Anda di halaman 1dari 9

Tektonika Island Arc: Studi Kasus Banda Arc, Indonesia

Kelompok 5
Abdullah Aravi, Dyfan Putra Perkasa, Gita Putri Dian Pasha, Iqmal Hedimasalit, Nazwan Fauzan Haliman, Puspo
Anggreiny Putri Soputan, Rizki Dwi Setyowati, Syifa Qolbi Rizqiana, Yoel Krisnanda, Zulfadli Salim Putra

Contoh Lokasi
Lokasi yang dijadikan pengamatan kali ini yaitu Laut Banda. Laut Banda terletak
kurang lebih 132 Km sebelah Tenggara Ambon. Secara administratif, Laut Banda
termasuk ke dalam Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Secara ringkas, kecamatan banda pada kawasan pesisir pantai ditemukan formasi
percaprea (katang katang), berbagai jenis vegetasi campuran, semak belukar pantai,
ladang dan tegalan, pemukiman (kota, kecamatan dan desa), area tambatan kapal motor,
area pelabuhan niaga, pelabuhan motor tempel, area wisata terutama di Pulau Molana,
dan benteng pertahanan (Duurstede) di Saparua.

· Rezim Tektonik Banda Arc


Busur Banda terletak di daerah pertemuan tiga lempeng kerak bumi yakni
Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik (Charlton, 2004; de
Smet; 1999, Bowin, et al., 1981,). Kawasan pertemuan lempeng-lempeng tersebut lazim
dikenal sebagai Eastern Indonesian Triple Junction (EITJ) yang perkembangan
geodinamika tektonik dan strukturnya dipengaruhi oleh rezim ketiga lempeng tersebut
(Simanjuntak, 1992). Busur Banda sendiri dapat dipisahkan menjadi dua wilayah yaitu
Busur Banda Dalam (busur vulkanik) dan Busur Banda Luar (non-vulkanik). Pembagian
dua wilayah ini lebih jelas terlihat pada gambar dibawah ini (Kerangka tektonik Busur
Banda) dan gambar 2 (peta citra anomali Bouguer oleh Kaye, 1989) dimana busur
vulkanik yang mempunyai rapat massa relatif lebih tinggi dicirikan oleh warna
kemerahan sedangkan busur non-vulkanik yang terbentuk oleh pulau-pulau akrasi
(berwarna kehijauan), rapat massanya lebih rendah.

Para ahli menyimpulkan bahwa terbentuknya Busur Banda berkaitan dengan


pemekaran lantai samudera Laut Banda karena mulainya subduksi yang di awali dengan
pemekaran tersebut (Lapouille., drr., 1985, Metcalfe, 1998, Hartono, 1990). Lebih jelas
mereka menyatakan bahwa pemekaran kerak samudera Laut Banda yang ditandai dengan
lineasi anomali magnet adalah awal pembentukan Busur Banda. Jalur kepulauan yang
pada awalnya berarah barat-timur selanjutnya dibelokkan ke utara terus membentuk
setengah lingkaran dan terjadi pembusuran sehingga kerak samudera Laut Banda
terperangkap di tengah- tengah busur. Pembusuran ini terjadi karena benua Australia
yang bergerak ke utara sejak Akhir Kapur dalam rangka pemisahan dari Benua Antartika
mulai mendapat perlawanan dari perputaran counter-clockwise Papua akibat desakan
lempeng Pasifik ke arah barat-daya (Hartono, 1990, Hall., drr. 1995, Metcalfe, 1998).
Saling dorong antara kerak benua Australia dan kerak samudera Pasifik ini agak melemah
setelah terbentuk sesar-sesar besar Sorong (SFZ) dan Tarera Aiduna (TAFZ) karena ada
pelepasan gaya kompresi keduanya (Atmawinata dan Ratman, 1982). Area pemodelan
terletak pada Busur Banda Luar (Outer Banda Arc) di daerah Tertiary Accretionary
Wedge hingga daerah Back Arc Basin.
Mekanisme dan Umur Pembentukan
Island arc sama halnya dengan proses yang terjadi pada pembentukan busur
magmatis volcanic arc yaitu pertemuan antara dua lempeng. Bedanya pada island arc
lempeng yang bertumbuk adalah dua lempeng samudra dimana salah salah satu lempeng
menunjam ke bawah menuju astenosfer kemudian meleleh pada suhu tertentu yang
menyebabkan arus konveksi ke atas yang mendorong lapisan di atasnya. Sehingga
gejalanya diperlihatkan oleh terbentuknya pulau-pulau di tengah samudra dan juga
gunung api kecil. Jenis magma yang dihasilkan di busur magmatisme ini adalah magma
bertipe basaltis.
Tektonik busur Banda merupakan proses subduksi antara lempeng Australia
dengan lempeng Eurasia. Lempeng Australia bergerak menuju utara dan menunjam ke
lempeng Eurasia yang bergerak ke arah selatan. Jalur subduksi mengalami kemunduran
(roll back) ke arah selatan dan timur. Tectonic laut Banda dan wilayah vulkanik dari
Smithsonian database (Hall, 2001). Evolusi tektonik busur Banda dimulai pada umur
Middle Miocene (12 Ma) dimana lempeng samudra Australia yang berumur Jura men
subduksi Java Trench. Pada saat ini, ada celah antara Seram dan Timor. Subduksi ini
menghasilkan pembentukan busur vulkanik ke arah timur. Akibat dari subduksi ini,
menyebabkan cekungan Banda bagian utara terbuka (Mccaffrey, 1984) dan merupakan
extension yang luas pada bagian atas lempeng (Hall, 2009). Proses extensi dari cekungan
Banda utara menyebabkan terbentuknya formasi Neogen busur vulkanik Banda, laut
Banda bagian utara, laut flores. Garis subduksi mundur (roll back) ke arah selatan dan
timur karena kecepatan gerak lempeng Australia lebih lambat dibandingkan lempeng
Eurasia.

Gambar. Tectonic laut Banda dan wilayah vulkanik dari Smithsonian database (Hall, 2001).
Evolusi tektonik busur Banda dimulai pada umur Middle Miocene (12 Ma)
dimana lempeng samudra Australia yang berumur Jura men subduksi Java Trench. Pada
saat ini, ada celah antara Seram dan Timor. Subduksi ini menghasilkan pembentukan
busur vulkanik ke arah timur. Akibat dari subduksi ini, menyebabkan cekungan Banda
bagian utara terbuka (Mccaffrey, 1984) dan merupakan extension yang luas pada bagian
atas lempeng (Hall, 2009).Proses extensi dari cekungan Banda utara menyebabkan
terbentuknya formasi Neogen busur vulkanik Banda, laut Banda bagian utara, laut flores.
Garis subduksi mundur (roll back) ke arah selatan dan timur karena kecepatan gerak
lempeng Australia lebih lambat dibandingkan lempeng Eurasia.

Gambar. Tectonic laut Banda 12 Ma (Hall, 2001).

Stratigrafi Penyusun
Batuan dasar (basement) dari Banda Arc ini umumnya berupa sekis, filit,
amphibolite, dan serpentinit yang terdapat pada Kompleks Mutis/Lolotoi. Kompleks
Lolotoi ini diperkenalkan oleh Audley-Charles (1968), dengan litologi penyusun berupa
batuan sedimen dan gunungapi yang telah mengalami metamorfisme regional berderajat
rendah. Di lokasi tipenya, Lolotoi, terdiri atas batuan metamorf dengan batuan asal
batuan sedimen yaitu filit, sekis, dan gneiss yang umumnya mengandung kuarsa.
Menurut Rosidi drr. (1981), litologi pada satuan ini dapat disebandingkan dengan
Kompleks Mutis di Timor bagian barat. Batuan vulkaniknya memiliki kontak tektonik
berupa sesar naik dengan keberadaan batuan metamorf yang diduga merupakan batuan
alokton dan dimasukkan ke dalam satuan ofiolit. Batuan dasar ini memiliki dua kisaran
umur, yaitu Pra-Perm atau Jura Akhir-Kapur Awal. Batuan dasar ini dibagi menjadi 3
sekuen stratigrafi. Urutan 3 sekuen stratigrafi ini dari yang tertua adalah Sekuen
Kekneno, Sekuen Kolbano, dan Sekuen Viqueque.
1. Sekuen Kekneno : memiliki umur berada pada kisaran Perm Awal sampai Jura
Tengah dengan adanya hiatus pada Jura Akhir. Sekuen Kekneno ini terdiri dari
beberapa formasi, yaitu Formasi Maubisse, Formasi Atahoc, Formasi Cribas,
Formasi Niof, Formasi Aitutu, Formasi Babulu, dan Formasi Wailuli.
2. Sekuen Kolbano : memiliki umur berada pada kisaran Jura akhir sampai Pliosen
Awal dengan adanya 4 periode hiatus, yaitu pada Kapur Tengah, Paleosen Awal,
Oligosen sampai Miosen Awal, dan Miosen Akhir sampai Pliosen Awal. Sekuen
Kolbano ini terdiri dari beberapa formasi, yaitu Formasi Oebat, Formasi Nakfunu,
Formasi Menu, dan Formasi Ofu.
3. Sekuen Viqueque : memiliki umur berada pada kisaran Pliosen sampai Pleistosen.
Sekuen Viqueque ini terdiri dari endapan sedimen syn orogenik. Sekuen Viqueque
ini terdiri dari Formasi Viqueque dan beberapa unit Formasi Melange, meskipun
hubungan genetiknya sulit untuk dijelaskan.
Kaitkan Dengan Potensi Ekonomis Geologi
Penemuan lapangan migas di bagian selatan Busur Banda serta hasil analog dengan
bagian utara Kontinen Australia mengindikasikan adanya potensi hidrokarbon di area ini. Namun
belum banyak penelitian serta studi mendalam mengenai daerah ini. Studi ini dilakukan untuk
menginterpretasi keadaan bawah permukaan berdasarkan data seismik serta perhitungan
cadangan potensi hidrokarbon dengan menggunakan metode volumetrik.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa daerah penelitian berada pada zona tektonik
kompleks yang berlangsung selama Mesozoikum, Neogen hingga Kuarter, ditunjukan dengan
struktur sesar naik yang berkembang pada asosiasi fold-thrust-belt serta sesar normal yang
umumnya berkembang pada Kontinen Australia. Stratigrafi yang berkembang analog dengan
yang ditemukan pada bagian utara Cekungan Bonaparte, namun dengan ketebalan yang minim.
Ditemukan dua closure yang tersebar di bagian selatan dan utara daerah. h penelitian dengan
kemungkinan reservoir Formasi Plover Atas berumur Jura. Hasil perhitungan cadangan
hidrokarbon berupa gas (IGIP) dengan metode volumetrik sebesar 7,51 Tcf pada lead 1, dan
untuk lead 2 sebesar 60,64 Tcf. Hasil perhitungan cadangan hidrokarbon (IGIP) untuk lead 1
sebesar 7,508.55 BSCF atau 7,51 TCF dan untuk lead 2 sebesar 60,643.31 BSCF atau 60,64
TCF. Perlu diketahui untuk jumlah akumulasi yang tercantum di atas belum sepenuhnya dapat
diambil secara keseluruhan ke permukaan. Diperlukan studi lebih lanjut dari berbagai bidang
ilmu terapan lainnya sehingga jumlah yang tertera dalam perhitungan dapat diperoleh secara
ekonomis.
Dan juga ditemukan Potensi hidrokarbon yang asal-mula minyak bumi di Cekungan
Seram saat ini masih menjadi bahan perbincangan. Bahwasanya minyak bumi di cekungan Bula
berasal dari batuan induk lapisan Trias dan Kapur, telah banyak dikemukakan oleh para ahli
geologi perminyakan, di antaranya adalah Kusumadinata (1980), Kemp & Mogg (1992), dan
Sulivan drr. (2006). Di samping itu ada juga yang berpendapat bahwa minyak bumi berasal dari
lapisan Plio-Pleistosen yang diendapkan dalam lingkungan laut terbuka dan terbentuk secara
cepat (Zilman & Paten, 1975, Gribi, 1974, dalam Kusumadinata, 1980). Sehubungan dengan hal
tersebut penulis berpendapat bahwa seandainya minyak bumi berasal dari batuan induk Plio-
Plistosen, yakni Formasi Wahai, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi migrasi
sekunder berupa migrasi tektonis (tectonic migration) ke batuan Pra Tersier, di samping migrasi
ke lapisan batuan yang lebih muda. Dinamika tektonis di daerah ini yang sangat kuat dan aktif
mengakibatkan perlipatan kuat, sesar-sesar naik, dan kontak-kontak tektonis antar formasi.
Keadaan yang demikian terlihat dari penampang gaya berat sisa yang menghasilkan model
sederhana struktur bawah permukaan. Batuan yang membentuk struktur perlipatan adalah batuan
Pra Tersier. Perlipatan ini terbentuk akibat flexure batuan dasar kerak granitan oleh tektonis dan
pembebanan sedimentasi di daerah foreland-nya. Di Cekungan Seram terdapat Formasi
Manusela yang berumur Mesozoikum (Tjokrosapoetro drr., 1993) yang memenuhi syarat sebagai
reservoir (Nilandaroe drr., 2001), di samping itu juga sebagai batuan induk (Sulivan drr. 2006).
Pada model gaya berat sisa formasi ini kemungkinan adalah batuan malihan dengan rapat massa
sekitar 2,4 gr/cc. Keadaan yang demikian bisa saja merupakan asal mula minyak bumi di
lapangan Nief atau Oseil Field pada Formasi Manusela di Cekungan Bula, walaupun masih harus
dibuktikan secara geokimiawi lebih teliti. Keadaan struktur geologi di daerah ini juga penting
untuk diperhatikan karena sebagian besar perangkap hidrokarbon di daerah ini adalah perangkap
struktur. Peta turunan tegak kedua dan peta anomali sisa Cekungan Seram memperlihatkan
adanya suatu closures di beberapa tempat, yaitu di sekitar lapangan Bula yang diperkirakan
merupakan antiklin yang perlu dicermati, dan daerah lain yang meliputi Hututu, Kanike, dan di
sekitar Kohonusim
DAFTAR PUSTAKA
Lamba, Lisa, et al. "GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN
HIDROKARBON DENGAN METODE VOLUMETRIK BERDASARKAN INTERPRETASI
DATA SEISMIK 2D DAERAH CEKUNGAN TANIMBAR." Geoscience Journal 5.4 (2021):
394-404.

Adkins, J.S., Sutisna, S. dan Untung, M., 1978. A Regional gravity base station network for
Indonesia. Geological Survey of Indonesia, Publikasi Teknik- Seri Geofisika, no. 6, hal. .

Von Der Borch, C. C. (1979). Continent—Island arc collision in the Banda Arc. Tectonophysics,
54(3-4), 169-193.

Allen, P.A, and Allen, J.R., 1990. Basin Analysis. Principle and application, Blackwell, 451 pp.

Atmawinata, S dan Ratman, N., 1982. Strultur geologi Pulau Yapen dan hubungannya dengan
lajur sesar
Sorong, Prosiding PIT XI IAGI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai