Anda di halaman 1dari 10

Laporan Kerja Praktik Tinjauan Pustaka

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Rencana Detail Tata Ruang


Permen PU Nomor 20 tahun 2011 tentang pedoman penyusunan rencana

detail tata ruang menyebutkan bahwa Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/kota
yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang
wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota.
RDTR disusun untuk bagian dari wilayah kabupaten/kota yang merupakan kawasan
perkotaan dan/atau kawasan strategis kabupaten atau kawasan strategis kota.Secara
substansi. RDTR memuat yaitu antara lain tujuan penataan ruang bagian wilayah
perencanaan, rencana pola ruang, rencana jaringan prasarana, penetapan sub bagian
wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya, ketentuan pemanfaatan
ruang dan peraturan zonasi. Peraturan Zonasi yaitu ketentuan yang mengatur tentang
persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk
setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
Sedangkan zonasi adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan
fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi
lain.

Sebagai rencana rinci, RDTR mempunyai

kedudukan

sebagai

penjabaran

dari RTRW kabupaten/kota yang perlu dilengkapi dengan acuan yang bersifat lebih
detail sekaligus

memuat

ketentuan

pengendalian

pemanfaatan

ruang

kabupaten/kota.RDTR yang muatan materinya lengkap, termasuk peraturan zonasi


sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang juga akan menjadi
dasar bagi penyusunan RTBL bagi zona-zona yang pada RDTR ditentukan sebagai
zona yang penanganannya diprioritaskan. Cakupan ruang yang akan disusun RDTR
disebut Wilayah perencanaan adalah bagian dari kabupaten/kota dan/atau kawasan
strategis kabupaten/kota yang akan/perlu disusun rencana rincinya dalam hal ini
RDTR kabupaten/kota sesuai arahan atau

yang ditetapkan di dalam RTRW

kabupaten/kota yang bersangkutan (Permen PU Nomor 20 tahun 2011).

Laporan Kerja Praktik Tinjauan Pustaka

2.2.

Pedoman RDTR
Permen PU Nomor 20 tahun 2011 adalah Pedoman Penyusunan Rencana

Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota, muatan dari Rencana Detail
Tata Ruang meliputi rumusan tujuan penataan BWP (Bagian Wilayah Perkotaan),
rencana pola ruang, rencana jaringan prasarana, rencana penetapan Sub BWP yang
diprioritaskan penanganannya, ketentuan pemanfaatan ruang, peraturan zonasi, yang
dirinci sebagai berikut :
1. Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang
akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan
dalam RTRW dan merupakan alasan disusunnya RDTR tersebut, serta
apabila diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan
BWP berisi tema yang akan direncanakan di BWP.
2. Rencana pola ruang dalam RDTR merupakan rencana distribusi sub zona
peruntukan yang antara lain meliputi hutan lindung, zona yang
memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya, zona perlindungan
setempat, perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, dan
RTNH, ke dalam blok-blok. Rencana pola ruang dimuat dalam peta yang
juga berfungsi sebagai zoning map bagi peraturan zonasi.
3. Rencana jaringan prasarana merupakan pengembangan hierarki sistem
jaringan prasarana yang ditetapkan dalam rencana struktur ruang yang
termuat dalam RTRW kabupaten/kota.
4. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan
upaya dalam rangka operasionalisasi rencana tata ruang yang diwujudkan
ke dalam rencana penanganan Sub BWP yang diprioritaskan serta memuat
sekurang-kurangnya lokasi dan tema penanganan.
5. Ketentuan

pemanfaatan

ruang

dalam

RDTR

merupakan

upaya

mewujudkan RDTR dalam bentuk program pengembangan BWP dalam


jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa
perencanaan.
(Sumber : Permen PU Nomor 20 tahun 2011)

Laporan Kerja Praktik Tinjauan Pustaka

Peraturan zonasi merupakan ketentuan sebagai bagian yang tidak terpisahkan


dari RDTR Peraturan zonasi berfungsi sebagai perangkat operasional pengendalian
pemanfaatan ruang; acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang, termasuk di
dalamnya air right development dan pemanfaatan ruang di bawah tanah; acuan
dalam pemberian insentif dan disinsentif; acuan dalam pengenaan sanksi; dan rujukan
teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan penetapan lokasi investasi.
2.3. Kedudukan RDTR
Sesuai dengan Pasal 59 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap Rencana Tata Ruang Wilayah
kabupaten harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten yang perlu disusun
Rencana Detail Tata Ruangnya. Bagian dari wilayah yang akan disusun rencana detail
tata ruang tersebut merupakan kawasan perkotaan atau kawasan strategis kota.
Rencana Detail Tata Ruang kabupaten disusun apabila RTRW kabupaten
tidak/belum dapat dijadikan acuan pengendalian pemanfaatan ruang kota. Dalam hal
rencana tata ruang wilayah kabupaten memerlukan Rencana Detail Tata Ruang, maka
disusun Rencana Detail Tata Ruang yang dilengkapi dengan peraturan zonasi sebagai
salah satu dasar dalam pengendalian penataan ruang dan sekaligus menjadi dasar
penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan bagi zona-zona yang pada
Rencana Detail Tata Ruang ditentukan sebagai zona yang penanganannya
diprioritaskan. Dalam hal Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten tidak memerlukan
rencana rinci tata ruang, peraturan zonasi kabupaten disusun untuk kawasan
perkotaan baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten.
RDTR kabupaten dan RTR kawasan strategis kabupaten yang dilengkapi dengan
Peraturan Zonasi juga merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan
fungsional sebagai penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang yang memperhatikan
keterkaitan antara kegiatan dalam kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang
harmonis antara kegiatan utama dengan kegiatan penunjang dalam kawasan
fungsional tersebut.

Laporan Kerja Praktik Tinjauan Pustaka

Kedudukan RDTR dalam sistem perencanaan tata ruang dan sistem perencanaan
pembangunan nasional disajikan pada gambar berikut.

Gambar.2.1
Kedudukan RDTR kabupaten dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
(PP No. 20 Tahun 2011)
2.4.

Masa Berlaku RDTR


RDTR dan Peraturan Zonasi Perkotaan Kabandungan berlaku dalam jangka
waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima)
tahun. Peninjauan kembali RDTR ini dapat dilakukan kurang dari 5 (lima) tahun
dalam hal:
a Terjadi perubahan RTRW Kabupaten Sukabumi yang mempengaruhi
wilayah perencanaan RDTR; atau
b

Terjadi dinamika internal Kabupaten Kabandungan yang mempengaruhi


pemanfaatan ruang secara mendasar antara lain berkaitan dengan bencana

Laporan Kerja Praktik Tinjauan Pustaka

alam skala besar, perkembangan ekonomi yang signifikan, dan perubahan


batas wilayah daerah.
(Sumber : Permen PU Nomor 20 tahun 2011)
2.5.

Pengertian Kependudukan
Kependudukan adalah hal yang berkaitan dengan jumlah, pertumbuhan,

persebaran,

mobilitas,

penyebaran,

kualitas,

kondisi

kesejahteraan,

yang

menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan. (UU No. 23
Th 2006)
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis
Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang
dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh
tiga komponen yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi (BPSN 2016).
Dalam arti luas, penduduk atau populasi berarti sejumlah makhluk sejenis
yang mendiami atau menduduki tempat tertentu. Bahkan populasi dapat pula
dikenakan pada benda-benda sejenis yang terdapat pada suatu tempat. Dalam
kaitannya dengan manusia, maka pengertian penduduk adalah manusia yang
mendiami dunia atau bagian-bagiannya. Kepadatan penduduk dihitung dengan
membagi jumlah penduduk dengan luas area dimana mereka tinggal.
2.4

Laju Pertumbuhan Penduduk


Angka yang menunjukan tingkat pertambahan penduduk pertahun dalam

jangka waktu tertentu angka ini dinyatakan sebagai persentase dari penduduk dasar,
laju pertumbuhan penduduk dapat di hitung menggunakan tiga metode, yaitu metode
aritmatik, geometrik dan eksponensial (BPSN 2016).
Rumus untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk :

Laporan Kerja Praktik Tinjauan Pustaka

2.5

Proyeksi Kependudukan
Proyeksi Penduduk adalah perhitungan yang menunujukkan angka Fertilitas,

mortalitas dan migrasi di masa yang akan datang. Perkiraan penduduk tidak hanya
beberapa tahun tetapi bisa saja perkiraan beberapa puluh tahun yang akan datang, Jadi
proyeksi penduduk menggunakan beberapa asumsi sehingga jumlah penduduk yang
akan datang adalah X kalau fertilitas, mortalitas dan migrasi berada pada tingkat
tertentu (Ritonga, 2003).
Berikut ini metode-metode yang dapat digunakan untuk memproyeksikan penduduk :
1. Model Aritmatik
Proyeksi penduduk dengan metode aritmatik mengasumsikan bahwa jumlah
penduduk pada masa depan akan bertambah dengan jumlah yang sama setiap tahun.
Metode Aritmatik dalam proyeksi penduduk dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:

Keterangan :
Pt : Jumlah penduduk tahun ke t (jiwa)
P0 : Jumlah penduduk tahun ke 0 (jiwa)
r : Laju pertumbuhan penduduk (% pertahun)
t : Rentang waktu antara P0 dan Pt (tahun)

Laporan Kerja Praktik Tinjauan Pustaka

2. Model Geometrik
Proyeksi penduduk dengan metode geometrik menggunakan asumsi bahwa
jumlah penduduk akan bertambah secara geometrik menggunakan dasar perhitungan
bunga majemuk (Adioetomo dan Samosir, 2010). Laju pertumbuhan penduduk
dianggap sama untuk setiap tahun.
Metode geometrik dalam proyeksi penduduk dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:

Keterangan :
Pt : Jumlah penduduk tahun ke t (jiwa)
P0 : Jumlah penduduk tahun ke 0 (jiwa)
r : Laju pertumbuhan penduduk (% pertahun)
t : Rentang waktu antara P0 dan Pt (tahun)
3. Model Eksponensial
Menurut

Adioetomo

dan

Samosir

(2010),

metode

eksponensial

menggambarkan pertambahan penduduk yang terjadi secara sedikit-sedikit sepanjang


tahun, berbeda dengan metode geometrik yang mengasumsikan bahwa pertambahan
penduduk hanya terjadi pada satu saat selama kurun waktu tertentu.
Metode eksponensial dalam proyeksi penduduk dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:

Keterangan :
Pt : Jumlah penduduk tahun ke t (jiwa)

Laporan Kerja Praktik Tinjauan Pustaka

P0 : Jumlah penduduk tahun ke 0 (jiwa)


r : Laju pertumbuhan penduduk (% pertahun)
t : Rentang waktu antara P0 dan Pt (tahun)
2.6 Standar Pelayanan Minimal
Untuk mengetahui kebutuhan lahan pendidikan di suatu wilayah perlu
diketahui Standar Pelayanan Minimal (SPM) Fasilitas pendidikan di suatu wilayah
sehingga dapat diketahui besar penggunaan lahan yang diperlukan dengan mengarah
pada standar pelayanan pendidikan yang ditentukan agar kebutuhan fasilitas
pendidikan tersebut tersebar merata.SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib pemerintah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal.Pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik yang
mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan
sosial,ekonomi dan pemerintahan. Untuk mengetahui Standar Pelayanan Minimum
fasilitas pendidikan terdapat pada Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah No. 534/KPTS/M/2001, maka SPM untuk fasilitas pendidikan ialah pada,
Tabel 2.1
Tabel.2.1 Standar Pelayanan Fasilitas Pendidikan
( KEPMEN Permukiman dan Prasarana Wilayah No.534/KPTS/M/2001)
N
o
1

Standar Pelayanan
Bidang
Pelayana
Indikator
Kualitas
Kualitas
n
Cukupan
Tingkat Pelayanan
Sarana
Jumlah anak Satuan
Minimal tersedia: Bersih,
Pendidik
usia
wilayah
- 1 unit TK u/
mudah
an
sekolah
kota
setiap 1.000
dicapai,
yang
Sedang/
penduduk
tidak
tertampung
Kecil
- 1 unit SD u/
bising,
Satuan
setiap 6.000
jauh dari
penduduk
sumber
Wilayah
- 1 unit SLTP u/
penyakit,
Kota Besar/
setiap
25.000
sumber
Metro
penduduk
bau/sampa
- 1 unit SLTA u/
h, dan
setiap 30.000
pencemara
penduduk
n lainnya
- Minimal sama

Laporan Kerja Praktik Tinjauan Pustaka

dengan kota
sedang/keci,
juga tersedia 1
unit Perguruan
Tinggi untuk
setiap 70.000
penduduk
Sarana Sebaran
Satuan
Minimal tersedia: Lokasi di
Pelayana
fasilitas
wilayah
- 1 unit Balai
pusat
n
pelayanan
Kabupaten/
Pengobatan/3.0
lingkunga
Kesehata
kesehatan/j
Kota
00 jiwa
n/
n
angkauan
-1 Unit BKIA/RS
kecamata
pelayanan
Bersalin/10.000n bersih,
30.000 jiwa
mudah
Tingkat
- 1 unit
dicapai,
harapan
Puskesmas/
tenang,
hidup
120.000 jiwa
jauh dari
- 1 unit Rumah
sumber
Sakit/ 240.000
penyaki,
jiwa
sumber
- Usia rata-rata
bau/
penduduk 65-75
sampah,
thn
dan
pencemar
an lainnya

2.7

Digitasi Peta
Digitasi adalah merupakan proses pembentukan data yang berasal dari data

raster menjadi data vektor. Dalam sistem informasi geografis dan pemetaan digital,
data vektor banyak digunakan sebagai dasar analisis dan berbagai proses.
Digitasi pada Arcview dilakukan pada dokumen view dan disimpan di dalam sebuah
shapefile (file .shp). Oleh karena itu, proses digitasi didahului dengan pembuatan
sebuah shapefile kosong. Peta hasil digitasi selanjutnya dapat digunakan dalam proses
overlay.
2.7.1

Proses Digitasi Peta

Digitasi peta dilakukan melalui beberapa proses:

Laporan Kerja Praktik Tinjauan Pustaka

1. data raster (gambar peta dasar) yaitu menambah data gambar ke dalam
Arcview, File > Add Data di toolbar menu, kemudian memilih gambar yang
akan di digitasi.
2. Meregistrasi data raster yaitu dilakukan setelah peta tampil, tujuannya untuk
memberikan skala yang benar pada citra dengan jalan memberikan koordinat
bumi kepada citra.
3. Membuat shapefile (file .shp) yaitu dengan mengidentifikasi terlebih dahulu
objek-objek yang akan didigitasi. Setelah objek teridentifikasi, buatlah
shapefile untuk masing-masing kategori objek.
4. Melakukan proses digitasi yaitu dilakukan setelah shapefile dibuat,
selanjutnya tambahkan shapefile-shapefile yang akan didigitasi, mengunakan
tombol add data.
5. Memasukkan data atribut.
Data atribut memberikan gambaran atau menjelaskan informasi berkaitan
dengan fitur peta atau Coverage SIG. Data atribut dapat disimpan dalam
format angka maupun karakter. Pada Sistem Informasi Geografis di ArcView,
data atribut dihubungkan dengan data spasial melalui Identifier atau sering
disingkat ID yang terkait di fitur.
6. Menghasilkan data vektor yang akan digunakan untuk overlay.
Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam
kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan
berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes merupakan titik perpotongan
antara dua buah garis.

Anda mungkin juga menyukai