KAJIAN PUSTAKA
6
7
gunungapi ini dimulai sejak Paleosen dan aktif kembali pada kala Miosen.
granitik berasosiasi dengan batuan vulkanik. Lajur Magmatik Tersier ini dicirikan
pula oleh terdapatnya flysch yang berasosiasi dengan lava basal berumur Kapur
Eosen.
Lajur Metamorfik Kapur Sulawesi Tengah tersusun dari sekis, mika chert,
meta gamping, grafit, dan filit. Lajur Ofiolit Kapur Sulawesi Timur terdiri dari
batuan ultrabasa dari jenis dunit, piroksenit, gabro, dolertit, mikrodiorit, norit dan
harzburg. Batuan ofiolit ini berasosiasi dengan chert dari radiolaria. Analisis
(mis.garrard et al. 1988). Batuan alas ini terdiri dari malihan berafinitas kontinen
berumur Karbon, batuan granit berumur Permo-Trias pula. Diatas batuan alas,
secara tak selaras diendapkan batuan sedimen tepian benua. Batuan sedimen ini
berumur Mesozoik yang terdiri dari Klastika Karbonat dan mengandung lensa-
lensa batubara.
Tersier, tumbukan di Sulawesi Timur pada kala Neogen dan tumbukan ganda
Benoiff kearah Barat disepanjang Pulau Sulawesi baian timur, dimana Kerak
Selain itu ditemukan pula batuan malihan bertekanan tinggi, batuan gunungapi
9
yang diikuti oleh intrusi diorit dan dibeberapa tempat bancuh yang berasosiasi
dengan ofiolit. Pada lajur ini ditemukan pula flysch yang diperkirakan terbentuk
zaman Trias di tepian Utara benua Australia, yang diikuti dengan rifting dan
bagian utara dan baratlaut tepian benua Australia yang dilanjutkan dengan
(microcontinents) di Laut Banda. Proses ini sekarang ini ditunjukkan oleh sesar
renik yang terlepas dari tepian Benua Australia bertumbukan denga lajur ofiolit
dan komplek penunjaman Sulawesi Timur. Proses ini menghasilkian bancuh yang
terhampar di sepanjang Lajur Sesar Batui di lengan Timur Sulawesi. Proses ini
diakhiri dengan obdaksi koimplek ofiolit di atas tepian benua renik dan komplek
tunjaman di atas lajur magmatik. Tumbukan ganda yang berlawanan arah pada
ganda di Sulawesi Utara yang terjadi pada kala Neogen. Pada peristiwa itu terjadi
penunjaman kerak Laut Sulawesi ke bawah lengan utara pulau itu dan secara
bersamaan ke lengan barat dan Maluku terjadi penunjaman kerak yang sama
dengan arah barat. Pada periode ini terjadi pula tumbukan antara mikrokontinen
10
dari kala Trias hingga Resen (Hadiwidjojo drr. 1993, Rusmana drr. 1993,
Sukamto 1973). Batuan yang berumur Trias adalah Komplek Wana, tersebar di
bagian timur Teluk Palu dan terdiri dari sekis, genes dan kuersit. Kelompok
batuan ini menjemari dengan Komplek Gumbasa yang terdiri dari granit genes,
Meluhu yang tersusun dari batusabak, batupasir malih, filit dan sekis. Batuan
berumur Yura diwakili oleh Formasi Nanaka berupa sedimen klastik ynag terdiri
dari batu pasir kuarsa dengan sisipan batubara, konglomerat dan napal. Batuan
berumur Kapur terdapat dibagian timur (daerah Luwuk), berupa ultrabasa yang
terdiri dari dunit, piroksenit, serpentinit, gabro dan diabas. Di Kepulauan Togian
batugamping, rijang, filit, dan kuarsit. Pada Kala Oligi-Miosen terjadi kegiatan
Formasi Lamasi yang terdiri dari andesit dan dasit. Formasi Lamasi menindih tak
11
dan mengahasilkan batuan gunungapi Formasi Talaya yang terdiri dari andesit dan
basal.
gunungapi yang menghasilkan Formasi Lonsio yang disusun oleh lava basal, lava
sungai, dan pantai yang terdiri dari konglongmeret, pasir dan lempung
bagian utara sampai Palung Sulawesi Utara yang merupakan batas tepi benua di
pergeseran lebih dari 750 km (Tjia, 1973, Sukamto, 1975), arah gerak sesuai
dengan jalur Sesar Matano dan jalur sesar Sorong. Sesar Sadang yang terletak di
bagian barat dan sejajar Sesar Palu berada pada Lengan Selatan Sulawesi,
Sukamto, 1975) yang berlawanan arah dengan Sesar Palu-Koro dan pola sesar
ke arah barat.
kelanjutan dari Sesar Palu ke arah timur yang kemudian berlanjut dengan prisma
dan Sulawesi Tenggara. Sesar ini kemungkinan berperan dalam pembukaan Teluk
Sesar naik Batui terletak pada bagian timur Lengan Timur Sulawesi,
terangkat.
Sesar atau patahan (fault) merupakan suatu fenomena geologi yang umum
di jumpai di kerak bumi. Sesar didefinisikan sebagai bidang rekahan yang di sertai
oleh adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan.
Menurut Keller dan Pinter (1996) sesar aktif adalah sesar yang pernah
bergerak pada kurun waktu sepuluh ribu tahun yang lalu. Sesar yang berpotensi
aktif adalah sesar yang pernah bergerak pada kurun waktu dua juta tahun yang
lalu, sedangkan sesar tidak aktif adalah sesar yang belum tidak pernah bergerak
Sesar aktif adalah sesar yang bergerak pada zaman kuarter dan berpotensi
untuk bergerak kembali pada masa yang akan datang (Huzita dkk., 1992; dalam
memotong batuan Kuarter, sesar pada daerah gunungapi yang bergerak pada
periode pendek (selama masa erupsi gunung api), dan sesar normal yang dapat
Trenching dari lereng patahan, mungkin adalah teknik yang paling umum
dan tinggi untuk menyelidiki aktive fault dengan bidang pecah permukaan. Dua
kondisi yang harus ditinjau: 1) lokasi lereng fault di lokasi harus dikenal dengan
ketidakpastian tidak lebih dari beberapa meter, dan 2) lokasi setting geomorfologi
7. Menandai lokasi dari material yang memiliki prospek data yang baik
11. Sampling dan packaging material yang memiliki data yang baik
material organik, seperti kayu dan kulit, mulai dari 58000 tahun sampai 62000
tahun. Carbon dating dikemukakan oleh seorang ahli bernama Willard Libby pada
tahun 1949.
2.6.1 Sesar
disertai oleh adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok
harfiah sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami
pergeseran yang berarti, melalui bidang rekahnya. Suatu sesar dapat berupa
bidang sesar (fault plane), atau rekahan tunggal. Tetapi lebih sering berupa jalur
17
sesar (fault zone), yang terdiri dari lebih dari satu sesar. Jalur sesar atau jalur
penggerusan (shear zone), mempunyai dimensi panjang dan lebar yang beragam,
Secara garis besar dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis sesar, yaitu :
sesar naik, sesar mendatar, sesar normal. Hal ini diakibatkan oleh orientasi dan
posisi tegasan maksimum (1), tegasan menengah (2), tegasan minimum (3).
Dari hasil percobaan Anderson (1951) menyimpulkan jika : sigma satu vertical
maka akan terbentuk patahan normal, sigma dua vertical maka akan membentuk
sesar mendatar, sigma tiga vertical maka akan membentuk sesar naik. (gambar
2.4)
tergeserkan.
18
2. Dip sesar, sudut antara bidang sesar dengan bidang horizontal dan diukur
tegak lurus jurus sesar. Strike dan dip sesar menunjukkan kedudukan dari
bidang sesar.
3. Pitch, arahan gelinciran yang membentuk sudut pada bidang sesar diukur
4. Hade, sudut antara garis vertical dengan bidang sesar dan merupakan
7. Separation (pergesaran semu), jarak tegak lurus dua bidang yang bergeser
9. Dip separation, komponen separasi yang diukur sejajar arah dip sesar.
2.6.2 Kekar
1. Bentuk
berpasangan dengan arah yang sejajar atau hampir sejajar dan bidang-
b. Tak sistematik
2. Ukuran
3. Kerapatan
(gambar 2.6) :
dengan tegasan. Kekar jenis inilah yang biasanya terisi oleh cairan
Gambar 2.6 Pola kekar yang terbentuk pada sebuah kubus apabila dikenai gaya
tertentu (Billing 1959)
Kekar merupakan salah satu gejala struktur yang sulit untuk diamati, sebab
kekar dapat terbentuk pada setiap waktu kejadian geologi, misalnya sebelum
terjadi lipatan. Kesulitan lainnya adalah tidak adanya atau relative kecil
pergeseran dari kekar, sehingga tidak dapat ditentukan kelompok mana yang
keseluruhan daerah terbentuk sebelum atau pada saat pembentukan sesar. Dalam
penentuan jenis sesar cara ini sangat lemah dan data yang dipakai tidak hanya
kekar tetapi juga jalur sesar yang dapat diamati dari peta topografi, foto udara
Seperti dikemukakan oleh beberapa penliti dan secara tegas oleh Bott
(1959) bahwa pergerakan sesar akan mengikuti arah rekahan gunting (conjugate
shear). Dengan analisis kekar dalam penentuan jenis sesar hal ini dapat diterapkan
(gambar 2.7) :
4. 1 2 3
orientasi 3.
Gambar 2.7 Klasifikasi sesar menurut Anderson (1951) (dalam McClay 1987)
Berdasarkan bentuk stereografi dan sistem tegasan, setengah lingkaran hitam
menunjukkan blok yang bergerak keatas.
Sulawesi Tengah ini dapat dipelajari dengan sangat baik di sepanjang lembah
lembah Palu dan sekitarnya yang dipengaruhi oleh keberadaan patahan aktif
dikenal berupa facet segitiga yang ditemukan di kedua sisi lembah Palu (barat
dan timur), berupa gawir patahan dengan segitiga faset yang memiliki
ketinggian gawir bervariasi 25 sampai 300 meter. Gawir faset segitiga blok
segitiga blok sebelah timur, demikian pula kemiringan lerengnya. Hal ini
mengiri turun dengan ciri batuannya adalah batuan malihan dan batuan beku
granit, sedangkan blok timur dikontrol oleh patahan mendatar dengan ciri
patahan uatama utara - selatan, triangular facet ini di kontrol pula oleh
dan Lindu, patahan Lariang dan Pasangkayu) dan patahan normal berarah
tumbuh dan bergerak membentuk alur-alur baru. Faset segitiga tipe B tingkat
erosi sedang dengan sebagian material rombakannya tampak pada salah satu
sisi lembahnya. Faset segitiga tipe C terlihat lebih masif dan stabil dengan
tingkat erosi rendah, tidak terlihat adanya material rombakan baru pada
lembahnya.
alur sungai yang membentuk teras-teras aluvium pada segmen aktif seperti
24
antara 2-15 meter di atas muka air sungai sekarang. Ciri gerak-gerak patahan
Mekanisme patahan seperti ini membentuk lajur patahan yang saling sejajar
bongkah).
ini dikenal dari perkembangan endapan batuan Kuarter secara tegak dan
m) pada kedua dinding lembah belahan barat dan timur (Moechtar dkk, 1999).
Hasil pengamatan Tjia (1974), terhadap koral pada teras dekat Tondo di
mm/tahun. Lebih lanjut Tjia dan Zakaria (1974) menyatakan patahan Palu-
Koro ini sebagai patahan aktif (lihat Soehaimi, 1995). Adjat Sudradjat (1981)
mm per tahun.
Keaktifan patahan Palu - Koro yang merupakan salah satu patahan utama
di daerah ini dibuktikan oleh keberadaan pusat gempa bumi merusak (1938,
1981, 1983, 1985, 1987, 1989, 1990, 1993,1996 dan 2005) yang berpusat pada
lajur patahan ini. Gempabumi Lawe (1995) yang juga berpusat pada lajur
25
tipe sesar yang paling dominan terjadi pada kerak bumi. Istilah wrench fault di
pecahan pada kerak bumi yang relatif pergerakan pada satu blok horizontal
Teori
stress yang membentuk satu set dari 3 sumbu yang saling tegak lurus. Pada
sebuah material isotropic yang sama diberikan tekanan, maka sifat tekanan
yang maksimum akan dapat mewakili suatu arah yang diberikan (gambar
2.8, X)
26
stress yang melebihi dari kekuatannya, maka material tersebut akan pecah
atau hancur, hasil dari bidang rekahan maksimum stress akan membentuk
(actual shear).
akan berbeda antara material yang berbeda rata rata tiap batuan memiliki
sudut 31 sebagai sudut geser dalam. Billings (1954) sudut diantara arah
berbeda, sudut yang digunakan Moody & Hill yaitu 30 sebagai rata rata
Gambar 2.9 Hasil dari sistem sesar mendatar pada kompresi berarah Utara-
Selatan (Moody dan Hill 1956)
strain kedua dan beberapa pengetahuan tentang bentuk system sesar pada
orde kedua, McKinstry (1953) menulis jika suatu gaya atau pergerakan
akan menghasilkan sesar utama atau master shear, stress stress pada
pasangan bidang pecah baru yang berhubungan satu sama lain untuk
28
Tabel 2.1 Teori arah sesar mendatar dan sesar naik (McKinstry 1953)
Antiklin dan/atau
Kanan atau kiri sesar mendatar
sesar naik
RL N 30 W First Orde EW
LL N 30 E
RL N 15 E Second Orde N 45 E
RL N 75 W
LL N 75 E N 45 W
LL N 15 W
RL N 30 W Third Orde NS
RL N 30 W
RL N 60 E EW
RL N 60 E
LL N 30 E NS
LL N 30 E
LL N 60 W E-W
LL N 60 W
29
hasil dari sudut tersebut tidak dapat ditentukan dengan mudah, pada
Shears orde kedua akan terbentuk tipe yang sama dari pergerakan
orde pertama cabang samping kiri dengan orientasi yang sesuai atau sama
(table 1), orde ketiga akan terbentuk kedua setelah rekahan shear orde
kedua. Untuk satu orientasi stress utama dapat menimbulkan 2 arah shear
orde pertama, 4 arah shear orde kedua, 8 arah shear orde ketiga, 16 arah
perwujudan dari reorientasi stress satu blok sesar atau satu blok diantara 2
sesar parallel.
Sudut (alpha)
Arah stress utama (bisa berarti maksimum stress pada stess ellipsoid)
sepanjang waktu geologi yang berorientasi dan nilai untuk sudut sekitar
dari 340 sampai 20, namun Moody & Hill menentukan sudut yaitu 0