TINJAUAN GEOLOGI
Fisiografi Papua secara umum dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu
bagian Kepala Burung, Leher Burung, dan Badan Burung. Cekungan Bintuni
sebelah utara oleh Kemum Block, sebelah barat oleh tinggian structural Sekak dan
Onin-Kumawa, dan sebelah selatan oleh Patahan Tarera-Aiduna. Batas daerah ini
adalah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Pieters dkk (1983), Chevallier dan
Bordenave (1986), serta Perkins dan Livsey (1993). Fisiografi Papua Barat
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
mengalami deformasi pada umur Tersier Akhir, pada masa ini terjadi proses
transgresi yang besar yang berarah Baratdaya dan berakhir pada New Guinea
oblique convergent antara Lempeng Australia yang bergerak ke arah N-W dan
lain :
Sesar Sorong adalah salah satu sesar mayor yang terletak di sebelah utara
KB, dengan arah sesar berarah Timur-Barat. Jenis Sesar Sorong ini yakni sesar
Sesar Tarera Aiduna juga merupakan sesar mayor yang berada di daerah
KB dimana sesar ini terletak di sebelah selatan dengan arah sesar Barat- Timur.
SE, yang kemudian terangkat ketika terjadi proses oblique convergent antara
Tarera Aiduna. Pada saat LFB ini terbentuk, mengakibatkan adanya penurunan
10
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
besar tersusun atas kelompok New Guinea Limestone (NGL) yang mengisi
Cekungan Bintuni.
Palung Seram berada di sebelah Baratdaya KB. Sesar ini terbentuk akibat
Gambar 2.2 Peta Tektonik Regional Kepala Burung (KB). (PND, 2006).
2.2KerangkaTektonikRegional
Pleistosen yang diikuti dengan pembentukan LFB yang berada di sebelah timur
11
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
dan Blok Kemum sebelah utara. Berdasarkan stratigrafi Cekungan Bintuni, dapat
rift.
Batuan dasar dari daerah KB terdiri dari sedimen pada umur Silur–Devon
yang kemudian terlipat dan mengalami metamorfisme. Kegiatan sedimen ini terus
terdiri dari 3 formasi dari tua–muda yaitu Formasi Aimau, Aifat dan Ainin.
Kelompok ini tersebar luas pada bagian KB, tetapi tidak terlihat dipengaruhi oleh
Kelompok Aifam ini setara dengan Formasi Aiduna yang berumur Karbon Akhir-
Permian dan terdiri atas batuan silisiklastik serta batubara, dengan lingkungan
b. Syn-Rift (Mezosoikum)
12
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Pada Triasik, di daerah KB ditemukan kejadian yang jarang terjadi yakni
ditemukan adanya red–beds. Hal ini menandakan sebagian area terekspos atau
kering.
demikian selama umur Trias Cekungan Bintuni tidak terjadi proses sedimentasi
sedimen Formasi Tipuma. Hal ini ditandai dengan diendapkannya formasi ini
batas utara LempengAustralia. Namun periode rifting itu sendiri dimulai pada
rifting.Setidaknya pada kisaran umur ini terdapat dua komponen utama rifting
pada batas Kontinental Australia yaitu pada bagian utara dan bagian baratlaut
kontinental Australia. Rifting pada bagian utara diperkirakan dibatasi oleh batas
yang kompleks berupa Palung New Guinea, Fold Belt Papua dan Sorong Koor
Suture. Sementara rifting yang terjadi pada bagian baratlaut dapat diperkirakan
13
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Pada umur Jurasik Tengah-Akhir terjadi suatu proses transgresi. Naiknya
muka air laut ini terjadi secara global. Hal ini memberikan dampak lokal bagi
kondisi geologi di daerah KB. Batupasir yang diendapkan pada umur Jurasik
merupakan unit dari endapan laut dangkal yang diendapkan pada saat proses
margin hal ini ditandai dengan adanya seafloor spreading pada umur Yura,
(Perkins danLivsey,1993) sehingga tidak ada proses sedimen pada Kapur Awal
Pada umur Kapur Akhir diperkiran terjadi proses extensional rift, sehingga
14
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
sehingga menghasilkan erosional pada sedimen yang lebih tua atau malah tidak
pengurangan suplai sedimen pada umur Kapur Akhir sehingga memberikan jalan
Eosen–Miosen Akhir. Catatan Batugamping New Guinea terdiri atas: (1) Formasi
(micro plate), terlepas dari Lempeng Australia–New Guinea pada umur Eosen
dari lapangan Wariagar, Bintuni yang berumur Oligosen Akhir. Pada kolom
stratigrafi ketidakselarasan ini justru terjadi lebih awal yaitu pada umur Oligosen
membagi Formasi Faumai dengan Formasi di atasnya (Formasi Sirga dan Kais).
Fase kompresi ini terjadi akibat adanya tumbukan antara Lempeng Australia
dengan Lempeng Pasifik pada umur Eosen. Pada umur Eosen Akhir Lempeng
15
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Australia bergerak ke arah utara dan menyusup sebagai subduksi terhadap Kerak
Bintuni. Proses subduksi ini terus berlanjut ke arah utara hingga akhirnya kerak
Lempeng Samudra Pasifik. Proses ini berlanjut terus hingga terjadinya tumbukan
(collision) pada umur Oligosen antara Lempeng Australia dan busur kepulauan
Samudera Pasifik.
Pasifik menunjam ke dalam Lempeng Australia ke arah selatan yang kini dikenal
sebagai Palung New Guinea. Berdasarkan tektonik KB, umur penunjaman Palung
New Guinea ke arah selatan ini berumur Miosen. Hal ini diperkuat oleh
Kais, formasi silisiklastik ini dikenal dengan Formasi Klasafet. Tahap tektonik
tumbukan umur ini menghasilkan New Guinea Mobile Belt dan Lengguru Fold
Belt, sesar–sesar aktif (Sesar Sorong, Terera dan sebagainya) dan cekungan–
KB.
16
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Pada Miosen Akhir–Pleistosen diendapkan sedimen klastik, disebut
dengan
Formasi Steenkool. Rangkaian formasi ini merupakan tudung (seal) dari Formasi
cekungan, sedimentasi yang cepat dengan kedalaman yang sangat dalam sehingga
baik untuk “Kitchen area“ sebagai syarat pembentukan hidrokarbon dari Permian
(Gambar 2.3)
17
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Gambar 2.3Stratigrafi Regional Papua Barat (ChevallierdanBordenave, 1986).
18
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
1. Formasi Kemum
Kemum mengalami perlipatan dan intrusi batuan granit plutonik selama umur
Devon.
Ainim)
hingga laut dangkal. 3 Formasi yang termasuk dalam Kelompok Aifam dari tua–
Formasi Ainim. Litologi penyusun kelompok ini berupa batupasir, lempung dan
batubara.
3. Formasi Tipuma
Proses regresi yang terjadi selama Permian Akhir terus terjadi sampai
Trias Awal–Yura Awal, pada umur ini diendapkan Formasi Tipuma yang
19
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Pada umur Yura Awal–Kapur Akhir diendapkan Kelompok
a. Kembelangan Bawah
yang diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Tipuma. Litologi penyusun
berupa deltaik hingga laut tertutup. Formasi yang termasuk dalam Kembelangan
b. Kembelangan Atas
dari tua-muda yakni batugamping Piniya, batupasir Ekmai dan Formasi Jass.
5. Formasi Waripi
berupa batupasir, batulempung dan serpih yang merupakan ciri dari endapan
20
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Pada Kala Tersier tepatnya umur Eosen–Miosen Tengah diendapkan
Kelompok Batu Gamping New Guinea. Pada Akhir Kapur terjadi penghentian
suplai detritus klastik ke utara laut Australia, dan terjadi akumulasi karbonat yang
Kelompok Batugamping New Guinea dari tuamuda yakni: Formasi Faumai yang
berumur Eosen-Oligosen, Formasi Sirga berumur Miosen Awal dan Formasi Kais
Batugamping New Guinea ini diketahui merupakan batas akhir fase kompresi
7. Formasi Klasafet
yangdiendapakan secara tidak selaras di atas Formasi Kais. Litologi penyusun dari
Formasi Klasafet berupa Serpih. Lingkungan pengendapan dari formasi ini berupa
lingkungan lagoon.
8. Formasi Steenkool
Formasi Steenkool. Fasies dalam Formasi Steenkool berubah secara vertical dan
horizontal dalamjarak, di selatan atau pun utara Cekungan Bintuni. Litologi dari
21
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
2.4 Struktur Regional
sampai Resen. Elemen-elemen struktur utama adalah Sesar Sorong, Blok Kemum-
Gambar 2.4 Elemen Tektonik Kepala Burung (dimodifikasi oleh Piagram dkk.,
1982).
22
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Sistem Sesar Sorong memanjang dari daratan Irian Jaya bagian Utara yang
mengikuti garis pantai melewati Selat Sele dan bagian Utara Pulau Salawati.
berkembang sebagai hasil proses yang rumit. Strike-slip dan sesar normal
sebelah utara (Visser & Hermes, 1962; Hamilton, 1979; Dow & Sukamto, 1984;
Pieters dkk., 1983). Pergerakan Sesar Sorong ditunjukkan oleh kehadiran struktur
yang relatif tegak dan menyamping dan jenis batuan yang memiliki sejarah
sistem Sesar Sorong itu kemungkinan berlangsung dari Miosen Akhir sampai
Pliosen dan setelah itu terjadi pensesaran diserta pengangkatan wilayah bagian
utara dan timur Kepala Burung pada kala Pliosen dan Kuarter.
Blok Kemum adalah bagian dari tinggian batuan dasar, dibatasi Sesar
Sorong di utara dan Sesar Ransiki di timur. Dicirikan oleh batuan metamorf, pada
Sukanta, 1981; Pieters dkk., 1983). Blok Kemum terangkat pada masa
23
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
Kenozoikum Akhir dan merupakan sumber sedimentasi utama pengisian sedimen
di bagian timurnya dibatasi oleh Jalur Lipatan Anjakan Lengguru. Cekungan ini
dipisahkan dari Cekungan Salawati oleh Paparan Ayamaru dan dari Cekungan
Kepala Burung, dicirikan oleh sedimen tipis berumur Mesozoikum dan Tersier.
Kedua tinggian ini memisahkan Cekungan Bintuni dan Salawati (Visser and
laut yang memanjang dari Peninsula Kemawa sampai ke Pulau Misool (Piagram
dkk., 1982).
oleh suatu seri bentukan ramps dan thrust. Di bagian selatannya, bagian ini
yang dibatasi oleh batuan metamorf. Daerah ini dapat dibagi menjadi zona
metamorfisme derajat tinggi di utara dan derajat rendah di selatan (Piagram dkk.,
1982).
selatan daerah Leher Burung. Jalur Lipatan Anjakan Lengguru secara tiba-tiba
berakhir di zona berarah barat-timur ini. Sesar ini digambarkan (Hamilton, 1979
24
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
dalam Piagram dkk., 1982) memotong Palung Aru dan semakin ke barat menjadi
pesat selama proses pengangkatan LFB ke timur dan blok Kemum dari sebelah
utara. Cekungan ini di sebelah timur berbatasan dengan Sesar Arguni, di depannya
terdapat LFB yang terdiri dari batuan klastik berumur Mesozoic dan batugamping
cekungan ini ditandai dengan adanya tinggian struktural, yaitu Pegunungan Sekak
yang meluas sampai ke Utara, di sebelah Utara terdapat dataran tinggi Ayamaru
Sesar Tarera-Aiduna, sesar ini paralel dengan Sesar Sorong yang terletak di
sebelah utara KB. Kedua sesar ini merupakan sesar utama di daerah Papua Barat
(Anonim, 2014).
oleh pemahaman terhadap petroleum system yang terdapat pada daerah tersebut.
Terdapat lima bagian dari system petroleum yang dipengaruhi dengan kondisi
geologi regional maupun lokal yang ada pada Cekungan Bintuni, yaitu :
25
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
2.6.1 Batuan Induk (source rock)
terbentuk minyak dan gas bumi. Pada daerah telitian, batuan induk potensial pada
Cekungan Bintuni terdapat 3 zona yaitu serpih dan batubara Permian Akhir
Formasi Ainim, batas laut hingga darat serpih dan batubara Jurassic Awal hingga
kelolosan (permeabilitas) sehingga minyak dan gas bumi yang dihasilkan oleh
Kembelangan (Upper Jurassic) dan batugamping pada formasi Kais dan Klasafet
(Middle Miocene).
2.6.3 Migrasi
Migrasi dipercaya terjadi sepanjang sisi barat laut Cekungan Bintuni sepanjang
migrasi primer dari source rock ke carrier bed dan migrasi sekunder dari carrier
26
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera
permeable batupasir dan pergerakan vertical migrasi dipengaruhi oleh adanya
perangkap struktur berupa antiklin NW-SE dan strike slip faults, sesar yang
berarah E-W.
Batuan penutup adalah suatu batuan sedimen yang kedap air sehingga
hidrokarbon yang ada dalam reservoar tidak dapat keluar lagi.Batuan penutup
27
Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan dengan Metode Seismik Sikuen Stratigrafi pada Formasi "Steenkool"
Lapangan "S" Cekungan Bintuni Papua Barat
Shendy Bachtera