistem sesar itu

berkembang sebagai hasil proses yang rumit. Strike-slip dan sesar normal

berkembang sepanjang bidang sesar yang terputus-putus. Sungai Waramsom yang

berarah timur-barat dan perbukitan sempit yang memanjang di utaranya

diperngaruhi oleh sesar dan merupakan batas selatan sesar itu.

Sesar Sorong merupakan strike-slip yang bergerak mengiri sebagai hasil

interaksi antara Lempeng Autralia-India di selatan dan lempeng-lempeng di

sebelah utara (Visser & Hermes, 1962; Hamilton, 1979; Dow & Sukamto, 1984;

Pieters dkk., 1983). Pergerakan Sesar Sorong ditunjukkan oleh kehadiran struktur

yang relatif tegak dan menyamping dan jenis batuan yang memiliki sejarah

geologi yang berbeda-beda. Pergerakan Sesar Sorong ini terjadi di sepanjang

sistem Sesar Sorong itu kemungkinan berlangsung dari Miosen Akhir sampai

Pliosen dan setelah itu terjadi pensesaran diserta pengangkatan wilayah bagian

utara dan timur Kepala Burung pada kala Pliosen dan Kuarter.

Blok Kemum adalah bagian dari tinggian batuan dasar, dibatasi Sesar

Sorong di utara dan Sesar Ransiki di timur. Dicirikan oleh batuan metamorf, pada

beberapa tempat terdapat diintrusi oleh granit Permo-Trias. Batas selatannya

dicirikan oleh kehadiran sedimen klastik tidak termetamorfosakan berumur

Paleozoikum-Mesozoikum dan batugamping-batugamping Tersier (Piagram dan

Sukanta, 1981; Pieters dkk., 1983). Blok Kemum terangkat pada masa

23

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Kenozoikum Akhir dan merupakan sumber sedimentasi utama pengisian sedimen

klastik di utara Cekungan Bintuni.

Cekungan Bintuni merupakan cekungan Tersier di selatan Blok Kemum,

di bagian timurnya dibatasi oleh Jalur Lipatan Anjakan Lengguru. Cekungan ini

dipisahkan dari Cekungan Salawati oleh Paparan Ayamaru dan dari Cekungan

Berau oleh Perbukitan Sekak.

Plateu Ayamaru dan Pematang Sekak merupakan tinggian di tengah

Kepala Burung, dicirikan oleh sedimen tipis berumur Mesozoikum dan Tersier.

Kedua tinggian ini memisahkan Cekungan Bintuni dan Salawati (Visser and

Hermes, 1962; Piagram dan Sukanta, 1981).

Antiklin Misool-Onin-Kumawa merupakan bagian antiklinorium bawah

laut yang memanjang dari Peninsula Kemawa sampai ke Pulau Misool (Piagram

dkk., 1982).

Jalur Lipatan Anjakan Lengguru berarah baratdaya-tenggara diperlihatkan

oleh suatu seri bentukan ramps dan thrust. Di bagian selatannya, bagian ini

terpotong oleh Zona Sesar Tarera-Aiduna (Hobson, 1997).

Tanjung Wandaman pada arah selatan-tenggara, merupakan jalur sesar

yang dibatasi oleh batuan metamorf. Daerah ini dapat dibagi menjadi zona

metamorfisme derajat tinggi di utara dan derajat rendah di selatan (Piagram dkk.,

1982).

Zona Sesar Tarera-Aiduna merupakan zona sesar mendatar mengiri di

selatan daerah Leher Burung. Jalur Lipatan Anjakan Lengguru secara tiba-tiba

berakhir di zona berarah barat-timur ini. Sesar ini digambarkan (Hamilton, 1979

24

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
dalam Piagram dkk., 1982) memotong Palung Aru dan semakin ke barat menjadi

satu dengan zona subduksi di Palung Seram.

2.5 Fisiografi Cekungan Bintuni

Cekungan Bintuni merupakan cekungan dengan luas ± 30.000

kmcenderung berarah utara-selatan dengan umur Tersier Akhir yang berkembang

pesat selama proses pengangkatan LFB ke timur dan blok Kemum dari sebelah

utara. Cekungan ini di sebelah timur berbatasan dengan Sesar Arguni, di depannya

terdapat LFB yang terdiri dari batuan klastik berumur Mesozoic dan batugamping

berumur tersier yang mengalami perlipatan dan tersesarkan. Di sebelah barat

cekungan ini ditandai dengan adanya tinggian struktural, yaitu Pegunungan Sekak

yang meluas sampai ke Utara, di sebelah Utara terdapat dataran tinggi Ayamaru

yang memisahkan Cekungan Bintuni dengan Cekungan Salawati yang

memproduksi minyak bumi. Di sebelah selatan, Cekungan Bintuni dibatasi oleh

Sesar Tarera-Aiduna, sesar ini paralel dengan Sesar Sorong yang terletak di

sebelah utara KB. Kedua sesar ini merupakan sesar utama di daerah Papua Barat

(Anonim, 2014).

2.6 Petroleum System Cekungan Bintuni

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, petroleum system merupakan

elemen-elemen geologi dan proses-proses yang penting dalam hubungannya untuk

menghasilkan dan menyimpan minyak bumi. Keberhasilan eksplorasi ditentukan

oleh pemahaman terhadap petroleum system yang terdapat pada daerah tersebut.

Terdapat lima bagian dari system petroleum yang dipengaruhi dengan kondisi

geologi regional maupun lokal yang ada pada Cekungan Bintuni, yaitu :

25

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
2.6.1 Batuan Induk (source rock)

Batuan induk, adalah batuan yang banyak mengandung bahan-bahan

organiksisa-sisa hewan dan tumbuhan yang mengalami pematangan sehingga

terbentuk minyak dan gas bumi. Pada daerah telitian, batuan induk potensial pada

Cekungan Bintuni terdapat 3 zona yaitu serpih dan batubara Permian Akhir

Formasi Ainim, batas laut hingga darat serpih dan batubara Jurassic Awal hingga

tengah, dan Batulempung calcareous berumur Tersier dan batugamping Formasi

Waripi dan Batugamping New Guinea.

2.6.2 Batuan Reservoar (Reservoir Rock)

Batuan reservoar merupakan batuan yang bersifat porous (berpori-pori) dan

kelolosan (permeabilitas) sehingga minyak dan gas bumi yang dihasilkan oleh

batuaninduk akan disimpan atau diakumulasikan di sini. Batuan reservoar yang

terdapat pada cekungan Bintuni berupa batupasir pada formasi Lower

Kembelangan (Upper Jurassic) dan batugamping pada formasi Kais dan Klasafet

(Middle Miocene).

2.6.3 Migrasi

Migrasi hidrokarbon, merupakan proses perpindahan hidrokarbon dari

lapisan induk menuju ke lapisan resevoar untuk dikonsentrasikan didalamnya.

Migrasi dipercaya terjadi sepanjang sisi barat laut Cekungan Bintuni sepanjang

sumbu antiklin dengan jarak melebihi 50 kilometer. Migrasi hidrokarbon berupa

migrasi primer dari source rock ke carrier bed dan migrasi sekunder dari carrier

bed ke reservoir dan trap.Migrasi bergerak secara lateral melalui lapisan

26

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
permeable batupasir dan pergerakan vertical migrasi dipengaruhi oleh adanya

patahan atau rekahan.

2.6.4 Perangkap (Trap)

Perangkap merupakan bentukan-bentukan yang memungkinkan hidrokarbon

terperangkap di dalamnya.Perangkap yang terdapat pada cekungan Bintuni berupa

perangkap struktur berupa antiklin NW-SE dan strike slip faults, sesar yang

berarah E-W.

2.6.5 Batuan Penutup (Seal)

Batuan penutup adalah suatu batuan sedimen yang kedap air sehingga

hidrokarbon yang ada dalam reservoar tidak dapat keluar lagi.Batuan penutup

pada petroleum system cekungan Bintuni berupa lapisan impermeable yaitu

batulempung pada formasi Klasafet dan Lower Kambelangan.

Gambar 2.5 Hydrocarbon Play di Cekungan Bintuni.

27

Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera

Anda mungkin juga menyukai