SKRIPSI
OLEH :
DESTIANANDA
NIM : P07133222085
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan konsistensi pada tinja, yang melembek atau mencair dan bertambahnya frekuensi
buang air besar lebih dari biasanya (Kemenkes RI, 2014). Di Indonesia diare
merupakan salah satu masalah kesehatan yang kasus kejadiannya masih tergolong
tinggi. Pada tahun 2018, diare di Indonesia tergolong sebagai penyakit endemis
potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai kematian (Kemenkes RI,
2019).
penyakit menular langsung yang kasus sebarannya paling tinggi pada kelompok umur
1-4 tahun sebesar 11,5%, pada bayi sebesar 9% dan pada kelompok umur 75 tahun ke
atas sebesar 7,2%. Pada tahun 2019 cakupan pelayanan penderita diare pada semua
umur sebesar 61,7% dan pada balita sebesar 40% dari sasaran yang ditetapkan.
Sedangkan Pada tahun 2020 cakupan pelayanan penderita diare pada semua umur
sebesar 44,4% dan pada balita sebesar 28,9% dari sasaran yang ditetapkan serta pada
tahun 2021 cakupan pelayanan penderita diare pada semua umur sebesar 33,6% dan
pada balita sebesar 23,8% dari sasaran yang ditetapkan. Cakupan pelayanan penderita
diare menurun di setiap tahun. Kasus kejadian diare merupakan penyebab kematian
Provinsi Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kasus diarenya
masih tergolong tinggi dan kasus yang terdata mengalami fluktuasi. Berdasarkan data
Profil Kesehatan Aceh tahun 2021 Cakupan penanganan diare pada kabupaten/kota di
Aceh belum maksimal, Tahun 2019 jumlah penderita diare Balita yang dilayani
sebanyak 24,690 atau 32%, jumlah penderita diare Semua Umur yang dilayani 74,415
penderita atau 51% . Tahun 2020 jumlah penderita diare balita yang dilayani
sebanyak 17,714 atau 3,4%, jumlah penderita diare Semua Umur yang dilayani
58,803 penderita atau 40%. Sedangkan tahun 2021 jumlah penderita diare Balita yang
dilayani sebanyak 17,063 atau 16%. Salah satu penyebab diare pada masyarakat
adalah perilaku hidup sehat yang belum baik, masih banyak sampah yang dibuang
bukan pada tempatnya dan kebiasaan minum air mentah serta makan yang tidak di
dahului dengan mencuci tangan terlebih dahulu. (Profil Kesehatan Aceh, 2021)
Cara penularan diare dapat melalui air (water borne disease) dan makanan
(food borne disease). Faktor risiko terjadinya diare dapat disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya faktor lingkungan, perilaku dan sosial demografi (Utami &
Luthfiana, 2016). Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting
manusia. Manusia menggunakan air dalam berbagai kegiatan seperti mencuci, masak
dan minum. Salah satu sumber yang banyak digunakan adalah air tanah, untuk
memperoleh air tanah salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat
sumur.
Air sumur berasal dari lapisan akuifer tanah. Antara sumur satu dan sumur
lainnya dapat saling mencemari dikarenakan terhubung melalui aliran air tanah. Air
sumur dapat menjadi media penularan diare dimasyarakat, penularan ini dapat terjadi
dikarenakan air sumur yang tercemar E. coli, hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yuniarno (2005) menyatakan bahwa kandungan E. coli pada air sumur
berperan terhadap terjadinya diare. Bakteri Escherichia coli (E. coli) merupakan salah
satu bakteri yang terdapat pada tinja manusia. Pencemaran terjadi dapat disebabkan
oleh faktor jarak sumur dengan septic tank < 10 meter, konstruksi sumur yang tidak
memenuhi syarat, tidak memilki sarana pembuangan air limbah (SPAL), dekat dengan
sumber pencemar lain seperti kandang ternak, kedalaman sumur, topografi tanah serta
kebiasaan masyarakat sekitar yang tidak menjaga kebersihan sekitar sumur dapat
mempengaruhi kandungan bakteri termasuk E. coli pada air sumur (Awuy, dkk,
2018). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mandasari (2019) pada sumur
yang tidak memenuhi jaraknya < 10 meter ditemukan bakteri E. coli. Hal ini terjadi
dapat disebabkan oleh septic tank yang mengalami kebocoran sehingga mencemari air
tanah/air sumur warga. Jarak minimal yang aman antara lokasi septic tank dengan
penularan penyakit. Semakin padat, maka perpindahan penyakit akan semakin mudah
dan cepat (Saupiah, 2018). Kepadatan penduduk dapat menjadi salah satu faktor
terjadinya diare, salah satunya disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan yang tidak
salah satunya di Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Berdasarkan profil
Kecamatan Ingin Jaya tahun 2019, Kecamatan Ingin Jaya dihuni oleh 33.290 jiwa
dengan luas wilayah 2.434 Ha. Berdasarkan data kasus diare dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2019-2021, kasus diare di wilayah Kabupaten
Aceh Besar mengalami fluktuasi. Salah satu wilayah yang kasusnya mengalami
fluktuasi yaitu di wilayah kerja Puskesmas Ingin Jaya. Hal ini dapat terjadi karena
disebabkan oleh kejadian diare di wilayah tersebut belum dapat terkendali secara
menyeluruh.
Berdasarkan data Puskesmas Ingin Jaya, kasus kejadian diare pada tahun 2021
Kalurahan ……. memiliki daerah persawahan, industri rumah tangga dan jasa
industri yang menghasilkan limbah organik. Limbah organik baik sebagai media
sumur sebagai sarana air bersih, terdapat ……. sumur dengan pengguna
sebanyak…… jiwa
Kualitas fisik air dapat menjadi salah satu indikasi adanya cemaran pada air
yang dapat berbahaya bagi kesehatan. Cemaran mikroba merupakan salah satu
cemaran yang dapat ditemukan pada air yang keruh, berbau dan berasa. Air yang
keruh menjadi faktor risiko keberadaan mikroba pada air minum, warna yang tidak
normal menunjukkan adanya polusi dan timbulnya bau pada air dapat menjadi salah
satu indikator terjadinya pencemaran yang cukup tinggi pada air (Widiyanto, dkk,
2015).
kasus diare di kecamatan ingin jaya berpotensi disebabkan oleh adanya air yang
terdiri dari perangkat keras (hardware), lunak (software), dan prosedur yang dapat
(Hidayat, 2016). Melalui Sistem Informasi Geografis (SIG) ini diharapkan dapat
digunakan untuk mengetahui pola sebaran kasus diare dengan keberadaan E. coli pada
air sumur dan kepadatan penduduk di kecamatan ingin jaya yang dianalisis
ini dapat diketahui penyebab tingginya tersebut. kasus diare, yang diharapkan dapat
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
E. coli pada air sumur dan kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ingin
2. Tujuan Khusus
air sumur sebagai sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Ingin Jaya,
b. Mengetahui sebaran kejadian kasus diare dengan keberadaan E. coli pada air
sumur di wilayah kerja Puskesmas Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar Tahun
2023
wilayah kerja Puskesmas Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar Tahun 2023
DAFTAR PUSTAKA
Awuy, S. C., Sumampouw, O. J., & Boky, H. B. (2018). Kandungan Escherichia coli pada
Air Sumur Gali dan Jarak Sumur dengan Septic Tank di Kelurahan Rap-Rap Kabupaten
Minahasa Utara Tahun 2018. Kesmas Vol. 7 No. 4
Dinas Kesehatan Provinsi Aceh (2021). Data dan Informasi Profil Kesehatan Aceh.
Hidayat, F. e. (2016). Modul Pelatihan Sistem Informasi Geografis Dasar . Yogyakarta: Mitra
Geotama
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Margarethy, I., Suryaningtyas, N. H., & Yahya, Y. (2020). Kejadian Diare Ditinjau Dari
Aspek Jumlah Penduduk dan Sanitasi. MEDICA Vol. 2 No. 1.
Mandasari, N. (2019). Hubungan Jarak Septic Tank dengan Jumlah Kandungan Bakteri
Escherichia coli dalam Sumur Gali di Kalurahan Klitih Kecamatan Plandaan
Kabupaten Jombang.
Saupiah, N. (2018). Hubungan Kepadatan Hunian dan Rumah Sehat dengan Kejadian ISPA
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin
Yuniarno, S. (2005). Hubungan Kualitas Air Sumur dengan Kejadian Diare di DAS Solo
Widiyanto, A. F., Yuniarno, S., & Kuswanto. (2015). Polusi Air Tanah Akibat Limbah
Industri dan Limbah Rumah Tangga. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(2),
246-254