Utara (Visser dan Hermes, 1962). Sabuk Ophiolite ini dibagian selatan
dibatasi oleh suatu seri dari komplek patahan terbalikkan sehingga
mendekatkan sabuk ophiolit untuk berhadapan dengan sedimen dari Jalur
Pegunungan Tengah. Pergerakan dari kerak samudera Pasifik sekarang
mempunyai batas di sebelah utara pantai Pulau New Gunea. Formasi
stratigrafi yang menyusun daerah ini diterobos oleh suatu grup magma
intermediate berumur Pliosen berupa kalk alkali stock dan batholit yang
menempati sepanjang jalur struktur regional utama.
2. Stratigrafi
Stratigrafi wilayah Papua terdiri atas :
1. Paleozoic Basement (Pre-Kambium Paleozoicum)
Di daerah Badan Burung atau sekitar Pegunungan Tengah tersingkap
Formasi Awigatoh sebagai batuan tertua di Papua yang berumur preKambium. Formasi ini juga disebut Formasi Nerewip oleh Parris (1994) di
dalam lembar Peta Timika. Formasi ini terdiri dari batuan metabasalt,
metavulkanik dengan sebagian kecil batugamping, batuserpih dan
batulempung. Formasi Awigatoh ini ditindih secara tidak selaras oleh
Formasi Kariem. Formasi Kariem tersusun oleh perulangan batupasir
kuarsa berbutir halus dengan batuserpih dan batulempung. Umur formasi
ini diperkirakan sekitar Awal Paleozoikum atau pre-Kambium yang
didasarkan pada posisi stratigrafinya yang berada di bawah Formasi Modio
yang berumur ilur Devon.
Didaerah Gunung Bijih Mining Access (GBMA) dijumpai singkapan Formasi
Kariem yang ditutupi secara disconformable oleh Formasi Tuaba. Formasi
Tuaba tersusun oleh batupasir kuarsa berlapis sedang dengan sisipan
konglomerat dan batuserpih yang diperkirakan berumur Awal Paleozoikum
atau pre-Kambrium.
Selanjutnya di atas Formasi Tuaba dijumpai Formasi Modio yang dibagi
menjadi 2 bagian yaitu bagian bawah Anggota A yang didominasi oleh
batuan karbonat yaitu stromatolitik dolostone yang berlapis baik.
Sedangkan di bagian atasnya ditempati oleh Anggota B yang terdiri dari
batupasir berbutir halus dengan internal struktur seperti planar dan silang
siur, serta laminasi sejajar. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan
kandungan koral dan fission track yang menghasilkan Silur-Devon. Kontak
formasi ini dengan Formasi Aiduna yang terletak di atasnya ditafsirkan
sebagai kantak disconformable (Ufford, 1996).
Formasi Aiduna dicirikan oleh batuan silisiklastik berlapis baik dengan
sisipan batubara, dan ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai
lingkungan delta, dan secara stratigrafi formasi ini ditindih secara selaras
oleh Formasi Tipuma. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan kandungan
fosil brachiopoda yaitu Perm.
Di daerah Kepala Burung atau Salawati-Bintuni, batuan dasar yang
berumur Paleozoikum terutama tersingkap di sebelah timur kepala Burung
yang dikenal sebagai Tinggian Kemum, serta disekitar Gunung Bijih Mining
Access (GBMA) yaitu di sebelah barat daya Pegunungan Tengah. Batuan
dasar tersebut disebut Formasi Kemum yang tersusun oleh batusabak, filit
dan kuarsit. Formasi ini di sekitar Kepala Burung dintrusi oleh bitit Granit
yang berumur Karbon yang disebut sebagai Anggi Granit pada Trias. Oleh
sebab itu Formasi Kemum ditafsirkan terbentuk pada sekitar Devon
sampai Awal Karbon (Pigram dkk, 1982).
Selanjutnya Formasi Kemum ditindih secara tidak selaras oleh Group
Aifam. Di sekitar Kepala Burung group ini dibagi menjadi 3 Formasi yaitu
Formasi Aimau, Aifat dan Ainim. Group ini terdiri dari suatu seri batuan
sedimen yang taktermalihkan dan terbentuk di lingkungan laut dangkal
sampai fluvio-delataik. Satuan ini di daerah Bintuni ditutupi secara tidak
selaras oleh Formasi Tipuma yang berumur Trias (Bintoro & Luthfi, 1999).
2. Sedimentasi Mesozoikum hingga Senosoik
a. Formasi Tipuma
Formasi Tipuma tersebar luas di Papua, mulai dari Papua Barat hingga
dekat perbatasan di sebelah Timur. Formasi ini dicirikan oleh batuan
berwarna merah terang dengan sedikit bercak hijau muda. Formasi ini
terdiri dari batulempung dan batupasir kasar sampai halus yang berwarna
abu-abu kehijauan dengan ketebalan sekitar 550 meter. Umur formasi ini
diperkirakan sekitar Trias Tengah sampai Atas dan diendapkan di
lingkungan supratidal.
b. Formasi Kelompok Kembelangan
Di daerah Kepala Burung, Formasi Tipuma ditutupi secara tidak selaras
oleh Kembelangan Grup (Kelompok Kembelangan) yang tak terpisahkan.
Kelompok ini diketahui terbentang mulai dari Papua Barat hingga Arafura
Platform. Kelompok Kembelangan terdiri atas lapis batudebu dan
batulumpur karboniferus pada lapisan bawah batupasir kuarsa glaukonitik
butiran-halus serta sedikit shale pada lapisan atas, dimana pada bagian
atasnya di sebut Formasi Jass terdiri dari batupasir kuarsa dan
batulempung karbonatan; sedangkan di daerah Leher dan Badan Burung
Kembelangan Grup dapat dibagi menjadi 4 formasi yaitu dari bawah ke
atas adalah Formasi Kopai (batupasir dengan sisipan batulempung),
Formasi (batupasir), Formsi Paniya (batulempung) dan Formasi Eksmai
(batupasir). Kelompok ini berhubungan dengan formasi Waripi dari
kelompok Batuan Gamping New Guinea atau New Guinea Limestone
Group (NGLG).
c. Formasi Batu Gamping New Guinea
Selama masa Cenozoik, kurang lebih pada batas Cretaceous dan
Cenozoik,
Pulau New Guinea dicirikan oleh pengendapan (deposisi) karbonat yang
dikenal sebagai Kelompok Batu Gamping New Guinea (NGLG). Kelompok
ini berada di atas Kelompok Kembelangan dan terdiri atas empat formasi,
yaitu (1). Formasi Waripi Paleosen hingga Eosen; (2). Formasi Fumai
Eosen; (3) Formasi Sirga Eosin Awal; (3). Formasi Imskin; dan (4). Formasi
Kais Miosen Pertengahan hingga Oligosen.
3. Sedimentasi Senosoik Akhir
Sedimentasi Senosoik Akhir dalam basement kontinental Australia
dicirikan oleh sekuensi silisiklastik yang tebalnya berkilometer, berada di
sepanjang Teluk Wondama, Sesar Yapen yang membentang dari barat laut
Serui sampai Waropen, Sesar Anjak Argun dan Lipatan Lengguru yang
membentang dari timur laut sampai tenggara Fak-fak.
Di bagian leher burung terdapat Sesar Tarera Aiduna dan Sesar Weyland
yang membentang dari barat daya sampai selatan kota Nabire, Sesar
Waipona yang membentang dari timur laut sampai tenggara Nabire, dan
Sesar Direwo yang membentang di utara Enarotali.
Kondisi tektonik seperti yang dimiliki Papua menyebabkan wilayah ini
rawan akan gempa tektonik, terutama gempa dangkal yang sering
merusak dan menimbulkan tsunami.Gempa dan Tsunami di Papua
Gempa merusak yang pernah terjadi di wilayah Papua pada zona Sesar
Sorong antara lain pada 17 Pebruari 1996 di utara Biak (0.5 LU, 135.8 BT)
pada pukul 14:59:30.6 WIB dengan magnitude 8.0 SR dan kedalaman 21
km yang menimbulkan tsunami dengan 160 korban jiwa. Hasil analisis dan
pengamatan dari salah satu sumber menyatakan bahwa pensesaran
gempa Biak adalah jenis sesar naik. Gempa Biak ini diikuti oleh sekitar
300-an gempa susulan yang menunjukkan bahwa telah terjadi banyak
retakan pada kerak bumi di sekitar pusat gempa.
Pada tahun 2004 terjadi 2 kali gempa yang merusak kota Nabire, yaitu 6
pebruari dengan magnitude 6.9 SR kedalaman 28 km dengan jarak hanya
6 km dari kota Nabire dan disusul 26 Nopember dengan magnitude 7.1
SR.
Di barat daya Manokwari pada 4 Januari 2009 terjadi gempa besar lainnya
dengan magnitude 7.9 SR dan kedalaman 48 km. Gempa ini diikuti
banyak gempa susulan sampai lebih empat bulan kemudian. Tsunami
yang timbul diduga adalah akibat adanya longsoran yang dipicu oleh
gempa yang terjadi di sekitar zona tersebut.
By : Demi Nawipa, Jr (Geo.07 UNIPA)
Geologi Regional
Geologi Irian Jaya merupakan periode endapan sedimen dengan masa
yang panjang pada tepi Utara Kraton Australia yang pasif yang berawal
pada Zaman Karbon sampai Tersier Akhir.Lingkungan pengendapan
berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal sampai laut dalam dan
mengendapkan batuan klastik kwarsa, termasuk lapisan batuan merah
karbonatan, dan berbagai batuan karbonat yang ditutupi oleh Kelompok
Batugamping New Guinea yang berumur Miosen. Ketebalan urutan
sedimen ini mencapai 12.000 meter.
Pada Kala Oligosen terjadi aktifitas tektonik besar pertama di Irian Jaya,
yang merupakan akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur
kepulauan berumur Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan
deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau berbutir halus, turbidit
karbonat pada sisi benua membentuk Jalur Metamorf Rouffaer (Td) yang
di wilayah Kontrak Karya Blok B dikenal sebagai Metamorf Derewo.
Akibat lebih lanjut tektonik ini adalah (penciutan) Lempeng Pasifik ke atas
jalur malihan dan membentuk jalur ofiolit Irian Jaya (M).
Peristiwa tektonik penting kedua yang mengakibatkan Irian Jaya adalah
Orogenesa Melanesia yang berawal di pertengahan Miosen dan
mengakibatkan tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal
ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat batuan sedimen
karbon Miosen (CT), yang membentuk jalur aktif Irian Jaya. Kelompok
batugamping New Guinea kini terletak pada titik ketinggian 3.000-5.000
meter dalam wilayah Kontark Karya. Jalur ini dicirikan oleh sistem yang
komplek dengan kemiringan ke arah utara, sesar naik yang mengarah ke
selatan, lipatan kuat atau rebah dan kemiringan sayap ke arah selatan.
Orogenesa Melanesia diperkirakan mencapai puncaknya pada Pliosen
Tengah.
Dari pertengahan Miosen Plistosen, cekungan Mulase (TQ) berkembang
baik ke utara maupun selatan dari jalur aktif Irian Jaya. Erosi yang kuat
dalam pembentukan pegunungan menghasilkan detristus yang
diendapkan di cekungan-cekungan sehingga mencapai ketebalan 3.000-
Geologi Papua
Kondisi geologi Pulau Papua yang terletak pada pertemuan lempeng-lempeng bumi
aktif menjadikannya kaya potensi, baik berupa sumberdaya alam sekaligus rawan
terhadap terjadinya bencana.
"Salah satu tempat di Papua yang mempunyai kondisi geologis cukup kompleks
adalah di sekitar Kepala Burung, yaitu daerah bagian barat dari pulau Papua," kata
Dosen Jurusan Teknik Mineral, Universitas Negeri Cenderawasih (Uncen), Marcelino
Yonas,ST di Jayapura, Senin.
Dijelaskannya, daerah Kepala Burung ini terletak di atas pertemuan tiga lempeng
bumi, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Filipina dan Lempeng Pasifik.
Selain itu, katanya menambahkan, di daerah tersebut juga terbentuk jalur-jalur
patahan batuan atau sesar, yang dikenal dengan nama Sesar Sorong. Struktur
geologi ini memanjang relatif barat-timur mulai dari sebagian Pulau Sulawesi,
Pulau Maluku sampai Jayapura bagian utara.
"Di bagian utara Jayapura, jalur sesar ini berada di bawah laut sehingga ini relatif
aman dari gempa," kata Marcelino.
Dikatakannya, Jayapura yang sebagian besar morfologinya dikelilingi teluk dan
beberapa pulau kecil, menjadikannya terlindung dari terjadinya gempa yang dapat
memicu gelombang tsunami.
Menurut Marcelino, hingga saat ini Sesar Sorong masih aktif dengan bergeraknya
lempeng-lempeng bumi penyusun geologi daerah Kepala Burung.
Namun demikian, akibat dari kompleksitas geologi yang rawan bencana tersebut,
terbentuk pula cebakan-cebakan mineral serta minyak dan gas bumi (migas) di
beberapa daerah tertentu di Papua.
Dia mencontohkan, cebakan migas yang telah dieksplorasi dan saat ini sedang
berproduksi adalah di Kota Sorong dan Bintuni, Kabupaten Sorong Selatan.
Pada peta diatas, tampak pembagian dari fisiografis regional dari pulau
Irian Jaya (New Guinea) yang tampak seperti seekor burung. Pulau ini
terbagi menjadi bagian-bagian seperti bagian kepala, leher, badan dan
ekor.
Irian Jaya (sekarang Papua) merupakan bagian dari pulau Irian (New Guinea) yang
terdiri dari Irian Barat dan Irian Timur (Papua). Struktur tertua di Papua dihasilkan
dari pergerakan bumi pada massa palezoikum namun hanya sedikit data yang
diperoleh dan kurang memberikan pengaruh pada fasa tektonik pulau itu. Adanya
aktivitas tektonik pada Miosen Akhir yang menghasilkan orogen Melanesia,
menyebabkan pola struktur pulau tersebut menjadi sangat rumit dan khas. Oleh
karena itu, proses orogenesa tersebut telah menentukan fisiografi Papua seperti
yang terlihat sekarang (Dow dan Sukamto, 1984; op citDarman dan Sidi, 2000).
Keunikan bentuk seperti burung dari pulau itu memberikan konfigurasi pada
gaya deformasi yang berbeda secara lengkap dari kerak benua antara Papua barat
dan Papua timur.
lebar 300 km, dengan arah barat timur yang meluas sampai ke Papua
Nugini dan mencakup hampir semua pegunungan yang menyusun badan
burung. Jalur ini disebut New Guinea Mobile Belt.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Papua adalah pulau yang berada di timur wilayah kepulauan Indonesia. Bersama dengan
Papua Nugini, pulau ini merupakan pulau terbesar kedua di dunia, sekaligus
merupakan pulau yang mempunyai puncak tertinggi di Asia Tenggara dan Australia,yaitu
Puncak Wijaya(4.884 dpl).
Papua merupakan wilayah yang sangat kaya akan sumber alam sebagai akibat kegiatan
lempengnya yang terus mengalami perkembangan. Geologi Papua merupakan sesuatu yang
kompleks, melibatkan kegiatan interaksi konvergen Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik
serta proses pengendapan di masa lalu yang mengalami perkembangan dan pengangkatan.
Kebanyakan evolusi tektonik Cenozoic kepulauan ini terbentuk sebagai akibat interaksi
konvergen tersebut.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
D.
a.
MANFAT TEORITIS
1.
2.
b.
MANFAAT PRAKTIS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASANA.
Geologi Papua merupakan priode endapan sedimentasi dengan masa yang panjang pada tepi
Utara Kraton Australia yang pasif yang berawal pada Zaman Karbon sampai Tersier Akhir.
Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal sampai laut
dalam dan mengendapkan batuan klatik kuarsa, termasuk lapisan batuan merah karbonan, dan
berbagai batuan karbonat yang ditutupi oleh Kelompok Batu gamping New Guinea yang
berumur Miosen. Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai 12.000 meter.
Pada Kala Oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua,yang merupakan akibat
dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen pada Lempeng
Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau berbutir halus,
turbidit karbonan pada sisii benuamembentuk Jalur Metamorf Rouffae yang dikenal sebagai
Metamorf DorewoAkibat lebih lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan)
LempengPasifik ke tas jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua.
Peristiwa tektonik penting kedua yang melibatkan Papua adalah OrogenesaMelanesia yang
berawal dipertengahan Miosen yang diakibatkan oleh adanyatumbukan Kraton Australia
dengan Lempeng Pasifik.Hal ini mengakibatkandeformasi dan pengangkatan kuat batuan
sedimen Karbon-Miosen (CT), dan membentuk Jalur Aktif Papua. Kelompok Batugamping
New Guinea kini terletak pada Pegunungan Tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem yang
komplek dengan kemiringan ke arah utara,sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan kuat
ataurebah dengan kemiringan sayap ke arah selatan Orogenesa Melanesia inidiperkirakan
mencapai puncaknya pada Pliosen Tengah.
Dari pertengahan Miosen sampai Plistosen, cekungan molase berkembang baik ke Utara
maupun Selatan. Erosi yang kuat dalam pembentukan pegununganmenghasilkan detritus
yang diendapkan di cekungan-cekungan sehingga mencapaiketebalan 3.000 - 12.000
meter.Pemetaan Regional yang dilakukan oleh PT Freeport, menemukan paling tidak pernah
terjadi tiga fase magmatisme di daerah Pegunungan Tengah. Secara umum,umur magmatisme
diperkirakan berkurang ke arah selatan dari utara dengan polayang dikenali oleh Davies
(1990) di Papua Nugini.
Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik,diperkirakan berumur
Oligosen dan terdapat dalam lingkungan Metamorfik Derewo. Fase kedua magmatisme
berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir dalam Kelompok Kembelangan pada sisi
Selatan Patahan Orogenesa MelanesiaDerewo yang berumur Miosen Akhir sampai Miosen
Awal. Magmatisme termudadan terpenting berupa instrusi dioritik sampai monzonitik yang
dikontrol olehsuatu patahan yang aktif mulai Pliosen Tengah sampai kini. Batuan-Batuan
intrusitersebut menerobos hingga mencapai Kelompok Batugamping New Guinea,
dimanaendapan porphiri Cu-Au dapat terbentuk seperti Tembagapura dan OK Tedi diPapua
Nugini.
Tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik yang terus berlangsunghingga sekarang
menyebabkan deformasi batuan dalam cekungan molase tersebut.Menurut Smith
(1990),sebagai akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah terjadinya penerobosan
batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya
telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan
sedimen danmineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak. Tempat
-tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi diperkiraakan terdapat padalajur
Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg,Grasberg , DOM,
Mata Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa, Dawagu, Mogo Mogo Obano,
Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom, SobaTagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga. Sementara didaerah Kepala Burung terdapat di Aisijur dan
Kali Sute
B.
lempeng-lempeng di muka bumi dan telah diterima umum sebagai teori yang valid dari
sebuah teori geologi. Teori ini menjelaskan bahwa di permukaan bumi ini, terdapat 7
lempeng besar dan lempeng-lempeng(lithosfer) kecil lainnya. Kesemuanya
mempunyai pergerakan aktif dan dinamik sebagai akibat kegiatan energi di inti bumi. Tiaptiap lempeng terdiri dari kerak benua (continental crust) dan kerak samudera(oceanic crust),
yang kesemuanya bergerak relative terhadap sesamanya. Bagian selatan Pulau Papua
merupakan tepi utara dari benua paling kuno,
yaitu Gondwanaland Termasuk dalam bagian benua ini adalah Benua Antartika, Benua
Australia, India, Amerika Selatan, Selandia baru, dan Kaledonia Baru.
Pembentukan Pulau Papua telah banyak didiskusikan oleh para ahli geologi dan
mendapat perhatian yang cukup besar karena geologinya yang kompleks tersebut
Pada mulanya pulau Papua merupakan dasar lautan Pasifik yang paling dalam. Awal
terpisahnya benua yang mencakup Papua di dalamnya(Benua Australia) terjadi pada masa
Kretasius Tengah(kurang lebih 100 juta tahun yang lalu). Lempeng Benua IndiaAustralia(atau biasa disebut Lempeng Australia) bergerak ke arah Utara keluar dari posisi
kutubnya dan bertubrukkan dengan Lempeng Samudra Pasifik yang bergerak ke arah Barat.
Pulau Papua merupakan pulau yang terbentuk dari endapan ( sedimentation) dengan masa
yang panjang pada tepi utara kraton Australia yang pasif dimulai pada Zaman Karbon
sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut
dangkal, sampai laut dalam dan mengendapkan batuan klastik kuarsa,
termasuk lapisan batuan klastik karbonat, dan berbagai batuan karbonat yang ditutupi oleh
Kelompok Batugamping New Guinea berumur Miocen. Ketebalan urutan sedimentasi ini
mencapai lebih dari 12.000 meter.
Selain itu, Papua juga terbentuk berdasarkan pertumbukan yang dihasilkan dari interaksi
konvergen kedua lempeng yaitu Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia, dijelaskan bahwa
Lempeng Pasifik mengalami subduksi sehingga lempeng ini berada di bawah Lempeng
Australia. Pada saat dimulainya gerakan ke utara dan rotasi dari benua super ini, seluruh
Papua dan Australia bagian utara berada di bawah permukaan laut. Bagian daratan paling
Utara pada Lempeng India-Australia antara 90-100 juta tahun lalu berada pada 48
Lintang Selata yang merupakan titik pertemuan Lempeng India-Australia dan Pasifik. Ketika
Lempeng India-Australia dan Lempeng Pasifik bertemu di sekitar 40 juta tahun lalu, Pulau
Papua mulai muncul di permukaan laut pada sekitar 35 Lintang Selatan, dengan kata lain
dapat dijelaskan bahwa subduksi antara ke-2 lempeng tersebut telah menyebabkan endapan
Benua Australia terangkat sehingga memunculkan Pulau Papua. Proses ini berlanjut selama
masa Pleistosen hingga Pulau Papua terbentuk seperti sekarang ini. Proses pengangkatan
ini berdasarkan skala waktu geologi, kecepatannya adalah 2,5km per juta tahun.
merupakan akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur
Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis
hijau berbutir halus dan turbidit karbonat pada sisi benua sehingga membentuk Jalur
Metamorf Rouffae yang dikenal sebagai Metamorf Dorewo". Akibat lebih lanjut dari
aktivitas tektonik ini adalah terjadinya sekresi ( penciutan) Lempeng Pasifik ke atas jalur
malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua.
2.
Peristiwa tektonik penting kedua yang melibatkan Papua adalah Orogenesa Melanesia
yang dimulai pada pertengahan Miosen yang diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton
Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat
dari batuan sedimen Karbon-Miosen(CT) dan membentuk Jalur Aktif Peristiwa
tektonik penting kedua yang melibatkan Papua adalah Orogenesa Melanesia yang
dimulai pada pertengahan Miosen yang diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton Australia
dengan Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat dari
batuan sedimen Karbon-Miosen(CT) dan membentuk Jalur Aktif
Berdasarkan proses geologi yang terjadi berpuluh-puluh juta tahun tersebut, 3 ahli Geologi
yaitu Wallace, Weber dan Lydekker berusaha menarik garis batas antara Lempeng Sahul dan
Lempeng Sunda seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
C.
Peristiwa-peristiwa geologi di Papua telah banyak diteliti dan dipelajari oleh para ahli
geologi. Pelopor penelitian adalahVisser dan Hermes(1962), sejak itu pulau ini
menjadi pusat perhatian bagi para ahli geologi, geofisika, maupun ahli eksplorasi.Para
ilmuwan yang meneliti pulau ini umumnya berpendapat bahwa
orogenesis( pengangkatan) pada kala Oligosen adalah awal mulainya proses tektonik di
Papua hingga terbentuk fisiografi yang terlihat pada masa sekarang ini dan lazim dikenal
sebagai Orogen Melanesia.Orogenesis ini menghasilkan 3 mandala geologi, sehingga Dow et
al.(1986) membagi geologi Papua menjadi 3 lajur berdasarkan stratigrafi, magmatik, dan
tektoniknya, yaitu
1.
Kawasan Samudera Utara yang dicirikan oleh ofiolit dan busur vulkanik
Kawasan Samudera Utara yang dicirikan oleh ofiolit dan busur vulkanik
sangat kuat secara regional. Lajur ini terletak di tengah (central range) dan memisahkan
kelompok 1 dengan kelompok 2 dengan batas-batas sesar-sesar sungkup dan geser.
Dow et al.(2005), juga menjelaskan ciri dominan dari perkembangan geologi Papua
merupakan transformasi antara sejarah tektonik dari batuan mantap kraton Australia dan
Lempeng Pasifik di satu sisi, dan periode tektonik yang berlanjut dari zona deformasi di sisi
lainnya( New Guinea Mobile Belt). Dari paparan di sepanjang tepi Utara dan dari
D.
Geologi di wilayah ini sangat kompleks karena kawasan ini terbentuk dari dua interaksi
lempeng yaitu lempeng Australia dan lempeng pasifik sehingga menghasilkan bentukan yang
khas. Dan periode pembentukannya lebih dikenal dengan Orogenesa Melanesia. Orogenesa
ini mengakibatkan pola struktur irian jaya menjadi sangat rumit dan khas. Secara keseluruhan
unsur ini diakibatkan oleh gaya pemampatan berarah barat daya-timur laut, searah dengan
tumbukan Dow, drr (1984).
Ada dua bagian kerak utama yang terlibat di Irian Jaya yaitu kraton australia dan kerak
pasifik. Yang pertama adalah mantap dan menjadi dasar bagian selatan, sedangkan yang
kedua merupakan alas pantai utara (termasuk teluk cendarwasih, dow, drr, 1982)(gb.1).
daerah badan burung merupakan jalur memanjang dari timur ke barat yang telah mengalami
pelipatan. Jalur ini disebut sesar naik pegunungan tengah (JSNPT).
Seting tektonik Papua telah mendapatkan banyak perhatian dari beberapa ahli geologi
seperti Dow dkk(1985), Smith(1990) dan Mark Closs(1990). Ulasan dari ahli-ahli ini dapat
dijadikan sebagai kerangka dalam menerangkan posisi dan sejarah tektonik Papua.
Konfigurasi tektonik Pulau Papua pada saat ini berada pada bagian tepi utara Lempeng
Australia, yang berkembang akibat adanya pertemuan antara Lempeng Australia
yang bergerak ke utara dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat. Dua lempeng
utama ini mempunyai sejarah evolusi yang diidentifikasi berkaitan erat
dengan perkembangan proses magmatik dan pembentukan busur gunung api
yang berasoisasi dengan mineralisasi emas phorpir dan emas epithermal.
Keterangan:
MTFB= Mamberamo Thrust and Fold Belt
WO =Weyland Overthrust
WT=Waipona Trough
TAFZ =Tarera-Aiduna Fault Zone
RFZ = Ransiki Fault Zone
LFB=Lengguru Fault Belt
SFZ =Sorong Fault Zone
YFZ =Yapen Fault Zone
MO =Misool-Onin High
Tanda panah menunjukkan gerakan relatif antara Lempeng Pasifik dan Australia.
Zona deformasi yang berada di sebelah Timur adalah bagian dari NewGuinea Mobile Belt
(Sabuk Mobil New Guinea) dan merupakan campuran dari batuan kraton Australia dan
Lempeng Pasifik. Walaupun pencatatannya terpisah- pisah, terdapat bukti bahwa
batuannya berasal dari tektonik utama pada episode Paleozoik Pertengahan dan Oligosen
maupun episode beku dalam Paleozoik Pertengahan, Triasik, Kretasius, dan Miosen
Pertengahan. Akan tetapi,sebaran paling luas dari aktivitas tektonik dan volkanik
dimulai pada Miosen Akhir dan berlanjut hingga sekarang ini yang disebut Melanesian
Orogeny(Dow and Sukamto, 1984)
Dari gambar di atas diketahui bahwa wilayah Papua sangat berpotensi terhadap terjadinya
gempa tektonik maupun tsunami. Terdapat sejumlah lipatang ( folding) maupun sesar naik
sebagai akibat dari interaksi konvergen lempeng-lempeng bersangkutan, seperti Sesar
Sorong, Sesar Ransiki, dan Sesar Lungguru. Fakta menunjukkan bahwa akhir-akhir ini
Papua kerap digoncang gempa, bahkan pada saat terjadi gempa dan tsunami yang menimpa
Jepang beberapa waktu lalu, Papua juga ikut merasakan getaran gempa
a.
Mulai dari Miosen Tengah bagian tepi utara Lempeng Australia di New
Guinea sangat dipengerahui oleh karakteristik penunjaman dari Lempeng
Solomon. Pelelehan sebagian ini mengakibatkan pembentukan Busur
Maramuni dan Moon-Utawa yang diperkirakan berusia 18 7 Juta Tahun.
Busur Vulkanik Moon ini merupakan tempat terjadinya prospek emas
sulfida ephitermal dan logam dasar seperti di daerah Apha dan Unigolf,
menggambarkan bahwa pada Akhir Miosen usia bagian barat lebih muda
dibanding dengan bagian timur. Intensitas perubahan ke arah kemiringan
tumbukan semakin bertambah ke arah timur. Akibat tumbukan tersebut
memberikan perubahan yang sangat signifikan di bagian cekungan
E.
Stratigrafi Papua
Geologi Irian Jaya secara garis besar dibedakan ke dalam tiga kelompok batuan penyusan
utama yaitu: (a) batuan kraton Australia; (b) batuan lempeng pasifik; dan (c) batuan
campuran dari kedua lempeng. Litologi yang terakhir ini batuan bentukan dari orogenesa
Melanesia. Batuan yang berasal dari kraton Australia terutama tersusun oleh batuan alas,
batuan malihan berderajat rendah dan tinggi sebagian telah diintrusi oleh batuan granit di
sebelah barat, batuan ini berumur palaezoikum akhir, secara selaras ditindih oleh sedimen
paparan mesozoikum dan batuan sedimen yang lebih muda , batuan vulkanik dan batuan
malihan hingga tersier akhir. (dow, drr,1985). Singkapan yang baik dan menerus dapat
diamati sepanjang daerah batas tepi. Utara dan pegunungan tengah.
Batuan lempeng pasifik umumnya lebih muda dan tersusun terutama oleh batuan ultrabasa,
tuf berbutir halus dan batuan sedimen laut dalam yang diduga berumur jura batuan
mesozoikum lainnya yang berasal dari kerak samudera seperti batuan ultramafik (kompleks
ofiolit) dan batuan plutonik berkomposisi mafik. Kelompok batuan ini tersungkupkan dan
terakrasikan di atas kerak kontinen Australia karena bertumbukan dengan lempeng pasifik.
Keadaan ini membentuk pola pegunungan kasar di daerah pegunungan tengah bagian utara.
Jalur ofiolit membantang kearah timur barat sejauh 400 km dan lebih dari 50 km lebar (dow
dan sukamto,1984, lihat stratigrafi.
Di daerah Badan Burung atau sekitar Pegunungan Tengah tersingkap Formasi Awigatoh
sebagai batuan tertua di Papua yang berumur pre-Kambium. Formasi ini juga disebut
Formasi Nerewip oleh Parris(1994) di dalam lembar Peta Timika.Formasi ini terdiri
dari batuan metabasalt, metavulkanik dengan sebagian kecil batugamping, batu serpih
dan batu lempung. Formasi Awigatoh ini ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Kariem.
Formasi Kariem sendiri tersusun oleh perulangan batupasir kuarsa berbutir halus
dengan batu serpih dan batu lempung. Umur formasi ini diperkirakan sekitar Awal
Paleozoikum atau pre-Kambrium yang didasarkan pada posisi stratigrafinya yang berada di
bawah Formasi Modio yang berumum ilur Devon. Penentuan umur Formasi Modia dilakukan
dengan metode fision track dari mineral zirkon yaitu 650+ 6,3 juta tahun yang lalu (Quarles
van Ufford,1996).
Didaerah Gunung Bijih Mining Access (GBMA) dijumpai singkapan Formasi Kariem yang
ditutupi secara disconformable oleh Formasi Tuaba. Formasi Tuaba tersusun oleh batupasir
kuarsa berlapis sedang dengan sisipan konglomerat dan batuserpih yang diperkirakan
berumur Awal Paleozoikum atau pre-Kambrium.
Selanjutnya di atas Formasi Tuaba dijumpai Formasi Modio yang dibagi menjadi 2 bagian
yaitu bagian bawah Anggota A yang didominasi oleh batuan karbonat yaitu stromatolitik
dolostone berlapis baik. Sedangkan dibagian atasnya ditempati oleh Anggota B yang terdiri
dari batupasir berbutir halus dengan internal struktur seperti planar dan silang siur, serta
laminasi sejajar. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan kandungan koral dan fission track
yang menghasilkan Silur-Devon. Kontak formasi ini dengan Formasi Aiduna yang terletak di
atasnya ditafsirkan sebagai kantak disconformable (Ufford, 1996).
Formasi Aiduna dicirikan oleh batuan silisiklastik berlapis baik dengan sisipan batubara, dan
ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai lingkungan delta, dan secara stratigrafi formasi ini
ditindih secara selaras oleh Formasi Tipuma. Umur formasi ini ditentukan berdasarkan
kandungan fosil brachiopoda yaitu Perm.
Di daerah Kepala Burung atau Salawati-Bintuni, batuan dasar yang berumur Paleozoikum
terutama tersingkap di sebelah timur kepala Burung yang dikenal sebagai Tinggian Kemum,
serta disekitar Gunung Bijih Mining Access (GBMA) yaitu di sebelah barat daya Pegunungan
Tengah. Batuan dasar tersebut disebut Formasi Kemum yang tersusun oleh batusabak, filit
dan kuarsit. Formasi ini di sekitar Kepala Burung dintrusi oleh bitit Granit yang berumur
Karbon yang disebut sebagai Anggi Granit pada Trias. Oleh sebab itu Formasi Kemum
ditafsirkan terbentuk pada sekitar Devon sampai Awal Karbon (Pigram dkk, 1982).
Selanjutnya Formasi Kemum ditindih secara tidak selaras oleh Group Aifam. Di sekitar
Kepala Burung group ini dibagi menjadi 3 Formasi yaitu Formasi Aimau, Aifat dan Ainim.
Group ini terdiri dari suatu seri batuan sedimen yang taktermalihkan dan terbentuk di
lingkungan laut dangkal sampai fluvio-delataik. Satuan ini di daerah Bintuni ditutupi secara
tidak selaras oleh Formasi Tipuma yang berumur Trias (Bintoro & Luthfi, 1999).
2.
a)
Formasi Tipuma
Formasi Tipuma tersebar luas di Papua, mulai dari Papua Barat hingga dekat perbatasan di
sebelah Timur. Formasi ini dicirikan oleh batuan berwarna merah terang dengan
sedikit bercak hijau muda. Formasi ini terdiri dari batu lempung dan batupasir kasar sampai
halus yang berwarna abu-abu kehijauan dengan ketebalan sekitar 550 meter. Umur formasi
ini diperkirakan sekitar Trias Tengah sampai Atas dan diendapkan di lingkungan supratidal.
b)
Kelompok ini diketahui terbentang mulai dari Papua Barat hingga Arafura Platform. Bagian
atas dari kelompok ini disebut formasi Jass. Kelompok Kembelangan terdiri atas lapis batu
debu dan batu lumpur karboniferus pada lapisan bawah batu pasir kuarsa
glaukonitik butiran-halus serta sedikit shale pada lapisan atas. Kelompok ini berhubungan
dengan formasi Waripi dari kelompok Batuan Gamping New Guinea atau New
GuineaLimestone Group( NGLG).
c)
Selama masa Cenozoik, kurang lebih pada batas Cretaceous dan Cenozoik, Pulau New
Guinea dicirikan oleh pengendapan(deposisi) karbonat yang dikenal sebagai Kelompok Batu
Gamping New Guinea( NGLG). Kelompok ini berada di atas Kelompok Kembelangan dan
terdiri atas empat formasi, yaitu(1). Formasi Waripi Paleosen hingga Eosen;(2). Formasi
Fumai Eosen;(3) Formasi Sirga Eosin Awal;(3). Formasi Imskin; dan(4). Formasi Kais
Miosen Pertengahan hingga Oligosen.
3.
sekuensi silisiklastik yang tebalnya berkilometer, berada di atas strata karbonat Miosen
Pertengahan. Di Papua dikenal 3(tiga) formasi utama, dua di antaranya dijumpai di Papua
Barat, yaitu formasi Klasaman dan Steenkool. Formasi Klasaman dan Steenkool berturutturut dijumpai di Cekungan Salawati dan Bintuni.
4.
Kenozoikum
Grup Batu gamping New Guinea, Grup ini dibagi menjadi 4 formasi dari tua ke muada adalah
sebagai berikut : Formasi Waripi, Formasi Faumai, Formasi Sirga dan Formasi Kais.
Formasi Waripi terutama tersusun oleh karbonat dolomitik, dan batupsir kuarsa diendapkan di
lingkungan laut dangkal yang berumur Paleosen sampai Eosen. Di atas formasi ini
diendapkan Formasi Faumai secara selaras dan terdiri dari batugamping berlapis tebal
(sampai 15 meter) yang kaya fosil foraminifera, batugamping lanauan dan perlapisan
batupasir kuarasa dengan ketebalan sampai 5 meter, tebal seluruh formasi ini sekitar 500
meter.
Formasi Faumai terletak secara selaras di atas Formasi Waripi yang juga merupakan sedimen
yang diendapkan di lingkungan laut dangkal. Formasi ini terdiri dari batuan karbonat berbutir
halus atau kalsilutit dan kaya akan fosil foraminifera (miliolid) yang menunjukkan umur
Eosen.
`Formasi sirga dijumpai terletak secara selaras di atas Formasi Faumai, terdiri dari batupasir
kuarsa berbutir kasar sampai sedang mengnadung fosil foraminifera, dan batuserpih yang
setempat kerikilan. Formasi Sirga ditafsirkan sebagai endapan fluvial sampai laut dangkal
dan berumur Oligosen Awal.
Formasi Kais terletak secara selaras di atas Formasi Sirga. Formasi Kais terutama tersusun
oleh batugamping yang kaya foraminifera yang berselingan dengan lanau, batuserpih
karbonatan dan batubara. Umur formasi ini berkisar antara Awal Miosen sampai Pertengahan
Miosen dengan ketebalan sekitar 400 sampai 500 meter.
5.
Pada Miosen sampai recent, di Papua dijumpai adanya 3 formasi yang dikenal sebagai
Formasi Klasaman, Steenkool dan Buru yang hampir seumur dan mempunyai kesamaan
litologi, yaitu batuan silisiklastik dengan ketebalan sekitar 1000 meter. Ketiga formasi
tersebut di atas mempunyai hubungan menjari, Namun Formasi Buru yang dijumpai di
daerah Badan Bururng pada bagian bawahnya menjemari dengan Formasi Klasafat. Formasi
Klasafat yang berumur Mio-Pliosen dan terdiri dari batupasir lempungan dan batulanau
secara selaras ditindih oleh Formasi Klasaman dan Steenkool.
Endapan aluvial dijumpai terutama di sekitar sungai besar sebagai endapan bajir, terutama
terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lempung dari rombakan batuan yang lebih tua.
6.
Pada umumnya batuan Lempeng Pasifik terdiri atas batuan asal penutup (mantle derived
rock), island-arc volcanis dan sedimen laut dangkal. Di Papua, batuan asal penutup banyak
dijumpai luas sepanjang sabuk Ophiolite Papua, Pegunungan Cycloop, Pulau Waigeo, Utara
Pegunungan Gauttier dan sepanjang zona sesar Sorong dan Yapen pada umumnya terbentuk
oleh batuan ultramafik, plutonil basik, dan mutu-tinggi metamorfik. Sedimen dalam
Lempeng Pasifik dicirikan pula oleh karbonat laut-dangkal yang berasal dari pulau-arc.
Satuan ini disebut Formasi Hollandia dan tersebar luas di Waigeo, Biak, Pulau Yapen dan
Pegunungan Cycloop. Umur kelompok ini berkisar dari Miosen Awal hingga Pliosen
7.
Konvergensi antara lempeng Australia dan Pasifik menghasilkan batuan dalam zona
deformasi. Kelompok batuan ini diklasifikasikan sebagai zona transisi atau peralihan, yang
terutama terdiri atas batuan metamorfik. Batuan metamorfik ini membentuk sabuk
kontinyu(>1000 km) dari Papua hingga Papua New Guinea
F.
Jalur Sesar Naik New Guinea merupakan jalur lasak irian (jalasir) yang sangat luas, terutama
di daerah tengah-selatan badan burung. Jalur ini melintasi seluruh zona yang ada di daerah
sebelah timur New Guinea yang menerus kearah barat dan dikenal sebagai jalur sesar naik
pegunungan tengah (JSNPT). Zona JSNNG-JSNPT merupakan zona interaksi antara lempeng
Australia dan pasifik. Lebih dari setengah bagian selatan New guinea ini dialasi oleh batuan
yang tak terdeformasikan dari kerak benua. Zone JSNPT, di utara dibatasi oleh sesar yapen,
sesar sungkup mamberamo. Batas tepi barat oleh sesar benawi torricelli dan di selatan oleh
sesar naik foreland. Sesar terakhir yang membatasi JSSNG ini diduga aktif sebelum orogen
melanesia.
2)
JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan panjang 100 km,
menempati daerah pegunungan tengah Irian Jaya. Batuannnya dicirikan oleh kerak benua
yang terdeformasikan sangat kuat. Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur
perm, batuan penutup berumur mesozoikum dan batuan sedimen laut dangkal yang berumur
tersier awal ke arah selatan. Di beberapa tempat kelompok batuan ini terlipat kuat. Satuan
litologi yang paling dominan di JSNPT ialah batu gamping new guinea dengan ketebalan
mencapai 2000 m.
Sesar sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat intensif dan kuat
dengan komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga menghasilkan beberapa jenis
antiklin dengan kemiringan curam bahkan sampai mengalami pembalikan (overtuning).
Proses ini juga menghasilkan sesar balik yang bersudut lebar (reserve fault). Penebalan
batuan kerak yang diduga terbentuk pada awal pliosen ini memodifikasi bentuk daerah
JSNPT. Periode ini juga menandai kerak yang bergerak ke arah utara.membentuk sesar
sungkup. Mamberamo (the mamberamo thrust belt) dan mengawali alih tempat gautier (the
gautier offset).
3)
Jalur sesar ini memanjang 100 km ke arah selatan dan terdiri dari sesar anak dan sesar geser
(shear) sehingga menyesarkan batuan plioesten formasi mamberamo dan batuan kerak pasifik
yang ada di bawahnya. (gb. 3). William, drr (1984) mengenali daerah luas dengan pola
struktur tak teratur. Di sepanjang jalur sesar sungkup dijumpai intrusi poton-poton batuan
serpih (shale diapirs) dengan radius seluas 50 km, hal ini menandakan zona lemah (sesar).
Poton-poton lumpur ini biasanya mempunyai garis tengah beberapa kilometer, umumnya
terdiri dari lempung terkersikkan dan komponen batuan tak terpilahkan dengan besar ukuran
fragmen beberapa milimeter hingga ratusan meter. Sekarang poton lumpur ini masih aktif dan
membentuk teras-teras sungai.
Batas lempeng pasifik yang terdapat di Irian Jaya barat berupa sesar mengiri yang dikenal
dengan sistem sesar Sorong-Yapen (gambar). Zona sesar ini lebarnya 15 km dengan
pergeseran diperkirakan mencapai 500 km (dow, drr.,1985). Sesar ini dicirikan oleh
potongan-potongan sesar yang tidak teratur, dan dijumpai adanya bongkahan beberapa jenis
litologi yang setempat dikenali sebagai batuan bancuh. Zone sesar ini di sebelah selatan
dibatasi oleh kerak kontinen tinggian kemum dan sedimen cekungan selawati yang juga
menindih kerak di bagian barat. Di utara sesar geser ini ditutupi oleh laut, tetapi di pantai
utara menunjukkan harga anomali positif tinggi.
Hal ini menandakan bahwa dasar laut ini dibentuk oleh batuan kerak samudera. lima
kilometer kearah barat daya batuan kerak pasifik tersingkap di pulau Batanta, terdiri dari lava
bawah laut dan batuan gunung api busur kepulauan.
Perederan beberapa ratus kilometer dari zona sesar Sorong-Yapen pertama kali dikenal oleh
Visser Hermes (1962). Adalah sesar mengiri dan berlangsung sejak Miosen Tengah. Kejadian
ini didukung oleh bergesernya anggota batu serpih formasi Tamrau berumur Jura-Kapur yang
telah terseret sejauh 260 km dari tempat semula yang ada disebelah timurnya (lihat
pergeseran sesar Wandamen dibagian Timur) dan hadirnya blok batuan vulkanik alih tempat
(allochtonous) yang berumur Miosen Tengah sejauh 140 km di daerah batas barat laut Pulau
Salawati (Visser & Hermes, 1962)
2.
Sesar Wandamen (Dow,1984) merupakan kelanjutan dari belokan Sesar Ransiki ke Utara dan
membentuk batas tepi timur laut daerah kepala burung memanjang ke Barat daya pantai
sasera, dan dari zona kompleks sesar yang sajajar dengan leher burung. Geologi daerah Zona
Sesar Wandamen terdiri dari batuan alas berumur Paleozoikum Awal, batuan penutup paparan
dan batuan sediment yang berasal dari lereng benua. Kelompok ini dipisahkan oleh zona
dislokasi dengan lebar sampai ratusan kilometer, terdiri dari sesar-sesar sangat curam dan
zona perlipatan isoklinal.
Perubahan zona arah sesar Wandamen dari Tenggara ke Timur di tandai bergabungnya sesarsesar tersebut dengan sesar Sungkup Weyland. Timbulnya alih tempat (allochtonous) yang
tidak luas tersusun oleh batuan sedimen mezozoic. Diatas satuan ini diendapkan kelompok
batu gamping New Guenia. Jalur sesar Wandamen dan Sesar Sungkup lainya di zona ini
merupakan bagian dari barat laut JSNPT.
3.
Jalur Lipatan lengguru (JLL) adalah merupakan daerah bertopografi relative rendah jarang
yang mencapai ketinggian 1000 m di atas muka laut. Daerah ini dicirikan oleh pegunungan
dengan jurus yang memenjang hingga mencapai 50 km, batuanya tersusun oleh batu gamping
New Guenia yang resistan. Jalur lipatan ini menempati daerah segitiga leher burung dengan
panjang 3000 km dan lebar 100 km dibagian paling selatan dan lebar 30 km dibagian utara.
Termasuk di daerah ini adalah batuan paparan sediment klastik Mesozoikum yang secara
selaras ditindih oleh batu gamping New Guenia (Kapur awal miosen). Batuan penutup ini
telah mengalami penutupan dan tersesar kuat. Pengerutan atau lebih dikenal dengan thin skin
deformation berarah barat laut dan hampir searah dengan posisi leher burung. Intensitas
perlipatan tersebut cenderung melemah kea rah utara zona perlipatan dan meningkat kearah
timur laut yang berbatasan dengan zona
4.
JLL adalah thin slab kerak benua yang telah tersungkup-sungkup kan kearah barat daya diatas
kerak benua Kepala Burung (Subduksi menyusut = oblique subduction). Jalur ini telah
mengalami rotasi searah jarum jam (antara 75-80). Porsi bagian tengah dari JLL ini terlipat
kuat sehingga menimbulkan pengerutan. Dow drr (1985) menyarankan pengkerutan kerak
(crustal shortening) ini sebesar 40-60 km. diperkirakan proses pemendekan tersebut masih
berlangsung hingga sekarang. Jalur JLL di sebelah timur dibatasi oleh Sesar Wandamen di
selatan oleh sesar Tarera Aiduna dan dibagian barat oleh sesaar aguni. Hal ini dapat menutup
kemungkinan bahwa jalur JLL merupakan perangkap hidrokarbon jenis struktur yang
melibatkan batuan alas akibat gaya berat memampat.
G.
Secara astronomis, irian terletak antara 00 19 100 43 LS dan 1300 45 1500 48 BT,
mempunyai panjang 2400 km dan lebar 660 km. secara administratif pulau ini terdiri dari
papua sebagai wilayah RI dan papua Nugini yang terlatak di bagian timur. Fisiografi papua
dibedakan menjadi tiga bagian:
1.
Semenanjung barat atau kepala burung yang dihubungkan oleh leher yang sempit
3.
Di sebelah utara papua terdapat bagian Samudra Pasifik yang dalamnya 4000m, dibatasi oleh
kepulauan Carolina di sebelah utara. Pulau-pulau karang yang muncul terjal dari dasar
samudra itu (Mapia di sebelah utara Manokwari) menunjukkan bahwa bagian samudra ini
merupakan block kontinen yang tenggelam. Block kontinen yang tenggelam di sebelah utara
Papua ini dianggap sebagai tanah batas Melanesia. Kearah selatan, Dangkalan Sahul (laut
Arafura) dan selat torres menghubungkan Papua dengan Australia.
B.
Bagian utara pulau ini menunjukkan zone-zone yang arahnya barat laut-tenggara yang sejajar
atau sama lain. Selanjutnya berupa zone memanjang dari tanah rendah dan bukit-bukit, yaitu
depresi memberamo-bewani yang sebagian jalin-menjalin dengan jalaur pantai utara daratan
utama. Depresi tersebut membujur dari pantai timur teluk geelvink di sepanjang danau
rambebai dan sentani sapai ke pantai finch dengan aitape. Disebelah selatan depresi ini
terdapat rangkaian pegunungan kompleks yang disebut rangkaiana pembagi utara. Rangkaian
pembagi utara ini merupakan deretan pegunungan dan pegunungan antara teluk geelvink di
bagian barat dan muara sungai sepik di bagian timur. Dibagian barat terdapat puncak dom
(1340 m), ke arah timur pegunungan van rees, yang secara melintang terpotong oleh sungai
mamberamo, yang di ikiuti oleh pegunungan gauttier (>1000 m), pegunungan poya,
karamoor, dan bongo. Di sebelah selatan pegunungan Cyclops terdapat sebuah sumbu
depresi.
C.
Mulai 143,50 BT garis-garis arah umum fisiografinya menjadi barat laut-tenggara. Bagian
timur menujukkan beberapa bentang alam yang berbeda dengan daratan utama. Di antara
rangkaian timur laut dan rangkaian tengah, terbentang sebuah depresi, ditandai oleh lembahlembah Ramu dan Markham. Ke arah timur zone ini melintas sampai teluk Huon. Rangkaian
tengah, dimana rangkaian victoe emanuel merupakan bagian yang relatif sempit dari sistem
pegunungan lengan papua. Perbedaan antara rangkaian tengah di bagian barat daratan utama
pada satu pihak dan bagian timur serta ekor di pihak lain adalah dibentuk oleh perluasan
volkanisme tertier dan kuarter di bagian timur tersebut. Pada tepi utara geantiklinal terdapat
unsur volkan lain, seperti gunung lamington, Trafalgar, victory goropu, dan gunung dayman.
Jalur volkanis membujur ini membujur sejajar sampai ke ujung tenggara ekor papua. Jalur
tersebut merupakan zone dalam yang volkanis dari sistem orogen, sedangkan zone luar yang
tidak volkanis merupakan pulau-pulau trobriand dan eoodlark, terletak sampai di sebelah
utaranya.
H.
IK LI M
Keadaan iklim di Papua sangat dipengaruhi oleh topografi daerah. Pada saat musim panas di
dataran Asia (bulan Maret dan Oktober) Australia mengalami musim dingin, sehingga terjadi
tekanan udara dari daerah yang tinggi (Australia) ke daerah yang rendah (Asia) melintasi
pulau Papua sehingga terjadi musim kering terutama Papua bagian selatan
(Merauke).Sedikitnya pada saat angin berhembus dari Asia ke Australia (bulan Oktober dan
Maret) membawa uap air yang menyebabkan musim hujan, terutama Papua bagian utara,
dibagian selatan tidak mendapat banyak hujan karena banyak tertampung di bagian
utara.Keadaan iklim Papua termasuk iklim tropis, dengan keadaan curah hujan sangat
bervariasi terpengaruh oleh lingkungan alam sekitarnya.Curah hujan bervariasi secara lokal,
mulai dari 1.500 mm sampai dengan 7.500 mm setahun. Curah hujan di bagian utara dan
tengah rata-rata 2000 mm per tahun (hujan sepanjang tahun). cuaca hujan di bagian selatan
kurang dari 2000 mm per tahun dengan bulan kering rata-rata 7 (tujuh) bulan.Jumlah harihari hujan per tahun rata-rata untuk Jayapura 160, Biak 215, Enarotali 250, Manokwari 140
dan Merauke 100.
I.
KEADAAN TANAH
Luas daerah Papua 410.660 Km2, tetapi tanah yang baru dimanfaatkan 100.000 Ha.
Tanahnya berasal dari batuan Sedimen yang kaya Mineral, kapur dan kwarsa. Permukaan
tanahnya berbentuk lereng, tebing sehingga sering terjadi erosi. Sesuai penelitian tanah di
Papua diklasifikasikan ke dalam 10 (sepuluh) jenis tanah utama, yaitu (1) tanah organosol
terdapat di pantai utara dan selatan, (2) tanah alluvia juga terdapat di pantai utara dan selatan,
dataran pantai, dataran danau, depresi ataupun jalur sungai, (3) tanah litosol terdapat di
pegunungan Jayawijaya, (4) tanah hidromorf kelabu terdapat di dataran Merauke, (5) tanah
Resina terdapat di hampir seluruh dataran Papua, (6) tanah medeteren merah kuning, (7)
tanah latosol terdapat diseluruh dataran Papua terutama zone utara, (8) tanah podsolik merah
kuning, (9) tanah podsolik merah kelabu dan (10) tanah podsol terdapat di daerah
pegunungan Tanah yang potensial untuk tanah pertanian antara lain (a) tanah rawa pasang
surut luasnya 76.553 Km2, (b) tanah kering luasnya 58.625 Km2.
J.
PENDUDUK
Penduduk asli yang mendiami pulau Papua sebagian besar termasuk ras suku Melanesian,
karena ciri-ciri seperti warna kulit, rambut, warna rambut yang sama dengan penduduk asli di
bagian utara, tengah dan selatan yang memiliki ciri-ciri tersebut.Di bagian barat (Sorong dan
Fak Fak) penduduk di daerah pantai mempunyai ciri yang sama dengan penduduk di
kepulauan Maluku, sedangkan penduduk asli di pedalaman mempunyai persamaan dengan
penduduk asli di bagian tengah dan selatan.Selain penduduk asli di Papua terdapat juga
penduduk yang berasal dari daerah-daerah lainnya seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku: yang berada di Papua sebagai Pegawai Negeri, ABRI,
Pengusaha, Pedagang, Transmigrasi dan sebagainya, bahkan juga ada yang dari luar
Indonesia, misalnya Amerika, Perancis, Jerman dan lain-lain yang berada di Papua sebagai
Missionaris dan Turis.
K.
FLORA
Dari seluruh daerah Papua 75% tanah daratanya ditumbuhi oleh hutan-hutan tropis yang
tebal serta mengandung ragam jenis kayu yang terbesar secara heterogen. Sebagian besar dari
hutan tersebut sesuai topografi daerah belum pernah dijamah oleh manusia. Jenis flora di
Papua ada persamaan dengan jenis flora di benua Australia. Adapun jenis flora yang terdapat
di Papua adalah Auranlaris, librocolnus, grevillea, ebny-dium dan lain-lain.sekitar 31 Juta ha
di Papua penata gunanya belum ditetapkan secara pasti Hutan lindung diperkirakan seluas
12.750.000 ha. Hutan produksi diperkirakan 12.858.000 ha. Areal pengawetan dan
perlindungan diperkirakan 5.000.000 ha. Daerah Inclove diperkirakan 114.000 ha, daerah
rawa-rawa dan lain-lain diperkirakan 2478.000 ha.Di Papua terdapat flora alam yang pada
saat ini sedang dalam pengembangan baik secara nasional maupun internasional yaitu sejenis
anggrek yang termasuk di dalam Farmika Orctdacede yang langka di dunia.Anggrek alam
Papua tumbuhnya terbesar dari pantai lautan rawa sampai ke pegunungan. Umumnya hidup
sebagai epihite menembel pada pohon-pohon maupun di atas batu-batuan serta di atas tanah,
humus di bawah hutan primer.
L.
FAUNA
Seperti halnya dengan flora, keadaan di Papua pun bermacam-macam dalam dunia hewan
misalnya, jenis yang terdapat di Papua tidak sama dengan jenis hewan di daerah-daerah di
Indonesia lainnya seperti Kangguru, kasuari, Mambruk dan lalin-lain. Demikian pula
sebaliknya jenis hewan tertentu yang terdapat di Indonesia lainnya tidak terdapat di Papua
seperti Gajah, Harimau, Orang Utan dan lain-lain.Fauna di Papua terdapat persamaan dengan
fauna di Australia, misalnya Kangguru, Kus-kus dan lain-lain.Burung Cendrawasih
merupakan burung yang cantik di dunia dan hanya terdapat di Papua. Selain burung
Cendrawasih terdapat jenis burung lainnya seperti Mambruk, Kasuari, Kakauta dan lain-lain
yang memberikan corak tersendiri untuk keindahan daerah ini.Hewan-hewan yang langka
dan dilindungi adalah burung Kakatua Putih, Kakatua Hitam, Kasuari, Nuri, Mambruk dan
lain-lain yang termasuk burung Cendrawasih Jenis fauna laut Papua juga banyak dan
beraneka ragam, misalnya ikan Cakalang, ikan Hiu, Udang dan sejenis ikan lainnya.
Wilayah yang didominasi daerah datar antara lain adalah Kabupaten Merauke dan Kabupaten
Mimika. Wilayah tersebut cukup cocok untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan
perkebunan, serta penggunaan lahan lainnya yang memerlukan persyaratan topografi datar.
Sedangkan daerah pegunungan terutama didominasi oleh Kabupaten Jayawijaya, kemudian
Kabupaten Jayapura, Nabire, Paniai dan Kabupaten Puncak Jaya. Daerah dengan topografi
curam hinggan sangat curam ini akan berdampak pada alokasi penggunaan lahan, dimana
kondisi tersebut tidak cocok dimanfaatkan untuk budidaya pertanian.
di pulau ini. Yang mana keduanya terpisah oleh pegunungan Jayawijaya. Kedua pusat
tersebut adalah Biak di sebelah Utara sebagai inti kawasan andalan Teluk Cendrawasih, dan
Tinamika di sebelah Selatan sebagai pusat pertumbuhannya.
Kabupaten Biak Numfor dicanangkan sebagai pusat pertumbuhan untuk sector industri dan
pariwisata. Kabupaten ini memiliki potensi wisata yang beragam, pusat wisata alam (habitat
flora dan fauna) khususnya keindahan laut, taman laut insubabi, cagar alam pulau Supiori dan
pulau Numfort serta air panas di sunber air biru. Untuk sector industri di wilayah ini,
direncanakan pengembangan kawasan industri atau Eksport Processing Zone (ERZ) yang
study kelayakannya sudah rampung. Sektor kehutanan yang terletak di Kabupaten Yapen
Waropen berkembang dengan baik karena hutannya masih luas sekitar 1.950.500 ha terdapat
hutan produksi terbatas seluas 264.493 ha, dan hutan konversi 522.310 ha. Sisanya berupa
hutan lindung seluas 503.343 ha, hutan PPA 65000 han dan huta lainhhya 7.806 ha.
Kabupaten Manokwari memilii enam cagar alam dan tiga swaka margasatwa. Selain potensi
walayah tersebut terdapat sector pertambangan, kehutanan, dan pertanian (tanaman pangan
dan perkebunan). Potensi pertambangan yang menonjol adalah minyak bumi di Bintuni;
uranium dan granit di Anggi dan Ransiki; mika di Wasior; dan timah putih di Rasinki.
Pengembangan wilayah di Papua juga dapat ditinjau dari beberapa faktor diantaranya:
a. Faktor Sumber Daya Wilayah
Sumberdaya wilayah yang dimaksud adalah sumberdaya lahan yang terkait dengan
fisik wilayah. Kiat manajemen atau pengelolaan yang berimbang dan berkelanjutan
merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam peningkatan produktivitasnya.
Keberhasilan pengelolaan dengan berpijak pada kaidah kelestarian lingkungan dan
berkelanjutan akan dapat menjamin terhadap meningkatnya masukan daerah yang telah lama
dieksploitasi dengan tanpa mempertimbangkan kelestarian secara optimal. Sebagaimana
diketahui bersama bahwa keaaan daerah saat ini telah mengalani banyak perubahan sebagai
akibat kurangnya pelibatan dan pemberdayaan masayarakat dalam melakukan pengambangan
di wilayah yang bersangkutan, sehingga dalam mengantisipasi terhadap pengaruh negative
BAB III
Penutup
Dalam pembahasan mengenai geologi dan geomofologi papua maka dapat di simpulkan
bahwa
1.
Papua merupakan sebuah pulau yang berasal dari pengendapan materi banua ausrtalia
selama berjuta-juta tahun, pengendapan ini menghasilan tumpukan material yang tebal
sehingga mampu membentuk sebuah pulau seperti sekarang.lempeng ausrtalia dengan
lempeng pasifik yang menyebabkan pengendapan yang terjadi sebelumnya terangkat
kepermukaan dari dasar lautpasifik yang ditemukan di Papua yang mengindikasikan
terjadinya pengangkatan dari dasar laut oleh tenaga endogen, dikenal sebagai Orogenesa
Melanesia.
2.
Kawasan Samudra Utara yang dicirikan oleh adanya batuan ofiolit dan busur vulkanik
Kawasan Benua yang dicirikan atas batuan sedimen yang menutupi batuan dasar
kontinen.
c.
Lajur Peralihan yang terdiri atas batuan yang termalihkan dan terdeformasi sangat
kuat. Lajur ini memisahkan Kawasan Benua dan Kawasan Samudra Utara.
3.
Seting tektonik Papua terdiri dari patahan, lipatan, maupun sesar-sesar sehingga di
wilayah Papua rentan akan terjadinya gempa bumi yang diikuti enggan tsunami. Akibat dari
tektonik yang katif, wilayah Papua kaya akan barang tambah seperti timah, emas, bijih besi,
dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan sebagai devisa negara.
4.
a.
b.
c.
d.
Kenozoikum
e.
f.
g.
5.
Dari Peta Geologi Papua yang disederhanakan, diketahui bahwa batuan yang terdapat
di Papua terdiri dari batuan beku, sedimen, dan metamorf yang penyebarannya dapat
diketahui melalui peta.
Kesimpulan
Secara struktur geologi wilayah papua adalah suatu wilayah yang sangat besar potensi
terutama dibidang pertambangan hal ini dapat dilihat dari prospek beberapa wilayah di
Papua yang banyak terdapat Au (emas), Ag (perak) &Cu(tembaga) yang terdapat di daerahdaerah yang telah kami sampai kan di atas.Melihat kerumitan dari struktur tektonik dari pulau
ini dimana pulau ini terdapat banyak sekali patahan dan gejala tektonik. Jika melihat sejarah
dari pulau Papua ini, pulau ini telah mengalami banyak sekali proses geologi Dan masih
banyak lagiyang tidak kita ketahui dari papua itu sendiri.
Saran
Kebanyakan Ilmuwan yang meneliti struktur geologi ataupun tektonik di papua adalah
berasal dari luar negeri sedangkan jarang ada ilmuwan yang berasaldari Indonesia sendiri,
barang-barang tambang di indonesia pun banyak dikelolaoleh bangsa-bangsa asing dan
Indonesia sangat dirugikan maka Indonesiaseharusnya kembali mengkaji lebih dalam tentang
struktur bumi Papua sehinggakita dapat mengelola kekayaan alam kita sendiri terutama
potensi alam yang ada di bumi Papua.
Dafrat pustaka