Zoonasi
Tata ruang
Bangunan untuk mitigasi bencana
Peringatan dini
2. Tata Kelola dan Sosial Kemasyarakatan
Di dalam tahapan ini yang harus diperhatikan adalah organisasi kebencanaan
(BPN/Badan Penanggulangan Bencana), penyuluhan dan pendidikan masyarakat yang masih
kurang terkait dengan kebencanaan, perundangan, dan tata kelola penanggulangan bencana
yang harus ditangani secara runtut.
Tata kelola penanggulangan bencana dengan mengaplikasikan siklus manajemen yang
baik, serta point-point penting lainnya yang berkaitan dengan ketaatan terhadap regulasi
pemerintah yang berhubungan dengan resiko kebencanaan, diharapkan dapat membawa
dampak yang positif terhadap rendahnya resiko yang ditimbulkan dari bencana kebumian.
Dalam mempraktekkan tata kelola dan sosial kemasyarakatan perlu dilakukan pendekatan
hidup berdampingan dengan daerah yang memiliki resiko bencana, yang meliputi :
Holistik (multidisipiln, kewilayahan, sistematik, dan pembangunan seutuhnya)
Kenyataan masyarakat kita, kita baru bereaksi jika terjadi bencana. Seharusnya ada
penyiapan diri (perencanaan pra-bencana), seperti : pencegahan bencana, mitigasi
bencana, dan penyiapan menghadapi bencana.
Mitigasi, baik pasif maupun aktif. Mitigasi pasif berupa zonasi rawan bencana, aturan
bengunan, tata ruang, tata guna lahan, dan sebagainya. Mitigasi aktif berupa pelaksanaan
mitigasi pasif, pendidikan masyarakat dan birokrasi, penyesuaian infrastruktur, relokasi
penduduk, dan diversifikasi kegiatan ekonomi.
Diperlukan peran serta semua pihak
Kekeliuran yang sering terjadi, seperti banyak mitigasi pasif, salah alternatif, pemberian
tanggung jawab, salah prediksi akibat bencana, dan pengurangan kerugian dan
perencanaan berikutnya.
Persiapan