Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diare adalah kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair

dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24 jam

(WHO, 2017). Diare disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, protozoa, dan

penularannya secara fecal-oral. Secara global terjadi peningkatan

kejadian diare dan kematian akibat diare pada balita dari tahun 2015-

2017. Tahun 2015, diare menyebabkan sekitar 688 juta orang sakit dan

499.000 kematian di seluruh dunia terjadi pada anak-anak di bawah umur

5 tahun dan di tahun 2017 hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi pada anak

dengan angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap tahunnya

(WHO, 2017).

Diare merupakan gejala infeksi yang disebabkan oleh berbagai

mikroorganisme seperti bakteri, virus dan parasit, yang sebagian besar

ditularkan melalui air yang terkontaminasi oleh tinja. Infeksi ini lebih sering

terjadi ketika ada kekurangan air untuk minum, memasak dan

membersihkan. Sumber air yang terkontaminasi kotoran manusia tersebut

dapat berasal dari air limbah rumah tangga, tangki septik dan jamban.

Penyakit diare dapat menyebar dari orang ke orang, dan dapat diperburuk

oleh kebersihan yang rendah. Makanan merupakan penyebab utama

1
diare bila diolah atau disimpan dalam kondisi yang tidah higienis dan air

dapat mengkontaminasi makanan selama pengolahannya. Makanan dan

minuman dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme yang dibawa oleh

serangga atau oleh tangan yang kotor (WHO,2009).

Seluruh dunia terdapat kurang lebih dua miliar kasus penyakit diare

setiap tahunnya. 1,9 juta penderitanya adalah anak–anak yang berusia

kurang dari 5 tahun, jika tidak ditangani maka akan berujung pada

kematian, utamanya di Negara berkembang. Jumlah ini 18% dari semua

kematian anak di bawah usia lima tahun dan berarti bahwa lebih dari 5000

anak - anak mati setiap hari sebagai akibat dari penyakit diare. Data

nasional menyebutkan setiap tahunnya di Indonesia 100.000 balita

meninggal dunia karena diare. Itu artinya setiap hari ada 273 balita yang

meninggal dunia dengan sia-sia, sama dengan11 jiwa meninggal setiap

jamnya atau 1 jiwa meninggal setiap 5,5 menit akibat diare (Sukardi dkk,

2016).

Jumlah kasus diare di Indonesia yang ditangani pada tahun 2015

adalah 4.017.861 kasus (Kemenkes RI, 2016), pada tahun 2016 terjadi

penurunan kasus diare yang ditangani yaitu 2.544.084 kasus (Kemenkes

RI, 2017), dan pada tahun 2017 jumlah kasus diare yang ditangani terjadi

peningkatan yaitu 4.274.790 kasus (Kemenkes RI, 2018).

2
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga

merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering

disertai dengan kematian. Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB diare yang

tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita

1.213 orang dan kematian sebanyak 30 orang (CFR 2,47%) (Kemenkes,

2016). Pada Tahun 2016 di Indonesia terjadi 3 kali KLB diare yang

tersebar di 3 provinsi, 3 kabupaten dengan jumlah penderita 198 orang

dengan kematian orang (CFR 3,04%). Pada Tahun 2017 terjadi 21 kali

KLB diare yang tersebar di 12 provinsi, 17 kabupaten/kota. Pada

kabupaten Polewali Mandar, Pohuwatu, Lampung Tengah dan Merauke

masing-masing terjadi 2 kali KLB dengan jumlah penderita 1.725 orang

dengan kematian 34 orang (CFR 1,97) (Kemenkes, 2017).

Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuhnya

yang masih lemah, sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran

bakteri penyebab diare. Jika diare disertai muntah berkelanjutan akan

menyebabkan dehidrasi. Inilah yang harus selalu diwaspadai karena

sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan mengakibatkan

kematian (Cahyono, 2010).

Berdasarkan profil Kesehatan Sulawesi Tenggara tahun 2014 jumlah

kasus diare yang ditangani sebanyak 42.293 kasus (Dinkes Sultra, 2015),

tahun 2015 sebanyak 41.071 kasus (Dinkes Sultra, 2016) dan tahun 2016

3
sebanyak 35. 864 kasus (Dinkes Sultra, 2017). Jumlah kasus diare di

Kota Kendari pada tahun 2015 sebanyak 6.278 kasus (Dinkes Kendari,

2015), tahun 2016 sebanyak 4.912 kasus (Dinkes Kendari, 2016), dan

pada tahun 2017 sebanyak 4.043 kasus (Dinkes Kendari, 2017).

Pada tahun 2015 Sulawesi Tenggara menjadi penyumbang ke-11

terbesar angka kejadian diare pada periode prevalensi > 2 minggu – 1

bulan, dengan persentase 7,3%. Pada tahun yang sama papua menjadi

penyumbang terbesar kejadian diare dengan persentase 14,7%. Jumlah

perkiraan kasus diare di Sulawesi Tenggara tahun 2015 sebanyak 52.830

kasus dengan jumlah kasus diare yang ditangani pada tahun 2015

sebanyak 41.071 kasus atau sebanyak (77,74% dari perkiraan kasus).

Jumlah perkiraan kasus diare di Sulawesi Tenggara tahun 2016 sebanyak

35.864 kasus atau sebanyak (46,77% dari perkiraan kasus). (Dinkes

Sultra, 2016).

Beberapa faktor yang meningkatkan resiko balita mengalami diare

seperti faktor lingkungan yang meliputi pengolahan sampah, saluran

limbah maupun sumber air. Pengolahan sampah dan saluran limbah yang

tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya diare pada balita, hal ini

disebabkan karena vektor lalat yang hinggap disampah atau limbah lalu

kemudian hinggap dimakanan. Selain itu, diare dapat terjadi apabila

seseorang menggunakan air yang sudah tercemar baik tercemar dari

4
sumbernya, selama perjalanan sampai kerumah-rumah, atau tercemar

pada saat disimpan dirumah. Selain itu kebiasaan mencuci tangan pada

saat memasak makanan atau sesudah Buang Air Besar (BAB) akan akan

memunkinkan terkontaminasi langsung (Susi Hartati, 2018).

Beberapa peneliti sebelumnya juga membahas tentang faktor – faktor

yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita seperti penelitian

yang dilakukan oleh Nabilla (2011) dengan hasil bahwa terdapat

hubungan antara ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita dengan

p value 0,002. Hasil penelitian Ekayanti (2011) dengan hasil bahwa

terdapat hubungan antar status gizi dengan kejadian diare pada balita

dengan p value: 0,000. Hasil penelitian Nikmawati (2006) dengaan hasil

bahwa terdapat hubungan antara pemberian Vitamin A dengan kejadian

diare dengan p value 0,000. (Herlina, 2014)

Penelitian terdahulu yang dilakukan Eliati (2015), tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita yang datang

berobat ke Puskesmas Badar Kabupaten Aceh Tenggara periode Januari

sampai Juni 2015, terdapat 40 sampel, didapatkan hasil terdapat

hubungan antara sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita

(81,6 %), dan faktor ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada

balita (72,2%) (Rahmadian dkk, 2017).

5
B. Kajian Masalah

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Kendari kasus kejadian

diare pada balita tertinggi di Puskesmas Puuwatu. Pada tahun 2016 balita

yang mengalami kejadian diare sebanyak 513 penderita, pada tahun 2017

balita yang mengalami kejadian diare sempat menurun sebanyak 260

penderita, dan pada tahun 2018 (Januari-oktober) kembali terjadi

peningkatan sebanyak 394 kasus. (Dinkes Kendari, 2018).

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melaksanakan penelitian

mengenai “Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di

Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kecamatan Puuwatu Kota Kendari

Tahun 2019” karena pada dasarnya kejadian diare pada balita di Kecamatan

Puuwatu tahun 2016-2018 terjadi peninggkatan terus menerus.

C. Rumusan Masalah

“Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan (sumber air bersih,

sarana jamban keluarga, pengelolaan sampah rumah tangga dan saluran

pembuangan air limbah), faktor ibu (perilaku dan pengetahuan) dengan

kejadian diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota

Kendari Tahun 2019?”.

6
D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum pada penelitian ini untuk mengetahui Faktor

Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja

Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana Sumber Air Bersih terhadap kejadian

diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari

tahun 2019.

b. Untuk mengetahui bagaimana Sarana Jamban Keluaraga terhadap

kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Puuwatu Kota

Kendari tahun 2019.

c. Untuk mengetahui bagaimana Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

terhadap kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Puuwatu Kota Kendari tahun 2019.

d. Untuk mengetahui bagaimana Saluran Pembuangan Air Limbah

terhadap kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Puuwatu Kota Kendari tahun 2019.

e. Untuk mengetahui hubungan Perilaku Ibu terhadap kejadian diare

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari tahun

2019.

7
f. Untuk mengetahui hubungan Pengetahuan Ibu terhadap kejadian

diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari

tahun 2019.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang

“faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah

Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari tahun 2019 yang kemudian

dapat dijadikan sarana pengembangan kompotensi diri sesuai dengan

ilmu yang diperoleh selama perkuliahan serta menjadi bahan bacaan dan

bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Bagi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Penelitian dapat digunakan sebagai masukkan untuk penelitian

berikutnya dengan mengembangkan metode yang lebih luas lingkupnya.

Informasi dari penelitian ini juga dapat menjadi bahan tambahan ilmu

untuk pengembangan kemampuan mahasiswa untuk meningkatkan

kompotensi dan skill yang dimiliki mahasiswa.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

sosialisasi pada masyarakat terutama pada orang tua tentang faktor yang

berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Puuwaatu Kota Kendari tahun 2019, sehingga para orang tua

8
dapat lebih memperhatikan kesehatan anak terutama dalam mengurangi

resiko diare.

4. Bagi program pelayanan kesehatan

Memberikan informasi tentang faktor yang berhubungan dengan

dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu

Kota Kendari Tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai