Anda di halaman 1dari 89

PROFIL

PENGELOLAAN TUTUPAN VEGETASI


KABUPATEN BANTUL
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU


TAHUN 2016
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KANTOR BUPATI
Telp. (0274) 367509
Fax. (0274) 368078

KANTOR BLH
Telp. (0274) 6460181
Fax. (0274) 6460181
E-mail : blh@bantulkab.go.id

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan
berkah yang telah dianugerahkan kepada kita semua dan atas kerjasama dari berbagai
pihak telah tersusun Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul.
Buku Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul ini berisi kebijakan
pengelolaan tutupan vegetasi yang telah dilaksanakan di Kabupaten Bantul serta data-data
pendukung dalam rangka melaksanakan Program Menuju Indonesia Hijau.
Sesuai dengan motto Kabupaten Bantul Projo Tamansari pelestarian lingkungan
telah dilaksanakan dengan adanya komitmen Pemerintah dan didukung oleh peran serta
masyarakat dan dunia usaha yang senantiasa berperilaku untuk berpihak pada lingkungan;
serta kebijakan yang telah dilaksanakan terhadap konservasi kawasan lindung,
pengendalian kerusakan lingkungan dan perubahan iklim.
Dengan kebijakan yang telah disebutkan di atas Kabupaten Bantul terus berupaya
untuk menambah tutupan vegetasi khususnya di lahan kritis, lahan dengan kelerengan >
40%, lahan sekitar mata air, daerah sempadan pantai dan sempadan sungai.
Demikian semoga semua upaya yang telah dilakukan membawa manfaat bukan
hanya untuk hari ini tetapi juga hari esok, Indonesia Hijau secara nyata dapat kita
wujudkan.

Bantul, Agustus 2016

ii
Daftar Isi

BAB I. Visi, Misi dan Komitmen Kepala Daerah


A. Visi . 1
B. Misi 3
C. Komitmen Kepala Daerah .. 3

BAB II. Gambaran Umum


A. Kondisi Umum Wilayah .................................... 5
B. Topografi ................................ 6
C. Pemanfaatan Sumber Daya Air ...................... 11

BAB III. Kelembagaan dan Pendanaan


A. Kelembagaan .................................................. 15
B. Pendanaan ..................................................... 22

Bab IV. Perencanaan


A. Perencanaan Pengendalian Kerusakan Lingkungan 29
B. Perencanaan Rehabilitasi Lahan Kritis dan Kawasan
Berfungsi Lindung .. 45

Bab V. Pelaksanaan Pengendalian Kerusakan Lingkungan


A. Realisasi Penanaman ............................... 47
B. Pembinaan SKPD, masyarakat dan dunia usaha 50
C. Pengawasan . 60
D. Pencegahan dan Penanggulangan Bencana .. 62

Bab VI. Kegiatan Plus


A. Perlindungan Mata Air ( Permata ) .. 73
B. Kajian Resiko Adaptasi Perubahan Iklim ( KRAPI ) 75

Lampiran

iii
Daftar Tabel

Tabel 1. Topografi di wilayah Kab. Bantul Tahun 2015. 7


Tabel 2. Kelas Ketinggian dan Luas Wilayah Kabupaten Bantul
Tahun 2015 ........ 7
Tabel 3. Ketinggian Wilayah tahun 2015 .. 8
Tabel 4. Luas Wilayah berdasarkan Kemiringan tanah tahun
2015 .. 9
Tabel 5. Rata-rata curah hujan bulanan ( mm ) tahun 2013,
2014 .. 10
Tabel 6. Jumlah Sungai yang ada di Kabupaten Bantul 11
Tabel 7. Data Embung di Kabupaten Bantul .. 11
Tabel 8. Jumlah Mata Air yang ada di Kab. Bantul . 12
Tabel 9. Penghargaan yang pernah diperoleh Kab. Bantul 13
Tabel 10. Lembaga Pelaksana Rehabilitasi Lahan Kritis dan
Kawasan Berfungsi Lindung di Kab. Bantul 15
Tabel 11. Alokasi Dana Kegiatan Rehabilitasi Lahan Kritis dan
Kawasan Berfungsi Lindung .. 23
Tabel 12. Perbandingan Luasan Kawasan Lindung RTRW lama
dan RTRW baru 42
Tabel 13. Rencana Penanaman di Lahan Kritis dan Kawasan
Berfungsi Lindung 46
Tabel 14. Realisasi Penanaman di Lahan Kritis dan Kawasan
Berfungsi Lindung 48
Tabel 15. Kearifan Lokal yang ada di Kab. Bantul 51
Tabel 16. Kelompok Masyarakat Binaan yang ada di Kabupaten
Bantul 53
Tabel 17. Kelompok Masyarakat Pengelola Produk Hasil Hutan
non Kayu . 55
Tabel 18. Kegiatan Usaha pendukung Rehabilitasi Lahan Kritis 56
Tabel 19. Data Kelompok Pengelola Sampah di Kab. Bantul 58
Tabel 20. Produk Hukum yang ada di Kab. Bantul. 60
Tabel 21. Jumlah Kejadian Bencana 3 tahun terakhir .. 62
Tabel 22. Data Jumlah Alat Pembuat Biopori 74
Tabel 23. Data Jumlah Sumur Peresapan Air Hujan ( SPAH ) . 74
Tabel 24. Data Penanaman di sekitar Mata Air 75

iv
Daftar Gambar

Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Bantul 6


Gambar 2. Penanaman di lahan Mangrove Baros Tirtohargo,
Kretek 19
Gambar 3. Peta Rencana Penggunaan Lahan .. 30
Gambar 4. Peta Rencana Kawasan Hutan Lindung .. 32
Gambar 5. Peta Rencana Kawasan Lindung dan terhadap
Kawasan Bawahannya . 33
Gambar 6. Peta Rencana Kawasan Perlindungan setempat . 36
Gambar 7. Peta Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan 37
Gambar 8. Peta Kawasan Rawan Gempa Bumi .. 38
Gambar 9. Peta Kawasan Rawan Longsor .. 39
Gambar 10. Peta Kawasan Rawan Gelombang Pasang .. 40
Gambar 11. Peta Kawasan Rawan Kekeringan .. 41
Gambar 12. Energi hybrid tenaga surya dan tenaga angin di
kawasan Pantai Baru Poncosari Srandakan 57
Gambar 13. Pengembangan Jasa Lingkungan ecowisata di
pantai Goa Cemara dan Kebun Buah Mangunan 60
Gambar 14. Peta Kerawanan Angin Ribut .. 63
Gambar 15. Peta Kerawanan Banjir . 64
Gambar 16. Peta Kerawanan Gempa Bumi 67
Gambar 17. Peta Kerawanan Kekeringan 68
Gambar 18. Peta Kerawanan Tanah Longsor .. 69
Gambar 19. Peta Kerawanan Tsunami . 70

v
Daftar Lampiran

1. Foto penanaman pohon di hutan pinus Mangunan Dlingo oleh 78


Komunitas Pelestari Hutan

2. Foto penanaman bibit Asem Jawa di sepanjang JJLS Desa 78


Srigading Sanden oleh BNI 46

3. Foto penanaman di lahan mangrove Baros Tirtohargo Kretek 79


oleh Universitas Kristen Duta Wacana

4. Foto Penanaman di Pantai Pelangi Mancingan Parangtritis Kretek 79


dalam rangka Ulang Tahun ke-2 BPBD bekerjasama dengan
Bank BTN

5. Foto Penanaman 1000 Pohon di Pantai Baru Pandansimo 80


Srandakan dalam rangka Dies Natalis ke-6 Akbid Ummi
Khasanah Bantul.

6. Foto Penanaman 1000 Pohon di Wonoroto Pantai Patihan 80


Gadingsari Sanden dalam rangka Ulang Tahun ke-9 Sumber
Baru Land.

vi
BAB I
VISI, MISI DAN KOMITMEN KEPALA DAERAH

A. VISI

Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan Kabupaten


Bantul maka ditetapkan visi daerah, yaitu : "BANTUL
PROJOTAMANSARI SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN AGAMIS".
Visi tersebut mengandung pengertian bahwa kondisi Kabupaten
Bantul yang ingin diwujudkan pada masa yang akan datang adalah
Bantul yang produktif profesional, ijo royo-royo, tertib, aman, sehat
dan asri, sejahtera, dan demokratis, yang semuanya itu akan
diwujudkan melalui misi.
Produktif dalam arti bahwa semua potensi daerah baik sumber
daya alam maupun sumber daya manusianya dapat berproduksi
sehingga mampu memberikan andil terhadap pembangunan daerah.
Profesional dalam arti penekanan kepada setiap warganya dari
berbagai profesi, agar mereka betul-betul matang dan ahli di
bidangnya masing-masing. Tolak ukur profesionalisme ini dapat dilihat
dari kualitas hasil kerja dihadapkan kepada efisiensi penggunaan dana,
sarana, tenaga serta waktu yang diperlukan.
Ijo Royo-Royo dalam arti tidak ada sejengkal tanah pun yang
ditelantarkan sehingga baik di musim hujan baik di musim kemarau
dimanapun akan tampak suasana yang rindang. Dalam hal ini perlu
diingatkan kepada masyarakat Bantul bahwa bagaimana pun
Kabupaten Bantul tumbuh terlebih dahulu sebagai kawasan agronomi
yang tangguh dalam rangka mendukung tumbuh berkembangnya
sektor industri yang kuat di masa mendatang.
Tertib dalam arti bahwa setiap warga negara secara sadar
menggunakan hak dan menjalankan kewajibannya dengan sebaik-

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 1


baiknya sehingga terwujud kehidupan pemerintah dan
kemasyarakatan yang tertib semuanya secara pasti, berpedoman pada
sistem ketentuan hukum/ perundang-undangan yang esensial untuk
terciptanya disiplin nasional.
Aman dalam arti bahwa terwujudnya tertib pemerintahan dan
tertib kemasyarakatan akan sangat membantu terwujudnya keamanan
dan ketentraman masyarakat. Kondisi aman ini perlu ditunjang demi
terpeliharanya stabilitas daerah.
Sehat dalam arti bahwa tertibnya lingkungan hidup yang akan
dapat menjamin kesehatan jasmani dan rohani bagi masyarakat/
manusia yang menghuninya.
Asri dalam arti bahwa upaya pengaturan tata ruang di desa dan
di kota dapat serasi, selaras, dan seimbang dengan kegiatan-kegiatan
manusia yang menghuninya sehingga akan menumbuhkan perasaan
kerasan, asri tidak mewah tetapi lebih cenderung memanfaatkan
potensi lingkungan yang berstandar pada kreativitas manusiawi.
Sejahtera dalam arti bahwa kebutuhan dasar masyarakat
Kabupaten Bantul telah terpenuhi secara lahir dan batin.
Demokratis dalam arti bahwa adanya kebebasan berpendapat,
berbeda pendapat, dan menerima pendapat orang lain. Akan tetapi
apabila sudah menjadi keputusan harus dilaksanakan bersama-sama
dengan penuh rasa tanggungjawab.
Agamis dalam arti bahwa kehidupan masyarakat Bantul
senantiasa diwarnai oleh nilai-nilai religiusitas dan budi pekerti yang
luhur. Pentingnya aspek agama tidak diartikan sebagai bentuk
primordialisme untuk suatu agama tertentu, tetapi harus diartikan
secara umum bahwa nilai-nilai luhur yang dianut oleh semua agama
semestinya dapat ditentukan dalam interaksi sosial sehari-hari.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 2


B. MISI
Misi merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang
akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi dalam RPJMD
Kabupaten Bantul tahun 2011-2015 adalah:
MISI 1 : Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah menuju tata
kelola pemerintahan yang empatik.
MISI 2 : Meningkatkan kualitas hidup rakyat menuju masyarakat
Bantul yang sehat, cerdas, berakhlak mulia, dan
berkepribadian Indonesia dengan memperhatikan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
MISI 3 : Meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan
kualitas pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan
berbasis pengembangan ekonomi lokal, dan pemberdayaan
masyarakat yang responsif gender.
MISI 4 : Meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko bencana
dengan memperhatikan penataan ruang dan pelestarian
lingkungan.
C. KOMITMEN KEPALA DAERAH

Sedangkan mengenai strategi pemerintah Kabupaten terkait


dengan pengelolaan tutupan vegetasi terkandung dalam MISI 4, yang
mempunyai tujuan :

1) Memantapkan program penanggulangan bencana


Dengan sasaran:
a. Mantapnya pengurangan resiko mitigasi bencana;
b. Mantapnya pengelolaan sarana dan prasarana publik.
2) Memantapkan program peningkatan kualitas lingkungan dan
pengelolaan sumberdaya alam.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 3


Dengan sasaran:
a. Terwujudnya peningkatan pengelolaan sumber daya alam,
perlindungan fungsi lingkungan dan keanekaragaman hayati;
b. Terkelolanya sumberdaya hutan.

Khususnya untuk pembangunan kehutanan diarahkan pada


pencapaian penutupan lahan dengan luasan yang cukup dan
sebaran yang proporsional dalam rangka mencapai kesejahteraan
masyarakat secara optimal berbasis kelestarian fungsi lingkungan,
ekonomi, dan sosial.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 4


BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Umum Wilayah

Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten / Kota di


Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 50.685 ha.
Apabila dilihat dari bentang alamnya secara makro, wilayah Kabupaten
Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah
dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat,
serta kawasan pantai disebelah selatan. Kondisi bentang alam tersebut
relatif membujur dari utara ke selatan. Secara geografis, Kabupaten
Bantul terletak antara 07o4404 -
08o 0027 Lintang Selatan dan 110o1234 110o3108 Bujur Timur.

Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, di


sebelah utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten
Sleman, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo,
dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Secara administratif Kabupaten Bantul terdiri dari 17 Kecamatan


dan 75 Desa , 935 Dusun, 5.640 Rukun Tetangga ( RT); dengan
jumlah penduduk 913.407 jiwa. Kepadatan penduduk 1.315,98 jiwa /
km2 dengan pendapatan perkapita Rp. 4.944.813,- dengan sektor
unggulan pertanian, industri pengolahan, perdagangan, hotel dan
restoran serta jasa lainnya.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 5


Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Bantul

B. Topografi
Secara garis besar satuan fisiografi Kabupaten Bantul sebagian
besar berada pada dataran aluvial (Fluvio Volcanic Plain). Perbukitan di
sisi barat dan timur dan fisiografi pantai. Adapun pembagian satuan
fisiografi yang lebih rinci di Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut:
a. Daerah di bagian Timur merupakan jalur perbukitan berlereng terjal
dengan kemiringan lereng dominan curam (>70%) dan ketinggian
mencapai 400 meter dari permukaan air laut. Daerah ini terbentuk
oleh formasi Nglanggran dan Wonosari.
b. Daerah di bagian Selatan ditempati oleh gisik dan gumuk-gumuk pasir
(fluviomarine) dengan kemiringan lereng datar-landai. Daerah ini
terbentuk oleh material lepas dengan ukuran pasir kerakal.
c. Daerah di bagian tengah merupakan dataran aluvial (Fluvio Volcanic
Plain), yang dipengaruhi oleh Graben Bantul dan terendapi oleh
material vulkanik dari endapan vulkanik Merapi.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 6


d. Daerah di bagian Barat merupakan perbukitan rendah dengan
kemiringan lereng landai-curam dan ketinggian mencapai 150 meter
dari permukaan air laut (mdpl). Daerah ini terbentuk oleh formasi
Sentolo.

Apabila dilihat per wilayah Kecamatan, bahwa wilayah Kecamatan


yang paling luas memiliki lahan miring terletak di Kecamatan Dlingo dan
Imogiri, sedangkan wilayah kecamatan yang didominasi oleh lahan datar
terletak di Kecamatan Sewon dan Banguntapan.

Tabel 1. Topografi di wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2015


Topografi Ketinggian Luas (ha) (%)
Dataran 0 150 mdpl 39.885 78,7
Perbukitan 150 1500 mdpl 10.800 21,3
Pegunungan 1500 mdpl - -
Jumlah 50.685 100
Sumber : BPN Kabupaten Bantul

Tabel 2. Kelas Ketinggian dan Luas Wilayah Kabupaten Bantul


Tahun 2015
No Kelas Ketinggian Luas (ha)
(dpl) m (%)
1. 07 3.228 6,37
2. 7 25 8.948 17,65
3. 25 100 27.709 54,67
4. 100 500 10.800 21,31
5. > 500 - -
Jumlah 50.685 100
Sumber : BPN Kabupaten Bantul

Ketinggian tempat Kabupaten Bantul dibagi menjadi empat kelas


dan hubungan kelas ketinggian dengan luas sebarannya secara spasial
ditunjukkan pada Peta Ketinggian Tempat. Kelas ketinggian tempat yang
dimiliki Kabupaten Bantul penyebaran paling luas adalah elevasi antara 25
- 100 meter (27.709 ha atau 54,67%) yang terletak pada bagian utara,
bagian tengah, dan bagian tenggara Kabupaten Bantul. Wilayah yang

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 7


mempunyai elevasi rendah (elevasi <7 meter) seluas 3.228 ha (6,37%)
terdapat di Kecamatan Kretek, Kecamatan Sanden, dan Kecamatan
Srandakan. Wilayah dengan elevasi rendah umumnya berbatasan
dengan Samudera Indonesia. Untuk wilayah yang mempunyai elevasi di
atas 100 meter terdapat di sebagian Kecamatan Dlingo, Imogiri, Piyungan

dan Pajangan. Ketinggian wilayah per kecamatan di Kabupaten Bantul


Kecamatan Srandakan dan Sanden merupakan daerah terendah di antara
kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Bantul, yaitu berkisar dari
0 sampai 25 meter dari permukaan laut, mencakup areal seluas 4.161 ha
(8,2%) dari seluruh luas Kabupaten.

Tabel 3. Ketinggian Wilayah Tahun 2015


Luas (ha) dan Ketinggian tempat (dpl) Luas
No Kecamatan
0 - 7m 7 - 25m 25 - 100m 100 - 500m > 500m (ha)
1. Srandakan 1.058 776 - - - 1.834
2. Sanden 1.246 1.081 - - - 2.327
3. Kretek 924 1.335 190 101 - 2.550
4. Pundong - 1.938 239 199 - 2.376
5. Bambanglipuro - 1.494 788 - - 2.282
6. Pandak - 1.312 1.117 - - 2.429
7. Pajangan - 221 2.646 452 - 3.319
8. Bantul - - 2.199 - - 2.199
9. Jetis - - 2.549 11 - 2.560
10. Dlingo - - 815 4.819 - 5.634
11. Banguntapan - - 2.154 475 - 2.629
12. Pleret - - 1.783 345 - 2.128
13. Piyungan - - 1.965 1.347 - 3.312
14. Sewon - - 2.676 - - 2.676
15. Kasihan - - 2.608 630 - 3.238
16. Sedayu - - 3.262 149 - 3.411
17. Imogiri - 791 2.718 2.272 - 5.781
Total 3.228 8.948 27.709 10.800 - 50.685
Sumber : BPN Kabupaten Bantul

Ditinjau dari kemiringan tanah, wilayah Kabupaten Bantul pada


umumnya berupa daerah dataran (kemiringan kurang dari 2%) dengan
penyebaran di wilayah selatan, tengah, dan utara dari Kabupaten Bantul
dengan luas sebesar 31,421 ha (61,96%). Untuk wilayah timur dan barat

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 8


umumnya berupa daerah yang mempunyai kemiringan 2,1 - 40,0%
dengan luas sebesar 15.148 ha (30%). Sebagian kecil wilayah timur dan
barat seluas 4.011 ha (8%) mempunyai kemiringan lereng di atas 40,1%.
Apabila dilihat per wilayah Kecamatan bahwa wilayah Kecamatan yang
paling luas memiliki lahan miring terletak di Kecamatan Dlingo dan
Imogiri, sedangkan wilayah Kecamatan yang didominasi oleh lahan datar
terletak di Kecamatan Bantul, Sewon dan Banguntapan.

Tabel 4. Luas Wilayah Berdasarkan Kemiringan Tanah Tahun 2015


Luas kemiringan tanah/lereng
No Kecamatan Jumlah
0 - 2% 2 - 8% 8 - 15% 15 -25% 25 - 40% > 40%
1. Srandakan 1.680 154 - - - - 1.834
2. Sanden 2.100 227 - - - - 2.327
3. Kretek 1.756 288 - 27 11 468 2.550
4. Pundong 1.395 171 - 90 108 612 2.376
5. Bambanglipuro 2.210 72 - - - - 2.282
6. Pandak 2.123 306 - - - - 2.429
7. Pajangan 815 661 990 162 394 247 3.269
8. Bantul 2.184 - - 15 - - 2.199
9. Jetis 2.305 81 - 144 - 30 2.560
10. Dlingo 1.768 585 279 900 954 1.295 5.781
11. Banguntapan 72 1.993 268 572 1.433 1.296 5.634
12. Pleret 2.629 - - - - - 2.629
13. Piyungan 704 431 365 55 547 26 2.128
14. Sewon 2.187 702 - - 423 - 3.312
15. Kasihan 2.668 - - 8 - - 2.676
16. Sedayu 2.312 - 598 182 161 35 3.288
17. Imogiri 2.513 227 300 138 233 - 3.411
Total 31.421 5.898 2.800 2.293 4.264 4.009 50.685
Sumber : BPN Kabupaten Bantul

Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Bantul dapat


dikategorikan sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical
climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim
Koppen. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Bantul berkisar
antara 16,133 mm dengan delapan bulan basah dan empat bulan
kering. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 25 0C 26.70C.
Pada musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang
membawa udara basah dari Laut Cina Selatan dan bagian Barat Laut

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 9


Jawa. Pada musim kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif
tinggi dari arah Australia yang terletak di Tenggara.

Tabel 5. Rata-rata curah hujan bulanan ( mm ) tahun 2013, 2014


Jumlah curah hujan ( mm )
No Bulan 2013 2014
1. Januari 6.810 5.107
2. Pebruari 4.124 4.449
3. Maret 2.115 2.362
4. April 1.957 3.443
5. Mei 1.848 848
6. Juni 2.050 813
7. Juli 929 1.080
8. Agustus 6 5
9. September 19 5
10. Oktober 615 46
11. Nopember 3.923 5.719
12. Desember 4.802 6.386
Jumlah 31.211 30.330

Rerata tahunan 2.600,92 2.527,5

Sumber : Laporan LSLHD BLH Kab. Bantul

Rata-rata curah hujan tahun 2013 dan 2014 di Kabupaten


Bantul menunjukkan bahwa intensitas hujan mulai menunjukkan
peningkatan pada bulan Nopember, puncaknya terjadi pada bulan
Desember Januari, mulai menurun pada bulan Mei, dan pada bulan
Agustus sampai dengan Oktober jarang terjadi hujan.

C. Pemanfaatan Sumber Daya Air


Sumberdaya air yang dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan
penduduk Kabupaten Bantul berasal dari air permukaan seperti sungai,
air tanah yaitu sumur, mata air dan air dari PDAM. Letak Kabupaten
Bantul yang berada di posisi hilir Daerah Istimewa Yogyakarta, dialiri
oleh sungai-sungai besar maupun anak sungainya. Air sungai
dimanfaatkan untuk irigasi, perikanan dan industri dan lain-lain.
Tabel 6. Jumlah sungai yang ada di Kabupaten Bantul

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 10


No Nama Sungai Panjang ( m )
1. Sungai Bedog 22.700
2. Sungai Winongo 21.700
3. Sungai Code 9.440
4. Sungai Gajahwong 5.520
5. Sungai Winongo Lama 2.200
6. Sungai Winongo Kecil 20.080
7. Sungai Oyo 36.820
Sumber : Dinas Sumber Daya Air Kab. Bantul

Terdapat 10 (sepuluh) unit embung di Kabupaten Bantul terletak


di wilayah Kecamatan Dlingo, dan 1 ( satu ) embung yang baru
dibangun oleh Dinas PUP-ESDM DIY pada tahun 2013 di Kecamatan
Bambanglipuro. Embung ini berfungsi sebagai cadangan air dan
resapan air tanah, pengairan dan kebutuhan air bersih untuk
masyarakat.

Tabel 7. Data Embung di Kab. Bantul


No Lokasi Luas Dibangun / Direhab Pemanfaatan
1. Dodogan 1.500 m2 1985 /2007 Irigasi dan
Jatimulyo Dlingo
Dinas Pengairan penanggulang
an erosi

2. Semuten 32 m2 2011 Menampung


Jatimulyo Dlingo
Dipertahut air hujan
3. Loputeh Jatimulyo 180 m2 2011 Menampung
Dlingo
Dipertahut air hujan
4. Tanjung Temuwuh 240 m2 2009 Menampung
Dlingo
Dinas Kimpraswil DIY air hujan
5. Temuwuh 80 m2 1997 /2009 Menampung
Temuwuh Dlingo
Diperta DIY air hujan
6. Salam Temuwuh 96 m 2
2010 Menampung
Dlingo
air hujan
7. Ngenep Terong 120 m2 2010 Menampung
Dlingo
Dinas Kimpraswil DIY air dari
saluran tersier
DI Terong
8. Terong II Terong 32 m 2
2011 Menampung
Dlingo
Dipertahut air hujan
9. Terong I Terong 60 m2 2010 Menampung
Dlingo
Dinas Kimpraswil DIY air hujan
10. Mangunan 300 m2 1999 Menampung
Mangunan Dlingo
Dipertahut air hujan

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 11


11. Gunungan 1000 m2 2013 Menampung
Sumbermulyo
Dinas PUP ESDM air hujan
Bambanglipuro
DIY
Sumber : Dinas Sumber Daya Air, 2015

Mata air yang terdapat di Kabupaten Bantul berjumlah 116 buah


yang tersebar di 14 kecamatan. Kondisi mata air di Kabupaten Bantul
masih relatif baik walaupun pada musim kemarau debitnya sedikit
berkurang. Beberapa mata air dimanfaatkan untuk sumber air PDAM,
selain itu dipergunakan untuk pengairan pertanian maupun sumber air
bersih masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.

Tabel 8. Jumlah mata air yang ada di Kabupaten Bantul


No Kecamatan Jumlah mata air
1. Sedayu 16
2. Kasihan 5
3. Pandak 2
4. Bambanglipuro 1
5. Pajangan 13
6. Kretek 12
7. Pundong 12
8. Banguntapan 9
9. Pleret 1
10. Piyungan 9
11. Dlingo 20
12. Imogiri 10
13. Bantul 3
14. Sewon 3
Jumlah 116
Sumber : Dinas Sumber Daya Air Kab. Bantul

Kabupaten Bantul memiliki panjang garis pantai 17 km dan lebar


pantai 4 mil, sehingga luas wilayah laut mencapai 125,936 km 2.
Adapun hutan mangrove seluas 4 ha terhampar di pesisir Dusun Baros
Tirtohargo Kretek Bantul.

Penghargaan tingkat Nasional untuk Pemerintah Daerah dalam


bidang penghijauan yang diperoleh tahun 2013 dan 2014.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 12


Tabel 9. Penghargaan yang pernah diperoleh Kabupaten Bantul
No Jenis Penghargaan Lembaga yang
memberikan Tahun
1. Kab/Kota kategori pasca bencana BNPB 2014
2. Penghargaan Wana Lestari Kementerian 2014
kategori Penyuluh Kehutanan Kehutanan
Swadaya Masyarakat ( PKSM ) utk
Hartoyo
3. Penghargaan Adi Karya Pangan Badan Ketahanan 2014
Nusantara untuk Lurah Desa Pangan Nasional
Sumbermulyo Bambanglipuro
4. Penghargaan Wana Lestari Kementerian LH 2015
kategori Penyuluh Kehutanan dan Kehutanan
Swadaya Masyarakat ( PKSM )
Mawardi, STP, MMA
5. Juru Pengairan terbaik III dari Kementerian 2015
PUP-ESDM ( Wiwit Pramono ) Pekerjaan Umum
Sumber : BLH, BPBD, BKP3

Kabupaten Bantul tidak memiliki ekosistem gambut, sedang


ekosistem karst terdapat di wilayah Kecamatan Dlingo :
1. Desa Temuwuh : 0.300 ha
2. Desa Jatimulyo : 1.200 ha
3. Desa Dlingo : 1.400 ha
Sumber : Dinas Sumber Daya Air Kab. Bantul

Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 50.685 ha, memiliki


kawasan hutan negara seluas 1.052,6 ha dan hutan rakyat (hutan
hak) seluas 8.595 ha, sehingga luas keseluruhan hutan di Kabupaten
Bantul adalah 9.647,6 ha (19,03 %) dengan kata lain luas hutan di
Kabupaten Bantul masih belum memenuhi sesuai ketentuan dalam
Undang-Undang nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (30 %).
Oleh karena itu untuk memenuhi kekurangan tersebut
pemerintah setiap tahun selalu berusaha untuk menanam pohon
dengan berbagai kegiatan, antara lain : penanaman hutan rakyat,
penanaman hutan pantai, penanaman mangrove, penanaman turus
jalan dan penghijauan lingkungan
Pada lingkungan sekolah, kantor, pekarangan dan fasilitas umum
lainnya, agar supaya setiap jengkal tanah tidak sampai kosong, tapi
tetap bisa ditanami dengan pohon. Sedangkan untuk jenis tanaman

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 13


pohon yang diunggulkan untuk kawasan hutan rakyat di Kabupaten
Bantul adalah jati, mahoni dan sonokeling, tetapi jenis tanaman lain
yang memang cocok ditanam juga banyak antara lain akasia,
munggur, dan lain-lain. Selain itu jenis tanaman untuk penghijauan
lingkungan/perindang antara lain tanjung, sawo kecik, nyamplung,
keben, angsana, termasuk tanaman buah-buahan seperti mangga,
rambutan, durian.

Selanjutnya untuk memanfaatkan lahan di bawah tegakan hutan


rakyat dikembangkan dengan tanaman yang tahan terhadap naungan
seperti tanaman umbi-umbian (garut, ganyong, uwi, gembili, dan lain-
lain), dan juga tanaman empon-empon (kunyit, temulawak, laos, dan
lain-lain).
Selain hal tersebut di atas, untuk penanaman diutamakan pada
lahan kritis, kelerengan > 40O, dan kawasan berfungsi lindung
(kawasan resapan air, sempadan pantai, sempadan sungai dan sekitar
mata air).

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 14


BAB III
Kelembagaan dan Pendanaan

A. Kelembagaan
1. Pengelolaan Lingkungan Hidup
Badan Lingkungan Hidup sebagai koordinator pelaksanaan
Program Menuju Indonesia Hijau, baik dalam penyusunan program
maupun pelaksanaan kegiatan; selain hal tersebut juga sebagai
koordinator dalam program dan kegiatan yang terkait dengan
pengelolaan lingkungan hidup secara umum. Karena berfungsi sebagai
koordinator dalam mekanisme koordinasi dengan dinas/instansi terkait
se Kabupaten Bantul mempunyai komitmen besar dan memandang
pentingnya lingkungan hidup, maka kelembagaan lingkungan hidup di
Kabupaten Bantul berbentuk Badan.

Lembaga di Kabupaten Bantul yang terkait dalam pelaksanaan


mempertahankan dan menambah tutupan vegetasi, rehabilitasi lahan
kritis dan kawasan berfungsi lindung adalah Badan Perencana
Pembangunan Daerah, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian dan
Kehutanan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Sumber Daya Air,
Badan Penanggulangan Bencana Daerah; dengan tugas pokok dan
fungsi yang tersebut dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 10. Lembaga pelaksana rehabilitasi lahan kritis dan kawasan


berfungsi lindung di Kab.Bantul.
Nama
No. Tupoksi Keterangan
Lembaga
1. Badan Tugas pokok : a. Jumlah SDM : 53 orang
Perencanaan - melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
Pembangunan kebijakan daerah di bidang perencanaan b. Tingkat Pendidikan
Daerah pembangunan
SD : 1 orang
SMP : 1 orang
SMA : 10 orang
D1 : 1 orang
D-3 : 4 orang
S-1 : 14 orang
S-2 : 22 orang

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 15


Nama
No. Tupoksi Keterangan
Lembaga
2. Badan Tugas pokok : a. Jumlah SDM : 42 orang
Lingkungan - melaksanakan kewenangan Pemerintah
Hidup Daerah di bidang pengendalian dampak b. Tingkat Pendidikan
lingkungan
SMP : 2 orang
Fungsi :
SMA : 6 orang
a. pengendalian dampak lingkungan dalam
D-3 : 3 orang
arti pencegahan dan penanggulangan
S-1 : 24 orang
pencemaran dan kerusakan lingkungan
S-2 : 7 orang
b. penanganan terhadap sumber dan
kegiatan-kegiatan pencemaran,
kerusakan lingkungan serta pengawasan
pelaksanaan AMDAL
c. pelaksanaan pelestarian dan pemulihan
kualitas lingkungan
d. penerapan dan pengawasan RKL dan RPL
serta pengendalian teknis pelaksanaan
AMDAL
e. penerapan dan pengembangan fungsi
informasi lingkungan
f. penyuluhan dan peningkatan peran serta
masyarakat
g. pelaksanaan urusan rumah tangga dan
Kesekretariatan Badan.

3. Dinas Pertanian Tugas pokok : a. Jumlah SDM : 162 orang


dan Kehutanan - melaksanakan sebagian kewenangan
Kabupaten di bidang pertanian yang meliputi b. Tingkat Pendidikan
pertaanian tanaman pangan, kehutanan ,
SD : 3 orang
Perkebunan dan peternakan
SMP : 2 orang
Fungsi :
SMA : 68 orang
a. perumusan kebijaksanaan teknis
D2 : 1 orang
pelaksanaan di bidang pertanian tanaman
D3 : 13 orang
pangan, kehutanan dan perkebunan dan
D4 : 4 orang
peternakan
S-1 : 58 orang
b. pelaksanaan pembinaan operasional di
S-2 : 13 orang
bidang pertanian tanaman pangan,
kehutanan , perkebunan dan peternakan
berdasarkan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh Bupati
c. pengendalian dan pengawasan teknis di
bidang tanaman pangan, kehutanan
,perkebunan dan peternakan
d. pemberian bimbingan teknis di bidang
pertanian tanaman pangan, kehutanan ,
perkebunan dan peternakan
e. pengendalian dan pembinaan UPTD dalam
lingkup tugasnya
f. pemberian ijin dan pelaksanaan
pelayanan umum di bidang pertanian
tanaman pangan, kehutanan ,
perkebunan dan peternakan sesuai
dengan kebijaksanaan yang ditetapkan
oleh Bupati berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
g. pengelolaan rumah tangga dan tata
usaha Dinas

4. Dinas Kelautan Tugas pokok : a. Jumlah SDM : 57 orang


dan Perikanan - melaksanakan sebagian kewenangan
Kabupaten di bidang kelautan dan b. Tingkat Pendidikan
perikanan.
SD : 1 orang
Fungsi :
SMP : 1 orang
a. perumusan kebijaksanaan teknis
SMA : 12 orang
pelaksanaan di bidang kelautan dan
D2 : 1 orang
perikanan
D3 : 8 orang
b. pelaksanaan pembinaan operasional di
S-1 : 24 orang
bidang kelautan dan perikanan
S-2 : 10 orang
c. pengendalian dan pengawasan teknis di

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 16


Nama
No. Tupoksi Keterangan
Lembaga
bidang kelautan dan perikanan
d. pemberian bimbingan teknis di bidang
peternakan, kelautan dan perikanan
e. pengendalian dan pembinaan UPTD
dalam lingkup tugasnya
f. pemberian ijin dan pelaksanaan
pelayanan umum di bidang kelautan dan
perikanan sesuai dengan kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan
peratiran perundang-undangan yang
berlaku
g. pengelolaan Rumah Tangga dan Tata
Usaha Dinas kelautan dan perikanan
5. Dinas Sumber Tugas pokok : a. Jumlah SDM : 96 orang
daya Air - melaksanakan urusan rumah tangga
pemerintahan daerah dan tugas pembantuan b. Tingkat Pendidikan
di bidang sumber daya air
SD : 5 orang
SMP : 27 orang
SMA : 38 orang
D3 : 3 orang
S-1 : 12 orang
S-2 : 11 orang

6. Badan Tugas pokok : a. Jumlah SDM : 154 orang


Penanggulangan - melaksanakan sebagian kewenangan
Bencana Daerah Kabupaten di bidang Penanggulangan
Bencana b. Tingkat Pendidikan
Fungsi :
a. perumusan dan penetapan kebijakan SD : 27 orang
penanggulangan bencana dan SMP : 22 orang
penanganan pengungsi dengan bertindak SMA : 85 orang
cepat dan tepat, efektif dan efisien; dan D3 : 4 orang
D4 : 2 orang
b. pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan S-1 : 12 orang
penanggulangan bencana secara S-2 : 1 orang
terencana, terpadu dan menyeluruh.

2. Rehabilitasi lahan kritis dan kawasan berfungsi lindung

Upaya pemerintah Kabupaten Bantul dalam menambah tutupan


vegetasi melalui kebijakan daerah dengan :
1. Reboisasi dan penghijauan lingkungan
2. Meningkatkan pemberdayaan partisipasi masyarakat.
3. Mengupayakan penyelamatan flora dan fauna dilindungi dan
konservasi kawasan lindung.
4. Mengembangkan pengelolaan hutan rakyat.

Kegiatan penambahan tutupan vegetasi dilakukan melalui upaya


reboisasi dengan menerapkan pengelolaan berbasis masyarakat dan

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 17


multisektoral. Pembiayaan program tersebut bersumber dari APBD,
APBD Provinsi dan APBN, serta peran masyarakat dan dunia usaha.
Dalam UU No. 41/ Tahun 1999 tentang Kehutanan dan UU No.
26 Tahun 2001 tentang Penataan Ruang, sudah diatur kawasan
berfungsi lindung minimal 30%. Sedangkan untuk kawasan yang
berfungsi lindung di Kabupaten Bantul masih sangat kecil, yaitu baru
ada 1.052,6 ha (2,08%). Untuk menambah cakupan luasan agar bisa
mendekati persyaratan tersebut dipenuhi dengan hutan rakyat seluas
8.595 ha, sehingga jumlah hutan lindung dan hutan rakyat ada
9.647,6 ha (19,03%), sehingga masih ada kekurangan 10,97%.
Kabupaten Bantul merupakan wilayah pedesaan yang mempunyai
pekarangan yang masih cukup luas dan dipenuhi dengan pepohonan,
baik pohon yang berupa tanaman keras maupun buah-buahan.
Bantuan pengadaan bibit untuk penghijauan lingkungan yang ditanam
di pekarangan, di lingkungan sekolah, lingkungan kantor, fasilitas
umum, maupun turus jalan sebagai tanaman perindang jalan,
sehingga dengan upaya tersebut syarat 30% sebagai kawasan lindung
di Kabupaten Bantul dapat terpenuhi.

Program PLKSDA-BM ( Penanganan Lahan Kritis dan Sumber


Daya Air Berbasis Masyarakat ) yang dilaksanakan oleh Dinas
Pertanian dan Kehutanan tahun 2014 dan 2015, merupakan program
yang bertujuan untuk memperbaiki lahan berpotensi kritis menjadi
lahan produktif yang menghasilkan nilai ekonomis, dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dengan melibatkan
kerjasama dengan multipihak ( pemerintah, masyarakat, perguruan
tinggi dan LSM ).

Kegiatan Wanadesa yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan


Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta dengan memanfaatkan Dana
Keistimewaan tahun 2014 bertujuan untuk menambah jumlah luasan
area tutupan vegetasi.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 18


Pemulihan kerusakan pesisir sudah menjadi rencana kegiatan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bantul adalah perluasan areal
ekosistem mangrove dengan melakukan penyiapan lahan tanam
terlebih dahulu agar bibit mangrove yang ditanam tidak mati pasca
penanaman. Rencana lokasi kegiatan tersebut adalah di Dusun Baros
Desa Tirtohargo Kretek seluas lebih kurang 20 hektar. Dengan
kegiatan tersebut diharapkan mangrove yang ditanam dapat tumbuh
dengan baik dan menambah luasan tutupan vegetasi mangrove di
Kab. Bantul.

Gambar 2. Penanaman di lahan mangrove Baros, Tirtohargo, Kretek

Upaya pemerintah Kabupaten Bantul dalam mempertahankan


tutupan vegetasi melalui kebijakan daerah yang dilakukan yaitu :
1. Meningkatkan pendayagunaan sumberdaya alam & pelestarian
lingkungan hidup.
2. Meningkatkan pemberdayaan partisipasi masyarakat.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 19


3. Perbaikan kualitas fungsi lingkungan hidup secara berkelanjutan.
4. Mengupayakan penyelamatan flora dan fauna dilindungi dan
konservasi kawasan lindung.
5. Mengupayakan pengurangan dampak emisi karbon.
6. Mengupayakan konservasi kawasan lindung. sempadan pantai dan
mangrove.
7. Mengupayakan pengembalian kualitas lahan bekas galian C.
8. Mengupayakan kualitas dan kuantitas hasil hutan kayu rakyat.
9. Mengupayakan terjaganya air tanah dan kesuburan tanah.
10. Mengembangkan sumberdaya hutan serta meningkatkan
pengawasan dan pengendalian pemanfaatan hutan.
11. Mengembangkan pengelolaan hutan rakyat.
12. Mengupayakan pembinaan dan ketertiban administrasi industri
kayu .
13. Mengupayakan penertiban administrasi peredaran hasil hutan dan
pengamanan kawasan hutan.

Untuk mendukung kebijakan dalam mempertahankan tutupan


vegetasi beberapa program/kegiatan yang dilaksanakan adalah :
1. Program pengendalian pencemaran dan perusakaan lingkungan.
2. Program perlindungan dan konservasi sumber daya alam.
3. Program rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya alam.
4. Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).
5. Program rehabilitasi hutan dan lahan.
6. Program pengendalian pemanfaatan ruang.
7. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Hidup.
8. Program Pengembangan. Pengelolaan dan Konservasi Sungai,
Danau dan Sumber Daya Air Lainnya.
9. Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan.
10. Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 20


Pembangunan kehutanan diarahkan pada pencapaian penutupan
lahan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional dalam
rangka mencapai kesejahteraan masyarakat secara optimal berbasis
kelestarian fungsi lingkungan, ekonomi dan sosial.

Untuk mempertahankan tutupan vegetasi di wilayah Kabupaten


Bantul yang berupa Hutan Rakyat seluas 8.545 ha, upaya pemerintah
Kabupaten Bantul antara lain dengan melaksanakan program dan
kegiatan yang bersumber dari APBN maupun APBD.

Untuk mempertahankan tutupan vegetasi di wilayah Kabupaten


Bantul selama kurun waktu 5 10 tahun difokuskan untuk
pengkayaan tanaman pada lokasi tutupan (Hutan Rakyat) yang sudah
ada. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah
(kuantitas) pada lokasi yang jumlah tanamannya berkurang akibat
adanya penebangan pohon yang memang sudah saatnya dipanen
secara terus menerus, maupun untuk memperbaiki kualitas tanaman
karena pertumbuhan tanaman yang kurang baik.

Selain hal tersebut di atas kebijakan daerah yang berupa


himbauan dari Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan kepada Ketua
Kelompok Tani. Himbauan ini antara lain :
a. Himbauan larangan tebang pohon (agar penebangan pohon
dilakukan dengan tebang pilih, yaitu pohon yang mempunyai
diameter > 22 cm atau keliling > 72 cm)
b. Himbauan untuk melakukan penanaman kembali pada areal bekas
tambang galian C
c. Himbauan untuk melaksanakan penanaman wind barrier pada
lahan pantai
d. Peraturan Desa Triwidadi tentang tebang 5 (lima) pohon/batang,
harus menanam kembali minimal 5 (lima) batang
e. Peraturan Desa Triwidadi tentang keluarga/ibu yang melahirkan
anak diwajibkan menanam pohon 2 (dua) batang.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 21


f. Peraturan Desa Triwidadi saat keluarga menikahkan anaknya
diwajibkan untuk menanam pohon 2 (dua) batang.

B. Pendanaan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bantul
tahun anggaran 2015 sebesar Rp 1.979.320.091.181,18 (Satu trilyun
sembilan ratus tujuh puluh sembilan milyar tiga ratus dua puluh juta
sembilan puluh satu ribu seratus delapan puluh satu koma delapan
belas rupiah). Dari dana tersebut di atas dengan perincian sebagai
berikut :
- Belanja Rp 1.857.098.630.928,18
- Belanja tak langsung Rp 1.231.121.811.156,18
- Belanja langsung Rp 739.299.079.927,00

Dari belanja sebesar Rp 1.231.121.811.156,18 alokasi untuk


kegiatan mempertahankan dan menambah tutupan vegetasi,
pengendalian kerusakan lingkungan, mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim, pengelolaan bencana serta peningkatan ekonomi masyarakat
yang berbasis sumber daya alam sebesar Rp 7.963.230.200 atau
sebesar 0,65 % APBD kabupaten yang dilaksanakan oleh SKPD :
Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas
Sumber Daya Air, Dinas Kelautan dan Perikanan dan Badan
Pengelolaan Bencana Daerah.
Dana tersebut dapat diperinci sebagai berikut :
1. Badan Lingkungan Hidup Rp 3.831.573.200
2. Dinas Pertanian dan Kehutanan Rp 1.373.950.000
3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Rp 1.138.896.000
4. Dinas Kelautan dan Perikanan Rp 898.705.000
5. Dinas Sumber Daya Air Rp 720.106.000

Program / kegiatan serta jumlah dana untuk kegiatan


mempertahankan dan menambah tutupan vegetasi, pengendalian

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 22


kerusakan lingkungan, yang berbasis sumber daya alam pada SKPD
terkait secara rinci seperti dalam tabel berikut :

Tabel 11. Alokasi Dana Kegiatan Rehabilitasi Lahan Kritis dan Kawasan
Berfungsi Lindung
Tahun 2015 Tahun 2014 Prosentase
No. Jumlah Anggaran thd APBD
Jumlah Anggaran ( Rp ) total ( % )
1. APBD Total 1.979.320.091.181,18
2. Badan Lingkungan Hidup
a. Program Perlindungan
dan Konservasi
Sumber Daya Alam
- Pengendalian 57.270.000 25.000.000
kerusakan hutan
dan lahan
- Peningkatan 314.990.000 256.000.000
konservasi daerah
tangkapan air dan
sumber-sumber air
- Pengelolaan 25.375.000 12.000.000
Keanekaragaman
Hayati dan
ekosistem
- Peningkatan peran 42.410.000 20.000.000
serta masyarakat
dalam perlindungan
dan konservasi SDA
- Koordinasi 208.450.000 205.800.000
peningkatan
pengelolaan
kawasan konservasi
b. Program Peningkatan
Kualitas dan Akses
Informasi SDA dan LH
- Peningkatan 78.172.600 63.291.600
edukasi dan
komunikasi
masyarakat di
bidang lingkungan
- Pengembangan 37.107.400 15.000.000
data dan informasi
lingkungan
- Penyusunan data 27.900.000 26.486.800
sumber daya alam
dan neraca sumber
daya hutan (NSDH)
nasional dan
daerah (LSHD)
- Monitoring, evaluasi 36.775.000 205.620.000
dan pelaporan
- Fasilitasi kampung 31.725.000 32.500.000
hijau

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 23


Tahun 2015 Tahun 2014 Prosentase
- Fasilitasi Pondok 31.060.000 42.050.000 thd APBD
No. Jumlah Anggaran
Pesantren total ( % )
berwawasan
lingkungan

c. Program Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau
(RTH)
- Pembuatan taman 295.300.000 180.000.000
hijau
d. Program Pengendalian
Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan
Hidup
- Koordinasi Penilaian 80.060.000 60.000.000
Kota Sehat /
Adipura
- Koordinasi penilaian 75.875.000 86.986.200
Langit Biru
- Pemantauan 251.150.000 132.600.000
kualitas lingkungan
- Pengkajian dampak 14.440.000 25.000.000
lingkungan
- Peningkatan 141.850.000 65.000.000
pengelolaan
lingkungan
pertambangan
- Peningkatan 19.100.000 27.000.000
peringkat kinerja
perusahaan
( Proper )
- Koordinasi 43.670.000 48.195.400
pengelolaan
Prokasih/Superkasi
h
- Pengembangan 353.225.000 189.950.000
produksi ramah
lingkungan
- Peningkatan peran 76.205.000 30.000.000
serta masyarakat
dalam pengendalian
lingkungan hidup
- Monitoring evaluasi 19.630.000 21.580.000
dan pelaporan
- Fasilitasi 25.200.000 24.000.000
penyelesaian
sengketa LH
- Pengembangan 281.855.200 197.460.400
kapasitas
laboratorium LH
- Pengawasan 19.355.000 21.650.000
pelaksanaan
kebijakan bidang
LH

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 24


Tahun 2015 Tahun 2014 Prosentase
- Inventarisasi - 150.000.000 thd APBD
No. Jumlah
sumber Anggaran
pencemar total ( % )
dan perhitungan
pencemar
- Persiapan akreditasi - 180.000.000
Laboratorium BLH
e. Program Peningkatan
pengendalian polusi
- Pembangunan 160.745.000 150.000.000
tempat
pembuangan benda
padat / cair yang
menimbulkan polusi
- Pembangunan IPAL - 303.125.000
industri kecil
masyarakat
f. Program
Pengembangan
Kinerja Pengelolaan
Persampahan
- Penyediaan 652.658.000 945.000.000
prasarana dan
sarana pengelolaan
persampahan
- Peningkatan operasi - 325.695.000
dan pemeliharaan
sarana prasarana
persampahan
- Pengembangan
teknologi 307.235.000 269.380.000
pengolahan
persampahan
- Bimbingan teknis
persampahan - 40.000.000
- Peningkatan peran
serta masyarakat 112.185.000 130.000.000
dalam pengelolaan
persampahan
- Penyusunan laporan
periodik per bulan 10.600.000 12.000.000
sampah harian

3. Dinas Pertanian dan


Kehutanan
Rehabilitasi hutan dan
lahan
- Pembinaan, 1.167.950.000 1.092.436.800
pengendalian dan
pengawasan
gerakan rehabilitasi
hutan dan lahan
- Peningkatan peran 46.000.000 46.000.000
serta masyarakat

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 25


Tahun 2015 Tahun 2014 Prosentase
No. Jumlah
dalamAnggaran
rehabilitasi thd APBD
hutan dan lahan total ( % )
- Pengelolaan Lahan 160.000.000 160.000.000
Kritis dan
Sumberdaya Alam
Berbasis
Masyarakat

4. Badan Penanggulangan
Bencana Daerah
a. Pencegahan dini dan
penanggulangan
bencana
- Pemantauan dan 103.687.500 144.450.000
Penyebarluasan
Informasi Potensi
Bencana Alam
- Peningkatan 31.800.000
148.217.500
ketrampilan dan
kualitas
penanggulangan
bencana alam
- Fasilitasi 146.350.000
319.725.000
Pemantauan dan
Penyaluran
Bencana Alam
- Pengembangan
46.485.000 14.400.000
Desa Siaga
Bencana
71.332.500 57.100.000
- Gladi Posko dan
Gladi Lapang
- Fasilitasi dan
12.125.000 14.937.500
koordinasi
penanganan
kerusakan
infrastruktur
- Bimbingan Teknis
48.150.000 -
Penanggulangan
Bencana
- Penyusunan
27.227.500 70.277.500
Rencana Operasi
Kedaruratan
- Pengembangan
28.318.500 7.845.000
Budaya Sadar
Bencana
- Pembuatan
117.147.500 42.235.000
Dokumen Rencana
Aksi Daerah (RAD)
dan Kontijensi Plan
- Relokasi Korban
116.005.000 156.537.500
Bencana Alam
b. Peningkatan
Kapasitas Sumber
Daya Aparatur
- Pendidikan dan 42.120.000

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 26


Tahun 2015 Tahun 2014 Prosentase
No. Jumlah Anggaran
Pelatihan Formal - thd APBD
- Penguatan 10.925.000 total ( % )
Kapasitas Satgas 14.345.000
BPBD
- Kajian Resiko 22.355.000
Bencana 34.330.000
- Penguatan FPRB 25.075.000 14.420.000
- Lomba - 102.735.000
Pengurangan
Resiko Bencana

5. Dinas Kelautan dan


Perikanan
a. Pemberdayaan
ekonomi masyarakat
pesisir
- Pembinaan 100.000.000 35.000.000
kelompok ekonomi
masyarakat pesisir
- Pengelolaan dan - 85.000.000
Konservasi Wilayah
Pesisir dan Laut
- Pembinaan 75.000.000 -
masyarakat pesisir
menuju desa pesisir
tangguh
- Penyusunan - 300.000.000
Peraturan Daerah
Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir
b. Pengembangan bidang
kelautan dan
perikanan
- Pembinaan - 35.000.000
kelompok ekonomi
masyarakat pesisir
- Pengelolaan dan 516.000.000 85.000.000
konservasi wilayah
pesisir dan laut
- Penyusunan Perda - 300.000.000
Rencana Zonasi
wilayah pesisir
- Kegiatan Operasi 19.870.000 21.000.000
Pengawasan
Sumber Daya Ikan
di Perairan Umum
- Peningkatan 10.535.000 52.250.000
Kapasitas
Kelembagaan
Pokwasmas
- Restocking di 90.700.000 100.000.000
Perairan Umum
- Sosialisasi 27.000.000 45.000.000
Pelestarian Sumber
Daya Ikan

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 27


Tahun 2015 Tahun 2014 Prosentase
Pemberdayaan
-Jumlah 59.600.000 - thd APBD
No. Anggaran
sistem energi total ( % )
hybrid

6. Dinas Sumber Daya Air


140.900.000
- Pengendalian 500.297.000
pemanfaatan
sumber daya air
- Sosialisasi regulasi 54.250.000 76.200.000
mengenai
kegiatan
penambangan
bahan galian C
- Monitoring dan 42.749.500 49.090.000
pengendalian
penambangan
bahan galian C
- Koordinasi dan 24.387.000 24.200.000
penataan tentang
hasil produksi di
bidang
pertambangan
- Reklamasi lahan 98.422.500 -
penambangan
rakyat

TOTAL 7.963.230.200 7.828.678.300 0,65


Sumber : DPPKAD Kab. Bantul

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 28


BAB IV
Perencanaan

A. Perencanaan Pengendalian Kerusakan Lingkungan

Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bantul berpedoman pada


rencana struktur ruang dan pola ruang. Pemanfaatan ruang wilayah
dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program
pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya. Arahan
pemanfaatan ruang Kabupaten Bantul berisi indikasi program utama
dalam jangka panjang dan dibagi dalam tahapan jangka menengah
lima tahunan. Rencana pemanfaatan lahan yang terinci seperti dalam
pembangunan pertanian, perkebunan, pemukiman, transportasi,
energi dan sumber daya mineral tertuang dalam Peraturan Daerah
Nomor 01 Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bantul Tahun 2011 2015
(terlampir); sedangkan rencana pemanfaatan ruang secara terperinci
ada dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 04 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul Tahun
2010 - 2030 (terlampir).
Rencana pola ruang/pemanfaatan ruang Kabupaten terdiri atas:
a. Kawasan lindung Kabupaten
Kawasan lindung Kabupaten meliputi :
a). kawasan hutan lindung;
b). kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
c). kawasan perlindungan setempat;
d). kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
e). kawasan rawan bencana.
b. Kawasan budidaya Kabupaten.
Kawasan budidaya Kabupaten , terdiri atas :
a). kawasan peruntukan hutan rakyat;

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 29


b). kawasan peruntukan pertanian;
c). kawasan peruntukan perikanan;
d). kawasan peruntukan pertambangan;
e). kawasan peruntukan industri;
f). kawasan peruntukan pariwisata;
g). kawasan peruntukan permukiman; dan
h). kawasan peruntukan lainnya.

Gambar 3. Peta Rencana Penggunaan Lahan

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bantul sudah


ditetapkan menjadi Perda No. 4 tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Bantul tahun 2010-2030, dan sudah
mengikuti ketentuan Permendagri No. 28 tahun 2008 tentang tata
cara evaluasi Raperda tentang Rencana Tata Ruang Daerah.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 30


Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Penataan Ruang meliputi:
1) Pengembangan struktur ruang melalui pemantapan,
pengembangan hirarki sistem perkotaan, dan peningkatan kualitas
jangkauan pelayanan jaringan sarana prasarana ke seluruh
Kabupaten Bantul.
2) Pengembangan pola ruang untuk kawasan lindung, budidaya, dan
kawasan strategis dengan memperhatikan antara lain:
a) Pemeliharaan, perwujudan kelestarian lingkungan hidup
b) Penetapan daerah rawan bencana alam dan pembatasan
pembangunan di daerah rawan bencana
c) Perwujudan, peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar
kegiatan budidaya
3) Pengembangan kawasan strategis dengan pelestarian dan
peningkatan nilai kawasan dalam rangka mendorong pertumbuhan
ekonomi dan nilai-nilai budaya serta pelestarian lingkungan hidup.

Adapun strategi yang akan ditempuh dalam mendukung


kebijakan tersebut diatas adalah:
1) Penetapan pusat pertumbuhan wilayah secara berjenjang sesuai
dengan potensi.
2) Pengembangan sistem transportasi secara terpadu.
3) Pembentukan pola ruang dengan menempatkan kawasan lindung,
dan kawasan budidaya sehingga terwujud tata ruang yang tertib,
teratur, efisien, selaras serta terpeliharanya kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
4) Pengembangan kawasan bencana dengan membatasi pertumbuhan
di daerah yang berpotensi tinggi terhadap bencana alam.
5) Penetapan kawasan strategis daerah dengan mengatur pola
pemanfaatan ruang sehingga memberikan nilai tambah,
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Kawasan Lindung Kabupaten Bantul dalam RTRW meliputi :


a. Kawasan hutan lindung;

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 31


b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
c. Kawasan perlindungan setempat;
d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; dan
e. Kawasan rawan bencana.

a. Kawasan hutan lindung;


Kawasan hutan lindung ditetapkan seluas kurang lebih 1.041
(seribu empat puluh satu) hektar atau 2,05% (dua koma nol lima
persen) dari luas wilayah Kabupaten Bantul dengan penyebaran di
wilayah Desa Dlingo, Desa Mangunan, Desa Muntuk, Desa
Jatimulyo, Desa Temuwuh, Desa Terong Kecamatan Dlingo, Desa
Wonolelo Kecamatan Pleret, Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri,
dan Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan (Kepmen Kehutanan dan
Perkebunan No.171/Kpts-II/2000 tentang Penunjukan Kawasan
Hutan di wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta).

Gambar 4. Peta Rencana Kawasan Hutan Lindung

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 32


b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya yaitu kawasan resapan air. Kawasan resapan air
di wilayah Kabupaten Bantul direncanakan seluas kurang lebih
1.001 (seribu satu) hektar atau 1,98% (satu koma sembilan
delapan persen) dari luas wilayah Kabupaten Bantul dengan
penyebaran terdapat pada sebagian wilayah Desa Parangtritis
Kecamatan Kretek, sebagian wilayah Desa Argorejo, Desa
Argomulyo Kecamatan Sedayu, sebagian di Desa Bangunjiwo
Kecamatan Kasihan, sebagian wilayah Desa Seloharjo Kecamatan
Pundong, hampir seluruh wilayah Kecamatan Imogiri, hampir
seluruh wilayah Kecamatan Pleret, hampir seluruh wilayah
Kecamatan Piyungan dan seluruh wilayah Kecamatan Dlingo.

Gambar 5. Peta Rencana Kawasan Lindung Terhadap


Kawasan Bawahannya

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 33


c. Kawasan perlindungan setempat;
Kawasan perlindungan setempat adalah kawasan sempadan
sungai, kawasan sempadan pantai, kawasan sekitar mata air, dan
ruang terbuka hijau perkotaan Kabupaten.

(1). Kawasan sempadan sungai di Kabupaten direncanakan seluas


kurang lebih 2.805 (dua ribu delapan ratus lima) Hektar atau
5,53% (lima koma lima tiga persen) dari luas wilayah
Kabupaten Bantul atau 58% (lima puluh delapan persen) dari
luas DAS di Kabupaten Bantul dengan penyebaran terdapat
pada kiri dan kanan aliran sungai besar meliputi Sungai Opak,
Sungai Oyo, dan Sungai Progo; sungai kecil meliputi Sungai
Krusuk, Sungai Timoho, Sungai Konteng, Sungai Kramat,
Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai Bulus, Sungai Code,
Sungai Belik, Sungai Gadjahwong, Sungai Kedung
Semerangan, Sungai Tambakbayan, Sungai Kuning, Sungai
Buntung, Sungai Gawe, Sungai Kenteng, Sungai Plilan,Sungai
Celeng, dan Sungai Kedungmiri.
Untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus)
meter dari tepi sungai, dan berfungsi sebagai jalur hijau.

(2). Kawasan sempadan pantai yaitu di wilayah pesisir/ bagian


selatan Kabupaten Bantul yang mencakup areal
sepanjanggaris pantai dengan lebar paling rendah 100
(seratus) meter dari pasang paling tinggi ke arah daratan dan
sepanjang 13,5 (tiga belas koma lima) km direncanakan
seluas kurang lebih 123 (seratus dua puluh tiga) Hektar atau
0,24% (nol koma dua empat persen) dari luas wilayah
Kabupaten Bantul tersebar di 3 (tiga) wilayah kecamatan yaitu
Desa Poncosari Kecamatan Srandakan, Desa Gadingsari, Desa

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 34


Srigading Kecamatan Sanden dan Desa Tirtohargo, Desa
Parangtritis Kecamatan Kretek.

(3). Kawasan lindung sekitar mata air direncanakan seluas kurang


lebih 1.578 (seribu lima ratus tujuh puluh delapan) Hektar
atau 3,11% (tiga koma sebelas persen) dari luas wilayah
Kabupaten Bantul yang tersebar di Desa Parangtritis
(Kecamatan Kretek), Desa Seloharjo, dan Desa Panjangrejo
(Kecamatan Pundong), Desa Muntuk, Desa Mangunan, Desa
Dlingo,Desa Temuwuh, Desa Terong, dan Desa Jatimulyo
(Kecamatan Dlingo), Desa Srimulyo, dan Desa Srimartani
(Kecamatan Piyungan), Desa Caturharjo dan Desa Triharjo
(Kecamatan Pandak), Desa Srigading, Desa Gadingsari, dan
Desa Gadingharjo (Kecamatan Sanden) serta Desa
Sendangsari (Kecamatan Pajangan) masing-masing kawasan
mata air ditetapkan zona bebas kegiatan budidaya paling
rendah dalam radius 200 (dua ratus) meter dari pusat
kawasan.

(4). Kawasan ruang terbuka hijau ditentukan paling rendah


30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan,
meliputi 20% (dua puluh persen) ruang terbuka hijau publik
dan 10% sepuluh persen) ruang terbuka hijau privat.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 35


Rencana Kawasan Perlindungan Setempat:

Sumber : SIM Kewilayahan Berbasis Webgis Kabupaten Bantul (SCBD 2011)

Gambar 6. Peta Rencana Kawasan Perlindungan Setempat

d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya


(1) Kawasan suaka alam, Cagar Alam Imogiri seluas kurang lebih
11 (sebelas) hektar terletak di Desa Girirejo, Kecamatan
Imogiri.
(2) Kawasan pantai berhutan bakau seluas kurang lebih 12 (dua
belas) hektar di wilayah Gadingsari, Desa Srigading Kecamatan
Sanden, Desa Poncosari Kecamatan Srandakan, dan Desa
Tirtohargo Kecamatan Kretek.
(3) Kawasan konservasi penyu seluas kurang lebih 1.000 (seribu)
meter persegi terdapat di Desa Srigading, Kecamatan Sanden.
(4) Persebaran kawasan cagar budaya di Daerah terdapat di :

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 36


a. Masjid Agung Kotagede di Desa Jagalan, Kecamatan
Banguntapan dan Museum Wayang Kekayon di Desa
Baturetno, Kecamatan Banguntapan;
b. Kompleks Makam Raja-raja di Desa Imogiri, Kecamatan
Imogiri;
c. Situs Ambarbinangun dan Masjid Patok Negara di Desa
Tirtonirmolo,Kecamatan Kasihan;
d. Petilasan/Ziarah Mangir di Desa Sendangsari dan Gua
Selarong di Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan;
e. Petilasan Keraton Mataram di Desa Pleret dan Desa
Segoroyoso,Kecamatan Pleret;
f. Cagar Budaya Pendidikan di Desa Panggungharjo, Kecamatan
Sewon; dan
g. Makam Sewu di Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak.

Gambar 21. Peta Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

e. Kawasan rawan bencana.


Kawasan rawan bencana meliputi kawasan rawan gempa
Gambar 7. Peta Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 37


e. Kawasan rawan bencana.
Kawasan rawan bencana meliputi kawasan rawan gempa
bumi, kawasan rawan longsor, kawasan rawan banjir, kawasan
rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan kekeringan.
(1) Kawasan rawan gempa bumi di Kabupaten terdapat di seluruh
wilayah Kabupaten Bantul.

Gambar 8. Peta Kawasan Rawan Gempa Bumi

(2) Kawasan rawan longsor di Kabupaten terdapat di Kecamatan

Imogiri, Kecamatan Dlingo, Kecamatan Pleret, Kecamatan


Piyungan, dan Kecamatan Pundong.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 38


Gambar 9. Peta Kawasan Rawan Longsor

(3) Kawasan rawan banjir di Kabupaten terdapat di Kecamatan


Kretek,Kecamatan Srandakan, Kecamatan Sanden, Kecamatan
Pandak, Kecamatan Jetis, Kecamatan Pundong, dan Kecamatan
Pleret.
(4) Kawasan rawan gelombang pasang di Kabupaten terdapat di
Kecamatan Kretek, Kecamatan Srandakan, dan Kecamatan
Sanden, sebagian Kecamatan Pandak, sebagian Kecamatan
Pundong, sebagian Kecamatan Imogiri, sebagian Kecamatan
Jetis, dan sebagian Kecamatan Bambanglipuro.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 39


Gambar 10. Peta Kawasan Rawan Gelombang Pasang

(5) Kawasan rawan kekeringan di Kabupaten terdapat di


Kecamatan Dlingo, sebagian Kecamatan Piyungan, sebagian
Kecamatan Pajangan, sebagian Kecamatan Pleret, sebagian
Kecamatan Imogiri, sebagian Kecamatan Pundong, sebagian
Kecamatan Sedayu, sebagian Kecamatan Kasihan, dan sebagian
Kecamatan Kretek.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 40


Gambar 11. Peta Kawasan Rawan Kekeringan

Kawasan lindung Kabupaten Bantul dalam RTRW sekarang


(Perda No. 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bantul tahun 2010-2030) apabila dibandingkan dengan
RTRW sebelumnya (Perda Nomor 04 Tahun 2002 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Bantul) keberadaan luasannya bertambah.
Pada RTRW yang dulu luasan kawasan lindung belum di cantumkan
angka luasannya tetapi hanya menyebutkan lokasi kecamatannya,
sedangkan RTRW yang baru sudah menyebut jumlah luasannya. Selain
hal tersebut pada Perda RTRW yang baru ada tambahan kawasan
lindung berupa hutan lindung seluas 1.041 (seribu empat puluh satu)
hektar, Kawasan ruang terbuka hijau seluas paling rendah 30% (tiga
puluh persen) dari luas kawasan perkotaan, Kawasan pantai berhutan
bakau seluas 12 (dua belas) hektar, Kawasan konservasi penyu seluas
1.000 (seribu) hektar; serta pada kawasan rawan bencana sudah lebih

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 41


terperinci meliputi kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan
longsor, kawasan rawan banjir, kawasan rawan gelombang pasang dan
kawasan rawan kekeringan. Secara lebih jelas perbandingan antara
RTRW yang baru dengan RTRW yang lama seperti dalam di bawah ini.

Tabel 12. Perbandingan Luasan Kawasan Lindung RTRW lama dan


RTRW baru
Keberadaan
Luas
Jenis Kawasan dalam Perda
No
Lindung RTRW RTRW
RTRW 2002 RTRW 2010
2002 2010
1. Kawasan hutan lindung Belum Ada - 1.041 Ha
ada
2. Kawasan yang Ada Ada Menyebut 1.001 Ha
memberikan lokasi di (dengan
perlindungan terhadap sebagian menyebut lokasi
kawasan bawahannya kecamatan kecamatannya)
tertentu
3. Kawasan perlindungan
setempat :
a. Kawasan sempadan Ada Ada Tidak 2.805 Ha.
sungai menyebut (menyebut
nama sungai nama-nama
hanya dengan sungai dan
ketentuan dengan
selebar 5 m ketentuan lebih
untuk sungai rinci untuk
bertanggul, 10 sungai
m - 50 m dari bertanggul dan
tepi sungai tidak bertanggul,
sungai dalam
kawasan dan di
luar kawasan
perkotaan;serta
sungai yang
terpengaruh
pasang surut air
laut )

b. Kawasan Sempadan Ada Ada Belum ada 123 Ha


Pantai luasan, (menyebut nama
dengan aturan lokasi desa dan
100 200 m kecamatan)
dari titik
pasang
tertinggi

c. Kawasan sekitar mata Ada Ada Belum ada 1.578 Ha


air luasan, (menyebut nama
dengan lokasi desa dan
ketentuan kecamatan ,serta
dengan jari- ditetapkan zona

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 42


Keberadaan
Luas
Jenis Kawasan dalam Perda
No
Lindung RTRW RTRW
RTRW 2002 RTRW 2010
2002 2010
jari 200 m bebas kegiatan
budidaya paling
rendah dalam
radius 200 m

d. Kawasan ruang Belum Ada - Paling rendah 30


terbuka hijau ada % dari luas
kawasan
perkotaan

4. Kawasan Suaka alam,


Pelestarian alam dan
cagar budaya, meliputi:
a Kawasan suaka alam, Ada Ada Belum ada 11 Ha
Cagar alam luasan , lokasi (di desa Girirejo
Kec. Piyungan, Kec. Imogiri)
Dlingo dan
Imogiri

b. Kawasan pantai Belum Ada - 12 Ha


berhutan bakau ada (Desa Gading-
sari, Srigading,
Poncosari,
Tirtohargo)

c. Kawasan konservasi Belum Ada - 1000 m2


penyu ada (Desa Srigading)

d. Kawasan cagar Ada Ada Hanya Secara rinci


budaya menyebut menyebut nama
nama lokasi tempat dan
kec. lokasinya

5. Kawasan Rawan Ada Ada Tidak meyebut Menyebut secara


Bencana secara rinci rinci kawasan:
per kawasan, Rawan gempa
terletak di bumi, rawan
sebagian Kec. longsor, rawan
Dlingo, banjir, rawan
Piyungan, gelombang
Imogiri, pasang dan
Pundong, rawan
Srandakan, kekeringan;
Kretek, denga lokasi
Pandak, masing-masing
Sedayu dan secara rinci
Pajangan

Di Kabupaten Bantul dalam penetapan suatu kawasan yang


berfungsi lindung wajib memperhatikan penguasaan, pemilikan,

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 43


penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) yang ada sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan di bidang pertanahan.
Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, diatur bahwa dalam rangka pelestarian dalam rencana tata
ruang wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh)
persen dari luas daerah aliran sungai.
Untuk memenuhi minimal 30% kawasan berfungsi lindung,
dengan strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi
lingkungan hidup dalam rangka mempertahankan daya dukung
lingkungan dengan :
a. Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang air, dan ruang
udara termasuk ruang di dalam bumi;
b. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung
khususnya di pegunungan, DAS, pesisir pantai, yang telah
menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya dalam rangka
mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;
c. Menjaga luasan kawasan hutan lindung dan kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yaitu
kawasan resapan air.
d. Mengendalikan kegiatan pada kawasan lindung setempat dan
kawasan suaka alam sehingga tidak mengganggu dan merusak
fungsi lindung kawasan; dan
e. Mencegah kegiatan budi daya di sepanjang sungai yang dapat
mengganggu atau merusak kualitas dan kuantitas air serta
morfologi sungai, pantai yang dapat mengganggu atau merusak
kondisi alam dari pantai terutama pada kawasan gumuk pasir
Parangtritis dan di sekitar mata air.

B. Perencanaan Rehabilitasi lahan kritis dan Kawasan Berfungsi


Lindung

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 44


Penggunaan lahan rasional merupakan penggunaan lahan yang
sesuai dengan kemampuan lahan, atau yang berorientasi ekonomi dan
ekologi. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya
akan menyebabkan terjadinya kerusakan lahan antara lain erosi,
longsor lahan, kekeringan, banjir dan lahan kritis yang apabila tidak
segera ditangani dapat menyebabkan degradasi lebih besar.
Lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan
sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya (fungsi produksi dan
pengatur tata air). Menurunnya fungsi tersebut akibat dari
penggunaan lahan yang kurang atau tidak memperhatikan tehnik
konservasi tanah sehingga menimbulkan erosi, tanah longsor dan
berpengaruh terhadap kesuburan tanah, tata air, dan lingkungan.
Kerusakan lahan berupa lahan kritis terjadi akibat longsor, dan
atau kegiatan penambangan sehingga lahan menjadi tidak produktif
untuk penggunaan tertentu misalnya untuk pertanian. Faktor lain yang
menyebabkan terjadinya lahan kritis adalah penggunaan lahan yang
tidak sesuai dengan kelas kemampuan lahan maupun konversi-
konversi lahan hutan dan lahan perkebunan tanaman keras beralih
fungsi menjadi lahan pertanian tanaman semusim atau tanaman
pangan, serta kegiatan pertambangan dan pembangunan yang kurang
memperhatikan kelestarian lingkungan. Di samping itu terjadinya
lahan kritis juga disebabkan oleh faktor alami seperti kekeringan dan
terjadinya kebakaran hutan yang akhir-akhir ini terjadi di Indonesia.
Berdasar PP No 150 tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan
Tanah Untuk Produksi Biomasa, secara umum terdapat tiga kategori
kerusakan lahan untuk produksi biomassa di Provinsi DIY, yaitu rusak
ringan, rusak sedang dan rusak berat. Kabupaten Bantul memiliki
tingkat kerusakan lahan dengan kategori rusak ringan dengan total
skor kerusakan lahan 3 hingga 10, dan luas sebesar 51.012,45 ha.
Parameter pembatas kerusakan lahan di Kabupaten Bantul adalah
berat isi, redoks, komposisi fraksi pasir, derajad pelulusan air,

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 45


ketebalan solum, kebatuan permukaan, jumlah mikroba dan porositas
total.
Tabel 13. Rencana penanaman di lahan kritis dan kawasan berfungsi
lindung
Target luasan ( ha ) Sumber Dana
No Lokasi Nama Kecamatan ( APBN,
2015 2014
APBD, DAK )
1. Lahan kritis Imogiri 11 35 APBD
2. Kelerengan Imogiri 35 35 APBD
>40 % Pundong 7 -
Dlingo 4 -
3. Sempadan
sungai
4. Sekitar Pandak ( mata air ) - 0,2 APBD
danau / Pundong ( mata air ) - 0,1 APBD
waduk
5. Sempadan Kretek 5 1,0 APBD
pantai
Sanden 0,5
5 APBD

Ciri khas lain pantai berpasir di Kabupaten Bantul adalah adanya


gumuk pasir di Pantai Parangtritis Kretek. Bentuk gumuk pasir di
pantai Parangtritis terdiri dari jenis barkhan, longitudinal, parabolik
dan sisir. Sebagai ekosistem, gumuk pasir Parangtritis merupakan satu
satunya gumuk pasir yang ada di Asia Tenggara, dimana
keberadaannya makin terancam oleh kegiatan yang ada di sekitarnya.
Beberapa faktor yang mengancam kelestarian lingkungan adalah:
1. Perubahan dan alih fungsi lahan
2. Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak berwawasan
lingkungan, misalnya kegiatan penambangan, penebangan hutan,
perburuan satwa.
3. Pencemaran lingkungan akibat kegiatan/ aktifitas manusia.
4. Introduksi jenis asing dan perubahan iklim

BAB V
Pelaksanaan Pengendalian Kerusakan Lingkungan

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 46


A. Realisasi Penanaman

Rehabilitasi lingkungan dilakukan untuk mengembalikan


lingkungan sesuai dengan fungsinya sehingga mampu mendukung
kehidupan di dalamnya. Rehabilitasi diperlukan ketika lingkungan
mengalami penurunan daya dukungnya, yang disebabkan oleh banyak
hal, antara lain penambangan, longsor lahan, erosi dan abrasi, dan
lain-lain. Upaya rehabilitasi lingkungan yang telah dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Bantul adalah reklamasi lahan bekas galian
golongan C, reklamasi bekas penambangan pasir sungai dan reboisasi.

Penambahan luasan area tutupan vegetasi yang diupayakan oleh


Badan Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan di
Desa Pendowoharjo Sewon Bantul seluas 2,3 hektar; di Desa
Tamantirto Kasihan Bantul seluas 1,6 hektar; Desa Potorono
Banguntapan seluas 3 hektar dengan jenis tanaman sawo, sirsat,
mangga, cerme, kepel, kluwak, wuni, jambu bol, sawo kecik, duku dan
sukun.
Reklamasi lahan bekas penambangan pasir dilaksanakan di
Dusun Lanteng dan Siluk Desa Selopamioro Kabupaten Bantul
sejumlah pohon 3.200 batang, dengan jenis tanaman mahoni,
munggur, jati, sengon dan petai. Penanaman dilakukan di kritis yang
tergerus oleh kegiatan penambangan pasir. Jenis-jenis tanaman yang
ditanam tidak hanya jenis penghasil kayu tetapi juga penghasil buah,
sehingga diharapkan dengan tanaman reklamasi dapat berfungsi
ganda, yaitu berfungsi konservasi dan penghasil bahan pangan yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat disekitarnya.

Dalam rangka pengelolaan hutan dan lahan kritis telah


dilaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan yang, sehingga lahan kritis

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 47


berubah menjadi lahan yang lebih produktif. Dinas Pertanian dan
Kehutanan pada tahun 2014 melaksanakan kegiatan penanaman
tanaman buah ( alpukat, sirsak, durian, kelengkeng dan rambutan ) di
lahan kritis Dusun Nawungan Desa Selopamioro Imogiri seluas 35
hektar, dan tahun 2015 melaksanakan penanaman tanaman buah (
jambu biji, sirsak, mangga, srikaya dan durian ) di lahan kritis Desa
Seloharjo Pundong seluas 7 hektar dan Desa Dlingo Kec. Dlingo seluas
4 hektar.
Realisasi penanaman di lahan kritis dan kawasan berfungsi lindung
adalah terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 14. Realisasi penanaman di lahan kritis dan kawasan berfungsi
lindung
No Lokasi Nama Kecamatan Target luasan ( ha ) Realisasi ( % )
1. Lahan kritis Piyungan Imogiri 150 100
Pundong
2. Kelerengan Imogiri 35 100
>40 % Pundong 7 30
Dlingo 4 30
3. Sempadan
sungai
4. Sekitar Pandak ( mata air ) 0,2 50
danau / Pundong ( mata air ) 0,1 50
waduk
5. Sempadan Kretek 5 100
pantai
Sanden
5 100

Selain itu, untuk tetap menjaga kelestarian alam lingkungan dan


rehabilitasi lahan kritis maka digalakkan program reboisasi dan
penghijauan. Kegiatan tersebut dilakukan kegiatan berupa pembuatan
tanaman hutan dengan cara penanaman pohon-pohon yang
dilaksanakan di dalam kawasan hutan (hutan negara), sedangkan
kegiatan penghijauan dilakukan upaya memulihkan atau memperbaiki
kembali keadaan lahan kritis di luar kawasan hutan agar dapat
berfungsi sebagai media produksi dan pengatur tata air yang baik
serta mempertahankan dan meningkatkan daya guna lahan sesuai
dengan peruntukannya.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 48


Kegiatan reboisasi dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi DIY,
sedangkan kegiatan penghijauan dilaksanakan dan menjadi tanggung
jawab pemerintah Kabupaten Bantul. Kegiatan reboisasi dilaksanakan
di dalam kawasan hutan (hutan negara), sedangkan kegiatan
penghijauan dilakukan di luar areal kawasan hutan (hutan negara)
atau di lahan milik masyarakat/petani (hutan rakyat).

Perubahan penggunaan lahan kritis tersebut dilakukan dengan


merubah kondisi lahan kritis menjadi lahan pertanian dengan
menggunakan berbagai macam kegiatan pertanian dan perkebunan,
salah satunya dengan melakukan penanaman tanaman keras dan
tanaman buah-buahan, seperti yang dilakukan di wilayah Kecamatan
Dlingo. Kecamatan Dlingo yang dulunya wilayah perbukitan sekarang
sudah menjadi kebun buah yang sudah menghasilkan dan menjadi
salah satu objek wisata tanaman buah di Kabupaten Bantul. Selain itu
wilayah lereng-lereng pegunungan mulai dilakukan budidaya pertanian
lahan kering dan mengandalkan sistem irigasi tadah hujan. Di
Kecamatan Dlingo juga akan dikembangkan Sistem Pertanian Terpadu
(Integrated Farming) yaitu sistem usaha mengelola tanaman (pangan,
hortikultura, perkebunan), ternak, ikan dalam satu unit
lahan/wilayah/kawasan secara efisiensi dan hemat energi.

Penghijauan tidak hanya dilakukan di kawasan hutan saja,


namun juga pada kawasan non hutan, seperti pekarangan, bantaran
sungai dan di sekitar mata air. Penghijauan di lingkungan pekarangan
bermanfaat untuk menciptakan iklim mikro yang nyaman dan suplai
oksigen, dengan jenis-jenis tanaman penghasil oksigen. Sedangkan
penghijauan pada bantaran sungai berguna untuk penguat tebing dan
memelihara sistem hidrologi, dengan jenis-jenis tanaman yang
mempunyai perakaran kuat dan menyimpan air. Demikian pula untuk
penghijauan mata air ditujukan untuk memelihara sistem hidrologi.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 49


Kabupaten Bantul mempunyai potensi kandungan sumberdaya
mineral dan bahan tambang yang belum semua terukur dan
tereksplorasi. Adapun lokasi sumber daya mineral tersebut tersebar
hampir di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul, yakni:
Dlingo, Imogiri, Piyungan, Sewon, Pleret, Jetis, Pajangan, Srandakan,
Sedayu, Banguntapan, Pandak, Bambanglipuro, Sanden, Kretek, dan
Pundong. Pengelolaan tambang ini harus diawasi agar nantinya tidak
terjadi penyimpangan dalam penambangan yang dapat merusak
lingkungan. Lokasi penambangan harus sesuai dengan site plan
wilayah pertambangan dan harus dibatasi secara jelas agar tidak
terjadi pelebaran yang nantinya dapat menyebabkan kerugian dan
kerusakan lingkungan yang semakin parah.

B. Pembinaan SKPD, masyarakat dan dunia usaha


Pengendalian kerusakan lingkungan dilaksanakan secara
koordinatif antar instansi terkait, masyarakat dan dunia usaha yang
ada di Kabupaten Bantul.
Untuk pengendalian kerusakan sumber-sumber daya air,
khususnya perlindungan mata air, pengendalian kerusakan sempadan
sungai yang merupakan kawasan lindung setempat; pemerintah
Kabupaten Bantul mempunyai kebijakan :
1. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung
khususnya kawasan perlindungan setempat, yang telah menurun
akibat pengembangan kegiatan budi daya dalam rangka
mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;
2. Mengendalikan kegiatan pada kawasan lindung setempat sehingga
tidak mengganggu dan merusak fungsi lindung kawasan; dan
3. Mencegah kegiatan budi daya di sepanjang sungai yang dapat
mengganggu atau merusak kualitas dan kuantitas air serta
morfologi sungai, pantai yang dapat mengganggu atau merusak

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 50


kondisi alam dari pantai terutama pada kawasan gumuk pasir
Parangtritis dan di sekitar mata air.

Program / kegiatan yang dilaksanakan adalah program


pengendalian pemanfaatan ruang dan program pengembangan,
pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber daya air
lainnya. Beberapa kegiatan adat yang ada dan berkembang di
Kabupaten Bantul dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 15. Kearifan lokal yang ada di Kabupaten Bantul


Nama Kampung/ Desa Status
No Bidang Kearifan Lokal Kearifan
Lokal
1. Pelestarian hutan Terong Dlingo,
Krebet Sendangsari Penghijauan
Pajangan
2. Pelestarian mata air Merti Dusun Jalakan Triharjo Pandak, Bersih sendang
Sendang Ayu Kajoran diakhiri dengan
Selopamioro, Sendang kenduri,
Bakung, Sendang Ngembel dilakukan
Sendangsari Pajangan, setiap tahun
Surocolo Seloharjo sekali
Pundong, Sendang
Penguripan Dlingo
3. Perlindungan Forum Wilayah sepanjang sungai Pelestarian
sungai/danau/waduk/ Winongo Asri Winongo bantaran
situ sungai sebagai
kawasan hijau
4. Perlindungan pesisir Labuhan Parangtritis dan Bersih pantai
dan laut Pandansimo diakhiri dengan
kenduri, setiap
tahun sekali
Sumber : BLH Kab. Bantul

Kebijakan pengendalian kerusakan lahan di Kabupaten Bantul


adalah :
1. Meningkatkan pendayagunaan sumberdaya alam dan pelestarian
lingkungan hidup.
2. Meningkatkan pemberdayaan partisipasi masyarakat.
3. Perbaikan kualitas fungsi lingkungan hidup secara berkelanjutan.
4. Mengupayakan penyelamatan flora dan fauna dilindungi dan
konservasi kawasan lindung.
5. Mengupayakan pengurangan dampak emisi karbon.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 51


6. Mengupayakan konservasi kawasan lindung. sempadan pantai dan
mangrove.
7. Mengupayakan pengembalian kualitas lahan bekas galian C.
8. Mengupayakan kualitas dan kuantitas hasil hutan kayu rakyat.
9. Mengupayakan terjaganya air tanah dan kesuburan tanah.
10. Mengembangkan sumberdaya hutan serta meningkatkan
pengawasan dan pengendalian pemanfaatan hutan.
11. Mengembangkan pengelolaan hutan rakyat.
12. Mengupayakan peningkatan produksi aneka usaha hasil hutan
bukan kayu.
13. Mengupayakan tersedianya data statistik kehutanan sebagai dasar
acuan penentuan kebijakan bidang kehutanan.
18. Mengupayakan pembinaan dan ketertiban administrasi industri
kayu .
19. Mengupayakan penertiban administrasi peredaran hasil hutan dan
pengamanan kawasan hutan.

Sedangkan beberapa program/kegiatan Kabupaten Bantul untuk


pengendalian kerusakan lahan meliputi :

1. Program pengendalian pencemaran dan perusakaan lingkungan.


2. Program perlindungan dan konservasi sumberdaya alam.
3. Program rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumberdaya alam.
4. Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).
5. Program rehabilitasi hutan dan lahan.
6. Program pengendalian pemanfaatan ruang.
7. Program perencanaan prasarana wilayah dan sumberdaya alam.
8. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Hidup.
9. Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan.
10. Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan Rakyat yang
Berpotensi Merusak Lingkungan.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 52


11. Program pemanfaatan potensi sumberdaya hutan.
12. Program perlindungan dan konservasi sumberdaya hutan.
13. Program pemanfaatan hutan industri.
14. Program pembinaan dan penertiban hasil hutan.
15. Program perencanaan dan pengembangan hutan.

Untuk pengendalian kerusakan lahan dan hutan beberapa


kebijakan yang telah dilaksanakan Kabupaten Bantul antara lain
berupa :
1. Instruksi Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bantul tentang Larangan
Penebangan Pohon Perindang Jalan No.05/B/Inst/Bt/1996;
2. Peraturan Bupati Kabupaten Bantul tentang Usaha Pertambangan
Mineral No. 25 Tahun 2011;
3. Peraturan Bupati Bantul tentang Pembinaan, Pengawasan dan
Pengendalian Usaha Pertambangan Daerah No. 13 Tahun 2005;
4. Pengelolaan Kawasan Lindung, dengan Penunjukan kawasan Cagar
Alam Imogiri yang terletak di desa Wukirsari dan Girirejo dengan
luas 11,4 ha (berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan Nomor 171/KPTS-II/2000).

Dalam rangka rehabilitasi lahan kritis dan kawasan berfungsi


lindung, Pemerintah Kabupaten Bantul melibatkan kelompok masyarakat
binaan yang ada di wilayah.

Tabel 16. Kelompok masyarakat binaan yang ada di Kabupaten Bantul


No Nama Kelompok Jumlah Desa / Luasan ( ha )
Anggota Kecamatan
1. P3MP Mitra 7 orang Parangtritis, -
Pesisir Kretek (pemberdayaan
ekonomi masyarakat
pesisir dan konservasi)
2. Kelompok 35 orang Tirtohargo, 3 - 5 ha
Pemuda Pemudi Kretek (konservasi mangrove
Baros (KP2B) di Dusun Baros)
3. Forum 60 orang Srigading, 0,1 ha
Komunikasi Sanden (konservasi mangrove
Pemuda Pemudi di Desa Srigading)
Rejosari
(FKPPRS)
4. Forum 10 orang Srigading, -

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 53


Komunikasi Sanden (konservasi penyu di
Penyu Bantul Pantai Samas)
(FKPB)
5. Kelompok Peduli 10 orang Poncosari, -
Penyu Srandakan (konservasi penyu di
Pandansimo Pandansimo dan Pantai
(KP4) Baru)
6. Kelompok 7 orang Parangtritis, -
Konservasi Kretek
Penyu (konservasi penyu di
Mancingan pantai Pelangi
(KKPM) Mancingan,Parangtritis)

7. Mina Raharja 10 orang Gadingsari, -


Sanden (konservasi penyu di
Pantai Goa Cemara,
Patihan)
8. Kelompok Tani 117 orang Nawungan I 35
Lestari Mulyo Selopamioro PLKSDA -BM
Imogiri
8. Kelompok Tani 115 orang Nawungan I dan 34,74
Lestari Mulyo II Selopamioro PLKSDA -BM
Imogiri
Sumber : DKP, Bappeda, Dipertahut Kab. Bantul

Pemerintah Kabupaten Bantul memberikan bantuan bibit, biaya


penanaman dan pemeliharaan kepada masyarakat melalui kegiatan Dinas
Pertanian dan Kehutanan, dengan konsep Agrowisata 5 komoditas
tanaman buah ( alpukat, sirsak, durian, kelengkeng dan rambutan ) di
Dusun Nawungan I dan Nawungan II Selopamioro Imogiri.
Dinas Pertanian dan Kehutanan memberikan dana bansos untuk 19
kelompok pengembangan tanaman sorghum seluas 400 Ha meliputi
Kecamatan Pajangan, Imogiri, Sedayu, Pleret, Bambanglipuro, Dlingo,
Srandakan, dan Kecamatan Pundong.
Pengembangan pisang di Kabupaten Bantul antara lain seperti bibit,
kualitas produksi yang belum berdaya saing , harga yang fluktuatif, akses
dan peluang pasar, pengetahuan dan ketrampilan petani yang masih
lemah baik dalam teknologi produksi maupun pasca panen serta
kelembagaan dan permodalan yang masih lemah. Pengembangan pisang
di Kabupaten Bantul sendiri terdapat di Kecamatan Kretek, Bambanglipuro
dan Pandak, dengan jenis pisang yg dikembangkan antara lain pisang
ambon, kepok, raja, dan pisang susu (koja).

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 54


Pada lahan bawah tegakan hutan rakyat dilakukan penanaman
umbi-umbian seperti garut, gadung, ganyong, uwi, gembili, ubi jalar,
kacang tanah dan juga ditanami empon-empon seperti kunyit, temulawak,
laos, yang semuanya meningkatkan pendapatan masyarakat.

Produk-produk hasil hutan non kayu yang dikembangkan oleh


kelompok mayarakat sebagai bentuk alternatif pendapatan atas upaya
pelestarian kawasan berfungsi lindung dapat dilihat dalam tabel berikut
ini.

Tabel 17. Kelompok masyarakat pengelola produk hasil hutan non kayu
No Nama Kelompok Produk yang Pendapatan dari
dikembangkan hasil penjualan
1. Kelompok Tani Banyu Tawon Madu
sumurup Girirejo
Imogiri
2. Pokok Makaryo, Bambu
Gampeng Triwidadi
Pajangan
3. Ngudi Mulyo, Banyakan Bambu
II Sitimulyo Piyungan
4. Cabe Rawit, Pancuran Kapulogo
Terong Dlingo
5. Sido Rukun, Bulusari Kapulogo
Srimartani Piyungan
6. Manunggal, Guwo Kapulogo
Triwidadi Pajangan
7. Ngudi Makmur, Emping dan tepung
Ngincep, Triwidadi, garut
Pajangan
8. KWT Mekarsari, Emping dan tepung
Sungapan, Argodadi, garut
Sedayu
9. Kedungrejo, Wonolelo, Emping dan tepung
Pleret garut
10. Rukun Santoso dan Lebah Madu 311 kg / tahun
Amrih Maju
11. Rukun Muda, Plesedan Uwi, gembili, temu,
kunyit (umbi segar)
12. Lestari Mulyo, Ngelo Uwi, gembili, temu,
laos (umbi segar)
13. Pokoh I, II dan Kunyit, bengle,
Kebosungu Dlingo gadung, garut
14. Ngudi Rahayu, Garut, uwi, gembili
Brongkol Argorejo (emping garut, umbi
Sedayu segar)
15. Ngudi Mulyo, Pendul Garut, uwi, gembili
Argosari Sedayu (emping garut, umbi
segar)

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 55


16. Tani Raharjo, Patihan Ubi jalar, kacang
Gadingsari Sanden tanah (umbi segar)
17. Imogiri Ulat Sutera
Sumber : Dipertahut, BKP3 Kab. Bantul

Pemerintah Kabupaten melibatkan kegiatan usaha dalam rehabilitasi


lahan kritis dan kawasan berfungsi lindung, berikut tabel kegiatan yang
dilaksanakan tahun 2014 dan 2015.

Tabel 18. Kegiatan usaha pendukung rehabilitasi lahan kritis


No Nama Kegiatan Usaha Lokasi Penanaman Luasan ( ha )
1. Komunitas Pelestari Hutan, 1 Hutan Pinus Mangunan 1.000 batang
Maret 2015 Dlingo
2. BNI 46, 30 Maret 2015 Penanaman Asem Jawa di 5.000 batang
sepanjang JJLS Srigading
Sanden
3. Universitas Kristen Duta Penanaman di lahan 0,25
Wacana Yogyakarta, 4 Oktober mangrove Dusun Baros
2015 Tirtohargo Kretek
4. BPBD bekerjasama dengan Penanaman di pantai
Bank BTN Pelangi Mancingan
Parangtritis Kretek
5. Akbid Ummi Khasanah Bantul, Penanaman 1.000 pohon 1.000 batang
di pantai Baru Pandansimo
Srandakan
6. Sumber Baru Land, Penanaman 1.000 pohon 1.000 batang
di Wonoroto Patihan
Gadingsari Sanden
Sumber : BLH, DKP Kab. Bantul

Pengelolaan kegiatan masyarakat yang berpotensi menjadi jasa


lingkungan yang sudah ada dan berkembang di Kabupaten Bantul antara
lain :
a. Pengelolaan Sendang Ngembel Sendangsari Pajangan oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan.
b. Distribusi air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
warga masyarakat di Dusun Jambon Bawuran Pleret.
c. Pengembangan energi hybrid (tenaga surya dan tenaga angin )
di kawasan Pantai Baru, Poncosari, Srandakan dengan total
kapasitas 77 KW; merupakan kerjasama Pemda dengan
Kemenristek (BBPT dan LAPAN) dan UGM, yang terdiri atas :
a. GROUP I : Turbin angin 1 KW = 21 unit
Panel surya 100 W = 150 unit
b. GROUP II : Turbin angin 2,5 KW = 6 unit
Turbin angin 10 KW = 2 unit

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 56


Turbin angin 1 KW = 4 unit
Panel surya 100 W = 20 unit
d. Pemanfaatan energi listrik untuk menaikkan air tanah (2 unit
pompa air), pembuatan es balok (3 unit ice maker kapasitas 500
kg/h) dan untuk lampu penerangan jalan.

Gambar 12 . Energi hybrid tenaga surya dan tenaga angin di kawasan


Pantai Baru, Poncosari, Srandakan
e. Pengelolaan sampah mandiri sebagai upaya melestarikan
lingkungan dengan kegiatan pemilahan sampah dan pembuatan
pupuk organik, yang dilakukan oleh kelompok masyarakat. Di

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 57


Kabupaten Bantul ada 62 kelompok pengelola sampah mandiri
yang tersebar di 17 Kecamatan.

Tabel 19. Data Kelompok Pengelola Sampah di Kab. Bantul


No. Nama Kelompok Alamat
1. PSM. AZOLLA Serut, Palbapang, Bantul
2. PSM. NGUDI MANDIRI Serut, Palbapang, Bantul
3. KAMPUNG HIJAU Serut, Palbapang, Bantul
4. PSM. GEMAH RIPAH Badegan, Bantul, Bantul
5. PSM. NGRINGINAN Babadan, Bantul, Bantul
6. PSM. RINGIN MANDIRI Gumuk, Ringinharjo, Bantul
7. PSM. MILAH REJEKI Sabrang, Sumbermulyo, Bambanglipuro
8. PSM. MIGUNO Plumbungan,Sumbermulyo,Bambanglipuro
9. PSM. KEMBANG
Gunungan,Sumbermulyo,Bambanglipuro
KENANGA
10. PSM. PUSPA Gersik,Sumbermulyo,Bambanglipuro
11. PSM. PLEBENGAN Plebengan,Sidomulyo,Bambanglipuro
12. PSM. PUTRI TANI Caben,Sumbermulyo,Bambanglipuro
13. PSM. SRI ASIH Sribitan, Bangunjiwo, Kasihan
14. PSM. SEHAT CERIA Selokambang, Tamantirto, Kasihan
15. PSM. SUKET TEKI Rukeman, Tamantirto, Kasihan
16. PSM. TUNDAN Tundan, Tamantirto, Kasihan
17. PSM. TEGAL WANGI Tegalwangi, Tamantirto, Kasihan
18. PSM. SAMBEL TERASI Ngebel, Tamantirto, Kasihan
19. PSM. NGUDI ASRI Pedukuhan, Ngestiharjo, Kasihan
20. PSM. SORAGAN BERSIH Soragan, Ngestiharjo, Kasihan
21. PSM. SONOPAKIS Sonopakis, Ngestiharjo, Kasihan
22. PSM. MRISI Mrisi, Tirtonirmolo, Kasihan
23. PSM. KARYA MANDIRI Sribitan, Bangunjiwo, Kasihan
24. PSM. TERATAI Tlogo, Tamantirto, Kasihan
25. PSM. SRI REJEKI Donotirto, Bangunjiwo, Kasihan
26. PSM. MEKAR ABADI Metes, Argorejo, Sedayu
27. PSM. UWUH MUTER Metes, Argorejo, Sedayu
28. PSM. INDRA PARAMITHA Taman Sedayu E3, Metes, Argorejo,
KARYA Sedayu
29. PSM. SAMPAH BERKAH Jurug, Argosari, Sedayu
30. PSM. BERSIH MENUJU
Salakan, Potorono, Banguntapan
SEHAT
31. PSM. SEDEKAH SAMPAH Tamanan, Banguntapan
32. PSM. DADI ARTO Sarirejo I, Singosaren, Banguntapan
33. PSM. LANUD ADISUCIPTO Baturetno Blok B no. 12 Banguntapan
34. PSM. KAUMAN Kauman, Tamanan, Banguntapan
35. PSM. RESIK Saman, Panggungharjo, Sewon
36. PSM. SAKA MADANI Kweni, Panggungharjo, Sewon
37. PSM. KUPAS Panggungharjo, Sewon

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 58


No. Nama Kelompok Alamat
38. PSM. KAUMAN BARU Kauman, Pleret, Bantul
39. PSM. MAKARYA MULYA Segoroyoso, Pleret
40. FORUM SODAQOH
Pleret
SAMPAH
41. PSM. INSAN MADANI Pleret
42. PSM. TIRTO Tirto, Triharjo, Pandak
43. PSM. AL IMDAAD Kauman, Wijirejo, Pandak
44. PSM. MANDIRI Terong I, Dlingo
45. PSM. ASRI SETITI Pokoh I, Dlingo
46. PSM. SUMBER REJEKI Bulus Wetan, Sumberagung, Jetis
47. PSM. NOGOSARI Nogosari, Sumberagung, Jetis
48. PSM. BARONGAN BERSIH Barongan, Sumberagung, Jetis
49. PSM. ONTOSENO Puton, Trimulyo, Jetis
50. PSM. SRIMULYO Srimulyo, Piyungan
51. PSM. OREO Onggopatran, Srimulyo, Piyungan
52. PSM. SALIM SARI Ngijo, Srimulyo, Piyungan
53. PSM. KEMBANGSARI Kembangsari, Srimartani, Piyungan
54. PSM. NGUDI MAKMUR Karanganom, Sitimulyo, Piyungan
55. PSM. REJO MULYO Tluren, Tirtomulyo, Kretek
56. PSM. CATUR MAKARYO Mojolegi, Karangtengah, Imogiri
57. PSM. SUBUR SEJAHTERA Nogosari, Wukirsari, Imogiri
58. PSM. KUNCUP MEKAR Blantikan, Gadingsari, Sanden
59. PSM. RUKUN AGAWE
Dayu, Gadingsari, Sanden
SANTOSO
60. PSM. AL FURQON Bongoskenthi, Srigading, Sanden
61. PSM. TRIMURTI Trimurti, Srandakan
62. PSM. PANTAI BARU Ngentak, Poncosari, Srandakan
Sumber : BLH Kab. Bantul

f. Kebun buah di Mangunan, Dlingo seluas 23, 34 ha; yang dikelola


oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan bersama kelompok
masyarakat sebagai ekowisata dan pendidikan.
g. Pengembangan pariwisata/ekowisata pantai ( wilayah pesisir ) di
Pantai Parangtritis, Depok, Goa Cemara, Kwaru dan Samas yaitu
konservasi penyu dengan pelepasan tukik yang dibina oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan kelompok
masyarakat setempat.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 59


Gambar 13. Pengembangan jasa lingkungan ekowisata di pantai Goa
Cemara dan Kebun buah Mangunan.

C. Pengawasan

Produk Hukum yang dimilik Kabupaten Bantul dalam mendukung


pengelolaan lingkungan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 20. Produk Hukum yang ada di Kabupaten Bantul


No Komponen Bentuk Peraturan Nomor dan tanggal Tentang
dan atau pedoman pengesahan
teknis
1. Pengelolaan - Peraturan Bupati 72 tahun 2008 Rincian Tugas Pokok
lingkungan dan Fungsi BLH
hidup
Ijin Gangguan
- Peraturan Bupati 09 tahun 2014

2. Pengendalian - - -
kerusakan
hutan dan
lahan
3. Pengendalian Peraturan Daerah 16 tahun 2003 Pengamanan pasir,
kerusakan kerikil dan batu di
perairan darat lingkungan sungai
(sungai, dan pesisir
danau, waduk,
rawa, gambut)
4. Pengendalian - Peraturan Bupati 66 tahun 2009 Rincian Tugas Pokok
kerusakan dan Fungsi DKP
pesisir dan laut
Kawasan Konservasi
- Keputusan Bupati Taman Pesisir di
Bantul Kabupaten Bantul
5. Perlindungan Keputusan Bupati 567/B/Kep/Bt/1998 Potensi Flora dan
tumbuhan dan Kepala Daerah Fauna Khas

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 60


satwa Tingkat II Bantul Yogyakarta
dilindungi dan
endemik

Regulasi daerah dalam rangka perlindungan pesisir Bantul sudah


dituangkan dalam Perda Provinsi DIY Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil Provinsi DIY.
Selain itu, regulasi di tingkat Kabupaten sudah ada Perda Kab. Bantul
Nomor 4 Tahun 2011 tentang RTRW Kab. Bantul. Untuk regulasi
khusus pesisir di Kab. Bantul belum ada yg berupa produk hukum
tetapi masih berupa draft yaitu draft rancangan SK Bupati dan perbub
pencadangan dan pengelolaan kawasan konservasi.

Upaya pemantauan dan pengawasan kerusakan lahan dengan


pelaksanaan izin meliputi:
- Pengesahan Laporan Hasil Penebangan (LHP) kayu rakyat oleh
P2LHP (Pejabat Pengesah Laporan Hasil Penebangan);
- Penerbitan dokumen angkutan kayu berupa Surat Keterangan Sah
Kayu Bulat (SKSKB) untuk jenis kayu jati, mahoni dan sonokeling
oleh P2SKSKB (Pejabat Penerbit Surat Keterangan Sah Kayu
Bulat);
- Penerbitan dokumen Surat Keterangan Asal Usul yang dilaksanakan
oleh Desa; yang merupakan dokumen angkutan kayu
- Rekomendasi izin tebang untuk kegiatan penebangan yang akan
dilaksanakan di lokasi umum (milik pemerintah), dalam hal ini izin
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah sedangkan Dinas Pertanian
dan Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum dan Badan Lingkungan
Hidup mempunyai kewenangan sebatas rekomendasi.

Pengawasan kegiatan penambangan mineral/batuan :


- Dilakukan kegiatan pengawasan dan penertiban kegiatan
penambangan mineral/batuan harus memiliki Izin Pertambangan
Rakyat (IPR) bagi penambang rakyat dan Izin Usaha Pertambangan

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 61


(IUP) bagi perseorangan yang menambang dengan alat berat dan
bagi pengusaha.
- Pengawasan terhadap kegiatan eksplorasi/ pengeboran air tanah
dan penurapan mata air dilakukan penertiban/penaatan untuk
kegiatan pengeboran air tanah dan penurapan mata air harus
memiliki ijin pemakaian air tanah.
Pemantauan kualitas lingkungan pesisir yang dilakukan oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan Kab. Bantul meliputi pemantauan terhadap
vegetasi pesisir dan abrasi pantai. Pemantauan terhadap vegetasi
pesisir meliputi pemantauan terhadap tutupan vegetasi pesisir, kondisi
vegetasi pesisir, dan kegiatan rehabilitasi vegetasi pesisir. Sementara
itu, pemantauan terhadap abrasi pantai meliputi pemantauan terhadap
perubahan garis pantai dan faktor-faktor penyebab perubahan garis
pantai tersebut.
Pengawasan kualitas lingkungan pesisir dilakukan oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan Kab. Bantul dengan melakukan monitoring
terhadap lingkungan pesisir bersama-sama dengan masyarakat pesisir
yang telah tergabung dalam kelompok-kelompok masyarakat pengawas
(Pokmaswas).

D. Pencegahan dan Penanggulangan Bencana


Wilayah Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah di
Indonesia yang memiliki potensi rawan terkena bencana alam seperti:
rawan banjir, bencana tanah longsor, gempa bumi, tsunami, dan
kekeringan.
Tabel 21. Jumlah kejadian bencana tahun 2013 dan 2014

N Kejadian Tahun 2013 Tahun 2014


o Bencana Lokasi Jumlah Lokasi Jumlah
Kejadia Kejadian
n
1 Banjir Bambanglipuro, 19 Bambanglipuro, 45
Bantul,Dlingo, Banguntapan, Bantul,
Jetis,Kretek, Imogiri, Jetis, Kasihan,
Pandak,Piyungan, Kretek, Pandak,
Pleret, Srandakan Pleret, Pundong,
Sanden
2 Longsor Dlingo, Imogiri, 29 Piyungan, Dlingo, 37

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 62


Kasihan,Pajangan, Sedayu, Sewon,
Piyungan,Pleret, Imogiri, Pajangan,
Srandakan Kasihan, Pleret,
Pundong
3 Kebakara Kasihan,Bantul, 15 Banguntapan, 73
n hutan Sewon,Sedayu, Pajangan, Pundong,
dan lahan Bambanglipuro, Bambanglipuro, Jetis,
Dlingo, Piyungan, Bantul, Sewon,
Pundong Sedayu, Kretek,
Imogiri, Pandak,
Kasihan, Pleret,
Sanden, Piyungan,
Dlingo
Sumber : BPBD Kab. Bantul

Gambaran wilayah rawan bencana di Kabupaten Bantul dapat dilihat


pada gambar berikut :
1. Kawasan Rawan Angin Ribut
Kawasan rawan angin ribut hampir terjadi di seluruh
Kecamatan di Kabupaten Bantul. Daerah yang paling tidak berpotensi
berada di Kecamatan Dlingo; sedangkan daerah yang sangat rawan di
Kecamatan Kasihan, Banguntapan, Pundong, Bambanglipuro, Pandak,
Kretek, Sanden, Srandakan dan Piyungan.

Gambar 14. Peta Kerawanan Angin Ribut

Gambar 14. Peta Kerawanan Angin Ribut

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 63


Banjir sering kali melanda sepanjang DAS (Daerah Aliran
Sungai). Banjir terjadi umumnya sebagai akibat berkurangnya
kawasan bervegetasi yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Banjir
yang terjadi di Kabupaten Bantul, karena meluapnya air sungai Opak
dan sungai Oyo akibat dari tekanan air pada sungai tersebut yang
terlalu tinggi, sehingga mengakibatkan kerusakan rumah penduduk
(berat dan ringan), tanggul dan DAM di Kecamatan Banguntapan,
jembatan di Kecamatan Jetis dan kerusakan kecil lainnya. Yang
termasuk daerah rawan banjir adalah beberapa wilayah di Kecamatan
Srandakan, Kecamatan Sewon, dan Kecamatan Kasihan.

Gambar 15. Peta Kerawanan Banjir

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 64


2. Kawasan Rawan Gempa Bumi
Untuk mengetahui kerentanan wilayah terhadap gempa
diperlukan parameter karakteristik seismic tanah, ketebalan tanah,
muka air tanah, penyebaran sesar dan pusat gempanya sendiri.
Beberapa penyelidikan perlu dilakukan , yaitu analisa foto udara dan
citra satelit pemboran dalam (pemboran geoteknik), survey
mikrotremor, dan survey-survey yang lain misalnya magneto tulerik
dan survey georadar.
Peta mikrozonasi ini kemudian diintegrasikan dengan peta
penyebaran struktur sesar untuk menghasilkan peta bahaya gempa
bumi seperti di bawah ini.
a). Zona dengan kerentanan sangat tinggi.
Zona ini dijumpai di wilayah Bantul timur, terutama di
sepanjang Sungai Opak, misalnya sebagian Kecamatan Kretek
bagian timur tenggara, sebagian Kecamatan Pundong memanjang
dari selatan hingga utara dan sebagian kecil Kecamatan Imogiri
bagian barat barat laut, sebagian besar Kecamatan Jetis
memanjang dibagian tengah dari bagian selatan hingga timur laut,
sebagian kecil di Kecamatan Piyungan bagain barat daya dan
sebagian kecil Kecamatan Banguntapan bagian tenggara, serta
Kecamatan Pandak bagian barat daya-barat-barat laut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi wilayah ini antara lain;
jenis tanah, kehadiran zona patahan, kehadiran air bawah tanah
yang dangkal, dan jarak suatu zona dari pusat gempa bumi.
b). Zona dengan kerentanan tinggi.
Zona ini di jumpai disebagian wilayah Bantul timur, terutama
yang berdekatan dengan kaki perbukitan, serta di sebagian wilayah
Bantul utara bagian tengah, misal meliputi wilayah; sebagian besar
Kecamatan Imogiri (kecuali bagian timur), sebagian Kecamatan
Pleret dari bagian tenggara hingga barat daya, sebagian kecil
Kecamatan Banguntapan bagian selatan, sebagian Kecamatan Jetis
memanjang dari bagian selatan hingga timur laut, sebagian kecil

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 65


Kecamatan Pundong di bagian timur laut dan di bagian barat laut,
sebagian kecil di Kecamatan Bambanglipuro di bagian barat daya
hingga timur laut, sebagian besar Kecamatan Sewon memanjang
dari bagian barat daya hingga timur laut dan sebagian kecil
Kecamatan Kasihan memanjang dari bagian tengah hingga utara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi wilayah ini antara lain;
kondisi tanah yang berupa pasir lepas, kondisi muka air tanah
relative dangkal (kurang dari 5 m), dan posisi wilayah-wilayah
tersebut di atas relative masih dekat dengan zona patahan juga
mengontrol tingginya tingkat kerentanan.
c). Zona dengan kerentanan menengah.
Zona dengan kerentanan ini dijumpai di sebagian kecil
wilayah Kecamatan Kasihan bagian barat laut dan memanjang di
bagian timur dari timur laut hingga selatan, dijumpai di sebagian
kecil Kecamatan Pajangan bagian timur, sebagian besar Kecamatan
Bantul bagian tengah memanjang dari selatan hingga utara,
sebagian besar Kecamatan Pandak bagian utara dan di bagian
selatan, timur hingga utara, hampir seluruh Kecamatan
Bambanglipuro, sebagian kecil Kecamatan Sanden bagian utara
dan timur laut, sebagian Kecamatan Kretek bagian timur laut,
sebagian Kecamatan Pundong bagian barat, sebagian kecil
Kecamatan Jetis bagian barat daya, barat, dan barat laut, sebagian
kecil Kecamatan Pleret bagian tengah memanjang dari bagian
barat daya hingga timur laut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi wilayah ini antara lain;
endapan tanah pada zona ini merupakan pasir sungai purba yang
relatif lebih padat daripada endapan pasir sungai purba di zona
dengan kerentanan tinggi, frekuensi patahan pada batuan dasar
relative lebih rendah, dan zona kerentanan menengah ini kurang
kuat dalam merespon terhadap getaran gempa apabila
dibandingkan dengan zona dengan kerentanan yang lebih tinggi.
d). Zona dengan kerentanan rendah.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 66


Zona ini dijumpai hampir seluruh Kecamatan Pajangan,
sebagian kecil Kecamatan Sedayu bagian tenggara, sebagian kecil
Kecamatan Pandak memanjang di bagian utara dari bagian utara
hingga tengah dan di bagian selatan, sebagian kecil di Kecamatan
Bantul bagian barat dan di bagian tengah, dan sebagian kecil di
Kecamatan Sanden bagian utara, sebagian kecil Kecamatan Sewon
bagian tenggara, dan sebagian kecil Kecamatan Pleret bagian
barat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi wilayah ini antara lain;
kondisi tanah pada zona ini relatif kompak, kedalaman muka air
tanah relatif lebih dalam (sekitar 5 m atau lebih dari permukaan
tanah), dan posisinya relatif lebih jauh dari patahan di batuan
dasar.

Gambar 16. Peta Kerawanan Gempa Bumi


3. Kawasan Rawan Kekeringan

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 67


Kawasan rawan kekeringan di Kabupaten terdapat di Kecamatan
Dlingo, sebagian Kecamatan Piyungan, sebagian Kecamatan Pajangan,
sebagian Kecamatan Pleret, sebagian Kecamatan Imogiri, sebagian
Kecamatan Pundong, sebagian Kecamatan Sedayu, sebagian
Kecamatan Kasihan, dan sebagian Kecamatan Kretek.

Gambar 38. Peta Kerawanan Kekeringan

Kawasan Rawan Tanah Longsor


Wilayah Kabupaten Bantul merupakan bagian selatan cekungan
Yogyakarta, secara geomorfologi merupakan satuan kaki gunung api
Merapi bagian bawah, satuan perbukitan melandai sampai terjal,
satuan daratan, dan satuan gumuk pasir. Pada daerah kaki gunung
Gambar 17. Peta Kerawanan Kekeringan

4. Kawasan Rawan Longsor

Bahaya longsor berpotensi di wilayah timur daerah Bantul, yakni


Kecamatan Piyungan, Pleret, Dlingo dan Kecamatan Imogiri. Walaupun
sifat fisik batuan yang keras dan kompak dari Formasi Nglanggran dan
Formasi Semilir berdampak positif namun ada faktor lain yang dapat
berpotensi mengakibatkan longsor yaitu:
a) Kelas lereng yang lebih besar dari 40%

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 68


b) Adanya patahan yang menyebabkan terjadinya rekahan dan kekar
pada batuan Formasi Nglanggran dan Formasi Semilir.
Di wilayah dengan karakteristik di atas akan menjadi wilayah
dengan potensi longsor yang besar. Wilayah ini terdapat di Piyungan
dan Pleret. Sedangkan jenis longsor yang mungkin timbul adalah
jatuhnya batu (rock fall) dan debris slide.

Gambar 18. Peta Kerawanan Tanah Longsor

5. Kawasan Rawan Gelombang Pasang (Tsunami)

Bagian selatan wilayah Bantul merupakan pesisir yang


berbatasan dengan Laut Indonesia. Berkaitan dengan kawasan rawan
gempa bumi maka wilayah ini memiliki kerawanan terjadinya
gelombang pasang atau tsunami. Dampak gempa akan tergantung
kepada konfigurasi pantainya dan kondisi pantai. Kerawanan bahaya
gelombang pasang tsunami dikontrol oleh faktor besaran tsunami dan
topografi pantai.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 69


Beberapa wilayah di Kabupaten Bantul yang akan terkena
dampak gelombang pasang tsunami dengan ketinggian gelombang 10
meter diperkirakan meliputi sebagian wilayah Kecamatan Sanden,
Kecamatan Kretek, dan Kecamatan Srandakan.
Sedangkan apabila gelombang pasang tsunami mencapai
ketinggian sampai 25 meter maka wilayah yang akan terkena dampak
meliputi seluruh wilayah Kecamatan Sanden, Kecamatan Kretek,
Kecamatan Srandakan, sebagian wilayah Kecamatan Bambanglipuro,
Kecamatan Pundong, Kecamatan Pandak, Kecamatan Bantul, dan
Kecamatan Jetis.

Gambar 19. Peta Kerawanan Tsunami

Pemerintah Kabupaten Bantul dalam penyelenggaraan


penanggulangan bencana telah mengimplementasikan dengan
pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-
unsur kebijakan penanggulangan bencana, perlindungan masyarakat
dari dampak bencana, menyusun atau memperkuat mekanisme
pengurangan risiko bencana yang terpadu, mengintegrasikan

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 70


pengurangan risiko ke dalam kebijakan dan perencanaan
pembangunan, termasuk strategi pengurangan kemiskinan; serta
pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang memadai.
Manajemen resiko bencana yang dilaksanakan dengan strategi
manajemen pengurangan resiko bencana , sebagai berikut :
Peningkatkan mitigasi bencana alam dan prakiraan iklim.
Penyusunan tata ruang dan zonasi perlindungan sumber daya alam,
termasuk kawasan rawan bencana
Pengembangan sistem penanggulangan bencana alam dan sistem
deteksi dini.
Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas daerah
dan didukung oleh kelembagaan yang kuat.
Mengidentifikasi, mengkaji, dan memantau risiko bencana serta
menerapkan sistem peringatan dini.
Memanfaatkan pengetahuan, inovasi, dan pendidikan untuk
membangun kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap
bencana pada semua tingkatan masyarakat.
Mengurangi faktor-faktor penyebab risiko bencana.
Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan
masyarakat agar respons yang dilakukan lebih efektif.
Pemerintah Kabupaten Bantul telah mengambil kebijakan dalam
penanggulangan bencana, yaitu menciptakan kondisi Kabupaten
Bantul yang tentram, tertib dan teratur, serta menciptakan stabilitas
daerah yang mantap dan dinamis sehingga dapat mendukung
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan serta mampu mengamankan hasil-hasil
pembangunan termasuk mengantisipasi penanggulangan bencana.
Kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan dilaksanakan
dengan pembangunan berbasis pengurangan risiko bencana :
1) Pada daerah-daerah sesar/ wilayah rawan tinggi bencana gempa
bumi tidak dibangun untuk permukiman dan fasilitas umum.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 71


2) Pada daerah-daerah sesar/ wilayah rawan sedang, permukiman
haruslah mempunyai struktur bangunan yang kuat, begitu pula
sekolah, puskesmas, tempat ibadah dan toko-toko.
3) Pada daerah-daerah sesar/ wilayah rawan gempa, disiapkan
sekolah siaga bencana dan desa tangguh (siaga bencana).
Sebagai bentuk keseriusan Pemerintah Kabupaten Bantul dalam
pengelolaan bencana, telah membentuk Badan Penanggulangan
Bencana Daerah ( BPBD) pada tahun 2009, melalui Peraturan Bupati
Nomor : 51 tahun 2009 dan sekaligus pula membuat kebijakan
mengenai penagggulangan bencana di daerah melalui Peraturan
Daerah Kabupaten Bantul No. 05 Tahun 2010 tentang
Penanggulangan Bencana.
Untuk mendukung kebijakan yang telah ditetapkan, beberapa
program terhadap resiko bencana yang dilaksanakan adalah:
1. Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana.
2. Program perencanaan tata ruang.
3. Program pemanfaatan ruang.
4. Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana
alam.
5. Program Peningkatan Mitigasi Bencana Alam Laut dan Prakiraan
Iklim Laut.
6. Program pengendalian banjir.
7. Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial.
8. Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya
kebakaran.
9. Program Pencegahan Dini dan Penyebaran Informasi Potensi
Bencana Alam.
10. Program pembangunan jalan jalur evakuasi.
11. Program pembangunan prasarana umum.
12. Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 72


BAB VI
Kegiatan Plus

A. Perlindungan mata air ( Permata )

Perlindungan mata air adalah upaya memelihara keberadaan


serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar
senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang
maupun yang akan datang.
Upaya perlindungan air bawah tanah dilakukan dapat dengan
membangun Sumur Peresapan Air Hujan ( SPAH ). Manfaat Sumur
Peresapan Air Hujan terhadap lingkungan adalah untuk mengurangi
angka imbangan air yaitu sebagai pemasok air tanah untuk memenuhi
kebutuhan air bersih guna menopang kehidupan, mengatasi intrusi air
laut, memperbaiki mutu air tanah, mengatasi kekeringan dimusim
kemarau, menanggulangi banjir di musim hujan, mengendalikan air
larian (run off) yang mengakibatkan pengikisan humus tanah. Dengan
terkendalinya erosi tanah, secara tidak langsung mengurangi
sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan sungai.
Selain air sumur resapan, lubang resapan biopori merupakan
cara konservasi air tanah sederhana di daerah pemukiman adalah
lubang silindris yang dibuat di dalam tanah dengan diameter 10-30
cm, kedalaman tergantung kondisi tanah asal tidak melebihi
kedalaman muka air tanah. Lubang biopori diisi sampah dapur/organik
guna mendorong terbentuknya biopori oleh aktifitas fauna tanah
(cacing) sehingga dapat meningkatkan lajunya peresapan air hujan.
Lubang biopori prinsipnya sama dengan sumur resapan, lebih simpel
dan mudah diterapkan tidak memerlukan biaya.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 73


Pemerintah Kabupaten Bantul mempunyai kebijakan untuk
pelaksanaan pengelolaan dan perlindungan air dan gerakan sumur
resapan/biopori. Pada setiap pemohon ijin mendirikan bangunan (IMB)
diharuskan membuat sumur peresapan air hujan per 100 m 2 lahan,
serta melaksanakan gerakan pembuatan sumur resapan dan biopori.
Data jumlah alat pembuat biopori dan sumur resapan oleh
pemerintah Kabupaten Bantul seperti tersebut dalam tabel di bawah
ini.
Tabel 22. Data Jumlah Pengadaan Alat Pembuat Biopori

Tahun Jumlah
No. Keterangan
Anggaran (buah)
1. 2013 110

2. 2014 110

3. 2015 100

TOTAL 320

Tabel 23. Data Jumlah Pengadaan Sumur Peresapan Air Hujan


(SPAH)

No. Tahun Anggaran Jumlah (buah) Keterangan


1. 2013 85
2. 2014 223
3. 2015 93
TOTAL 401

Selain kegiatan tersebut di atas pelestarian mata air juga


dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup dengan penanaman tanaman
di sekitar mata air, dan juga penanaman tanaman pelindung abrasi di
kawasan pantai selatan.

Tabel 24. Data Penanaman di sekitar mata air

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 74


Jumlah
No. Tahun Anggaran Keterangan
(batang)
Cemara udang, cleresede,
1. 2013 12.000 pandan laut di kawasan
pantai

Durian, manggis,
2. 2014 330 beringin, matoa,
nyamplung

Kepel, manggis, beringin,


3. 2015 1.000
matoa, nyamplung

B. Kajian Resiko Adaptasi Perubahan Iklim ( KRAPI )

Kabupaten Bantul belum melaksanakan pembuatan Kajian


Resiko Adaptasi Perubahan Iklim (KRAPI), namun sebagai respon
terhadap perubahan iklim yang sedang dan akan terjadi telah
melaksanakan program / kegiatan yang berfokus pada usaha mitigasi
dan adaptasi.
Mitigasi pada dasarnya merupakan usaha penanggulangan untuk
mencegah terjadinya perubahan iklim yang semakin buruk, sedangkan
adaptasi merupakan teknik penyesuaian pola hidup dan sarananya
terhadap perubahan iklim.
Tahun 2012 penghargaan Kampung Iklim diperoleh dua Dusun
yaitu :
1. Dusun Serut Palbapang Bantul
2. Dusun Gatak Tamantirto Kasihan
Kebijakan kehutanan ditujukan pada tercapainya pengelolaan
sumberdaya hutan berkelanjutan, dengan upaya:
1. Rehabilitasi hutan dan lahan dan konservasi.
2. Pemberdayaan masyarakat di/sekitar hutan.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 75


Pemantapan kawasan hutan, dengan kejelasan tentang status
dan batas kawasan hutan serta kelembagaannya. Disamping itu
diupayakan mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Selain
hal tersebut juga digalakkan penanaman pohon oleh masyarakat, baik
dengan pengaturan oleh Pemerintah Kabupaten maupun secara
sukarela perlu terus didorong.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 76


LAMPIRAN

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 77


1. Komunitas Pelestari Hutan menanam pohon di hutan Pinus
Mangunan Dlingo tanggal 1 Maret 2015

2. BNI 46 melaksanakan penanaman pohon Asem Jawa di


sepanjang JJLS Desa Srigading Sanden tanggal 30 Maret 2015

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 78


Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 79
3. Universitas Kristen Duta Wacana melaksanakan penanaman di
lahan mangrove Baros Tirtohargo Kretek, tanggal 4 Oktober 2015

4. Penanaman di Pantai Pelangi Mancingan Parangtritis Kretek


dalam rangka Ulang Tahun ke-2 BPBD bekerjasama dengan Bank BTN

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 80


5. Penanaman 1000 Pohon di Pantai Baru Pandansimo Srandakan
dalam rangka Dies Natalis ke-6 Akbid Ummi Khasanah Bantul.

6. Penanaman 1000 Pohon di Wonoroto Pantai Patihan Gadingsari


Sanden dalam rangka Ulang Tahun ke-9 Sumber Baru Land.

Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 81


Profil Pengelolaan Tutupan Vegetasi Kabupaten Bantul 2016 82

Anda mungkin juga menyukai